Anda di halaman 1dari 4

1

FENOMENA ULAT BULU SEBAGAI DAMPAK


PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
(Oleh: Ronny Yuniar Galingging, SP., MSi)
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalteng)
Adanya kasus eksplosi hama di beberapa daerah di Indonesia merupakan fenomena yang
sebenarnya biasa. Karena, seperti juga mahluk hidup lainnya, serangga mempunyai tingkah
laku ( insect behavior ) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor pemicu. Antara lain,
1. Serangga hama itu sendiri,
2. Tanaman inang (host)
3. Lingkungan ( baik biotik maupun abiotik),
4. Intervensi manusia dalam sistem budidaya pertanian.
Pengelolaan yang tepat antar ke-empat komponen tersebut dapat dilakukan dengan
Pengelolaan Hama Terpadu (Integrated Pest Management). Dimana manusia merupakan
pelaku yang memainkan peranan penting, karena petani diharapkan memadukan cara-cara
yang kompatibel dalam perlindungan tanaman dari serangan serangga hama. Sehingga
dikatakan petani sebagai manager dalam usaha tani terutama dalam memutuskan tindakan
perlindungan tanaman.
Kasus ulat bulu yang sedang marak terjadi di Kota Probolinggo, Mojokerto,
Jombang, Malang Jawa Timur, Kecamatan Kendal Jawa Tengah khususnya Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, Buleleng, Gianyar, Denpasar (Bali), Kalimantan
Timur dan yang terakhir adalah Banjarmasin Barat Kalimantan Selatan. Serangan ulat bulu
yang berkembang begitu cepat dari biasanya,hingga dapat menganggu kehidupan manusia
khususnya bagi para petani. Ulat bulu yang banyak menyerang adalah Arctornis sp. dan
Lymantria atemeles Collenette, dimana ulat bulu ini bersifat nocturnal yaitu ulat yang aktif di
malam hari. Dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Animalia; Phylum : Arthroppda;
Class : Insecta; Order : Lepidoptera; Superfamily : Noctuoidea; Family : Lymantriidae;
Genus : Arctornis; Species : Arctornis sp; Genus : Lymantria; Species : L. atemeles
Collenette.
Penyebab terjadinya eksplosi hama ulat bulu
Dari aspek lingkungan abiotik,
1. Fenomena perubahan iklim global yang terjadi beberapa tahun terakhir yang sulit
diprediksi seperti terjadinya hujan terus menerus selama dua tahun terakhir ini akan
menyebabkan meningkatnya kelembaban lingkungan. Apalagi setelah hujan terus
menerus diselingi oleh kondisi panas beberapa hari, hal ini akan sangat disukai oleh
berbagai serangga hama termasuk ulat bulu dan beberapa hama ordo Lepidoptera
(ulat-ulatan) lainnya.
2. Faktor lingkungan biotik seperti musuh alami hama sudah mulai berkurang, misalnya
burung, parasitoid, dan predator akan berdampak terhadap pertumbuhan dan
2
perkembangan hama yang tidak terkendali. Keberadaan burung burung pemakan ulat
sudah mulai agak jarang yang disebabkan bukan saja karena perburuan, tetapi juga
karena sudah terjadi gangguan keseimbangan ekosistem yang menyebabkan burung-
burung tersebut sudah tidak nyaman lagi hidup pada tempat tempat tertentu.
3. Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni dari golongan
parasitoid seperti braconid dan apanteles tidak mampu bertahan hidup. Sehingga,
musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak dan
berkembangbiak dengan cepat. Sebagai contoh kalau parasitoid telur ulat bulu bekerja
maksimal, maka dari ribuan telur ulat, hanya beberapa telur saja yang berhasil jadi
ulat. Ketika musuh alami itu hilang karena hujan, jumlah telur yang menetas semakin
banyak. Hal inilah kemungkinan salah satu penyebab terjadinya ledakan populasi.
4. Aspek inang juga berpengaruh terhadap perilaku ulat bulu. Karena ulat bulu tersebut
dengan spesies yang beragam bersifat polyphagus (mamakan banyak jenis tanaman),
hal ini juga akan sangat mempengaruhi cepat berkembangnya populasi dengan
ketersediaan tanaman inang, baik inang pokok atau inang alternatif. Dalam hal ini
berdasarkan apa yang terjadi di jawa timur mengungkapkan bahwa inang pokok dari
ulat bulu tersebut adalah tanaman mangga, namun bisa saja menyerang tanaman lain
apabila inang pokok tidak tersedia secara cukup.
5. Penanaman suatu jenis tanaman secara terus menerus dengan periode yang tidak
serempak menyebabkan ketersediaan inang bagi berbagai jenis hama berlimpah. Perlu
diingat bahwa walaupun yang menjadi hama adalah stadia larva atau ulat, tapi petani
juga harus dilatih untuk memahami siklus hidup serangga mulai dari telur, larva,
kepompong sampai dewasa (kupu kupu atau ngengat).
