1.
2. Aspek rekayasa transportasi meliputi aliran pola moda transportasi, sarana jalan, sistem lalu lintas dan faktor lainnya. 3. Aspek teknik mesin dan sumber energi alat transportasi.
STANDAR DUNIA
Euro II lahir dari daratan Eropa, Langkah beberapa negara yang kian prihatin dengan kondisi lingkungan hidup. Standardisasi itu diterapkan sejak '80-an dengan mengacu pada ECE (Economic Commissions for Europe) standards. Sebuah ketentuan yang mengatur tentang pengaturan tingkat polusi udara di Eropa.
STANDAR EURO
EROPA SUDAH MENERAPKAN EURO 1 SEJAK TAHUN 1991, YANG KEMUDIAN MELANGKAH KE EURO 2 TAHUN 1996. KEMUDIAN EURO 3 TAHUN 2000 DAN TAHUN 2005 MEMASUKI MASA EURO 4
Teknologi Euro 1, pengaturan bahan bakar menggunakan sistem karburator,dimana disetel dengan tujuan untuk menghasilkan penyaluran bahan bakar yang efisien.
Teknologi Euro 2 satu langkah lebih maju, karena pasokan bahan bakar sudah memakai teknologi injeksi elektronik menggantikan karburator mekanis.
PERSYARATAN EURO
TEKNOLOGI MESIN,
TEKNOLOGI MESIN
MENGANDALKAN CARA KERJA PENGATURAN POLA PEMBUKAAN KATUP SECARA VARIABEL, AGAR MENDAPATKAN PASOKAN BAHAN BAKAR YANG LEBIH EFISIEN, SEPERTI :
VVT (variable valvetiming) / VVT-i (variable valve timing inteligent), mengandalkan teknologi injeksi multipoin untuk memperoleh pembakaran yang
sempurna.
KATUP
UDARA
ESA
(Electronic Spark Advance) dan full transistor, teknologi ESA memakai arus listrik yang lebih tinggi sehingga pencetusan api bisa lebih presisi. pembuangan, dengan menggunakan catalytic converter dan lambda sensor
Sistem
MESIN DIESEL DIRANCANG UNTUK MAMPU MEREDUKSI PM (PARTICULATE MATERIAL) DAN GAS NOX (NITROGEN OKSIDA). PROSES REDUKSI PM DILAKUKAN DENGAN MEMBENAHI SISTEM INJEKSI DIBARENGI DENGAN PEMASANGAN TEKNOLOGI MULTI VALVE
SYSTEM
SISTEM SIRKULASI GAS BUANG DENGAN TAMBAHAN SISTEM KATALIS UNTUK MENYARING NOX.
(kawasan eropa)
BATASAN EURO
Euro-1 berisi aturan batasan emisi NOx 8 gr/km dan PM 0,36 gr/km. Peraturan ini diterapkan dari tahun 1992 hingga 1995. Euro-2 (NOx 7 gr/km & PM 0,15 gr/ km) mulai 1995 sampai 1999 Euro-3 (NOx 5 gr/km & PM 0,10 gr/km PM) dari 1999 hingga 2005. Euro-4 (NOx 3,5 gr/km & PM 0,02 gr/km mulai 2005 sampai 2008.
Kepmen LH No. 141 Tahun 2003, yang hanya berlaku untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi.
Ketentuan ini tidak berlaku bagi kendaraan bermotor yang sudah digunakan masyarakat saat ini.
CR = 9:1 sebaiknya menggunakan bensin Premix CR = 8:1 sebaiknya menggunakan bensin Premium CR = 10:1 sebaiknya menggunakan bensin Super TT.
PENGARUH PEMILIHAN BB
Timbulnya knocking/ngelitik yang dapat merusakkan komponen dalam mesin Suhu mesin lebih tinggi dari normal
Emisi CO dan HC lebih tinggi dari normal Pemborosan bensin.
Mesin yang berkapasitas di atas 50 cc, angkanya lebih tinggi lagi yaitu CO 5 gr/km dan HC+Nox sebesar 3 gr/km.
Standar Euro 1 adalah yang terendah pada tingkatan emisi gas buang di mana kandungan sulfur pada bahan bakar masih diizinkan di bawah 1.500 part per million (ppm). Standar Euro 2 lebih ketat yakni hanya memperbolehkan di bawah 500 ppm. Oleh sebab itu diperlukan hanya bahan bakar bebas timbal.
Euro 1 ke Euro 2 mengharuskan penurunan tingkat emisi partikel. Untuk ambang batas CO (karbon monoksida) dari 2,75 gm/km menjadi 2,20 gm/km, kemudian HC (hidrokarbon) + NOx (nitrooksida) dari 0,97 gm/km menjadi 0,50 gm/km, dan kandungan sulfur solar pada mesin diesel dari 1.500 ppm menurun ke 500 ppm. Begitu pula pada Euro 3 mengharuskan penurunan tingkat emisi partikel yang dibuang sebesar 20% dan pada Euro 4 menargetkan angka di bawah 10%.
