Anda di halaman 1dari 15

PREFERENSI KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP ENERGI TERBARUKAN (BIOFUEL) (Studi Kasus Pada Komplek Perumahan Tambak Rejo Indah,

Waru, Sidoarjo)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh: Nurul Khoiriyah 0910210011

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

PREFERENSI KONSUMSI MASYARAKAT TERHADAP ENERGI TERBARUKAN (BIOFUEL) (Studi Kasus Pada Komplek Perumahan Tambak Rejo Indah, Waru, Sidoarjo) Nurul Khoiriyah Farah Wulandari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: nurulkhoiriyah55@gmail.com

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lemahnya perekonomian masyarakat sehubungan dengan kelangkaan dan menipisnya cadangan energi BBM sebagai sumber daya alam tak terbaharukan. Penelitian ini untuk bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumsi masyarakat terhadap energi terbarukan (biofuel), serta efek substitusi dan efek pendapatan, pada konsumsi energi terbarukan, tujuan lain yang ingin dicapai adalah mengetahui kendala pengunaan energi terbarukan (biofuel). Untuk melihat seberapa tingkat preferensi konsumsi masyarakat terhadap energi terbarukan, melihat terjadinya efek substitusi dan efek pendapatan, serta kendala penggunaan energi terbarukan, dengan melakukan survei dan analisis deskriptif. Dari hasil survei dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat terhadap energi terbarukan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi lain. Dari analisis deskriptif, dengan mengkonsumsi energi terbarukan masyarakat mendapatkan utilitas yang tinggi dibandingkan dengan mengkonsumsi energi lain, karena selain memiliki kesamaan harga dan tidak menimbulkan polusi udara, biofuel merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Setelah terjadinya pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, energi biofuel menjadi substitusi bahan bakar kendaraan dalam masyarakat dan sebagai solusi untuk mengatasi masalah polusi udara disekitar mereka, serta dapat menghemat cadangan energi fosil yang kita miliki dan mengurangi subsidi BBM. Dalam pemanfaatan biofuel, masyarakat masih ada yang menemui kendala secara teknis.

Kata kunci: Biofuel, Preferensi, Konsumsi, Substitusi, Subsidi A. LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini kelangkaan bahan bakar minyak mulai dirasakan oleh masyarakat. Permintaan akan energi tak terbarukan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi serta aktivitas industri. Sedangkan untuk jumlah persediaan minyak di Negara kita semakin menipis. Tidak hanya kelangkaan yang terjadi, melainkan rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak yang akan mengalami kenaikkan, serta lonjakan harga minyak dunia yang semakin naik dapat menyebabkan pembengkakan pada subsidi untuk bahan bakar minyak. Lonjakan dan tidak stabilnya harga minyak dunia membuat pengeluaran APBN pemerintah untuk subsidi bahan bakar minyak sangat fluktuatif. Salah satu bahan bakar yang banyak digunakan adalah bahan bakar minyak. Selain harganya yang mulai melambung dan tidak stabil, juga mengalami krisis cadangan karena minyak merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Krisis energi yang pada akhirnya membuat harga energi itu sendiri semakin melambung dan hal ini sangat membuat masyarakat semakin merasa terbebani, terutama BBM yang digunakan secara luas oleh semua lapisan masyarakat. Di pihak lain pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa selain menaikkan harga bahan bakar minyak, karena jika pemerintah terus menerus mensubsidi bahan bakar minyak maka APBN akan mengalami defisit, padahal minyak merupakan sumber energi primer bagi masyarakat. Tanpa adanya dukungan pasokan energi yang mencukupi, laju pertumbuhan ekonomi nasional bakal akan terhambat. Selain memprioritaskan pasokan energi untuk kebutuhan dalam negeri, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mendiversifikasikan penggunaan sumber energi yang belum termanfaatkan secara maksimal.

Krisis akan energi juga berimbas pada pendapatan pemerintah. Penerimaan Negara dari sektor migas, pajak, dan penerimaan lain-lain Diversifikasi sumber energi sangat penting dilakukan dalam rangka mengurangi ketergantungan kepada minyak bumi. Dalam rangka mendukung diversifikasi tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang memuat target bauran energi nasional (energy mix) pada tahun 2025. Target bauran energi tersebut bertujuan untuk melepaskan diri dari ketergantungan minyak bumi dengan mendorong pemakaian energi final yang berasal dari sumber energi lain. Seiring dengan kebijakan tersebut maka salah satu solusi dalam mengatasi krisis energi ini adalah pengaplikasian energi alternatif yang berasal dari sumber energi yang dapat diperbaharui, yaitu dengan memanfaatkan apa yang ada disekitar kita untuk kemudian diolah menjadi sebuah energi yang dapat diperbaharui. Salah satu contoh energi terbaharukan adalah bahan bakar alternatif (BBN). Secara aktual dapat didapatkan dengan mudah di Indonesia. BBN dapat dihasilkan dari tanaman jarak pagar dan pohon kelapa sawit (CPO/Crude Palm Oil). Hasil penelitian Manurung (2003) menyatakan bahwa 1 ha tanaman jarak pagar (1800 s.d. 2200 bibit per ha) dapat menghasilkan sekitar 4,3 ton bio-diesel setiap tahunnya atau sekitar 4,7 kiloliter bio-diesel per tahun. Campuran BBM dan BBN sebesar 10% atau untuk produksi sekitar 10.3 juta kiloliter bio diesel setiap tahunnya atau 28,3 juta liter per hari yang dapat dihasilkan atau diperlukan atau disediakan lahan untuk penanaman jarak pagar dan singkong atau yang lain hanya seluas sekitar 2,2 juta ha. Substitusi atau pencampuran BBM dengan BBN pada tahun 2010 semakin meningkat dengan pesat, dari 5% menjadi 55% (menurut KESDM sebesar 25%), demikian juga pemanfaatan lahan kering dari 5% bisa mencapai 50%. Tabel 1: Cadangan dan produksi Indonesia tahun 2008 (Energi Fosil dan Non Fosil) POTENSI ENERGI NASIONAL 2008 Energi Fosil Sumber Daya Cadangan Produksi Rasio CAD/PROD (tahun)*) 23 63 82

Minyak bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel **) 357 juta barel Gas bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229,2 juta ton Coal bed methane 453 TSCF (CBM) Energi Non Sumber Daya Kapasitas Terpasang Fosil Tenaga air 75.670 MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW Panas bumi 27.510 MW (e.q. 219 juta SBM) 1.052 MW Mini/micro 500 MW 86.1 MW hydro Biomass 49.810 MW 445 MW Tenaga surya 4,80 kWh/m2/hari 12.1 MW Tenaga angin 9.290 MW 1.1 MW Sumber: BP-Energi Nasional 2010-2025, www.esdm.go.id ,diolah.

