Anda di halaman 1dari 21

PROSEDUR TEKNIS PENGUKURAN DAN PERPETAAN OBJEK KADASTER KELAUTAN TIGA DIMENSI

YANES DAVID P. S. DR. IR. EKA DJUNARSJAH, M.T., DENI SANTO, S.T., M.SC. KK SAINS DAN REKAYASA HIDROGRAFI BIDANG BATAS BATAS RUANG PERAIRAN PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN ITB DAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Latar Belakang (1)


Potensi ekonomi di sektor perairan baik yang

memanfaatkan permukaan dan ruang atas perairan, kolom perairan, maupun dasar perairan dan tanah di bawahnya yang mencapai Rp 800 trilyun per tahun Amanat konstitusi, memajukan kesejahteraan umum dan tereksplisitkan dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Latar Belakang (2)


UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (UUPA) Pasal 2 ayat 2 yaitu berupa penegasan wewenang negara dalam menguasai bumi, air, dan ruang angkasa. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Pasal 196 No. 3 Tahun 2006 Pasal 197 fungsi Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang adalah Menyelenggarakan pengukuran, perpetaan, dan pembukuan ruang dan perairan.

Tujuan

Prosedur Teknis Baku yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran objek kadaster kelautan serta menyajikannya dalam visualisasi 3 dimensi sesuai Gambar Ukur serta membuat gambaran teknis berupa Peta Bidang Ruang Perairan, sebagai substitusi Peta Bidang Tanah di Kadaster Darat.

Metodologi Kegiatan
Pengamatan Pasut Pengikatan TDT Pengumpulan Data Pengukuran Batas Objek Ruang Perairan Pengukuran Detil Situasi Pengumpulan Data Pendukung Penghitungan Data GPS Perhitungan Data Detail Situasi Pengolahan Data Penghitungan Data Pemeruman Penghitungan Data Pasut

Studi Pustaka Persiapan Pembuatan Jadwal dan Rencana Kegiatan Penetapan TIm

Daftar Koordinat

Tingga Tapak

Peta Ruang Objek Ruang Perairan Penyajian Hasil Surat Ukur dan Gambar Ukur Penggambaran

Gambar-3 Diagram Alir Tahapan Kegiatan Pengukuran dan Perpetaan Ruang Perairan

Metode (1)
Kadaster kelautan adalah kelanjutan dari Kadaster daratan. Datum WGS-84 Sistem Proyeksi Peta TM-3 Hal yang baru aspek datum vertikal (kedalaman) yang harus didefinisikan Gambar penampang Objek Kadaster Kelautan

Penampang Vertikal Objek Kadaster Kelautan

Metode (2)
MSL sebagai datum vertikal (tinggi tapak terhadap

dasar laut). Secara ilmiah, ketinggian yang paling sesuai dengan permukaan bumi adalah Geoid. MSL adalah bidang yang paling mendekati Geoid, dapat dikatakan MSL adalah bentuk praktis dari Geoid.

Bumi Fisik, Geoid, dan Elipsoid

Gambar-2 Hubungan Bumi Fisis, Geoid, dan Elipsoid (IHO, 2008)

Metode Pengukuran (1)


Permasalahan teknis pengamatan Pasut. - Lama pengamatan
Telah dilakukan pengkajian terhadap Data Pasut yang diamati di Sepuluh Stasiun Pasut Indonesia yang dikelola oleh Bakosurtanal.

Variasi Panjang Data Pasut dalam Penentuan MSL

Analisis Variasi Panjang Data Pasut


Untuk mendapatkan ketelitian MSL sebesar 10 cm, pengamatan pasut idealnya

dilakukan selama tiga bulan di sebagian besar wilayah perairan laut Indonesia (kecuali Prigi idealnya selama enam bulan). Di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur cukup dilakukan selama satu bulan, sedangkan beberapa wilayah di Indonesia Bagian Barat hendaknya dilakukan antara tiga hingga enam bulan.
Dalam SP-44 dari IHO (2008) disebutkan bahwa data pasut selama 30 hari

sudah cukup digunakan untuk keperluan praktis.

Dengan menganggap pengukuran objek ruang perairan adalah keperluan

praktis, maka dapat ditetapkan untuk keperluan pendefinisian titik ketinggian nol (MSL) bagi keperluan pengukuran ketinggian (kedalaman, untuk ketinggian bertanda negatif), objek-objek perairan cukup dilakukan pengamatan pasut selama 30 hari.

Metode (2)
Pengikatan Titik Dasar Teknik

Pengikatan TDT dilakukan menggunakan metode GPS rapid static. Base station dipasang di lokasi Kantor Pos yang terdapat TDT BPN Orde 3.

Pengukuran Batas Objek dan Titik Detil

Digunakan kombinasi Survey Terestris dan Ekstraterestris (GPS RTK, ETS, pita ukur). Untuk memperoleh objek 3D, dilakukan trigonometric levelling, dengan ETS.

Metode (3)
Pengukuran Kedalaman
Pengolahan Data Pemeruman

DATA PASUT

DATA KOREKSI BARCHECK

DATA KEDALAMAN HASIL UKURAN

DATA POSISI TITIK FIX PERUM

DATA POSISI TITIK IKAT

KOREKSI PASUT

KOREKSI BARCHECK

DATA POSISI GARIS PANTAI

DATA KEDALAMAN YANG SUDAH DIKOREKSI

Gambar Diagram Alir Pengukuran Kedalaman


PLOTING DATA KEDALAMAN DAN POSISI

Pengolahan & Penyajian Data (1)


Data Koordinat Titik Ikat Hasil Pengukuran

Nama Titik BPN No. 0508018

X (TM-3) 306770.749

Y (TM-3) 1602014.441

GPS 1A

305086.482

1603335.063

GPS 1B

305124.995

1603331.636

GPS 2A

286877.595

1625422.680

286929.982

1625146.700

286950.336

1625114.652

286919.426

1625215.531

286912.343

1625243.806

Pengolahan & Penyajian Data (2)


Data Pasut Objek Pelantar Data Pasut Objek Villa

Gambar Grafik Tinggi Muka Air terhadap Waktu, Hotel Laut Jaya

Gambar Grafik Tinggi Muka Air terhadap Waktu, Bintan Sayang Resort

Pengolahan & Penyajian Data (3)


Data Kedalaman
No Titik Kedalaman Ukuran (m) 201 202 203 204 205 206 207 208 210 211 222 223 0.2 0.2 0.51 0.42 0.75 0.9 1.03 0.86 0.93 0.58 0.83 0.38 Palem Sesaat Reduksi Pasut Kedalaman terhadap MSL setelah Reduksi -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.31 -1.31 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.14 -1.31 -1.31

1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 1.31 1.31

Pengolahan & Penyajian Data (4)


Hubungan MSL, Reduksi Pasut, dan Tapak

Gambar Penampang Vertikal Palem Pasut, TAPAK, dan MSL (Yanes David, 2011)

Visualisasi Objek Ruang Perairan (1)

Gambar Visualisasi Perspektif 3D Objek Hotel di Atas Air, Pelantar II, Tanjung Pinang (Yanes David, 2011)

Visualisasi Objek Ruang Perairan (2)

Gambar Visualisasi Perspektif 3D Objek Villa di Atas Air, Kab. Bintan (Yanes David, 2011)

Anda mungkin juga menyukai