Anda di halaman 1dari 9

Hipertensi essensial pada lansia dengan obesitas dan hubungannya dengan hipertensi sistolik terisolasi

Oleh : Cecep saeful huda NIM : 110 2009 061 Kelompok 2 Bidang Kepeminatan Geriatri Tutor : Dr. Fathul jannah, M.sc

Tahun 2012/2013 Laporan Kasus

Blok elektif

Hipertensi essensial pada lansia dengan obesitas dan hubungannya dengan hipertensi sistolik terisolasi

Abstrak
Blabalalbabal

Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih.3 Hipertensi essensial adalah penyakit mutifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor faktor resiko tertentu. Hipertensi essensial juga merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya yang merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Faktor resiko yang bisa mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah ialah: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis dll.2 Hipertensi Sistolik Terisolasi ( HST ) didefinisikan sebagai TDS 140 mmhg dengan TDD < 90 mmhg. Keadaan ini diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses menua. Kekakuan aorta akan menigkatkan TDS dan pengurangan volume aorta, yang pada akhirnya menurunkan TDD. Semakin besar perbedaan TDS dan TDD atau tekanan nadi (pulse pressure), semakin besar resiko komplikasi KV. Tekanan nadi yang meningkat pada usia lanjut dengan HST berkaitan dengan besarnya kerusakan yang terjadi pada organ target; jantung,otak dan ginjal. Pada usia lanjut TDS lebih berkaitan dengan prognosis komplikasi KV dibandingkan TDD.1

Gambar 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 Pengobatan hipertensi harus dimulai sejak dini untuk mencegah kerusakan organ sasaran, tanpa memandang usia. Pada usia lanjut, prevalensi gagal jantung dan strok tinggi, yang keduanya merupakan komplikasi hipertensi. Oleh karena itu pengobatan hipertensi yang optimal penting sekali dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.1

Presentasi kasus
Nama Umur Jenis kelamin Status Golongan darah Agama Alamat Suku bangsa Pendidikan terakhir Pekerjaan No rekam medis Panti sosial Tanggal masuk : Ny. M : 54 tahun : Perempuan : Menikah :: Islam : Jakarta : Jawa : Smp : Koki :: Anggrek : 3 tahun yang lalu

Ny.M dengan keluhan kedua tangan sering kesemutan dan lemas semenjak 3 tahun yang lalu sehingga Ny.M tidak bisa bekerja lagi sebagai koki dan dimasukan ke panti jompo oleh pa Rt. Ny.M sering mengalami gejala lain seperti nyeri tengguk, nyeri kepala , pusing dan demam juga sering Ny.M rasakan .Akhir - akhir ini Ny.M mengakui sakit gigi dan terlihat gigi Ny.M yang bagian depan sudah banyak yang hilang( ompong). Ketika datang pertama kali ke panti, Ny.M diberikan obat captoril, neurodak, furosemid selanjutnya pengobatan hanya diberikan captopril saja. Untuk pengobatan sakit gigi pasien di berikan as.mefanamat. Ketika kunjungan dokter pertama kali, Ny.M di diagnosis hipetensi dan penanganan dari pihak panti hanya pengobatan seperti yang diceritakan diatas. Ny.M merasakan gejala tersebut datang setiap hari. Jika gejala di atas kambuh Ny.M minum captopril saja dan Ny.M merasakan gejala gejala tersebut berkurang. akhir - akhir ini Ny.M mengakui sudah tidak minum obat lagi karna percuma, Ny.M berkata obatnya juga tidak ada

padahal ketika dilihat di mini klinik obat tersebut masih banyak. Ny.M terkesan acuh terhadap penyakit yang diderita. Aktivitas Ny.M setiap hari tidak jauh dari tempat tidur karna pasien mengakui kakinya lemas jadi Ny.M tidak bisa berjalan terlalu jauh seperti teman teman panti yang lain. Ny.M juga mengaku tidak betah di panti karena keadaan yang dialami dan selama di panti Ny.M tak pernah dikunjungi suaminya karena suaminya tidak dikasih tau sama sekali. pasien makan sehari tiga kali dengan menu makanan sama seperti yang lainnya cuman dibedakan dari kandungan garam saja. Pasien tidak suka makan daging kambing dan jarang makan buah dan sayuran. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran 2. Vital sign - tekanan darah - respirasi - nadi - suhu 3. Status gizi - berat badan - tinggi badan - IMT 4. Status generalis A. Kepala - bentuk - rambut - mata - telinga - hidung - tenggorokan - mulut B. Leher C. Thorak Inspeksi Palpasi Perkusi Auskulitasi D. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : tampak lemas : kompos mentis

: 140/80 : 24 : 80 x/menit :: 85 kg : 150 cm : 37,7

: normocephal : panjang : normal : normal : normal tidak deviasi : normal : normal :normal tak deviasi ::::: gemuk :::-