Cadangan energi fosil dan energi non fosil. Energi fosil akan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi demikian juga rasio antara cadangan dan produksi akan semakin menurun sedangkan kebutuhan akan produksi akan semakin meningkat. Minyak bumi akan habis dalam kurun waktu 24 tahun dan sumber daya energi fosil yang tersedia masih belum dimanfaatkan dengan baik dengan biaya operasi yang murah, sehingga diperlukan energi alternatif dari sumber daya energi yang lain. Faktor yang sangat menentukan bagi sebuah perusahaan untuk mampu bertahan hidup dalam keadaan krisis multidimensi yang dialami oleh Indonesia adalah kemampuan untuk selalu melakukan inovasi terhadap sebuah produk (innovation) dan membuat strategi dalam pemasaran yang sesuai. Perusahaan melakukan penelitian untuk mendapatkan inovasi baru terhadap produknya untuk mencapai sebuah kepuasan pelanggan. Kepuasan yang di rasakan oleh pelanggan dapat mempengaruhi preferensi konsumsi masyarakat terhadap produk inovasi baru akan semakin meningkat. Kepuasan pelanggan merupakan keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi (Gasperz,1997).

Dalam memuaskan kebutuhan pelanggan dalam kepuasan dan keinginan konsumen maka seorang produsen berkewajiban untuk memahami keinginan, persepsi, preferensi, serta perilaku belanja pelanggan sebagai sasaran mereka . Tingkat kepuasan yang bisa didapatkan oleh para konsumen yakni dapat dilihat dari tingkat preferensi konsumsi para konsumen pada suatu barang. Preferensi konsumen merupakan salah satu penentu nilai guna dari suatu barang. Dalam hal ini produk-produk baru yang diciptakan oleh para produsen dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. Para konsumen merupakan alat penentu dimana produk baru itu bisa bertahan dipasaran atau tidak. Penelitian ini akan membahas bagaimana produk baru dari bahan bakar transportasi. Bahan bakar transportasi yang baru yang telah diproduksi merupakan bahan bakar yang lebih ramah pada lingkungan, sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat polusi yang ada di lingkungan sekitar kita. Produk baru ini diharapkan memiliki nilai jual yang tinggi pada masyarakat dan dapat diminati oleh para konsumen yang menggunakannya.

B. KERANGKA TEORI Kajian Sumberdaya Alam Ilmu ekonomi adalah di mana ilmu yang mempelajari tentang alokasi sumberdaya yang terbatas jumlahnya secara efisiensi dan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak berbatas jumlahnya. Seperti yang diungkapkan oleh Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro (1988:1), bahwa ilmu ekonomi tersebut dapat juga disebut ilmu memilih, dalam artian mempelajari tentang pilihan yang harus dibuat dari berbagai alternatif pilihan yang saling bersaing. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan suatu pilihan yang terbaik dalam segi efisiensi dan efektifitasnya, mengingat jumlah sumberdaya yang terbatas, yang bertolak belakang dengan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dalam Fauzi (2006:2-4), ilmu ekonomi secara konvensional sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mengalokasikan sumber daya yang langka. Dengan demikian, ilmu ekonomi sumberdaya alam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya alam. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada sumber daya-sumber daya yang ada disekitarnya. Faktor-faktor produksi dalam pembangunan ekonomi ini meliputi tiga macam sumberdaya, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia (tenaga kerja), dan sumber daya kapital (modal). Sumber daya-sumber daya diatas disebut juga sebagai sumber daya pembangunan. Sumber daya pembangunan adalah seperti yang telah diungkapkan oleh Maryunani (2006:11): Natural resources (Sumber daya alam) Adalah sumberdaya yang tidak bisa diciptakan oleh manusia dan keberadaannya hanya dapat diciptakan oleh proses alamiah. Human resources (Sumber daya manusia) Adalah sumberdaya manusia yang berperan sebagai factor produksi. Capital resources (Sumber daya kapital) Adalah sumberdaya yang dapat diciptakan oleh manusia, yaitu modal atau investasi yang dapat diperoleh dari tabungan untuk menghasilkan barang dan jasa. Ekonomi sumber daya alam dan energi merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan ilmu ekonomi (khususnya teori ekonomi mikro) dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi untuk memenuhi kebutuhan manusia secara optimal (efisien dan efektif) dan lestari. Alam menghasilkan sumber daya yang sangat banyak jenisnya mulai dari yang berbentuk cair sampai yang berbentuk padat, mulai dari yang tidak berwujud sampai yang berwujud, dan mulai yang dapat dilihat sampai yang tidak dapat dilihat. Pengelolaan sumber daya alam yang baik yakni sangat diperlukan demi tersedianya sumber daya alam yang berkesinambungan dan lestari. Sebenarnya sumber daya energi merupakan bagian dari sumber daya alam. Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non hayati mineral patra yaitu minyak bumi dan gas bumi, kemudian mineral lain seperti batu bara dan uranium. Kemudian diluar itu sumber daya energi juga meliputi panas bumi, tenaga surya, angin, arus laut, serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro, 1988:179). Sumber energi ada yang dapat diperbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik mengingat kebutuhan akan energi akan terus meningkat, sehingga mencegah terjadinya krisis energi, selain pengelolaan yang tepat perlu dipikirkan pengaplikasian energi alternatif yang berkesinambungan. Implikasi Pembangunan Terhadap Sumberdaya Alam Kelangkaan sebagai implikasi pembangunan bisa terjadi karena terbatasnya cadangan atau ketersediaan sumber daya alam pada suatu tempat, sehingga dapat tidak dapat memenuhi kebutuhan lokal maupun wilayah tertentu. Kelangkaan juga bisa terjadi jika sumber daya tersebut terkonsentrasi dalam satu wilayah atau suatu tempat, tetapi diperlukan di tempat yang lain. Kelangkaan seperti ini dikarenakan sistem distribusi yang tidak normal.

