Anda di halaman 1dari 12

VISUM ET REPERTUM Pengertian Visum et Repertum Visum et Repertum merupakan keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas

permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab perlukaan atau kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa yang dilihat atau diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib untuk kepentingan peradilan. Perbedaan VeR dengan Catatan Medis dan Surat Keterangan Medis Lain Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan pengobatan atau perawatannya yang merupakan milik pasien, meskipun dipegang oleh dokter atau institusi kesehatan. Catatan medis ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur dalam eraturan emerintah !o."# tahun "$%% tentang rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti pasal &'' (itab )ndang-undang *ukum idana (()* ). +okter boleh membuka isi catatan medis kepada pihak ketiga, misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh i,in dari pasien, baik langsung maupun berupa perjanjuan yang dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu, misalnya pada klaim asuransi. (arena Visum et repertum dibuat berdasarkan undang-undang yaitu pasal "'#, "-$, dan "&& ayat " ()*. , maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal &'' ()* , meskipun dokter membuatnya tanpa sei,in pasien. asal /# ()* mengatakan bahwa barangsiapa

melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana, sepanjang 0isum et repertum tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintnya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam proses pengadilan. Peranan dan Fungsi Visum et repertum berperan sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam proses pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. +alam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. VeR juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian kesimpulan. 1ila VeR belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam (itab )ndang-undang *ukum .cara idana (()*. ), yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Dasar Hukum Visum et Repertum +alam ()*. pasal 1 ! dan 1 ". Pasa# 1 !2 Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Pasa# 1 "$%&2 Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya. (edua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam ()*. .

3elalui pendekatan yuridis 0isum et repertum di dalam )ndang-)ndang !o 4 tahun "$4" tentang hukum acara pidana, menunjukkan terdapat masalah mendasar yaitu kedudukan 0isum et repertum masuk dalam alat bukti keterangan ahli atau alat bukti surat yang kedua alat bukti ini sah menurut hukum sesuai pasal "45 ()*. . 1erikut analisis yuridis peraturan perundang-undangan pidana di indonesia 2 ". asal "-$ ()*. ") 6etiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. ') 6emua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi saksi yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. '. asal "4# ()*. ") +alam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan. ') +alam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (") hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang. &) *akim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (') 5) enelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (') dan ayat (&) dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu. &. asal "45 ()*. ayat " huru7 b ") .lat bukti yang sah ialah 2 ". (eterangan saksi '. (eterangan ahli

&. 6urat 5. 5. etunjuk /. (eterangan terdakwa asal "4% ()*. (eterangan ahli sidang pengadilan ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. /. asal "4- ()*. 6urat sebagaimana tersebut pada pasal "45 ayat (") huru7 c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah2 ". 1erita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu8 '. 6urat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu keadaan8 &. 6urat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya8 5. 6urat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. 1erdasarkan analisis yuridis peraturan perundang-undangan pidana di 9ndonesia tersebut maka kedudukan 0isum et repertum kendatipun isinya berupa keterangan ahli yang diberikan dibawah sumpah dan diluar persidangan pengadilan, dan kuali7ikasinya termasuk sebagai alat bukti surat dan bukan alat bukti keterangan ahli.

.kan tetapi apabila 0isum et repertum dihubungkan dengan asal " stb. "$&!o. &/# dapat juga dianggap sebagai keterangan ahli dan keterangan ahli merupakan alat bukti yang sah dalam pasal "45 ()*. . 'spek Medik(#ega# Visum et Repertum Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal "45 ()* . Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Ver menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. +engan demikian 0isum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca 0isum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. .pabila VeR belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam ()*. , yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. *al itu sesuai dengan pasal "4# ()*. . 1agi penyidik (polisi:polisi militer) VeR berguna untuk mengungkapkan perkara. 1agi enuntut )mum (;aksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti 7ormal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. )ntuk itu

perlu dibuat suatu 6tandar rosedur <perasional (6 <) di suatu Rumah 6akit tentang tatalaksana pengadaan VeR. Kua#i)ikasi Luka .da & kuali7ikasi luka pada korban hidup, yaitu2 ". Luka ringan : luka derajat 9: luka golongan C Luka derajat 9 adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. *ukuman bagi pelakunya menurut ()* pasal &/' ayat ". '. Luka sedang : luka derajat 99 : luka golongan 1 Luka derajat 99 adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. *ukuman bagi pelakunya menurut ()* pasal &/" ayat ". &. Luka berat : luka derajat 999 : luka golongan . Luka derajat 999 menurut ()* pasal $# ada %, yaitu2 - Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut - Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya - *ilangnya salah satu panca indra korban - Cacat besar - =erganggunya akan selama > 5 minggu - ?ugur atau matinya janin dalam kandungan ibu *entuk dan Isi unsur+unsur dari suatu Visum et repertum $VER&2 ". Pr(,ustitia 2 (ata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa 0isum et repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

