Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN Pasien diare pada kasus ini adalah anak-anak.

Pasien X didiagnosis mengalami shigella disentri karena adanya lendir dan darah dalam fesesnya. Patogenesis diare yang disebabkan oleh bakteri Shigella yaitu bakteri Shigella akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan atau minuman. Bakteri Shigella akan sampai ke sel-sel epitel usus halus menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bekerja baik yang menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus sehingga meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus sehingga terjadi diare. Pasien X juga mengalami dehidrasi yang disebabkan banyaknya cairan dan elektrolit yang keluar bersama feses dalam jumlah besar, dehidrasi yang dialami pasien mengakibatkan turgor kulit menurun, tekanan darah rendah, RR diatas normal, nadi diatas normal, wajah pucat, dan suhu badan tinggi. Terapi farmakologi yang diberikan kepada pasien X sesuai algorita berikut:

(Dipiro, et all.2007). Pasien X BAB 6x sehari yang terjadi kurang dari 3 hari (diare akut), didalam feses pasien X terdapat lendir dan darah yang menunjukkan secara kasap mata bahwa diare yang

dialami pasien X positif disebabkan oleh bakteri Shigella. Terapi yang diberikan untuk pasien X adalah terapi antibiotik dan terapi simtomatik sesuai algoritma. Terapi antibiotik dan simptomatik yang diberikan kepada pasien X berdasarkan rekomendasi dari WHO pada jurnal yang berjudul Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1 adalah Ringer laktat (rehidrasi), Sioprofloksasin (antibiotik), dan Zink sulfat (antidiare atau pendukung antibiotik). Namun, dalam guidline terbaru menyatakan bahwa siprofloksasin dalam suatu penelitian dapat menghambat pertumbuhan tulang jika digunakan pada anak-anak sehingga terapi siprofloksasin dalam perkembangannya digantikan dengan kotrimoksazol (Rekomendasi A1). Kotrimoksazol terbukti efektiv untuk menyembuhkan disentri yang disebabkan Shigella dan tidak menghambat pertumbuhan tulang pada anak-anak. Terapi rehidrasi sangat dibutuhkan untuk pasien X dehidrasi berat sebagai pengganti cairan dan elektrolit tubuh. Jika dehidrasi tidak segera ditangani akan memperburuk kondisi hipovolemik pasien yang akan berakibat kematian. Terapi rehidrasi yang diberikan pada pasien adalah RL (Ringer Laktat) yang berisi Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28 mEq/L). Ringer Laktat merupakan cairan yang paling fisiologis dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. Ringer Laktat biasa diberikan sebagai asupan air, elektrolit, kalori dan nutrisi vena pusat. Tidak ada interaksi dengan makanan atau obat lain sehingga pemberian infus ini aman untuk digunakan. Terapi seplementasi zinc sulfat diberikan sesuai rekomendasi WHO yang menyatakan zinc sulfat sebagai pelengkap terapi antibiotik disentri pada anak. Selain itu, Zink sulfat memberikan efek hambatan terhadap pertumbuhan spesies Shigella yang merupakan bakteri yang paling sering menjadi penyebab infeksi diare. Pemberian zinc sulfat diharapkan dapat membantu pengobatan diare pada pasien.

KESIMPULAN 1. Pasien X didiagnosis mengalami shigella disentri. 2. Shigella disentri disebabkan karena infeksi bakteri Shigella. 3. Terapi yang diberikan pada pasien yaitu

Ringer Laktat hidrasi.

20 ml/kg BB secara infus intra vena sampai tercapai

Kotrimoksazol ( Trimetoprim-sulfametoksazol) 5mg/KgBB-25mg/KgBB 2x sehari selama 5 hari. Zinc sulfat 20mg 1 x sehari diberikan selama 10 hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Herwana, Elly. 2006. Efek hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan Shigella spp. . Universa Medicina: Jakarta. 2. World Health Organization, 2005. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. Page: 66. 3. World Health Organization, 1994. The Management Of Bloody Darrohea In Young Children. Page: 17 4. Zein, Umar. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Anda mungkin juga menyukai