Selain dari penjelasan tersebut, kelangkaan juga bisa terjadi karena penggunaan yang terusmenerus dari waktu ke waktu, sehingga cadangan sumber daya alam akan berkurang bahkan akan habis. Dari ketiga faktor kelangkaan diatas yang paling berperan dalam terjadinya kelangkaan sumber daya alam adalah faktor ketiga yakni penggunaan yang secara terus-menerus sepanjang waktu. Menurut Suparmoko (1997, dalam Maryunani 2006:45), kelangkaan sumber daya alam dalam diklasifikasikan dalam dua bentuk, antara lain: 1. Kelangkaan absolut, yakni kelangkaan sumber daya alam secara fisik. Periode kelangkaan absolut akan terjadi disaat permintaan suatu sumber daya alam melebihi penawarannya, yang pada gilirannya kalau hal ini terjadi secara terusmenerus akan menguras sumber daya yang ada dan cadangan akan habis. 2. Kelangkaan relatif, yakni kelangkaan yang terjadi ketika suatu sumber daya masih cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan tetapi distribusinya tidak merata bagi yang membutuhkan sumber daya alam tersebut. Mengingat sumber daya alam merupakan sumber daya yang terbentuk secara alami dan tanpa ada campur tangan manusia, memungkinkan terjadi pemanfataan yang berlebihan terhadap sumberdaya alam yang mengakibatkan terjadinya periode kelangkaan sumber daya tersebut. Masalah kelangkaan akan membuat harga sumber daya alam tersebut naik dan tidak terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, karena itu perlu adanya energi alternatif yang dapat menggantikan sumberdaya alam yang tidak terbaharui. Seperti yang diungkapkan oleh Bustanul (2001:55) beberapa energi alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah: Panas bumi (Bio thermal), adalah energi yang terdapat di kaki gunung berapi dan beberapa tempat pada sabuk gunung berapi. Panas bumi merupakan energi yang bersih jika dibandingkan dengan batu bara. Energi bio-massa, dapat dirubah menjadi energi panas, mekanik, dan energi listrik melalui pembakaran langsung atau teknologi konversi sederhana lainnya, seperti grasifikasi. Energi surya, merupakan energi yang diserap dari matahari, baik yang berupa panas (solar thermal) maupun cahaya (solar photofoltaik), yang akan dirubah ke dalam bentuk energi panas dan listrik. Energi angin, potensi yang ada di Indonesia masih relatif kecil, karena rata-rata kecepatan angin hanya 3-5 km per detik. Energi samudra, sebenarnya potensi yang dapat dihasilkan oleh gelombang samudra cukup besar, namun efisiensinya hanya 50% saja dan belum ada penelitian dan studi lanjut tentang hal ini, maka pemanfaatannya belum maksimal. Definisi Mengenai Energi Terbarukan Renewable energy is energy generated from natural resources such as sunlight, wind, rain, tides and geothermal heat which are renewable (naturally replenished). In 2006, about 18% of global final energy consumption came from renewables, with 13% coming from traditional biomass, such as wood-burning. Hydroelectricity was the next largest renewable source, providing 3%, followed by solar hot water/heating, which contributed 1.3%. Modern technologies, such as geothermal energy, wind power, solar power, and ocean energy together provided some 0.8% of final energy consumption. UU No. 30 tahun 2007 memberikan definisi energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan. Sedangkan sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Energi Alternatif Bio-Fuel Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan energi fosil, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tujuannya diantara lain adalah untuk menjaga pasokan energi tak terbarukan dalam negeri. Dalam BAB I pasal 4 disebutkan energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain adalah panas bumi, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut. Bahan Bakar Nabati (BBN) yang banyak dikembangkan.

Opsi mengalihkan konsumsi energi dari jenis energi fosil yang tidak bisa diperbaharui (unrenewable energy) ke jenis energi hayati non fosil yang bisa diperbaharui (renewable energy) bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena asumsi yang ada sudah tak terbantahkan, yaitu energi fosil akan habis pada saatnya. Cukup aman, karena jenis energi terbarukan ini memilki sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik. Dari sederat energi yang terbarukan itu, Pertamina bergerak lagi dalam bidang energi jenis biofuel. Seperti yang diketahui, biofuel itu ada yang dibuat dari minyak nabati seperti minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak pohon jarak pagar atau CJCO (Crude Jatropha Curcas Oil), dibuat dengan proses transesterifikasi. Proses ini adalah pada dasarnya merupakan proses yang mereaksikan minyak nabati (CPO atau CJCO) dengan methanol dan ethanol dengan katalisator soda api (NaOH atau KOH). Dari hasil proses transesterifikasi CPO itu akan dihasilkan metal ester asam lemak murni (FAME). Ekonomi Sumberdaya Alam dalam Perilaku Konsumsi Energi Pada dasarnya pemahaman ekonomi sumber daya alam tidak terlepas dari pemahaman tentang prinsip-prinsip dalam ekonomi mikro. Dalam hal ini, ekonomi sumber daya alam berhubungan erat dengan tingkat kesejahteraan karena satu hal yang penting dalam aspek ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan dan salah satunya yakni berhubungan dengan permintaan (demand). Teori permintaan menerangkan tentang suatu permintaan para pembeli terhadap suatu barang yang dipengaruhi oleh tingkat harga (Sukirno, 2005:75). Beberapa penentu permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, seperti yang dinyatakan oleh Sukirno (2005:76) antara lain: 1) Harga barang itu sendiri 2) Harga barang yang berkaitan erat dengan barang tersebut 3) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4) Corak distribusi pendapatan masyarakat 5) Selera masyarakat 6) Jumlah penduduk atau jumlah populasi 7) Gambaran mengenai keadaan dimasa yang akan datang Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Preferensi adalah pilihan yang dibuat konsumen atas produk yang yang dikonsumsi. Kekuatan preferensi akan menentukan produk-produk apa yang akan mereka beli dari pendapatan yang mereka yang terbatas dan permintaan atas produk-produk. Preferensi ini dapat terbentuk melalui suatu pola pikir konsumen yang didasarkan oleh beberapa alasan, antara lain dari pengalaman yang diperoleh sebelumnya serta kepercayaan turun-menurun yang terjadi oleh karena kebiasaan keluarga menggunakan suatu produk sejak lama. Preferensi konsumen adalah suatu cara praktis untuk menggambarkan bagaimana orang lebih suka terhadap suatu barang lebih dari yang lain. Tujuan preferensi merupakan keputusan akhir dari proses pembelian untuk dapat dinikmati oleh konsumen sehingga dapat mencapai kepuasan dari berbagai macam diantara produk-produk saingannya. Preferensi dapat dibentuk karena pola kebiasaan serta pengalaman yang mereka dapatkan. Beberapa langkah yang dilalui sampai konsumen dapat membentuk preferensi, yaitu: a. Diasumsikan bahwasannya konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. b. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. c. Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak pada setiap atribut. Preferensi konsumen berarti bahwa seseorang akan mempunyai barang yang disukai. Dimana preferensi konsumen terhadap suatu barang atau jasa dapat dipengaruhi oleh adanya kualitas, ciri khas, desain. Preferensi tersebut menyebabkan konsumen loyal terhadap barang yang disukainya atau yang telah dipilih untuk dikonsumsi. Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen akan produk dan jasa merupakan peluang dan tantangan bagi para pengusaha untuk dapat menciptakan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan para konsumen. Ada penilaian suka tau tidak suka dengan produk yang ditawarkan oleh produsen, sehingga menimbulakn sikap dan persepsi yang berlainan diantara konsumen dalam memilih dan menilai produk. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1997). Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen.