'. Penda-u#uan 2 (ata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. 1agian ini menerangkan penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa. &. Pemberitaan 2 1agian ini berjudul @*asil emeriksaan@, berisi semua keterangan pemeriksaan. =emuan hasil pemeriksaan medik bersi7at rahasia dan yang tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai Arahasia kedokteranB. 5. Kesimpu#an 2 1agian ini berjudul @kesimpulan@ dan berisi pendapat dokter terhadap hasil pemeriksaan. 3eliputi2 ;enis luka dan jenis kekerasan ada orang hidup2 tulis kuali7ikasi luka ada orang mati 2 tulis sebab kematian

/. Penutup2 1agian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku @+emikianlah 0isum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana:()*. @. =andatangan dan nama terang dokter yang membuat VCR. Pr(sedur Permintaan. Penerimaan. dan Pen/era-an Visum et Repertum ejabat yang dapat meminta 0isum et repertum atas seseorang korban tindak pidana kejahatan terhadap kesehatan dan nyawa manusia adalah penyidik dan penyidik pembantu polisi, baik <LR9 maupun olisi 3iliter, sesuai dengan jurisdiksinya masing-masing. 6elain itu jaksa penyidik berwenang pula meminta 0isum et repertum pada perkara pelanggaran *ak .sasi 3anusia. *akim juga dapat meminta 0isum et repertum (psikiatrik) sesuai dengan pasal "4# D pasal "4()*. , biasanya melalui jaksa penuntut umum. enasehat hukum tersangka tidak

diberi kewenangan untuk meminta 0isum et repertum kepada dokter, demikian pula tidak boleh meminta salinan 0isum et repertum langsung dari dokter. enasehat hukum tersangka dapat meminta salinan 0isum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang persidangan. (orban atau keluarga korban juga tidak memiliki kewenangan untuk meminta 0isum et repertum langsung dari dokter. .kan tetapi mereka berhak memperoleh in7ormasi tentang korban pada saat yang tepat dari penyidik, dan mereka juga dapat memperoleh salinan 0isum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang persidangan. +alam hal 0isum et repertum tersebut merupakan hasil pemeriksaan atas seseorang korban hidup, maka dokter pemeriksa berhak untuk memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada korban. 6ikap ini masih dapat dibenarkan dari segi etika kedokteran, dan berkaitan dengan hak pasien atas in7ormasi medis dirinya. 1erbeda dengan prosedur pemeriksaan korban mati yang telah mempunyai ketentuan yang mengaturnya dan bahkan mempunyai ancaman hukuman bagi pelanggarnya, prosedur permintaan 0isum et repertum korban hidup (luka, keracunan dan kejahatan seksual : abortus) tidak diatur secara rinci di dalam ()*. . =idak ada ketentuan yang mengatur tentang pemeriksaan apa saja yang harus dan boleh dilakukan oleh dokter (dalam pasal "&& hanya tertulis pemeriksaan luka). *al ini berarti bahwa pemilihan jenis pemeriksaan yang dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada dokter dengan mengandalkan tanggung-jawab pro7esi kedokteran. ()*. juga tidak memuat ketentuan tentang bagaimana menjamin keabsahan seseorang korban sebagai @barang bukti@. (etentuan tentang perlakuan terhadap korban hidup tidak menunjukkan bahwa ia adalah barang bukti8 ia tidak diberi label dan tidak disegel, apalagi disita oleh negara. 6ituasi tersebut membawa kita kepada keadaan, dimana dokter turut bertanggung-jawab atas pemastian kesesuaian antara identitas yang tertera di dalam surat permintaan 0isum et repertum dengan identitas korban yang diperiksa. +alam praktek sehari-hari, orang dengan luka-luka akan dibawa langsung ke dokter, baru kemudian dilaporkan ke penyidik. *anya korban dengan luka ringan atau tampak

ringan saja yang akan lebih dahulu melapor ke penyidik sebelum pergi ke dokter. *al ini membawa kemungkinan bahwa surat permintaan 0isum et repertum korban luka akan datang @terlambat@ dibandingkan dengan pemeriksaan korbannya. 6epanjang keterlambatan ini masih cukup beralasan dan dapat diterima, maka keterlambatan ini tidak boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan 0isum et repertum. 6ebagai contoh keterlambatan seperti ini adalah keterlambatan pelaporan kepada penyidik seperti yang dimaksud di atas, kesulitan komunikasi dan sarana perhubungan, overmacht (berat lawan) dan noodtoestand (keadaan darurat). 6yarat pembuatan 0isum et repertum sebagai alat bukti surat sebagaimana tercantum dalam pasal "4- butir c sudah terpenuhi dengan adanya surat permintaan resmi dari penyidik. =idak ada alasan bagi dokter untuk menolak permintaan resmi tersebut. erlu diingat bahwa selain sebagai korban (pidana), ia juga berperan sebagai pasien, yaitu seorang manusia yang merupakan subyek hukum, dengan segala hak dan kewajibannya. *al ini berarti bahwa seseorang korban hidup tidak secara "en block" (seutuhnya) merupakan barang bukti. Eang merupakan @barang bukti@ pada tubuh korban hidup tersebut adalah perlukaannya beserta akibatnya, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara pidananya. 6edangkan orangnya sebagai manusia tetap diakui sebagai subjek hukum dengan segala hak dan kewajibannya. +engan demikian, oleh karena barang bukti tersebut tidak dapat dipisahkan dari orangnya, maka tidak dapat disegel maupun disita. Eang dapat dilakukan adalah @menyalin@ barang bukti tersebut ke dalam bentuk 0isum et repertum. .danya keharusan membuat 0isum et repertum atas seseorang korban tidak berarti bahwa korban tersebut, dalam hal ini sebagai pasien, untuk tidak dapat menolak sesuatu pemeriksaan. (eadaan ini berbeda dengan korban mati yang tidak merangkap perannya sebagai pasien dengan segala haknya. (orban hidup adalah juga pasien sehingga mempunyai hak untuk memperoleh in7ormasi medik tentang dirinya, hak menentukan nasibnya sendiri (rights to self determination), hak untuk menerima atau menolak suatu pemeriksaan dan hak memperoleh pendapat kedua (second opinion),