KEUNTUNGAN EFI
Presisi karena disesuaikan dengan kebutuhan mesin. Tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, suhu panas atau dingin.
Efisiensi tinggi sehingga mesin selalu mampu bekerja optimal setiap saat.
KERUGIAN EFI
Perawatan sangat spesifik, membutuhkan peralatan khusus dan mekanik yang ahli. Rentan terhadap air karena banyaknya komponen kelistrikan. Sensitif terhadap interferensi gelombang elektromagnetik akibat rumitnya wiring.
Th
Singapura
Srilangka
1996 2000
Euro 3
Euro 2
Euro 3 Euro 4
Di
kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam telah memasuki standar emisi Euro 1 sejak tahun 1998, Filipina tahun 2003, Malaysia tahun 1997, dan dua negara lainnya yaitu Thailand dan Singapura telah menerapkannya sejak tahun 1993. Memang terlambat, sehingga langkah pemerintah memutuskan untuk langsung masuk ke tahap Euro 2 melewati Euro 1 merupakan tindakan yang rasional.
PERMASALAHAN
Belum adanya lembaga pengujian yang berkualifikasi internasional. Dua lembaga penguji emisi gas buang, yaitu Balai Termodinamika, Motor, dan Propulsi (BTMP) BPPT dan satu lagi milik Dinas Perhubungan Darat. BTMP Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), menunggu hasil penilaian dari Komite Akreditasi Nasional sehingga fasilitas di Serpong dapat mengeluarkan sertifikat yang diakui dunia internasional.
PENGUJIAN EURO
mesin disimulasikan mengikuti siklus kemudi
Mobil ditempatkan pada Casis Dinamometer berupa tabung berputar atau roller yang menahan roda mobil berputar di atasnya. Mobil diletakkan dalam ruangan yang dilengkapi dengan mesin angin (blower). Blower akan berputar semakin kencang bila mendeteksi mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kendaraan disimulasikan seakan bergerak dalam kondisi nyata, sesuai dengan kecepatan dan bobot kendaraan. Gas buang kendaraan ditampung dan dipisahkan antara partikel karbon monoksida (CO), senyawa hidrokarbon dan nitrogen oksida (HC+NOx) dengan partikel lain. Masing-masing unsur itu kemudian ditimbang. Kendaraan dinyatakan memenuhi standar emisi Euro-2 bila dalam gas buangnya mengandung CO maksimal 4,0 gram per kilometer (g/km). Untuk HC+NOx syarat kandungan maksimal 0,6 g/km.
EFI (Electronic Fuel Injection). Sistem yang membuat proses pembakaran semakin sempurna karena volume bahan bakar yang dibutuhkan mesin sudah diatur oleh komputer.
Sistem katup variabel VVT-I (Variable Valve Timing Inteligent ) yang menggantikan bukaan katup konstan.
Sistem teknologi pencetusan api (ignition system) juga akan diperbaiki. Dari semula contact point menjadi sistem ESA (Electronic Spark Advance) dan full transistor. Teknologi ESA memakai arus listrik yang lebih tinggi sehingga pencetusan api bisa lebih presisi. i-DSI (intelligent dual sequential ignition) (HONDA) sistem pengaturan udara yang masuk ruang bakar diperbaiki dengan teknologi ACIS (Acoustic Control Induction System), aliran udara lebih disempurnakan sehingga pencampuran dengan bahan bakar menjadi lebih baik. Hasilnya proses pembakaran semakin sempurna.
Sistem pembuangan. Bila selama ini catalytic converter hanya ada pada mobil mewah saja, di tahun 2007 akan menjadi produk massal. Tidak hanya itu, teknologi elektronik akan diterapkan pada sistem pembuangan. Gas buang yang keluar akan dimonitor nilai lambdanya oleh sensor. Hasilnya kemudian dilaporkan ke ECU (Electronic Computer Unit) yang berkoordinasi dengan sistem lain. Hasilnya catalytic converter dapat bekerja efektif mereduksi CO, HC, dan Nox.
Dirancang untuk mampu mereduksi PM (Particulate Material) dan gas Nox (Nitrogen Oksida). Proses reduksi PM dilakukan dengan membenahi sistem injeksi dibarengi dengan pemasangan teknologi multi valve system. Untuk mengatasi masalah Nox, dikembangkan teknologi pilot injection dengan common-rail system. Yang juga turut dibenahi adalah sistem sirkulasi gas buang dengan tambahan sistem katalis untuk menyaring Nox.
TEKNOLOGI KATUP
VTEC (variable valve timing & lift electronic control), dikembangkan HONDA VVT-i (variable valve timing-intelligent), dikembangkan TOYOTA vanos. Dikembangkan BMW
tujuan meningkatkan efisiensi mesin dengan cara mengatur kerja sistem katup sesuai kondisi/beban kerja yang sedang berlangsung.