Preferensi konsumen terhadap produk dan jasa dapat diukur dengan suatu model pengukuran yang dapat menganalisis hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap atas produk sesuai dengan ciri atau aribut produk (Tambunan, 2001). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode sikap. Penekanannya adalah pada memastikan kepercayaan penting dimiliki seseorang mengenai objek sikap. Sesungguhnya pengetahuan mengenai konsumsi dapat dijadikan determinasi kritis dalam pengambilan keputusan bisnis (Engel et al, 1994 dalam Tambunan, 2001). Kepuasan yang di dapatkan oleh konsumen merupakan tolak ukur produsen untuk memproduksi suatu barang. Selain kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi energi BBM, tingkatan subsidi yang di berikan oleh pemerintah juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Dimana subsidi merupakan jalan yang dapat mempengaruhi masyarakat dapat mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Subsidi adalah suatu fenomena yang harus mendapatkan pemecahan secara nasional, tidak hanya kasus per kasus. Subsidi tidak lain adalah bantuan yang di berikan oleh pemerintah terhadap suatu komoditas tertentu agar harga komoditas tersebut dapat dikendalikan paling tidak pada harga yang wajar. Namun, konsekuensi dari pemberian subsidi tersebut menyebabkan anggaran belanja pemerintah menjadi meningkat. Padahal pendapatan yang digunakan untuk membiayai pemberian subsidi tersebut belum tentu terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam anggaran belanja tahun yang bersangkutan. Akibatnya, pemerintah harus mengambil kebijakan baru berkaitan dengan subsidi yang telah dianggarkan dalam bentuk pengurangan atau penghapusan subsidi. Pengurangan atau penghapusan subsidi dianggap tidak boleh dilakukan karena dianggap akan menambah penderitaan rakyat. Pandangan masyarakat yang seperti ini tidak salah karena opini yang terbentuk selama berpuluhan tahun tersebut hanyalah suatu penipuan belaka, karena dengan kenaikan harga BBM pasti menimbulkan kenaikan semua harga pada barang dan jasa, sehingga rakyat kecil lah yang terkena dampaknya. Sebagai salah satu contoh bahwasannya siapakah yang berhak menerima atau menikmati subsidi BBM?. Subsidi yang ada banyak dinikmati oleh orangorang yang menggunakan kendaraan bermotor secara langsung, tetapi jumlah pengendara mobil yang menggunakan BBM subsidi jumlahnya lebih banyak. Sementara itu masyarakat yang mayoritas rakyat kecil ada yang tidak mendapatkan subsidi dikarenakan mereka tidak memiliki kendaraan bermotor. Dapat dibayangkan bahwa berapa besar subsidi yang dinikmati oleh masyarakat menengah keatas, padahal masih banyak masyarakat yang tidak bisa makan, tidak mampu sekolah, dan tidak mampu berobat dikarenakan tidak mempunyai uang atau penghasilan. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jika subsidi dihapuskan dari beban anggaran negara. Pertama kali yang terjadi adalah lonjakan harga barang serta jasa sebagai dampak dari penghapusan subsidi yang menimbulkan instabilitas pada politik dan ekonomi. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan Menurut Nicholson, perubahan harga pada suatu jenis barang akan menimbulkan dua efek yang berbeda bagi pilihan-pilihan seseorang. Kedua efek tersebut adalah efek substitusi dan efek pendapatan. Efek substitusi merupakan salah satu aspek dari perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat adanya substitusi satu barang dengan barang lainnya. Perpindahan terjadi sepanjang kurva indifferents. Sedangkan efek pendapatan merupakan salah satu bagian dari perubahan kuantitas yang diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan riil (Nicholson, 1999:96). Efek substitusi mengatakan bahwa, bila harga komoditi turun, maka konsumsi akan barang tersebut meningkat dan akan mengurangi konsumsi pada barang lain yang harganya tidak mengalami perubahan. Efek substitusi ini berlaku untuk menaikkan jumlah permintaan komoditi yang harganya telah mengalami penurunan.sedangkan untuk efek pendapatan, jika harga suatu komoditi akan mengalami penurunan dalam kondisi cateris paribus, dengan pendapatan riil yang meningkat. Apabila hal ini terjadi, maka individu akan cenderung untuk membeli lebih banyak komoditi yang harganya turun bila komoditi tersebut adalah barang normal dan membeli lebih sedikit bila komoditi itu adalah barang inferior (Salvatore, 1989:71). Dalam Nicholson, barang normal adalah suatu jenis barang yang akan dibeli dalam jumlah lebih banyak jika pendapatan meningkat, sedangkan barang inferior adalah jenis barang yang akan dibeli dalam jumlah sedikit jika pendapatan meningkat.

C. METODE PENELITIAN Metode penelitian memberikan panduan berpikir dalam penelitian, sehingga penelitian berjalan efektif dan sistematis. Metode penelitian digunakan untuk memandu peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif (deskriptif approach) dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan yang ada, penelitian ini digunakan pada jenis penelitian studi kasus. Sedangkan dalam metode survei, maka setiap individu akan memiliki kesempatan karena peneliti ingin menggambarkan keadaan dilapangan sebenarnya. Ruang lingkup dari penelitian ini ingin mengetahui preferensi konsumsi energi masyarakat terhadap energi alternatif biofuel sebagai energi alternatif memerlukan pendekatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat dan relevan sesuai dengan sasaran dan tujuan. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komplek perumahan Tambak Rejo Indah. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, penelitian dengan menggunakan survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner atau darftar pertanyaan yang digunakan untuk menggali informasi yang diperlukan. Pendekatan purposive sampling. Asumsi yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah bahwa energi alternatif dapat memberikan manfaat pada penggunanya. Sehingga adanya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi energi tersebut dibandingkan dengan mengkonsumsi energi lain, dengan mengorbankan salah satunya untuk mendapatkan lebih pada yang lainnya. Preferensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, bagaimana masyarakat memilih energi apa yang akan digunakan dalam kesehariaanya. Pemilihan masyarakat pada satu energi yang mereka gunakan merupakan suatu pilihan yang telah mereka tentukan dan ada yang mereka korbankan untuk mendapatkan lebih energi alternatif tersebut. Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan menggunakan uraian-uraian untuk menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan, dengan berbagai data yang tersedia. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan konsumsi energi masyarakat setelah menggunakan energi alternatif. Analisis tingkat pengetahuan masyarakat mengenai energi terbarukan menjadi salah satu faktor penentu penggunaan masyarakat pada energi terbarukan. Semakin banyak masyarakat yang memahami serta mengetahui energi biofuel, maka akan semakin banyak pengguna energi terbarukan tersebut. Tingkat preferensi konsumsi masyarakat yang ada dipengaruhi oleh adanya konsumsi masyarakat diantara dua barang, yang mana permintaan barang di pengaruhi oleh tingkat harga masing-masing barang. Kepuasan untuk mengkonsumsi atas kombinasi dua macam barang setiap individu pun akan berupaya memaksimumkan kepuasannya. Kondisi pendapatan para konsumen yang tetap menjadi suatu pertimbangan untuk membelanjakan diantara kedua macam barang. Sehingga seseorang harus bisa memilih dan memutuskan antara kedua barang tersebut mana yang akan dikonsumsi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas mengenai bagaimana kegiatan yang ada dalam Komplek Perumahan Tambak Rejo Indah, Waru, Sidoarjo, yaitu tentang prefrensi konsumsi terhadap energi terbarukan (biofuel). Dalam subbab ini, akan dijelaskan lebih spesifik mengenai pemahaman mengenai biofuel, preferensi konsumsi terhadap biofuel, serta efek substitusi dan pendapatan, yang mana hal ini sesuai dengan rumusan masalah. Profil Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Komplek Perumahan Tambak Rejo Indah yang terletak di Desa Tambak Rejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur. Desa Tambak Rejo memiliki luas wilayah 393,16 Ha, yang terdiri dari wilayah desa dan berbatasan dengan kawasan industri. Desa Tambak Rejo sebelah timur dan selatan berbatas dengan Desa Tambak Sawah dan kawasan industri, sebelah utara berbatasan dengan Desa Tambak Sumur. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kepuh Kiriman dan kawasan industri. Berdasarkan data sampai akhir tahun 2012, jumlah penduduk pada Kecamatan Waru secara keseluhuhan adalah 198.705 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 98.208 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 100.497 jiwa, dengan memilki pertumbuhan 0,56% pertahun.

Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada komplek perumahan Tambak Rejo Indah yang berada di Desa Tambak Rejo, karena pada komplek perumahan ini mayoritas dari penduduknya merupakan pegawai swasta dan pegawai negeri yang mana keseharian mereka tak lepas dari kebutuhan bahan bakar untuk transportasi yang mereka gunakan. Sebagian besar masyarakat yang berada pada komplek perumahan Tambak Rejo Indah ini menggunakan energi biofuel dalam kebutuhan transportasinya. Masyarakat pada komplek perumahan ini baru mengaplikasikan pemakaian energi alternatif biofuel ketika Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan dibatasi pendistribusiannya. Sampai sekarang beberapa responden masyarakat pada komplek perumahan ini sudah beralih ke energi alternatif dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar transportasinya. Walaupun ada beberapa yang sudah beralih pada energi alternatif, tetapi banyak juga masyarakat komplek perumahan Tambak Rejo Indah yang masih belum menggunakan energi alternatif biofuel. Analisis Deskriptif Penelitian Responden dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling. Energi alternatif biofuel merupakan solusi yang digunakan oleh masyarakat komplek perumahan Tambak Rejo Indah untuk mengatasi masalah polusi udara khususnya di komplek perumahan itu sendiri, dimana menurut hasil wawancara, sebelum menggunakan energi alternatif biofuel udara yang dihasilkan dari pembuangan gas pada transportasi sangat mengganggu pernafasan, baunya menyengat, dan kurang ramah lingkungan. Dari hasil kuesioner dan wawancara, selain alasan kualitas dan mengatasi polusi udara, biofuel juga dapat mengurangi eksploitasi energi fosil secara terus menerus yang berakibat pada habisnya cadangan energi fosil yang dimiliki oleh Negara kita. Serta dapat menggembangkan energi baru yang masih belum dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat. Gambar 1: Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Komplek Perumahan Tambak Rejo Indah

35 30 25 20 15 10 5 0 SD SLTP SLTA PT

Sumber: Data Primer, diolah, 2013 Data pendidikan masyarakat komplek perumahan Tambak Rejo Indah yang mayoritas berpendidikan hingga Sekolah Lanjut Tingkat Akhir, maka dapat dikatakan mereka seharusnya sudah cukup mengetahui tentang energi biofuel. Preferensi akan biofuel seharusnya sudah cukup tinggi dengan melihat latar belakang pendidikan mereka serta ditunjang dengan pendapatan rata-rata mereka yang cukup tinggi. Masyarakat komplek perumahan Tambak Rejo Indah mengatasi ketergantungannya pada energi fosil yakni dengan sebagian beralih pada energi terbarukan. Energi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi transportasi mereka. Dari hasil survei yang dilakukan di komplek perumahan Tambak Rejo Indah, ditemukan bahwa tingkat penggunaan biofuel sebagai energi substitusi yang ada pada masyarakatnya saat ini masih belum cukup tinggi. Hanya beberapa dari mereka yang sudah beralih pada penggunaan energi alternatif biofuel. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dapat diketahui dari beberapa responden ada yang menggunakan energi alternatif biofuel dan ada beberapa yang belum menggunakan energi alternatif biofuel.

Konsumsi masyarakat akan suatu barang dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai tingkat pendapatan, tingkat harga, distribusi barang maupun faktor non ekonomi seperti selera, lingkungan, serta gaya hidup. Energi dapat berbentuk macam-macam, dapat berupa minyak, gas, serta lainnya. Namun energi yang selama ini menjadi energi primer bagi masyarakat adalah energi yang berasal dari energi fosil yakni Bahan Bakar Minyak. Tabel 2: Konsumsi Energi Responden Energi Lain-lain (non biofuel) Biofuel Campuran (biofuel dan energi lain) Jumlah Sumber: Data Primer, diolah, 2013 Premium Solar Pertamax Jumlah 15 5 10 10 10 50 % 36 4 20 20 20 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui dari 50 responden yang telah menggunakan energi alternatif biofuel sebanyak sepuluh rumah tangga. Sedangkan untuk pengguna premium ada lima belas rumah tangga, yang menggunakan solar ada lima rumah tangga serta sepuluh rumah tangga yang menggunakan pertamax. Sedangkan sisanya menggunakan biofuel dan energi lain atau non biofuel. Biofuel merupakan energi alternatif potensial untuk dikembangkan karena merupakan sebagai energi terbaharukan yang telah dicanangkan oleh pemerintah, sehingga dapat mengurangi tingkat konsumsi pada masyarakat akan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu menurut konsumen biofuel, harga yang ditetapkan oleh pemerintah antara biofuel dengan non biofuel sama, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan dan tidak ada biaya yang cukup besar ketika harus membeli energi biofuel. Dari segi lingkungan, energi alternatif biofuel merupakan energi yang ramah lingkungan, karena bisa mengurangi polusi udara, bau yang ditimbulkan tidak menyengat, dan asap yang tidak hitam. Kalaupun masih ada asap dan bau yang ditimbulkan oleh kendaraan itupun tidak separah bau dan asap yang ditimbulkan oleh energi fosil. Sehingga keuntungan ekonomi energi alternatif biofuel ini juga dirasakan sangat besar bagi konsumennya. Pemahaman Masyarakat Terhadap Energi Alternatif Biofuel Dalam temuan dilapangan pada masyarakat komplek perumahan Tambak Rejo Indah masih ada yang belum mengerti sama sekali apa itu biofuel. Mereka benar-benar belum mengetahui adanya energi terbarukan yang dicangkan oleh pemerintah. Masyarakat yang belum mengetahui adanya energi alternatif ini dilihat dari latar belakang pendidikan mereka memang dapat mempengaruhi pemahaman mereka pada kemajuan produk yang ditawarkan oleh pemerintah. Ketidaktahuan mereka mengenai energi biofuel bukan hanya dipengaruhi kurangnya penyuluhan pemerintah untuk memperkenalkan energi alternatif biofuel, melainkan juga dari mereka sendiri. Pernyataan ini adalah pengakuan dari masyarakat. Pengetahuan masyarakat mengenai energi alternatif terkadang masih hanya sedekar tahu. Mereka belum sepenuhnya memahami apa itu energi alternatif, kegunaan energi alternatif, terbuat dari apa energi alternatif tersebut. Responden yang sudah memahami dan sadar akan fungsi energi alternatif biofuel, sebagian sudah menggunakannya. Sebagian mereka menyadari akan penggunaan biofuel yang ramah lingkungan. Mereka sadar bahwa energi fosil akan semakin habis jika masyarakat selalu bergantung pada energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Pemahaman inilah yang membuat mereka beralih pada penggunaan energi alternatif biofuel sebagai bahan bakar kendaraan mereka. Beralihnya sebagian masyarakat komplek perumahan tambak rejo pada energi alternatif biofuel, secara tidak langsung dapat memberikan dukungan pada pemerintah agar semakin banyak memproduksi energi alternatif biofuel serta pendistribusiannya yang merata dan menyebar. Responden yang sudah memahami dan menggunakan energi alternatif, beberapa sudah memeberikan pemahaman pada keluarga, tetangga, dan kerabatnya untuk mulai menggunakan energi alternatif.

