Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN

TANGERANG, BANTEN
Ony Linda, M.Kes

Dian Kholika Hamal, M.Kes


Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA Email: onylinda@yahoo.com

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan dan pekerjaan orangtua serta pola asuh dengan pendidikan dan pekerjaan orangtua dengan status gizi Balita di Kota dan Kabupaten Tangerang, Banten. Penelitian ini dilaksanakan di 20 desa yang tersebar di 8 Kecamatan yang terdapat di kota dan kabupaten Tangerang, pada bulan Desember 2010 hingga Februari 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 664 balita. Jenis penelitian yang digunakan bersifat analitik kuantitatif dengan disain cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square dan fisher exact menggunakan derajat kepercayaan atau CI yang dipakai sebesar 95%. Analisis univariat menggambarkan sebesar 69.9% balita memiliki status gizi baik, menyusul gizi kurang, buruk, dan lebih (21.7%, 6.2%, dan 2.3%). Pendidikan ibu dan ayah balita terbesar berada pada tingkat SD/ sederajat (50.6% dan 40.7%) bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak sekolah (6.8% dan 4.5%). Sementara Ibu lebih banyak yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah balita lebih banyak yang bekerja (97.7%). Pada rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi lingkungan, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit kesemuanya berada pada kategori kurang baik (93.1%, 88,7%, dan 76.8%). Hasil uji bivariat menunjukkan secara statistik ada hubungan yang bermakna (p-value < 0.05) antara pendidikan ayah dan status gizi balita, sementara variabel lainnya (pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan ayah, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi lingkungan, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit) secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p-value 0.05) terhadap status gizi balita. Saran dari hasil penelitian ini meliputi pendidikan gizi bagi keluarga yang berkaitan dengan anak balita meliputi pola makan, perawatan anak, praktik kebersihan, penanganan penyakit yang dapat diberikan oleh petugas kesehatan secara rutin setiap bulan bersamaan dengan kegiatan posyandu. Selain itu dengan pemanfaatan lahan pekarangan atau lahan kosong warga untuk ternak ayam, kolam ikan, atau kebun sayuran yang hasilnya dapat dinikmati oleh warga terutama balita dengan menggunakan dana swadaya masyarakat/ bantuan pihak pemerintah/ swasta Kata Kunci: Status Gizi, Balita, psikososial, higiene dan sanitasi, perawatan kesehatan

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

134

LATAR BELAKANG Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi dapat berakibat gagal tumbuh kembang serta meningkatkan kesakitan dan kematian terutama pada kelompok usia rawan gizi dan penyakit yaitu anak bawah lima tahun (balita). Mereka merupakan kelompok yang paling menderita akibat kurang gizi dan jumlahnya dalam populasi cukup besar besar (Sihadi, 2009). Berbagai faktor yang memengaruhi status gizi pada balita antara lain kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (Almitsier, 2001), kondisi sosial ekonomi (pendapatan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) dan budaya keluarga seperti pola asuh keluarga (Depkes RI, 2002), serta pengetahuan (Suhardjo, 1996). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa

persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5.4%. Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas tahun 2005 (8.8%), tetapi itu tetap menunjukkan bahwa anak balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama; jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk masalah berat (Depkes RI, 2008). Sementara itu, di wilayah Tangerang yang termasuk salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Banten, merupakan salah satu wilayah yang memiliki masalah gizi kronis maupun akut, dengan prevalensi wasting (BB/TB) maupun prevalensi stunting (TB/U) di atas angka nasional yaitu 14.1% dan 38.9% (Depkes RI, 2007). Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sosial ekonomi keluarga dan pola asuh terhadap status gizi balita di wilayah tersebut.

TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Diketahuinya hubungan sosial ekonomi keluarga dan pola asuh terhadap status gizi balita di kota dan kabupaten Tangerang, Banten

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

135

Tujuan Khusus Beberapa tujuan khusus yang dibuat adalah Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran status gizi balita 2. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan ayah dan ibu serta hubungannya terhadap status gizi balita 3. Mengetahui gambaran status pekerjaan ayah dan ibu serta hubungannya terhadap status gizi balita 4. Mengetahui gambaran rangsangan psikososial serta hubungannya terhadap status gizi balita 5. Mengetahui gambaran praktik kebersihan/ hygiene dan sanitasi lingkungan serta hubungannya terhadap status gizi balita 6. Mengetahui gambaran perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit serta hubungannya terhadap status gizi balita

Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup penelitian ini meliputi responden adalah ibu/ ayah balita yang tinggal di wilayah kota dan kabupaten Tangerang tersebar di 20 kelurahan dari 8 kecamatan yang ada dengan unit analisisnya adalah anak balita sebanyak 664 orang. Data yang dikumpulkan meliputi status gizi yang diukur menggunakan indikator BB/U dan hasilnya dibandingkan dengan Z-Score dari baku WHO-NCHS, variabel pendidikan dan pekerjaan orangtua, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ hygiene dan

sanitasi lingkungan, dan perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit didapatkan melalui wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Desember 2010 hingga Februari 2011.

ALUR KEGIATAN Beberapa tahapan dalam kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan berupa penulisan proposal, pengurusan izin lokasi, dan pelatihan pewawancara.

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

136

Tahap pelaksanaan meliputi wawancara dengan ayah/ ibu balita dan penelusuran dokumen yang berkaitan dengan penelitian meliputi profil kota dan kabupaten Tangerang. Bagian akhir tahapan ini adalah penulisan laporan yang diawali oleh pemasukan data dalam program statstik SPSS dilanjutkan dengan analisis data.

HASIL KEGIATAN Gambaran hasil penelitian meliputi sebesar 69.9% balita memiliki status gizi baik, menyusul gizi kurang, buruk, dan lebih (21.7%, 6.2%, dan 2.3%). Pendidikan ibu dan ayah balita terbesar berada pada tingkat SD/ sederajat (50.6% dan 40.7%) bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak sekolah (6.8% dan 4.5%). Sementara Ibu balita lebih banyak yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah balita lebih banyak yang bekerja (97.7%). Demikian pula untuk rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi lingkungan, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit kesemuanya berada pada kategori kurang baik (93.1%, 88,7%, dan 76.8%). Berikutnya hasil uji bivariat menunjukkan secara statistik ada hubungan yang bermakna (p-value < 0.05) antara pendidikan ayah dan status gizi balita, sementara variabel lainnya (pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan ayah, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi lingkungan, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit) secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p-value 0.05) terhadap status gizi balita. Hasil secara lengkap dapat dilihat di tabel 1 dan 2 di bawah ini

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dan Variabel Independen di Kota dan Kabupaten Tangerang, Banten Variabel 1. Status Gizi a. Lebih b. Baik c. Kurang d. Buruk 2. Pendidikan Ibu a. Lanjut b. Dasar
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

n 15 464 144 41

% 2.3 69.9 21.7 6.2

121 543

18.2 81.8 137

3. Pendidikan Ayah a. Lanjut b. Dasar 4. Pekerjaan Ibu a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5. Pekerjaan Ayah a. Bekerja b. Tidak Bekerja 6. Rangsangan Psikososial a. Baik b. Kurang Baik 7. Praktik Kebersihan a. Baik b. Kurang Baik 8. Perawatan Kesehatan a. Baik b. Kurang Baik

203 461

30.6 69.4

167 497

25.2 74.8

657 7

97.7 2.3

46 618

6.9 93.1

75 589

11.3 88.7

154 510

23.2 76.8

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Variabel Independen dengan Status Gizi balita di Kota dan Kabupaten Tangerang, Banten
Variabel 1. Pendidikan Ibu (Pv=0.103) a. Lanjut b. Dasar 2. Pendidikan Ayah (PV=0.003 ) a. Lanjut b. Dasar 3. Pekerjaan Ibu (Pv = 0.800) a. Bekerja b. Tidak Bekerja 4. Pekerjaan Ayah (PV=1.00) a. Bekerja b. Tidak Bekerja Psikososial Status Gizi Kurang Baik Baik n % n % 92 76.0 29 24.0 372 68.5 171 31.5 158 306 77.8 66.4 45 155 22.2 33.6 Total n 121 543 203 461 % 100 100 100 100

