Anda di halaman 1dari 4

Tata Ruang Wilayah DIY dan Teknologi Geoinformatika

Penataan ruang wilayah DIY dan pengembangannya memerlukan informasi mengenai berbagai obyek yang berada di wilayah tersebut. Dalam hal ini, informasi diperlukan dalam mendukung keseluruhan kegiatan mana jemen, mulai dari perencanaan, implementasi rencana, sampai dengan pemantauan dan evaluasi secara keseluruhan. Informasi yang diperlukan tidak hanya beragam jenisnya, tetapi juga selalu berubah secara dinamis. Sebagai contoh, informasi dasar ( baseline info rmation ) diperlukan untuk mengetahui dan memahami kondisi eksisting yang digunakan sebagai masukan dan pertimbangan awal dalam model perencanaan dan pengembangan wilayah. Dalam kaitan ini, sebaik apapun model yang dipilih tetapi diterapkan tanpa menggunaka n informasi yang merepresentasikan kondisi yang ada, maka implementasi rencana tersebut akan banyak mengalami hambatan bahkan dalam kondisi ekstrim, kegagalan. Selain itu, informasi untuk penataan ruang ini perlu dikelola untuk titik waktu yang berbeda ( multi-temporal). Tanpa penyediaan informasi ini, pencermatan adanya perubahan dan kecenderungan yang terjadi pada obyek-obyek yang berada dalam wilayah DIY tidak dapat dilakukan. Dengan tersedianya data multitemporal ini, adanya penyimpangan pada arah pengembangan yang tidak dikehendaki akan dapat terdeteksi, untuk kemudian dapat dilakukan koreksi sepenuhnya. Hampir keseluruhan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah terkait dengan lokasi di permukaan bumi. Untuk itu, informasi tersebut harus diikatkan pada suatu sistem koordinat, baik dalam sistem koordinat dua ataupun tiga dimensi. Dengan diikatkan pada suatu sistem koordinat, maka akan lebih mudah untuk mengetahui lokasi obyek -obyek yang diinginkan, atau sebaliknya, jika menunjuk ke suatu lokasi dapat segera diketahui obyek-obyek yuang berada dilokasi tersebut. Untuk daerah yang relatif luas seperti halnya wilayah propinsi DIY, maka sistem koordinat yang digunakan harus dinyatakan dalam suatu sistem koordinat dalam salah satu proyeksi peta yang memiliki referensi geodetis yang sesuai. Jika kondisi ini dipenuhi, maka dimungkinkan untuk dilakukan penggabungan informasi spatial baik dari suatu wilayah yang sama, maupun dari satu wilayah dengan wilayah lainnya dengan benar. Secara praktis, informasi yang terkait dengan keruangan dan diikatkan dalam salah satu sistem koordinat dapat disajikan sebagai peta, baik dalam bentuk cetak (hardcopy) maupun file digital ( softcopy). Perkembangan teknologi informasi pada saat ini sangat mendukung pengelolaan informasi kewilayahan dalam bentuk peta tersebut. Dalam konteks ini, teknologi informasi yang secara khusus menangani informasi yang terkait dengan keruangan menjadi subyek yang ditekuni dalam bidang teknik geomatika (geoinformatic engineering ) atau teknologi informasi yang khusus dikembangkan untuk menangani obyek-obyek kebumian. Teknik fotogrametri, yang secara konvensional hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat dan kamera udara metrik, saat ini telah dapat dilakukan dengan format kecil ( small format photogrammetry) yang secara fisik jauh lebih ringan dengan biaya operasional yang lebih murah. Fotogrametri format kecil cukup dilaksanakan dengan pesawat ultra ringan ataupun gantole yang dilengkapi GPS dan kamera SLR biasa. Hampir keseluruhan kegiatan pengolahan data dapat dilakukan secara digital. Untuk cakupan daerah yang luas, teknik penginderaan jauh menjadi pilihan utama yang patut dipertimbangkan. Teknik tersebut saat ini juga sudah mencapai kemajuan yang sangat berarti, terutama setelah dapat dikembangkannya