Preferensi Konsumsi Energi Biofuel Tingkat preferensi konsumsi masyarakat menunjukkan bahwa teori konsumsi mikro dapat dibuktikan, yaitu dalam mengkonsumsi dua macam barang, konsumen akan mengurangi konsumsi salah satu barang untuk menambah konsumsi barang lainnya, yaitu dalam pengkonsumsian energi biofuel dan energi lainnya selain biofuel. Namun dapat dikatakan bahwa energi lainnya selain energi biofuel sangat berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat terhadap energi biofuel. Energi ini memiliki arti penting bagi kehidupan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat membutuhkan energi, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan transportasinya. Kebutuhan inilah yang menyebabkan energi ini menjadi barang esensial karena barang ini menjadi sangat penting bagi kehidupan setiap individu. Meskipun energi mempunyai arti sebagai barang esensial, tetapi tidak untuk energi alternatif biofuel. Energi ini dapat digolongkan sebagai barang pengganti, dimana energi ini dapat menggantikan energi fosil yang mana selama ini dikonsumsi oleh setiap individu. Energi biofuel dapat dikatakan sebagai barang yang memiliki sifat inelastis. Dimana pada suatu harga tertentu pasar tetap masih bisa membeli semua barang yang ada dipasar. Konsumsi pada energi fosil yang sudah lama mereka lakukan sulit bagi mereka untuk menerima adanya energi terbarukan. Pada banyangan mereka bahwa energi terbarukan merupakan energi yang harganya pasti mahal, sehingga konsumsi pada energi fosil masih cukup tinggi. Energi fosil masih cukup popular dan dapat dikatan sangat popular dikalangan masyarakat. Permintaan akan energi ini juga masih cukup tinggi. Dari hasil penelitian dapat digambarkan preferensi konsumsi masyarakat pada komplek perumahan Tambak Rejo Indah terhadap energi terbarukan biofuel. Hasil wawancara dan kuesioner, sebelum mengenal energi terbarukan biofuel, masyarakat rata-rata menggunakan energi fosil sebagai energi untuk transportasinya. Sedangkan yang terjadi pada masyarakat, bahwasannya harga energi alternatif biofuel tidak menjadi suatu alasan mereka untuk menggunakan atau tidak menggunakan energi tersebut dikarenakan harga antara energi biofuel dengan energi non biofuel memiliki kesamaan sehingga masyarakat tidak mengeluhkan ketika harus beralih pada energi biofuel. Sehingga harga bukan menjadi alasan mereka mengurangi atau menambah permintaan. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan pada Konsumsi Biofuel Hasil yang temuan penelitian dilapangan tidak selamanya memiliki kesamaan dengan teori yang dipelajari dalam bangku perkuliahan. Dalam teori mikro disebutkan bahwa ketika terjadi distribusi yang kurang normal pada suatu barang, maka barang tersebut akan mengalami kenaikkan pada harga, sehingga permintaan akan barang tersebut mengalami penurunan. Tetapi teori ini mungkin masih belum berlaku pada temuan penelitian saat ini, dimana meskipun terjadi distribusi yang kurang merata ataupun persediaan barang tersebut masih belum sebanyak energi fosil, harga dari energi biofuel tersebut tetap dan tidak mengalami perubahan. Harga yang tidak mengalami perubahan diantara energi biofuel dan energi non biofuel dikarenakan ada faktor lain yakni perbandingan percampuran dalam produksi energi biofuel. Percampuran antara fosil dengan non fosil untuk menghasilkan energi biofuel ternyata masih cukup rendah. Dimana percampuran antara energi fosil dengan nabati hanya 5-10% untuk bahan nabatinya dan selebihnya tetap masih didominasi oleh bahan fosil. Perbandingan yang sedikit dalam percampuran inilah yang menyebabkan harga antara biofuel dengan non biofuel tetap sama. Kenaikkan konsumsi energi biofuel disebabkan adanya kelangkaan pada energi non biofuel, sehingga masyarakat akan mengkonsumsi energi biofuel. Selain karena adanya kelangkaan pada energi non biofuel, meningkatnya konsumsi biofuel juga disebabkan oleh tidak adanya perbedaan harga antara non biofuel dengan biofuel. Oleh karena itu, masyarakat lebih mengkonsumsi biofuel dengan kualitas yang lebih baik. Karena tidak adanya faktor harga pada masyarakat untuk mengkonsumsi energi biofuel, maka efek pendapatan tidak terjadi. Sedangkan yang didapatkan masyarakat untuk terus mengkonsumsi biofuel karena masyarakat merasa lebih sejahtera dalam menggunakan biofuel. Mereka merasakan manfaat yang didapatkan lebih banyak ketika menggunakan energi biofuel. Potensi Penggunaan Energi Biofuel di Masa Mendatang Dari temuan penelitian di komplek perumahan Tambak Rejo Indah ini bahwasannya populasi penduduk yang cukup banyak serta ditunjang oleh tingkat pendapatan yang terbilang cukup mapan, seharusnya potensi dalam penggunaan energi biofuel dapat berjalan dengan baik. Serta latar belakang pendidikan yang cukup baik, diharapkan masyarakat di komplek perumahan tambak rejo indah dapat memahami dan mengetahui mengenai energi alternatif biofuel dengan baik, sehingga kedepannya bisa mulai menggunakan enrgi alternatif tersebut.

