Anda di halaman 1dari 2

Bener pak Elwin, Tetapi perlu mempertimbangkan satu hal, jenis shale yang dijadikan obyek fract-job di Amerika

sono, apakah sama dengan jenis shale yang akan dijadikan target fract job disini. Setahu saya sih, yang di Amrik sono shalenya kebanyakan didominasi oleh shale yang diendapkan pada lingkungan arid-semi arid dan non swelling clay, kebalikannya dengan yang disini yang genesanya diendapkan dilingkungan tropis basah, makanya, begitu di fract, artificial opening akan segera menutup kembali. Barangkali rekan2 yang pernah mengerjakan fract job di Telisa sand di lapangan Kaji-Semoga bisa share pengalamnnya disini. Technical-nya sudah pernah dipublikasikan di IPA koq. Salam, Bambang (lagi nguprek-uprek LRLC sand)

Kita bisa jadi mengeksplorasi dan memproduksi shale oil&gas. Lapisan shale harus dilakukan fracturing untuk dapat mengalirkan migas yang dihasilkan. Teknologi yang umum digunakan adalah hydraulic fracturing. Kelemahan dari hydraulic fracturing secara ekstensif adalah penggunaan air dalam jumlah besar serta pengolahan dan pembuangan air bekas fracturing yang dibuang kepermukaan atau merembes ke air tanah (kasus di North Dakota). Kelemahan lainnya masalah kerusakan lapisan shale yang disebabkan oleh air sehingga menghambat migas untuk mengalir. Teknologi frac dengan menggunakan gas propan dalam bentuk cairan gel berasal dari Canada dan sudah banyak digunakan di Texas. Propan tidak merusak lapisan shale serta tidak mengganggu aliran produksi migas. Propan yang digunakan akan dapat diproduksikan kembali bersama produksi migas yang berasal dari lapisan shale. Tidak ada kerusakan terhadap lingkungan. Sampai saat ini teknologi ini aman digunakan. Semoga teknologi baru ini turut mendukung produksi migas dari shale di Indonesia. Salam,

Elwin Rachmat

Anda mungkin juga menyukai