citra satelit (satellite imagery ) dengan resolusi radiometrik dan spatial yang tinggi, seperti citra Spot dan Ikonos. Kemampuan citra ini sangat mendukung dalam penyediaan dan pemutakhiran data wilayah secara cepat dengan ketelitian tinggi. Dengan perkembangan teknologi informasi sekarang ini, data yang telah terkumpul tersebut dapat diolah dan dikelola dalam sistem yang berkomputer. Data disusun dalam kodifikasi yang sistematik dalam format digital sehingga memungkinkan dilakukan manipulasi data (data manipulation ), antara lain revisi, udating , dan penggabungan antar satu set (himpunan) data dengan set lainnya dengan mudah. Jika format data baik dari sumber primer maupun sumber sekunder masih dalam bentuk cetak atau material diatas kertas perlu dikonversi ke dalam format digital. Untuk melaksanakan kegiatan pengolahan dan pengelolaan data yang terkait dengan lokasi, digunakan sistem yang biasa disebut Sistem Informasi Geografis (SIG). Perangkat lunak SIG sudah banyak tersedia di pasar bebas, termasuk perangkat lunak SIG komersial seperti Arc/Info, Map Info, dan Geomedia. Dalam SIG ini, set data disusun dalam dua jenis basis data, yaitu basis data spatial, dan basis data nonspatial. Basis data spatial berisikan data yang menjelaskan posisi geometrik objekobjek di suatu wilayah, sedangkan data non-spatial berisikan data yang menjelaskan objek-objek yang dikelola dalam basis data spatial. Kedua set data ini dikaitkan dengan satu common identifier , sehingga query (pencarian informasi) suatu objek dapat dilakukan baik dari basis data spatial maupun basis data non-spatialnya. Jika data telah tersusun secara sistematik dalam kedua basis data tersebut, maka data akan lebih mudah untuk dilakukan kegiatan penyajian data, analisis, penyajian informasi baru, dan distribusi data/informasi yang diinginkan. Analisis dapat dilakukan untuk menghasilkan berbagai informasi baru. Data dasar yang diperoleh dari hasil pengumpulan dan pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk peta dan penjelasan obyek yang tercantum dalam peta (extended map legend). Sebagai contoh untuk penyajian data ini adalah data eksisting yang disajikan dalam berbagai peta, seperti peta-peta penggunaan lahan, prasarana jalan, sumberdaya air, dan batas administrasi. Analisis perencanaan dan pengembangan wilayah dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang diinginkan berdasarkan data dasar yang tersedia. Dalam hal ini, informasi tersebut dapat berupa informasi tentang kondisi yang ada maupun informasi hasil perencanaan seperti misalnya peta arahan pengembangan RTRW yang meliputi antara lain peta RTRW, pengembangan sarana-sarana, arahan fungsi kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan kawasan strategis lainnya. Penerapan teknologi informasi khususnya teknolo gi geomatika, di bidang perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah, dapat diperoleh berbagai keuntungan yaitu (1) Efisiensi dan efektifitas pengelolaan data, (2) Transparansi dan akuntabilitas data dan keputusan yang diambil (3) Kemudahan dalam implementasi rencana serta pemantauannya (4) Penyempurnaan kriteria dan model -model pengembangan Data dan informasi yang diperlukan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan wilayah termasuk penyusunan RTRW terdiri dari berbagai jenis dengan volume yang sangat besar. Jika data tetap dikelola secara konvensional, maka efektifitas dan efisiensi kerja menjadi sangat rendah karena kesulitan dalam mengakses data dalam kegiatan pengambilan keputusan. Dilain pihak, teknologi