serta tentu saja hak untuk dirahasiakan ihwalnya. )mumnya korban tidak akan menolak pemeriksaan dokter bila telah dijelaskan man7aatnya bagi korban sendiri sehubungan dengan perkara pidananya. =erlebih bila diingat bahwa biasanya pemeriksaan tersebut dikaitkan dengan upaya pengobatan dirinya. .pabila suatu pemeriksaan dianggap perlu oleh dokter pemeriksa tetapi pasien menolaknya, maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis singkat penolakan tersebut dari pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya di dalam catatan medis. (etentuan hukum mengenai siapa yang paling berwenang dalam pembuatan 0isum et repertum korban kejahatan seksual tidaklah jelas. 6elama ini para dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, yang memang terbiasa memeriksa pasien wanita, dianggap paling berwenang dalam pembuatan 0isum et repertum korban kejahatan seksual. !amun apabila diingat bahwa korban kejahatan seksual pada dasarnya adalah korban @perlukaan@, dan bahwa pemeriksaan yang harus dilakukan bukan hanya sekedar pemeriksaan 7isik dan tujuannya adalah untuk pembuktian, maka dokter spesialis 7orensik tampaknya akan mempunyai peranan yang lebih besar. *al ini juga didukung oleh segi keilmuan yang digunakan dalam memeriksa korban kejahatan seksual, yaitu ilmu-ilmu 7orensik dan bukan ilmu obstetri maupun ginekologi. *al penting yang harus diperhatikan adalah bahwa pemeriksa adalah dokter yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, baik di bidang ginekologi maupun di bidang kedokteran 7orensik. =indakan yang akan dilakukan harus didahului dengan penjelasan dan permintaan persetujuan korban, atau bila korban tidak cakap memberi persetujuan dimintakan dari orang tuanya atau keluarga terdekatnya. .pabila korban belum cukup umur, maka disarankan agar persetujuan tersebut ditandatangani oleh bersama, baik oleh korban maupun oleh orangtuanya. 6elain adanya surat permintaan 0isum et repertum dan persetujuan korban, pemeriksaan harus disaksikan oleh chaperone (saksi yang berjenis kelamin sama dengan korban) guna menghindari keadaan yang tidak diinginkan.

ihak yang berhak meminta Ver2


1.

enyidik, sesuai dengan pasal 9 ayat ", yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk menjalankan undang-undang.

2. +i wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari emda =k 99. 3. =idak dibenarkan meminta 0isum pada perkara yang telah lewat. 4.

ada mayat harus diberi label, sesuai ()* "&& ayat C. *arus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut) +i wilayah sendiri 3emiliki 69 (esehatan baik

6yarat pembuat2
-

.da 4 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR korban hidup, yaitu2
1. *arus tertulis, tidak boleh secara lisan. 2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban

atau keluarganya. ;uga tidak boleh melalui jasa pos.


3. 1ukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter. 4. .da alasan mengapa korban dibawa kepada dokter. 5. .da identitas korban. 6. .da identitas pemintanya. 7. 3encantumkan tanggal permintaan. 8. (orban diantar oleh polisi atau jaksa.

.da 4 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR jena,ah, yaitu2
1. *arus tertulis, tidak boleh secara lisan. 2. *arus sedini mungkin.

3. =idak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar. 4. .da keterangan terjadinya kejahatan. 5. 3emberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki. 6. .da identitas pemintanya. 7. 3encantumkan tanggal permintaan. 8. (orban diantar oleh polisi.

6aat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. 1atas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama '# hari. 1ila belum selesai, batas waktunya menjadi 5# hari dan atas persetujuan penuntut umum. Lampiran 0isum
-

Fotogra7i 7orensik 9dentitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut enjelasan istilah kedokteran *asil pemeriksaan lab 7orensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)

Anda mungkin juga menyukai