dr.Ganda P.Sibabiat,SpAn,KIC
Definisi :
Penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat hantaran saraf sensorik dan motorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh di blokir untuk sementara waktu dan pasien tetap dalam keadaan sadar.
Pengobatan: Diazepam, mencegah konvulsi, Thiopental dengan dosis kecil (50 mg), Oksigen, Ventilasi buatan dengan O2 100%.
Pengobatan : Cairan intravena, penggunaan vasopressor, sulfas atropin, dan bila perlu 02
4. Fenomena alergi:
Bronchospasme, Urtikaria, Hipotensi, Reaksi terhadap obat vosokonstriksi: Misalnya: Takikardi, palpitasi, hipertensi,
Dosis maksimum
Lignocaine + adrenalin tiap berat badan 70 kg adalah 500 mg (7 mg/kgbb)
Dosis maksimum
Plain Lignocaine 200 mg (3 mg/kgbb)
2. Bupivacaine (Marcaine)
Potensinya 4 kali Lignocaine Durasi 5-6 jam Dosis 2 mg/kgbb Sediaan 0.25% + adrenalin I/200 000, atau 0,5 % + adrenalin I/200000
3. Cinchocaine (Nupercaine)
Lebih toksis daripada Lignocaine Durasi 2- 3 jam. Sediaan 1 ampul = 15 mg
Digunakan sebagai: Infiltrasi, caudal dan spinal analgesi Durasi 2 jam Onset of action 5-10 menit Dosis maksimal untuk spinal 20 mg
Vasokonstriktor
Analgetik lokal yang tersedia ada yang sudah dicampur vasokonstriktor ada pula yang belum dicampur. Hampir seluruh analgetik lokal bersifat dilatasi pembuluh darah, kecuali cocaine.
Vasokonstriktor menghasilkan vosokonstriksi pada tempat suntikan dan akan memberi efek :
Peningkatan duration of action Menurunkan absorbsi obat kedalam sirkulasi Konsentrasi adrenalin yang digunakan adalah 1/200000
Nerve
Nerve ending
Topikal Analgesia
Dapat disemprot atau digosok pada permukaan membran mukosa, misalnya : mulut, hidung, pharynx, mata, urethra
Infiltrasi
Disuntik subkutan sehingga menghasilkan analgesia, misalnya menjahit luka, operasioperasi minor
Nerve block
Dengan menyuntik analgetik lokal didekat nerve
Pleksus block
Sama seperti nerve block, tetapi dengan cara ini daerah yang di block lebih luas
Spinal block
Analgetik lokal disuntik ke dalam subarachnoid Nerve yang berjalan pada space subarachnoid, terdiri dari serat sensoris (Posterior Nerve Roots), dan serat motorik (Anterior Nerve Roots)
Epidural block
Analgetik lokal disuntikkan pada ruang diluar duramater
C. D. E. F. G. H.
Komplikasi terhadap pasien sedikit Post operatif perawatan yang sedikit Murah Polusi tidak ada Sedikit pendarahan selama operasi Bila digunakan pada operasi minor, lama tinggal di rumah sakit lebih cepat
Persiapan pasien
1. Pasien yang direncanakan teknik regional analgesi harus dilakukan kunjungan pre operatif 2. Pasien puasa selama 4-6 jam 3. Premedikasi diberikan pada keadaan pasien yang nervous (cemas) 4. Pasang Intravenous line 5. Tekanan darah di monitor 6. Peralatan yang digunakan untuk mengatasi reaksi toksis obat harus tersedia
7. Dosis total campuran analgetik lokal + adrenalin harus dihitung sebelum digunakan 8. Teknik regional analgesi ini harus dilakukan dalam keadaan aseptic 9. Teknik yang akan dilakukan harus dibicarakan dan diterangkan terlebih dahulu oleh dokter anestesi
Plexus ini dapat diblok dibagian bawah leher diantara kedua otot scalenus, teknik ini disebut Interscaleneus block. Plexus ini juga dapat diblok di axilla dan ini disebut Axillaris block
Caranya : 1. Pasien dapat di premedikasi dengan analgetik atau sedativa 2. Intravenous line 3. Tekanan darah dimonitor 4. Ketiak dicukur bila diperlukan 5. Posisi pasien
Supine. Lengan atas di abduksi 90 Lengan bawah dibuat flexi don rotasi external
6. Ahli anestesi pakai sarung tangan sebelumnya 7. Analgetik lokal yang dipersiapkan,
Lignocaine 1% + adrenalin 1/200.000 sebanyak 3040 ml atau 1/4 % Bupivacaine + adrenalin 1/200.000 adrenalin sebanyak 50 ml
8. Jarum ukuran 23 dengan tube disambung pada spuit yang berisi analgetik local 9. Tourniquet dipasang di bagian distal suntikan, untuk mencegah penyebaran analgetik local ke bawah.