geomatika telah memberikan peluang kepada para perencanaan dan pengelolaan wilayah mulai dari pemerolehan data yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif cepat dengan ketelitian tinggi. Selanjutnya, data yang telah tersedia dikelola dalam format digital, akan sangat memudahkan dalam mengolah data dalam berbagai prosedur dan model pengambilan keputusan, mulai dari pencarian kembali (retrieval), perbandingan, kombinasi antar set data, serta penayangannya. Data yang terkelola secara sistematis tersebut pada gilirannya akan mendukung asas transpa ransi dan akuntabilitas data dan keputusan yang diambil. Adanya gap maupun duplikasi data dan informasi dapat dicegah dan dihindari. Teknologi informatika sangat membantu dalam menyajikan informasi baik berupa teks maupun gambar/foto dalam berbagai media, seperti tayangan dalam LCD projector, TV, dan internet. Fasilitas tersebut akan sangat berguna dalam mengkomunikasikan RTRW kepada seluruh stakeholders , sehingga para stakeholders dapat memperoleh akses untuk mencermati data dan proses yang dilaksanakan da lam sistem. Jika terjadi keraguan dalam informasi yang disajikan, maka dilacak kembali dalam proses data entry atau melalui model-model pengolahan data dan model pengambilan keputusan, sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap kekeliruan yang ada. Evaluasi pasca implementasi dilapangan juga sangat dimudahkan dengan adanya data dan informasi yang terkelola secara sistematis. Data multi-temporal dari pengamatan langsung, ekstrak dari citra satelit, maupun kombinasi keduanya dapat digunakan dengan pendekatan SIG untuk memantau pengembangan dan perubahan lain yang ada. Perbedaan (discrepancy) antara kondisi yang ada dan rencana yang telah ditetapkan dapat dievaluasi berdasarkan masukan dari data tersebut, sehingga memungkinkan dapat dilakukan penghalusan (refinement) dari rencana tersebut. Dewasa ini, penerapan teknologi informasi khususnya geoinformatika dalam kegiatan perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah telah menjadi keharusan. Tetapi, meskipun teknologi tersebut telah tersedia tidak berarti bahwa teknologi tersebut secara langsung dapat dimanfaatkan. Banyak hal yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan secara operasional, yaitu meliputi komitmen dari para pemegang keputusan di pemerintah propinsi DIY untuk mengadopsi teknologi tersebut. Komitmen ini memiliki konsekuensi disediakannya alokasi anggaran rutin untuk penyediaan dan pengembangan sumberdaya manusia, data, aplikasi, hardware/software dan infrastruktur pendukung lainnya. Secara teknis, penerapan teknologi ini memerlukan penetapan standar formal yang menyangkut pengelolaan data spasial dan non-spasial, yang meliputi jenis data/informasi yang dikelola, klasifikasi, skala, format penyimpanan dan penyajian, toleransi ketelitian data, dan prosedur pengelolaan data yang menyangkut tidak saja tata-cara pelaksanaan baku ( standard operating procedure ) pengolahan data. Tidak kalah penting, diperlukan standar teknis format data dan tata cara tukar-menukar data atau informasi antar institusi, sehingga data yang tersedia di berbagai institusi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Bertolak dari kondisi yang ada sekarang, kegiatan pengelolaan data telah dilaksanakan oleh berbagai institusi sesuai dengan mandatnya. Sebagai contoh, pengelolaan data spasial bidang tanah dan penggunaannya berada di BPN, data bidang tanah untuk keperluan pajak bumi dan bangunan (PBB) berada di kantor pelayanan PBB, data tentang lahan kritis berada di institusi dibawah Departemen Kehutanan, data tekstual sosial-ekonomi berada di BPSuntuk itu, idealnya pemerintah Propins i DIY dapat memanfaatkan data tersebut untuk penataan ruang wilayah. Tetapi hal tersebut masih sulit diimplementasikan mengingat belum terpenuhinya persyaratan

serta prosedur yang disebut diatas. Dalam hal ini, pemerintah Propinsi DIY perlu mengambil praka rsa untuk mengadopsi dan mengembangkan standar spesifikasi teknis serta prosedur yang diuraikan tadi. Berkaitan dengan pemberlakuan otonomi daerah di kabupaten/kota, pengelolaan termasuk pemutakhiran data wilayah kabupaten seyogianya menjadi tanggung jawab pemerintah yang bersangkutan. Jika standar spesifikasi teknis serta prosedur operasional telah ditetapkan, maka data dari seluruh kabupaten atau kota di wilayah DIY akan dapat diintegrasikan didalam sistem untuk membentuk data wilayah propinsi secara lengkap dalam interval waktu yang dinginkan. Jika kondisi ini terpenuhi, maka akan sangat memudahkan dalam melakukan pemantauan dan upaya pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah propinsi DIY. Penerapan teknologi geomatika, khususnya penerapan SIG di Propinsi DIY sejauh pengamatan penulis telah dirintis dan dilaksanakan sejak awal tahun 90-an. Beberapa set data telah disusun dalam basis data digital yang dapat dianalisis untuk menghasilkan berbagai informasi yang diinginkan. Namun jika teknologi geoinformatika ingin di terapkan secara operasional dan berkelanjuatan sebagai bagian dari proses penataan ruang wilayah, maka beberapa implikasi yang disebut diatas perlu dipertimbangkan.

Oleh Dr.Ir Subaryono, MA (Ketua Magister Teknik Geomatika, Staf PPLH dan PSPPR UGM

Anda mungkin juga menyukai