346 118

69.6 70.7

151 49

30.4 29.3

4971 67

100 100

456 5

70.3 28.6

193 2

29.7 28.6

649 7

100 100

5. Rangsangan

34

73.9

12

26.1

46

100

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

138

(Pv=0.537) a. Baik b. Kurang Baik 6. Praktik Kebersihan (Pv=0.078) a. Baik b. Kurang Baik 7. Perawatan Kesehatan (Pv=0.280) a. Baik b. b. Kurang Baik

430

69.6

188

30.4

618

100

59 465

78.7 68.8

16 184

21.3 31.2

75 589

100 100

113 351

73.4 68.8

41 159

26.6 31.2

154 510

100 100

KESIMPULAN Beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar balita memiliki status gizi baik (sebesar 69.9%), menyusul gizi kurang, buruk, dan lebih (21.7%, 6.2%, dan 2.3%). 2. Pendidikan ibu dan ayah balita terbesar berada pada tingkat SD/ sederajat (50.6% dan 40.7%) bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak sekolah (6.8% dan 4.5%). Sementara Ibu balita lebih banyak yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah balita lebih banyak yang bekerja (97.7%). Demikian pula untuk rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit kesemuanya berada pada kategori kurang baik (93.1%, 88,7%, dan 76.8%). 3. Hasil uji bivariat menunjukkan secara statistik ada hubungan yang bermakna (pvalue < 0.05) antara pendidikan ayah dan status gizi balita, sementara variabel lainnya (pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan ayah, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit) secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p-value 0.05) terhadap status gizi balita.

SARAN PENGEMBANGAN Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Pendidikan gizi bagi keluarga yang berkaitan dengan anak balita meliputi pola makan, perawatan anak, praktik kebersihan, penanganan penyakit yang dapat

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

139

diberikan oleh petugas kesehatan secara rutin setiap bulan bersamaan dengan kegiatan posyandu 2. Pemanfaatan lahan pekarangan atau lahan kosong warga untuk ternak ayam, kolam ikan, atau kebun sayuran yang hasilnya dapat dinikmati oleh warga terutama balita dengan menggunakan dana swadaya masyarakat/ bantuan pihak pemerintah/ swasta.

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasiona. Jakarta: Rajawali. Depkes RI. 2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Depkes RI. Engle, P.L. Menon. P and Haddad, L. 1997. Care and Nutrition; Concept and Measurement. International Food Policy Research Institute. Jelliffe, D.B. Jelliffe. 1989. Community Nutritional Assesment. Oxford Medical Publication, Oxford University Press. Jusat, Idrus dan Abas Basuni Jahari. 2000. Review Antropometri Secara Nasional dan Internasional. Bogor. Kumpulan Makalah. Diskusi Pakar Bidang Gizi. Muljati, S, et al. 2007. Probabilitas Pulih pada Balita Kurus dan Kurus Sekali Menurut Kepatuhan Mengikuti Pemulihan secara Rawat Jalan di Klinik Gizi Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan 2007,30(2): 4147 Nadesul, Hendrawan. 1995. Cara Sehat Mengasuh Anak. Jakarta: Puspa Swara. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 1995. Ilmu Gizi II. Jakarta: Dian Rakyat. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Suhardjo, 1996. Peranan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistijani, A.D. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa Swara. Supariasa, ID Nyoman dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Kedokteran EGC.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

Jakarta: Penerbit Buku 140

Suryani. 2002. Gizi-Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Susanto, Widyaningsih. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Pangan Dan Gizi. Akademika Yogyakarta. Thaha, Razak. 1996. Gizi Ibu Dan Anak, Kerangka Konsep Dan Metode Pengukuran. Indikator 1996, 3 (1): Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Zeitlin, M.G and H. Mansour, M. 1990. Positive Deviance in Child Nutrition with Emphasis on Psychosocial and Behavioural Aspects and Implications for Developments. The United Nations University Zetlin, M. 2000. Balita di Negara-Negara Berkembang. Peran Pola Asuh Anak, Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpanan Positif Untuk Program Gizi. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi VII. Kerjasama LIPI Bappenas, UNICEF. Jakarta: Deptan, BPS.

Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta 2011

141

Anda mungkin juga menyukai