Pemasangan tourniquet merupakan kontra indikasi pada pasien dengan Sickle Cell Anemia dan penyakit pembuluh darah perifer
Raba pada titik tertinggi dari axilla Disamping bawah bagian otot pectoralis mayor Fiksasi arteri tersebut kearah humerus
Arah jarum menuju arteri axillaries Rasakan jarum menembus sheat Terjadi parasthesia (electric shock atasi sakit) yang menjalar ke jari-jari (keadaan ini harus didapati)
12. Analgetik lokal disuntikan, sesudah diaspirasi tidak ada darah yang keluar, 13. Waktu diaspirasi ada darah keluar jarum ditarik sampai darah tidak ada, kemudian analgetik lokal dapat disuntikan, 14. Tourniquet dipertahankan 5 - 10 menit
Cara ini sering digunakan untuk operasioperasi daerah tangan dan kaki Harus diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini:
1. Tidak boleh digunakan pada penderita Sickle Cell Anemia (Tourniquet dapat merangsang terjadinya krisis sickling) 2. Selalu gunakan plain xylocain. Adrenalin pada campuran xylocain dapat menyebabkan gangren pada extremitas 3. Selalu dipersiapkan peralatan resusitasi untuk mengatasi efek toksis dari analgetik lokal 4. Melepas cuff yang dipasang harus hati-hati
E.
F.
G. H.
Indikasi
Operasi-operasi dibawah sendi siku pada tangan dan dibawah sendi lutut pada kaki
Penile Block
Digunakan untuk sirkumsisi Sensasi gland penis dipersarafi oleh nervus dorsalis penis, nervus ini bersama dengan arteri muncul dibawah symphisis pubis berjalan ditengah melintasi dorsum penis.
6 - 12 tahun
13- 20 tahun
Bupivacaine 0,5 % 4
Bupivacaine 0,5 %
cc
5-7 cc
> 40
tahun
Bupivacaine 0,5 %
7 cc
Sacral canal
Merupakan ruangan di dalam sacrum Bagian atas berhubungan dengan canal vertebrae lumbal Bagian bawah adalah sacral hiatus yang berhubungan dengan sacrococcygeal membrane
3. Asepsis dan antisepsis 4. Jarum nomor 21 disuntik dengan sudut 20 dari permukaan kulit 5. Jarum masuk ke canal sacral 6. Jangan menusuk dural sac yang berakhir di bawah dari sacral II
7. Di aspirasi apakah ada darah atau cairan serebro spinal 8. Disuntikkan 8 ml analgetik lokal, di tunggu 5 menit lalu sisanya disuntikkan
Keuntungan
1. Tidak terjadi post operative headache 2. Minimal depresi kardiovaskuler 3. Dapat untuk post operatif analgesi
Kerugian
1. Memerlukan waktu untuk terjadinya analgesia 2. Kurang Akurat dalam mengontrol analgesi 3. Teknik sulit, 10% gagal oleh karena anatomi yang abnormal 4. Risiko menyuntik subarachnoid 5. Terjadi toksis oleh karena absorbsi besar dari analgetik lokal 6. Hipotensi
Indikasi
Operasi perineal Pasien yang berobat jalan Baik untuk anal, gynecologikal, urologik dan kasus obstetric Sebagai post operatirf analgesi sesudah hemorrhoidectomie, sirkumsisi
Kontra Indikasi
Infeksi sacrum Gangguan perdarahan Pasien tidak kooperatif Sectio Caesaria Anatomical abnormal Obesity
Spinal Analgesi
Columna Vertebralis terdiri dari :
7 Cervical 12 Thoracal 5 Lumbal 5 Sacral 4-5 Coocygeal
Antara 2 vertebrae terdapat discus intervertebralis yang terdiri dari fibro cartilagenous Columna vertebralis mempunyai 4 curves:
2 curve Conveks (cembung) yaitu pada cervical dan lumbal 2 curve Concave (cekung)yaitu pada anterior thoracal dan sacral
Spinal Cord
Adalah perpanjangan dari otak dan spinal cord ini mengisi canal vertebralis. Spinal cord berkembang dari cervical I (Atlas) sampai ke bagian atas lumbal II Pada fetus, spinal cord menempati semua canalis vertebralis Pada orang dewasa, spinal cord menempati 2/3 dari canalis vertebralis
Nervus Spinalis