Pemeriksaan penunjang : Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat seperti yang diderita pasien Diagnosis banding : Diagnosis Penatalaksanaan Prognosis : hipertensi : Captopril 12,5 mg - 25 mg, 2 -3 x/ hari (ACE inhibitor)

:
Quo ad vitam Quo ad fungsionam Quo ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

Diskusi
Jumlah penduduk indonesia lebih dari 60 tahun di indonesia pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 400 % maka jumlah pasien dengan hipertensi kemugkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.1 Pola peningkatan tekanan darah pada populasi AS juga berubah dengan usia. Sebelum mencapai usia 50 tahun, kebanyakan orang hipertensi memiliki tekanan diastolik yang meningkat. Setelah usia 50 tahun, tekanan sistolik terus meningkat dan tekanan diastolik cenderung turun, hipertensi sistolik terisolasi mendominasi.3 Berdasarkan kasus diatas pasien baru berumur 54 tahun dan sudah mengalami hipertensi yang mungkin disebabkan banyak faktor diantaranya kegemukan disamping faktor psikis yang pasien alami selama kerja dan tidak adanya perhatian dari suami selama hidup dijakarta. Hipertensi sistolik terisolasi dapat terjadi pada kondisi yang berhubungan dengan peningkatan cardiac output, seperti anemia, hipertiroid, insufisiensi aorta, arteriovenosa. kebanyakan kasus disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dan sumbatan arteri besar akibat usia dan dari aterosklerosis terkait akumulasi kalsium arteri dan kolagen dan degradasi dari arteri elastin, fistula, dan penyakit tulang Paget.3 Pasien dengan prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-90 mmhg sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.2 peningkatan tekanan darah Sistolik lebih penting dari pada peningkatan tekanan darah diastolik sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung dan ginjal.3 National institute for health and clinical excellence(NICE/BHS, 2006) merekomendasikan untuk memulai intervesi medikamentosa antihipertensi bila: tekanan darah diatas 160/100 mmhg ; atau hipertensi sistolik terisolasi (TDS > 160 mmhg); atau tekanan darah > 140 mmhg dan disertai: resiko kardiovaskular (+); atau kerusakan organ target; atau resiko kardiovaskular dalam 10 tahun minimal 20 %. 1

Terapi nonfarmakologis terdiri dari: Menghentikan rokok Menurunkan berat badan yang lebih Menurunkan konsumsi alkohol berlebih Latihan fisik Menurunkan asupan garam Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNE 7: Diuretika, terutama jenis thiazide atau aldosteron antagonis Beta bloker Calcium channel bloker atau calcium antagonist Angiotensin converting enzim inhibitor ( ACE inhibitor) Angiotensin 11 receptor bloker atau AT 1 receptor antagonist/ bloker2

Gambar 2. Pengobatan hipertensi berdasarkan klasifikasi hipertensi menurut JNC7 Diuretik Tipe thiazide harus digunakan dalam pengobatan untuk sebagian pasien dengan hipertensi tanpa komplikasi, baik sendiri atau dikombinasikan dengan obat dari kelas lain. Kondisi tertentu beresiko tinggi, indikasi kuat untuk penggunaan awal obat golongan antihipertensi lainnya (angiotensin converting enzyme inhibitor, angiotensin receptor blockers, beta-blockers, calcium channel blockers).9 Penurunan tekanan darah sampai <140/90 mmHg dan pada orang dengan diabetes hingga <130/80 mmHg menggunakan kombinasi modifikasi gaya hidup dan obat - obatan.7 Tiga pilar pengobatan diet hipertensi ialah Pola diet sehat, mengurangi asupan natrium, dan pengurangan lemak tubuh. Dari 1990 sampai 2002, prevalensi tekanan darah meningkat. Asupan buah dan sayuran dan kepatuhan terhadap pola diet sehat menurun selama periode ini dan prevalensi obesitas abdominal meningkat. kedua hal ini telah memberikan kontribusi