Selain penggunaan biofuel yang memberikan penghematan pada mesin kendaraan, energi biofuel juga memberikan manfaat yang sejalan dengan pelestarian lingkungan, karena dapat mengurangi eksploitasi sumber adaya alam yang tidak dapat diperbaharui, serta dapat memberikan energi baru yang berasal dari sumber energi yang masih belum digunakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi sehari-hari. Sebagai energi yang terbarukan serta ramah lingkungan, energi alternatif biofuel juga dapat memberikan solusi atas permasalahan yang semakin berkurangnya cadangan minyak bumi Negara kita. Selain itu, energi alternatif biofuel juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat dalam pemakaian energi fosil. Energi alternatif ini juga sebagai salah satu bentuk penyelamatan lingkungan karena udara yang ada akan semakin sehat dan tidak tercemari oleh polusi udara, serta penyelamatan cadangan energi fosil yang ada saat ini, karena eksploitasi energi fosil akan sedikit terkurangi. Implikasi Preferensi Konsumsi Energi Biofuel Terhadap Subsidi Preferensi konsumsi masyarakat yang masih bergantung pada konsumsi energi fosil akan menyebabkan sedikit kendala pada program pemerintah tentang energi terbarukan. Bergantungnya masyarakat pada energi fosil akan menyebabkan cadangan energi fosil pada negara kita akan mengalami penurunan. Semakin menurunnya cadangan energi yang dimiliki oleh negara kita, maka untuk memenuhi kebutuhan energi akan semakin sulit. Kesulitan yang dialami disebabkan adanya jumlah cadangan energi yang semakin menipis, sehingga distribusi akan energi semakin tidak merata yang menyebabkan pasokan dipasar berkurang. Pasokan yang terbatas akan menyebabkan kelangkaan energi fosil, sehingga pemerintah harus mengimpor bahan bakar dari negara lain. Impornya bahan bakar minyak yang dalam hal ini adalah masih tergolong sebagai energi fosil, menyebabkan pengeluaran pemerintah akan semakin meningkat. Pengeluaran bukan hanya untuk mengimpor bahan bakar dari negara lain, melainkan juga pengeluaran untuk pemberian subsidi pada bahan bakar. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran pemerintah untuk susbsidi bahan bakar semakin meningkat. Energi alternatif biofuel setidaknya memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah. Dimana energi alternatif biofuel merupakan perpaduan antara energi fosil dengan non fosil yakni yang berasal dari tumbuhan. Memproduksi energi biofuel setidaknya akan memberikan dampak penurunan negara kita pada impor bahan bakar minyak dari negara lain. Ketergantungan negara kita pada impor bahan bakar minyak dari negera lain akan memberikan penurunan perekonomian negara kita. Ketidaksiapan yang menyebabkan ketergantungan masyarakat pada energi fosil, maka akan memperlama pemerintah dalam mengurangi tingkat subsidi pada bahan bakar minyak. Semakin lamanya mengurangi dan melepaskan dari ketergantungan pada energi fosil akan memperlama pula pelaksanaan anjuran penggunaan energi terbarukan. Serta akan menyebabkan semakin meningkatnya anggaran subsidi bahan bakar dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan harga minyak dunia. Pemberian subsidi BBM didasarkan pada pertimbangan bahwa BBM merupakan sumber energi yang strategis dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Sehingga setiap perubahan harga yang terjadi berdampak cukup besar terhadap stabilitas ekonomi. Subsidi BBM diberikan sudah sejak lama. Mengingat besarnya jumlah subsidi BBM dibandingkan dengan pemberian subsidi yang lain, pemerintah merencanakan untuk mengurangi subsidi BBM tersebut. Kenaikkan harga BBM sebenarnya memiliki efek atau dampak yang positif bagi masyarakat. Hanya saja penangananya harus secara benar, mengingat subsidi BBM ini yang menikmati justru banyak dari kalangan menengah ke atas. Kenaikkan harga BBM juga harus didukung oleh adanya kualitas dari BBM tersebut. Ketika energi terbarukan pada BBM kualitasnya jauh lebih baik, maka masyarakat akan bersedia membelinya meskipun dengan harga yanng lebih mahal. Dengan kualitas energi terbarukan BBM yang baik, konsumsi masyarakat pada bifuel akan meningkat dengan sendirinya, sehingga subsidi pada BBM akan dapat terkurangi dengan sendirinya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya telah menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemahaman mengenai energi biofuel pada masyarakat masih belum sepenuhnya mengetahui apa itu biofuel. banyak sebagian dari masyarakat yang masih belum mengetahui energi biofuel. Beberapa dari responden ada yang sudah mengetahui dan menggunakan energi biofuel sebagai energi alternatif kendaraan. Dibandingkan masyarakat yang mengetahui energi biofuel, masyarakat yang tidak mengetahui energi biofuel masih lebih banyak.

2.

3.

4.

Preferensi konsumsi masyarakat pada energi biofuel sudah mulai merata dan menyeluruh. Sebagian besar sudah mulai beralih menggunakan energi biofuel, meskipun yang belum menggunakan energi biofuel juga masih cukup banyak. Hal ini disebabkan semakin sulitnya dan terbatas persediaan energi non biofuel, sehingga masyarakat akan lebih memilih beralih. Beberapa masyarakat yang belum menggunakan energi biofuel masih terganjal mahalnya investasi untuk memulai menggunakan energi alternatif ini, sehingga masyarakat masih berpikir panjang untuk memulai berinvestasi untuk penggunaannya. Energi memiliki sifat yang inelastis, meskipun ada perubahan harga masyarakat akan tetap membeli. Hal inilah yang mengguatkan penelitian bahwa lambat laun pengguna energi biofuel akan semakin meningkat dan masyarakat lebih condong pada biofuel. Efek substitusi yang terjadi adalah terjadinya perubahan kuantitas konsumsi energi pada masyarakat, dimana kuantitas energi lain (premium, solar, pertamax) akan berkurang. Sedangkan kuantitas untuk energi alternatif biofuel akan semakin bertambah meskipun penambahan pada konsumsi energi alternatif biofuel belum terlalu signifikan. Dimana artinya telah terjadi efek substitusi pada konsumsi energi masyarakat, dimana dari energi fosil berlaih ke energi non fosil. Efek pendapatan yang terjadi adalah karena pengurangan konsumsi energi lain selain energi alternatif biofuel. Dimana konsumsi masyarakat lebih disebabkan oleh adanya tingkat kesejahteraan yang didapatkan oleh masyarakat dalam mengkonsumsi biofuel. Penggunaan energi biofuel pada masyarakat sudah mengalami peningkatan. Biofuel merupakan enrgi yang ramah lingkungan, energi alternatif yang dapat diperbaharui, dan tidak menimbulkan polusi. Selain itu, kualitas energi yang dihasilkan biofuel juga tidak kalah dengan energi lain yang dihasilkan oleh sumber daya yang tidak dapat dipergaharui.