Ada 31 nervus spinalis dan setiap nervus ini bergabung dari anterior dan posterior nerve root Anteror root adalah motorik Posterior root adalah sensorik Nerve root diblok oleh analgetik lokal selama spinal anestesi
Level Segmental
Perineum S1 L1 Inguinal area L1 Umbilicus T10 Xyphoideus T8 Niple T4 T5 Clavicle C3-C4
Lateral approach
Lapisan-lapisan :
Kulit Jaringan subkutan dan lemak Otot Ligamentum flavum Ruang ekstradural Duramater dan arachnoid Cerebro spinal fluid
Posisi lateral Pasien tidur miring lateral, seseorang berdiri di depan pasien, satu tangan ada di belakang leher, satu tangan yang lain di belakang kedua lutut. Dengan menarik bagian leher dan belakang sendi lutut, intervertebralis terbuka
Posisi duduk Pasien duduk di trolly,disuruh membungkukkan badannya, kaki diletakkan di kursi, lengan menyilang dada
Dokter anestesi cuci tangan dan pakai hand schoen steril Aseptik dan antiseptik pada daerah yang akan disuntik sedikit luas dengan bethadine Raba crista iliaca, perpotongan dengan garis tengah kanan dan kiri adalah L4-5
Analgetik local Suntik jarum spinal nomor yang kecil (no. 25-29) boleh pakai introducer/ langsung Jarum sampai menembus duramater Dengan tanda keluarnya CSF Suntikkan analgetik lokal, sesudah suntikan obat bekerja pada jaringan nervous dan sebagian obat diabsorbsi ke dalam plexus venous Setelah 10 menit, terjadi kerja yang fix dari obat tersebut
Pencegahan hipotensi
Harus jelas bahwa hipotensi bukan oleh karena perdarahan yang banyak dan adanya perdarahan di abdomen
Buat posisi kepala lebih rendah, ini akan menghasilkan venous return, ini dilakukan bila analgetik lokal sudah fix kerjanya Tekanan darah < 90 mmHg infus kristaloid secara cepat 500 cc Tekanan darah < 80 mmHg Ephedrin 15 gr diberikan I.V Masker oksigen Atropin 0,3 gr bila hipotensi disertai bradikardi
Spontan respirasi
Pernapasan dapat lambat dan dangkal oleh karena nerve intercostalis terblok, atau pernapasan berhenti paralysis pusat pernapasan (total spinal) Pemberian oksigen harus diberikan Bila pernapasan inadequate buat assisted Bila tetap tidak adequate harus diintubasi dan pernapasan kontrol
Pengobatan
Largactil atau phenergan, bila tekanan darah normal Droperidol 1-2 mg I.V
Putusnya jarum
Ini merupakan komplikasi yang serius, pasien harus difoto x-ray dan jarum harus segera diambil
Total Spinal
Tekanan darah turun, dapat terjadi cardiac arrest Respirasi dangkal Pasien menjadi dingin dan biru
Pengobatan pusing
Tergantung ukuran jarum spinal yang dipakai
Pencegahan
Pakai jarum yang halus Hindari tusukan multipel Hindari batuk dan ketegangan Post operatif kepala rendah 6 jam
Banyak minum Sedasi I.V infusion bila tak ada kontra indikasi Epidural blood patch
Pengobatan
Sakit pinggang
Pengobatan
Letakkan bantal kecil di daerah lumbal Sedasi
Pencegahan
Hindari traumatic pressure
Retensi urine
Pencegahan pasang kateter
Meningism
Iritasi meningen tanpa infeksi, SCF normal
Paralisis N. cranialis
Umumnya paralisis nervus cranialis ke 6 yang ditandai dengan pasien melihat double selama 5-11 hari post operatif disertai pusing dan terjadi pada 1 dari 300 pasien Penyebab paralisis dari cranialis ini oleh karena menurunnya CSF
Deformitas tulang belakang Kelainan masa pembekuan CNS normal GIT perforasi Prostat membesar spinal analgesi sering menyebabkan retensi urine
Epidural block
Lokal analgetik disuntik diluar duramater Lokal analgetik bekerja pada nerve roots Keuntungan dibanding spinal analgtika
Tak ada post operatif headache Bahaya infeksi agak kurang