untuk hipertensi. Namun, beberapa orang, termasuk vegetarian yang ketat, populasi yang diet sebagian besar terdiri dari produk sayuran, dan mereka yang asupan natrium rendah, hampir tidak ada peningkatan hipertensi dengan bertambahnya usia.4 Penelitian menunjukkan bahwa mengurangi asupan natrium ke tingkat yang direkomendasikan akan menghilangkan hipertensi pada satu juta orang Kanada, dua kali jumlah orang Kanada dengan hipertensi cukup terkendali, dan mencegah 13% dari serangan jantung , stroke, dan gagal jantung.6 Dari kasus diatas jelas bahwa ny.M harus banyak mengkonsumsi banyak sayur dan buah buah an dan mengurangi jumlah garam dalam makanan supaya mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dan komplikasinya. Mengurangi berat badan dan Mempertahankan berat badan normal (indeks massa tubuh 18,524,9 kg/m2) diperkiraan menurunkan 5-20 mmHg/10 kg kehilangan berat badan. Teratur Melakukan aerobik seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari) diperkiraan menurunkan BP 4-9 mmHg.9 dari penjelasan di atas Ny.m diharuskan menurunkan berat badan agar supaya menurunkan tekanan darahnya. Temuan menunjukkan bahwa dukungan sosial rendah dan rendahnya HER (hedonistic emotional regulation) berhubungan dengan meningkatnya reaktivitas hormon stres pada hipertensi sistemik.5 kondisi yang dialami Ny.M di panti asuhan dan tidak adanya dukungan dari sanak saudara terutama suami mungkin sedikit berpengaruh dengan keadaan hipertensi yang Ny.M alami.

Simpulan
Sesuai kasus diatas, hipertensi bisa dialami oleh siapapun tidak terkecuali penghuni PTW. Menghindari faktor faktor yang beresiko menimbulkan hipertensi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi pada usia tua. Mengurangi asupan garam dalam makanan merupakan hal yang harus diperhatikan pihak PTW. Pengobatan pasien hipertensi haruslah segera dan tidak boleh ditunda tunda apalagi dihentikan demi mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular dan komplikasinya. Saran saran penulis kepada pasien sehubungan dengan pembahasan tersebut diatas : 1. Ny.m dengan keadaan yang dialami harus melakukan aktivitas semampunya demi mengurangi berat badan yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. 2. Ny.m harus meneruskan pengobatan hipertensi demi mencegah terjadinya penyakit kardovaskular dan komplikasinya. 3. Pasien harus merasa senang berada pada PTW dengan berbagai acara yang difasilitasi oleh pihak PTW sehingga bisa mengurangi stres yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Saran saran penulis untuk PTW sehubungan dengan kasus tersebut diatas adalah :

1. PTW perlu melakukan pemeriksaan rutin kesehatan kepada seluruh warga binaan sosial, sehingga tercapai kesehatan yang merata. Pemeriksaan kesehatan tersebut sebaiknya mencakup pemeriksaan fisik umum dan vital serta dilengkapi data laboratorik gula dan lemak darah. 2. Tenaga medis PTW seharusnya lebih peduli dan tanggap terhadap keterbatasan penghuni PTW dalam kesehatan dan perawatannya (obat, nutrisi, olahraga) 3. Penggalangan dana perlu dilakukan untuk mensukseskan program diatas sesuai dengan UU no.13 tahun 1999 tentang tanggung jawab pemerintah dan dinas sosial masyarakat dalam meningkatkan upaya perlindungan sosial dan agama lansia, menciptakan lingkungan ramah, serta menunjang kreativitas dalam meningkatkan kesejahteraan lansia.8

ACKNOWLEDGEMENT
Pada bagian ini penulis ingin berterimakasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 ciracas yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan pengumpulkan data Dan kepada ny.M yang sudah bersedia dimintai informasi tentang penyakit yang dialami. Kepada dr.Fathul jannah, M.sc yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus ini. Tidak lupa kepada dr.Faisal Sp.PD, dr. Hj. Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun dan teman sejawat Universitas Yarsi terutama teman teman satu kelompok yang sejak blok elektif selalu bersama dan saling membantu.

Daftar Pustaka:
1. Suhardjono. 2009. chapter 139: hipertensi pada usia lanjut. 5nd ed. pp. 899-903. Jakarta: buku ajar ilmu penyakit dalam. 2. Yogiantoro, mohammad. Chapter 169: hipertensi essensial. 5nd ed.pp. 1079-1085. Jakarta: buku ajar ilmu penyakit dalam. 3. Chobanian Aram V. Isolated Systolic Hypertension in the Elderly. N Engl J Med, 2007;357:789-96. 4. Sacks Frank M ,Campos hannia. Dietary Therapy in Hypertension. N Engl J Med 2010:362:2102-12. 5. Wirtz Petra H, Mohiyeddini Changiz, et al. Low Social Support and Poor Emotional Regulation Are Associated with Increased Stress Hormone Reactivity to Mental Stress in Systemic Hypertension. J Clin Endocrinol Metab, October 2006, 91(10):38573865. 6. Beyond the Salt Shaker Key Messages for Healthcare Professionals 2012. Markham: Hypertension Canada, viewed 24 november 2012, from http://www.hypertension.ca

7. 2012 Hypertension Key Messages. Markham: Hypertension Canada, viewed 24 november 2012, from http://www.hypertension.ca 8. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA 9. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES 2003. The Seventh Reportof the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

Anda mungkin juga menyukai