Dalam jangka panjang energi biofuel akan menjadi bertambah banyak. Energi biofuel juga dapat dikatan sebagai barang politik, yang mana barang tersebut bukan semata-mata dipasarkan secara bebas. Energi biofuel akan menjadi energi alternatif yang dapat dikembangkan dan dapat diproduksi secara masal untuk kebutuhan masyarakat. Sehingga energi biofuel menjadi barang substitusi dari barang lain yang telah ada dipasar. Sehingga konsumsinya dapat dipengaruhi oleh konsumsi barang lain. Energi biofuel pada komplek perumahan Tambak Rejo Indah merupakan solusi dalam mengatasi polusi udara yang ada di komplek perumahan. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Energi biofuel merupakan energi alternatif yang terbarukan dan memiliki nilai ekonomi yang ramah lingkungan, maka perlu untuk dikembangkan menjadi energi alternatif yang dapat diterima secara baik dan menyeluruh pada semua masyarakat. Sehingga diharapkan energi alternatif biofuel dapat mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat dalam mengkonsumsi energi fosil yang tidak dapat diperbaharui dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006. 2. Pemahaman pada energi alternatif biofuel di masyarakat harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Diharapkan dengan memberikan informasi yang lebih intensif dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai biofuel dan kegunaannya. 3. Distribusi energi biofuel dapat secara merata pada setiap wilayah, sehingga masyarakat dapat menggunakan energi ini tanpa susah mencarinya. Distribusi yang merata harus didukung dengan memproduksi energi biofuel lebih ditingkatkan. Sehingga energi ini bisa menjadi energi alternatif atau sebagai energi substitusi dari penggunaan energi fosil 4. Sampai saat ini energi biofuel masih digunakan untuk energi transportasi. Namun diharapkan energi ini dapat dikembangkan lagi untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya pada masyarakat. Sehingga energi biofuel dapat dimanfaatkan secara baik bagi masyarakat keseluruhan. 5. Untuk mengurangi kekurangan penelitian ini, maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas analisisnya dengan menambahkan variabel-variabel yang terkait dengan konsumsi biofuel, dan menambah analisis konsumsi biofuel pada daerahdaerah yang lain, sehingga dapat dilihat preferensi energi biofuel masyarakat pada daerah dengan cakupan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

__________. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Statistik Pertumbuhan Konsumsi Indonesia . www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012. __________. Departemen Keuangan Republik Indonesia (Depkeu). 2011. Buku Saku Perkembangan APBN 2011. www.depkeu.go.id. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012 __________. Departemen Keuangan Republik Indonesia (Depkeu). 2011. Angka Subsidi Bahan Bakar Minyak. www.fiskal.depkeu.go.id. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.. __________. Energi Biofuel Pertamina. 2012. Special Fuel Bio Solar 2012. www.pertamina.com. Diakses pada tanggal 9 November 2012 __________. Energi Terbarukan Bahan Bakar Alternatif (BBN). 2010. Bahan Bakar Alternatif dari Tanaman. www.kompas.com. Diakses pada tanggal 15 November 2012. __________. Terminal Minyak dan Gas Indonesia. 2010. Penambahan Produksi Minyak dan Gas. www.jawapos.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012. Arifin, Bustanul. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta : Erlangga Boediono. 1989. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE UGM. Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Jakarta : Kencana Prenada Media Group Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Bustaman, Sjahrul. 2009. Strategi Pengembangan Industri Biodiesel Bebasis Kelapa di Maluku. Bogor : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Dumairy. 1991. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Engel, James. F, Roger, D. Blackwell dan Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam, Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara. Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Gasperz, V. 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Indriantoro, Nur dan B. Supomo. 2002. Metodologi Penelitian bisnis. Yogyakarta: BPFE. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.1 Tahun 2006 : Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio-fuel) sebagai bahan bakar lain. Jakarta Jono M. Munandar, dkk. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Produk Air Minum dalam Kemasan di Bogor. Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). 2006. Statistik Ekonomi Energi Indonesia. Jakarta. Kotler, Philips. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi kesembilan, Jilid I dan II. Jakarta: Prehallindo. Mankiw, N. Greorgy. 2006. Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat.

Maryunani. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam. Malang : BPFE Unibraw Mauidzoh, Uyuunul. 2011. Analisis Preferensi Pilihan Konsumen Terhadap Kartu CDMA Prabayar. JTI Undip, Vol VI, No 1. Nicholson, Walter. 1999. Mikroekonomi Intermediate. Jakarta : Penerbit Erlangga Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5 Tahun 2006 : Tentang Kebijakan Energi Nasional , Jakarta : Badan Kesekretariatan Negara Republik Indonesia. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 : Tentang Penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga bahan bakar nabati (Bio-fuel) sebagai bahan bakar lain. Jakarta Prayitno, Hadi dan Santoso, Budi. 1996. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Putong, Iskandar. 2005. Teori Ekonomi Mikro.Kajian Konvensional dan Wacana Syariah. Jakarta : Mitra Wacana Media. Richard, G Lipsey,dkk.1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Binarupa Aksara. Samuelson, Paul A. 1995. Microeconomic, Fourteenth Edition. New York : Mc. Graw Hill, International Book Company. Salvatore, Dominick. 1982. Teori Mikroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta :Erlangga. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sugiyono, Agus. 2005. Pemanfaatan Biofuel dalam Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang. PTPSE-BPPT Sugiyono, Agus. Prospek Pengembangan Biofuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak. Sugiyono, Bambang. 2011. Strategi Pengembangan Energi Terbarukan (Bio-Fuel) di Indonesia. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Sukanto, Reksohadiprodjo dan Andreas Budi Purnomo Brodjonegoro. 1998. Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta : BPFE UGM Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi (Edisi Ketiga). Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Sumarsono, Sonny. 2006. Ekonomi Mikro.Teori dan Latihan. Yogyakarta: Graha Ilmu Tambunan, Herlina. 2001. Analisis Perilaku Konsumen Produk Teh Siap Saji dan Implikasinya terhadap Strategi Bauran Pemasaran : Studi Kasus di PT Coca-Cola Amatil Indonesia. Program Pasca Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Bogor : Ghalia Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2007 : tentang Energi. Jakarta Wahyani, Dipta. 2009. Preferensi Konsumsi Energi Masyarakat terhadap Biogas sebagai Energi Alternatif (Studi Kasus pada Masyarakat Dusun Toyomerto Batu) . Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang : Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Yusgiantoro, P. 2000. Ekonomi Energi, Teori, dan Praktik. Jakarta : LP3ES

Anda mungkin juga menyukai