6. Kesalahan kontrol, dimana pengamatan yang kita lakukan hanya terfokus pada
pengamatan ulat saja, tanpa mengamati keberadaan telur, larva, kepompong dan
dewasa. Karena kalau hanya mengamati ulat saja atau menganggap hanya ulat saja
yang perlu diperhatikan berarti kita sudah terlambat mengantsipasi terjadinya
perkembangan populasi serangga hama tersebut. Sebab kita sudah kehilangan
informasi mengenai tiga tahapan perkembangan serangga yaitu telur, kepompong dan
dewasa.
Contoh kasus: Serangga dewasa ulat bulu aktif pada malam hari, artinya pada saat
saat itulah kita seharusnya mewaspadai keberadaan kupu tersebut. Kalau misalnya
pada saat senja sudah terdapat banyak kupu yang beterbangan di lahan sawah atau
kebun, mestinya hal itu sebagai warning bagi petani atau kita. Karena bayangkan
kalau keberadaan kupu tersebut sudah banyak dan untuk diketahui bahwa satu betina
kupu akan mampu meletakkan kelompok telur sekitar 10 kelompok telur , masing
maing kelompok telur terdiri atas 70300 butir telur. Apabila di atas lahan sawah
sudah ada sekitar 50 kupu betina x 10 kelompok telur x 200 butir, maka akan ada
sekitar 100.000 butir telur pada sehamparan lahan sawah. Kalau misalnya telur
tersebut mampu menetas 50% , maka sudah ada 50.000 ulat yang akan siap
menyerang tanaman pada lahan tersebut. Kalau misalnya dalam satu wilayah terdapat
100 hamparan x 50.000 ulat = 5.000.000. ulat. Ini kalau kita tidak melakukan
tindakan mekanis mulai dari pengendalian kupu, telur maupun kepomponhgnya.
Kalau setiap hari melakukan pemantauan dan menjumpai kelompok telur 10 saja,
berarti kita sudah mampu menekan populasi ulat sebesar 10x 200 = 2000 ulat.
Ditambah lagi kalau kita menjumpau kepompong 10 sehari , maka kita mampu
menghindari 10 kupu (misal diantaranya 5 betina) artinya 5 x 10 kelompom telur x
200 butir = 10.000 ulat. Kalau kita setiap hari bisa menagkap 10 kupu (missal
diantaranya 5 betina) sama dengan di atas akan mampu memusnahkan 10.000 ulat.
3
Apablia dijumlahkan akan mampu memusnahkan (mengendalikan populasi ulat)
sebesar 2000 + 10.000 + 10.000 = 22.000 ulat per hari/orang. Silahkan kalau anda
dalam satu keluarga rata-rata 2 orang saja perlahan sawah yang melakukan
pemantauan dan pengendalian mekanis di atas akan mampu menekan ulat sebesar 2x
22.000 ulat = 44.000 ulat. Sangat Significan bukan ? Mari mulai pengelolaan hama
dengan memupuk kesadaran bersama antara petugas dan petani untuk selalu
melakukan pemantauan regular. Jangan kita hanya berfikir bahwa tindakan
pengendalian hama harus menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida bukanya
tidak boleh, tetapi akan sangat membantu apabila dilakukan pencegahan. Salah
satunya dengan pemantauan tersebut. Bukan saja untuk ulat bulu tetapi untuk semua
jenis hama , terutama yang tergolong ulat-ulatan (Lepidoptera).
Dampak perubahan iklim yang melanda seluruh belahan dunia telah mengganggu
sistem produksi pertanian tanaman pangan domestik. Hal itu dikhawatirkan berdampak serius
terhadap pasokan pangan nasional. Faktor-faktor yang terlibat dalam proses produksi pangan
termasuk di dalamnya bagaimana peranan hama dalam proses produksi tersebut. Gangguan
Hama (organisme Pengganggu Tanaman =OPT) merupakan salah satu kendala selama proses
produksi, karena serangga hama yang merupakan golongan terbesar mahluk hidup dimuka
bumi penyebarannya sangat luas dengan keragaman yang sangat tinggi, yang mampu hidup
pada berbagai kondisi serta sangat cepat beradaptasi terhadap perubahan iklim.
