Anda di halaman 1dari 2

BAB III ANALISIS KASUS

Pada kasus ini didapatkan An. Kharuinissa umur 6 tahun, perempuan dirawat jalan di RSMH dengan keluhan utama keterlambatan perkembangan. Sejak 3 tahun yang lalu OS tidak bisa bicara maupun berkomunikasi. Untuk duduk harus dibantu. Berdiri tidak bisa. Kedua tangan hiperaktif, sehingga dipasang pengaman. Untuk aktivitas sehari hari (makan, minum, memakai baju, ke WC) dibantu oleh orang lain Os terkadang kejang, saat kejang sadar. Kejang seperti orang yang sedang terkejut. Kejang frekuensi seminggu sekali. Sebelumnya saat umur 3 th , Os terkena meningitis, OS demam tinggi dan kejang-kejang. Kejang terus menerus. Saat kejang tidak sadar. Os dibawa ke RSUD dan diberi stesolid namun masih kejang. Os lalu di rujuk ke RSMH dan dirawat di PICU selama 8 hari, Riwayat pertumbuhan normal. Perkembangan normal, namun setelah terkena menigitis perkembangan mengalami regresi. Pada pemeriksaan antropometri, didapatkan lingkar kepala 49 cm, dimana ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala pada umurnya (mikrochepali). Pada pemeriksaan motorik ektrimitas atas (lengan) didapatkan gerak cukup, kekuatan 3, tonus meningkat, reflek fisiologis meningkat dan reflek patologis (+).). Pada pemeriksaan motorik ektrimitas bawah (tungkai) didapatkan gerak kurang, kekuatan 2, tonus meningkat, reflek fisiologis meningkat dan reflek patologis babinski (+). Dari status neurologikus tersebut dapat kita ketahui bahwa lesi berasal dari upper motor neuron dan kelumpuhan bersifat tetraparese spastik. Pada pemeriksaan radiologi foto MRI kepala tanggal 8 April 2013 didapatkan Sulci dan fissura Silvi melebar dan gyri prominent, menandakan atrophy cerebri. Ventrikel lateralis kanan kiri , ventrikel III dan ventrikel IV melebar, menandakan adanya kelebihan cairan LCS didaerah tersebut. Pada foto MRI kepala kedua, yaitu tanggal 11 November 2013 didapatkan pelebaran ventrikel lateralis kanan kiri, ventrikel III dan ventrikel IV semakin bertambah, menandakan cairan LCS pada daerah tersebut bertambah banyak. Dari anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis yang paling tepat untuk pasien ini adalah Tetraplegi spastik e.c Cerebral palsy berat tipe spastik-athetoid. Cerebral palsy sendiri merupakan keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak 1

progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Sesuai dengan definisi cerebral palsy tersebut, pada anamnesis ditemukan adanya gangguan perkembangan yang disebabkan oleh kelainan pada cerebrii yang tidak bersifat progresif. Kelainan ini kemungkinan besar disebabkan riwayat meningitis saat umur 3 tahun. Kejang yang terus menerus dan terlambat ditangani menyebabkan rusaknya jaringan otak yang berujung pada cerebral palsy. Karena pasien tidak mampu mengurus dirinya sendiri,dan kelemahan terdapat pada 4 ekstrimitas maka cerebral palsy pada pasien masuk ke golongan berat. Adanya kelemahan pada ekstrimitas dimana kelemahan pada ekstrimitas bawah lebih berat dari pada ekstrimitas atas yang bersifat spastik,disertai gerakan involunter pada kedua lengan maka tipe cerebral palsy pada pasien adalah spastik-athetoid. Diagnosis cerebral palsy semakin diperkuat oleh pemeriksaan MRI kepala yang menyatakan adanya gambaran atropi cerebrii. Diagnosis hidrochepalus kommunikans ditegakkan dari pemeriksaan MRI dikarenakan adanya gambaran pelebaran ruang ventrikel. Untuk mengatasi spasitas diberikan Diazepam 0,12-0,8 mg/KgBB 4x 1 oral. Diazepam akan meningkatkan aktivitas sistem GABA sehingga aktivitas neuron akan berkurang sehingga kejang ulangan dapat dicegah. Untuk mengatasi gerakan athetoid diberikan antikolinergik Benzotropine 0,02-0,06 mg/KgBB 1x1. Dengan diberikannya Benzotropine diharapkan aktivitas acetilkoline menurun sehingga gerakan abnormal berkurang. Terapi rehabilitasi fisik juga diperlukan untuk mencegah komplikasi kelemahan, atrophy otot dan kontraktur.

Anda mungkin juga menyukai