19/Januari/1999
Partikel titik bermassa m bergerak mengikuti lintasan lingkaran licin dengan radius R. Acuan posisi ketinggian diukur dari titik terendah lingkaran dan acuan sudut tempuh diukur dari garis vertikal seperti terlihat pada gambar 1 di atas. Bila tidak ada gaya luar dan gesekan diabaikan maka pada setiap saat akan berlaku (hukum Newton I): d (mv ) F = dt dv W sin = m (2) dt dimana W = mg = berat benda g = percepatan gravitasi v = kecepatan pada saat t dv d d Pada gerak melingkar berlaku hubungan: v = R sehingga =R . Karena = dt dt dt 2 dv d maka = R 2 , sehingga persamaan (2) menjadi : dt dt
d 2 + k sin = 0 dt 2 dimana k =
(3)
g R Persamaan (3) menyatakan kaitan antara sudut tempuh terhadap waktu, dimana pada kasus ini merupakan persamaan diferensial non linear orde dua. Solusi eksak persamaan diferensial jenis ini masih belum ditemukan. Salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan menggunakan pendekatan deret yang akan diuraikan pada pembahasan berikut ini. Persamaan gerak melingkar Langkah berikutnya adalah bagaimana mendapatkan solusi dari persamaan diferensial pada persamaan (3). Terlihat bahwa tidak mungkin bila jarak tempuh dinyatakan sebagai deret dalam suku t, karena sin sendiri merupakan deret tak hingga. Sehingga yang dapat dicari adalah sebaliknya, yaitu waktu t dinyatakan sebagai deret dalam suku , seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Bila persamaan (3) diintegralkan terhadap akan diperoleh: d 2 dt 2 d k cos = C dimana C adalah konstanta yang tergantung dari syarat batas sistem. Karena sudut hanya dipengaruhi oleh waktu t, maka suku pertama dari ruas kiri persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut: 2 d d dt d d dt 1 d d d d dt d = d . dt .d = dt ..d dt . = 2 dt
)(
) (
d Sehingga diperoleh: k cos = C dt Agar konstanta C terlhat secara fisis, dimisalkan diambil syarat batas sebagai berikut: 2 Pada saat awal t=0 diperoleh =0 dan d = o , sehingga C = 1 2 o k , maka didt peroleh:
2 1 2
4g 4 gR = 2 2 o R vo vo = kecepatan awal Terlihat bahwa parameter b adalah besaran tak berdimensi. Bila persamaan di atas diintegralkan dengan mengingat bahwa pada t=0 diperoleh =0 maka didapat: dimana b =
dt =
0 0
1 o 1 b sin 2 1 2 1
d (4) 2 1 1 b sin 0 2 Hasil ini dinamakan sebagai persamaan gerak dari partikel yang mengikuti gerakan melingkar pada kasus ini, karena memuat hubungan antara besarnya sudut tempuh partikel pada setiap saat tertentu. Persamaan (4) ini merupakan bentuk integral tertentu yang dinamakan sebagai integral eliptik. Solusi eksak integral jenis ini masih belum ditemukan, sehingga salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan menggunakan aplikasi deret binomial yang akan dibahas berikut ini. Solusi melalui pendekatan deret binomial Dengan memakai substitusi: x = sin 1 2 maka persamaan (4) berubah menjadi: 2 1 t= dx (5) o 1 x 2 1 bx 2 Telah diketahui melalui binomial Newton bahwa
t=
1 o
(1 x )
1 2 2
dan
2 3 6 4 8 2 3 2 4 5 35 =1+ 1 2 bx + 8 b x + 16 b x + 128 b x + ... , untuk 1 < bx 1 Sehingga persamaan (5) menjadi: 2 3 5 3 3 5 t= 1 + (1 +1 b )x 2 + 8 +1 b+ 3 b 2 x 4 + 16 + 16 b + 16 b 2 + 16 b 3 x 6 + ... dx 2 2 4 8 o 2 1 1 t= x+ 1 (1 + b )x 3 + 40 3 + 2b + 3b 2 x 5 + 112 5 + 3b + 3b 2 + 5b 3 x 7 + ... 6 o Akhirnya diperoleh: 2 (6) t = F(b, ) o dimana
(1 bx ) (
1 2 2
1 1 F (b, ) = sin 1 +1 (1 + b)sin 3 1 + 40 3 + 2b + 3b 2 sin5 1 + 112 5 + 3b + 3b 2 + 5b 3 sin 7 1 + ... 2 6 2 2 2 Persamaan (6) dapat dipakai bila memenuhi syarat konvergensi deret tak hingga tersebut. Menurut persamaan (5) terdiri dari dua syarat, yaitu: (1) syarat 1 < x 2 1 maka x = sin 1 1 , jadi berlaku untuk setiap sudut . 2 4 gR (2) syarat 1 < bx 2 1 maka bx 2 = 2 sin 2 1 1 2 vo Di pihak lain menurut persamaan (1), ketinggian maksimum h yang dapat dicapai 2 partikel dapat diperoleh melalui hukum kekekalan energi mekanik mgh' = 1 2 mvo , 2 atau h' = v o / 2 g , yang artinya semua energi kinetik berubah seluruhnya menjadi energi potensial. Sehingga syarat (2) dapat ditulis sebagai
2R 2 1 R h sin 2 = (1 cos ) = 1 h' h' h' Jelas bahwa h h' artinya berlaku untuk semua sudut . Di sini telah terbukti bahwa persamaan (6) dapat dipakai untuk setiap sudut . Dari hasil pembahasan ini, dapat diperoleh watak perubahan sudut tempuh terhadap waktu. Ini berarti pada kasus gerak melingkar, secara teori dapat digambarkan potret perubahan sudut tempuh pada setiap selang waktu tertentu, seperti yang akan diuraikan pada contoh kasus di bawah ini. Contoh kasus Hasil pembahasan di atas dapat diterapkan untuk memprediksi potret gerakan dari sebuah partikel yang diluncurkan pada lintasan lingkaran. Sebagai ilustrasi diambil besaran fisis sebagai berikut: Radius lingkaran R = 10 m Kecepatan awal vo = 10 m/s2 Percepatan gravitasi g = 10 m/s2 Hasil perhitungan sudut tempuh terhadap berjalannya waktu dapat dihitung dari persamaan (6) sebagai berikut: t (det) h (meter) 10 meter
--------------------------------------------
0 0o 0 o 0.2 11.2 0.19 0.4 22.2o 0.74 0.6 32.2o 1.54 o 0.8 41.2 2.48 1.0 49.0o 3.44 o 1.2 55.6 4.35 ------------------------------
Penutup Lebih jauh hasil pembahasan ini juga dapat diterapkan pada kasus gerakan ayunan matematik, ayunan fisis, dan gerakan seorang peluncur ski yang bergerak mengikuti lintasan lengkung pada permukaan es. Hasil yang diperoleh dari metode deret ini akan lebih akurat atau mendekati nilai yang sesungguhnya bila dilakukan penderetan sampai sukusuku yang lebih banyak. Referensi 1. M.I. Molina, Simple Linearizations of the Simple Pendulum for Any Amplitude, Vol. 35, Nov. 1997. The Physics Teacher, halaman 489-490. 2. Deret binomial yang digunakan untuk mendapatkan persamaan (6): 2 3 1 1 (1 + x ) m = 1 + mx + 2 ! m ( m 1) x + 3! m( m 1)(m 2) x + ... Bila m 0 konvergen pada 1 x 1 , bila m 1 konvergen pada 1 < x < 1 , dan bila 1 < m < 0 konvergen pada 1 < x 1 .