enggunaan pesLlsloa yang Lloak LepaL unLuk membasml ulaL bulu ol se[umlah
oaerah [usLru memberlkan efek reslsLensl ulaL bulu oan mencemarl llngkungan seklLar, hal
lnl membuaL spesles blsa kebal Lerhaoap pesLlsloa Cara pallng efekLlf unLuk mengaLasl
merebaknya populasl ulaL bulu sebenarnya oengan mengonLrol populasl blnaLang lLu secara
alaml, yaknl mengemballkan musuh alaml ulaL bulu ke alam. Semakln berkurangnya
populasl hewan yang men[aol pemangsa alaml ulaL bulu saaL lnl, seperLl burung pemakan
serangga oan semuL pohon LuruL memengaruhl merebaknya populasl ulaL bulu. "opulasl
semuL pohon yang blasa olsebuL semuL 'rangrang' saaL lnl suoah mulal berkurang, selrlng
klan banyaknya pengambllan 'kroLo' (Lelur semuL pohon) yang ol[ual unLuk pakan burung,"
kaLanya. 8urung pemakan serangga, kaLa ola, [uga banyak olLangkap unLuk olpellhara
sehlngga beraklbaL Ler[aolnya keLloakselmbangan oalam ekoslsLem, karena salah saLu
rangkalan ranLal makanan akan LerpuLus.
Pasll penellLlan mengaLakan bahwa spesles ulaL bulu bermacam-macam, olmana
beberapa spesles ulaL bulu yang olLemukan LenyaLa bukan oarl [enls kupu-kupu, seperLl
yang olLemukan ol robollnggo merupakan larva [enls ngengaL oengan nama laLln
'LymanLrlloae'," kaLanya. 8ahkan se[umlah penellLl meyaklnl bahwa beberapa spesles bukan
enoemls lnoonesla sehlngga menguaLkan ougaan bahwa fakLor lkllm memlcu bermlgraslnya
spesles ngengaL aslng masuk oan bereproouksl ol lnoonesla.
Ulat bulu merupakan salah satu tahap metamorfosisi sempurna dari kupu-kupu. Dari sebutir
telur kemudian menjadi ulat kepompong, dan akhirnya menjadi seekor kupu-kupu.
Pemberhentian dari salah satu proses inilah yang menyebabkan membeludaknya jumlah ulat
bulu. Apalagi kondisi iklim saat ini musim penghujan, kupu-kupu hanya bertelur dan tidak
mengubahnya menjadi ulat karena kurangnya intensitas sinar matahari dan pada musim agak
cerah banyak telur dari kupu-kupu melanjutkan proses metamorfoisis menjadi ulat.
4
Serangan Ulat Bulu Diperkirakan Akan Berulang
Serangan ulaL bulu famlll LymanLrlloae ol se[umlah oaerah olmungklnkan berulang
[lka keselmbangan ekoslsLem Lloak olbenahl. SaaL lnl lnLroouksl Lanaman aslng oan
penanaman homogen Lerus berlangsung, seoangkan varlasl Lanaman lokal semakln
menghllang. PuLann Lerslsa yang berganLl Lanaman homogen perlu olkemballkan varlaslnya
sesual kekhasan maslng-maslng. emerlnLah oaerah oapaL menoukung oengan
memprlorlLaskan konservasl [enls Lanaman lokal.
ulaL bulu merupakan spesles kupu-kupu malam (ngengaL) perusak oaun. reoaLor
ngengaL pallng penLlng yang mulal langka aoalah kelelawar yang keberaoaanya berkurang
karena olmangsa oleh manusla. SemenLara burung preoaLor ulaL aoalah [enls [alak oan
kuLllang. "Leoakan populasl ulaL bulu merupakan fenomena ekoslsLem suoah berubah" .
1anpa pemullhan konolsl alam, serangan se[enls akan kemball berulang.
Pasll 8lseL Lerhaoap sampel ulaL bulu ol kabupaLen robollnggo menun[ukkan, slklus
perLumbuhannya bergeser. Slklus oarl pupa men[aol ngengaL yang blasanya buLuh wakLu
leblh oarl sembllan harl, klnl hanya empaL harl. "8eglLu ngengaL muncul oarl pupa, seharl
berlkuLnya suoah kawln, kemuolan berLelur." ergeseran slklus lLu olperklrakan karena
mlnlmnya musuh alaml ulaL bulu oan nalknya LemperaLur uoara. aoahal, seLlap ngengaL
beLlna mampu memproouksl 70 hlngga 300 ekor.
enanganan leoakan populasl ulaL bulu yang blsa ollakukan aoalah
1. emasangan [ebakan lampu ulLravloleL,
2. engumpulan pupa,
3. enyemproLan larva oengan pesLlsloa Lerukur.
4. Plnoarl penanaman slsLem monokulLur (saLu [enls Lanaman) ol suaLu wllayah Lerus-
menerus.
S. enganekaragaman Lanaman oan perglllran pola Lanam perlu unLuk men[aga ranLal
makanan sehlngga preoaLor hama pengganggu Lanaman LeLap hloup oan membasml
hama pengganggu Lanaman secara alaml.
1anpa pengenoallan yang LepaL oengan engelolaan Pama 1erpaou (lnLegraLeo esL
ManagemenL) peluang aoanya serangan hama berulang, seperLl ulaL bulu, akan Lerus
berulang seLlap saaL.

Anda mungkin juga menyukai