BAB I
PENDAHULUAN
asbestosis,
sinusitis,
tuberculosis,
P a g e |2
Asma merupakan
P a g e |3
udara
berkontraksi
seperti
kejang,
P a g e |4
dan
Terminologi
Medik
kami
P a g e |5
BAB II
ISI
A. Definisi
P a g e |6
P a g e |7
penyebab
utama
kejadian
dan
perkembangan asma
b. airway remodeling terlibat dalam asma kronis
pada sebagian pasien
B. Patofisiologi
Serangan asma yang mendadak disebabkan oleh
faktor yang tidak diketahui maupun yang diketahui
seperti paparan terhadap alergen, virus atau polutan
dalam maupun luar rumah, dan masing-masing faktor
P a g e |8
dan
bronkus
kecil.
Bila
seseorang
P a g e |9
mengeluarkan
berbagai
macam
P a g e | 10
asma
Inflamasi
hiperesponsif
intermiten
kronik
maupun
asma
menyebabkan
(hipereaktifitas)
jalan
persisten.
peningkatan
napas
yang
P a g e | 11
P a g e | 12
P a g e | 13
tromboksan
dan
leukotrin)
yang
P a g e | 14
transport
mukosiliar.
Kelenjar
bronkus
P a g e | 15
C. Etiologi
Etiologi asma, meliputi:
1.
Genetik
Faktor genetik juga dapat berpengaruh terhadap
P a g e | 16
inflamasi
seperti
sitokin,
serta
faktor
P a g e | 17
mempengaruhi
kecenderungan
individu
/predisposisi
asma
dengan
untuk
P a g e | 18
infeksi
pernapasan
(virus)
diet
status
eksaserbasi
(serangan)
pernapasan
olah
raga
dan
(pengawet,
penyedap,
pewarna
makanan) (Depkes RI, 2007 : 12), serta obatobatan seperti aspirin, NSAID (siklooksigenase
P a g e | 19
P a g e | 20
Komponen
Keparahan
Intermiten
Klasifikasi Keparahan
Persisten
Ringan
Sedang
> 2 hari/ minggu, Setiap hari
tidak setiap hari
Gejala
2 hari/ minggu
Terbangun
malam hari
Penggunaan
-agonis
untuk
mengatasi
gejala
2 hari/ bulan
3-4 x / bulan
Setiap hari
2 hari/ minggu
Setiap hari
Ada sedikit
keterbatasan
aktivitas
Lebih banyak
keterbatasan
aktivitas
Pengaruh
Tidak ada
terhadap
aktivitas
normal
Fungsi Paru Normal diantara
Umur
>
serangan
12tahun s/d FEV1 >80%
dewasa
FEV1/FVC
normal
Umur 5-11 Normal diantara
tahun
serangan
FEV1 >80%
FEV1/FVC >85%
Step
terapi
wise
Step 1
Berat
Sepanjang
hari
Beberapa
kali sehari
Beberapa
kali sehari
Aktivitas
sangat
terbatas
FEV1 >80%
FEV1/FVC normal
FEV1 60-80%
FEV1/FVC
berkurang
FEV1 <60%
FEV1/FVC
berkurang
sampai >
5%
FEV1 >80%
FEV1/FVC >80%
FEV1 60-80%
FEV1/FVC
75-80%
FEV1 <60%
FEV1/FVC
<75%
Step 3 atau 4
Step 5 atau
6
Step 2
P a g e | 21
E. Diagnosis
Diagnosis asma berdasarkan gejala yang bersifat
episodik, pemeriksaan fisiknya berupa napas menjadi
cepat dan dangkal serta terdengar bunyi mengi pada
pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya
tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah
untuk bernapas). Penting dilakukan yaitu pemeriksaan
fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan alat
spirometri atau peak expiratory flow meter.
1.
Spirometri
P a g e | 22
Spirometri
dapat mengukur
kepada
kemampuan
pasien
sehingga
P a g e | 23
2.
P a g e | 24
Nilai VEP1/KVP biasanya lebih besar dari 0,750,80 pada dewasa dan lebih besar dari 0,90 pada anakanak. Setiap nilai yang kurang dari ini menunjukkan
adanya keterbatasan aliran udara. Keterbatasan istilah
aliran udara dan obstruksi jalan napas sering digunakan
ketika hasil tes fungsi paru-paru sedang dijelaskan
(GINA, 2014 : 25). Alat ini adalah alat yang paling
P a g e | 25
bronkodilator,
atau
setelah
pemberian
P a g e | 26
F. Gejala
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel
dengan atau tanpa pengobatan.
1. Gejala awal berupa : batuk terutama pada malam
atau dini hari, sesak napas, napas berbunyi (mengi)
yang
terdengar
jika
pasien
menghembuskan
P a g e | 27
napasnya,
keluar.
2. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat
yang mengancam jiwa. Yang termasuk gejala yang
berat adalah: serangan batuk yang hebat, sesak
napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis
(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut),
sulit tidur, dan kesadaran menurun (Depkes RI,
2007 : 12)
G. Penatalaksanaan Asma
1. Tujuan Tatalaksana
P a g e | 28
P a g e | 29
P a g e | 30
P a g e | 31
sendiri),
(kemampuan
meningkatkan
dalam
keterampilan
penanganan
asma
(compliance)
dan
penanganan
P a g e | 32
P a g e | 33
P a g e | 34
P a g e | 35
P a g e | 36
a. Asma kronik
Tujuan penanganan asma kronik yaitu:
1. Mempertahankan
tingkat
aktivitas
normal
fungsi
paru-paru
mendekati
normal
3. Mencegah gejala kronis dan yang mengganggu
(contoh: batuk atau kesulitan bernafas pada malam
hari, pagi hari atau setelah latihan berat)
P a g e | 37
P a g e | 38
kecenderungan
penutupan
aliran
P a g e | 39
2.
Terapi farmakologi
Berdasarkan penggunaannya, pengobatan asma
ada
dua
macam,
yaitu
pengobatan
saat
P a g e | 40
P a g e | 41
P a g e | 42
jangka
steroid, b2-agonis
panjang
aksi
meliputiinhalasi
panjang,
nedokromil,
sodium
modifier
P a g e | 43
dan
kromoglikat/nedokromil. Namun
obat-obat
P a g e | 44
P a g e | 45
Algoritma Terapi
1. Asma Akut
P a g e | 46
P a g e | 47
2. Asma Kronik
P a g e | 48
P a g e | 49
P a g e | 50
a.
Pengontrol (Controllers)
termasuk
obat
pengontrol
antaralain:
P a g e | 51
Pelega (Reliever)
P a g e | 52
hasil
dikombinasikan
belum
tercapai,
dengan
penggunaannya
bronkodilator
lain),
Simpatomimetik
Mekanisme Kerja
1) Stimulasi
reseptor
mengakibatkan
terjadinya
adrenergik
yang
vasokonstriksi,
P a g e | 53
P a g e | 54
untuk
kontrol
jangka
panjang
(salbutamol),
kerja
singkat
bitolterol,
(seperti
pirbuterol,
albuterol
terbutalin,
P a g e | 55
gejala
asma
akut
dan
bronkospasmus
karena
latihan
fisik.
Obat
Efek Samping
Efek samping umumnya berlangsung dalam waktu
singkat dan tidak ada efek kumulatif yang dilaporkan.
P a g e | 56
glukokortikoid.
Glukokortikoid
dapat
dan
meningkatkan
efek
obat
beta
P a g e | 57
P a g e | 58
Metilxantin
Mekanisme Kerja
Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan
turunannya) akan merelaksasi secara langsung otot
P a g e | 59
polos
bronki
dan
pembuluh
darah
pulmonal,
P a g e | 60
P a g e | 61
lainnya
yaitu
demam,
wajah
kemerah-merahan,
untuk
antikolinergik
inhalasi
oral
(parasimpatolitik)
adalah
suatu
yang
akan
asetilkolin.
Bronkodilatasi
yang
dihasilkan
P a g e | 62
menghambat
sekresi
kelenjar
serosa
dan
P a g e | 63
P a g e | 64
digunakan
sebagai
perawatan
Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih, terdiri
dari sakit perut, nyeri dada (tidak spesifik), konstipasi,
P a g e | 65
Kromolin Natrium
Mekanisme Kerja
Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin
tidak mempunyai aktivitas instrinsik bronkodilator,
antikolinergik,
vasokonstriksi
atau
aktifitas
P a g e | 66
mediator, histamin
dan
SRS-A (Slow
Reacting
P a g e | 67
P a g e | 68
Nedokromil Natrium
Mekanisme Kerja
Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk
pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi
secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai
tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil,
P a g e | 69
menghambat
perkembangan
respon
P a g e | 70
Efek
samping
yang
terjadi
pada
penggunaan
Modifikator Leukotrien
Zafirlukast
Mekanisme Kerja
Zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotrien D4 dan
E4 yang selektif dan kompetitif, komponen anafilaksis
reaksi lambat (SRSA slow reacting substances of
anaphylaxis), produksi leukotrien dan okupasi reseptor
P a g e | 71
berhubungan
dengan
edema
saluran
pernapasan,
P a g e | 72
P a g e | 73
Zilueton
Mekanisme Kerja
Zilueton adalah inhibitor spesifik 5-lipoksigenasi dan
selanjutnya menghambat pembentukan (LTBI, LTCI,
LTDI, LteI).
Indikasi
Profilaksis dan terapi asma kronik pada dewasa dan
anak-anak 12 tahun (Depkes RI, 2007 : 19-54).
P a g e | 74
Pemilihan
Sediaan
oral
atau
inhalasi
untuk asma:
P a g e | 75
P a g e | 76
P a g e | 77
masyarakat
dan
memerlukan
teknik
P a g e | 78
P a g e | 79
asma.
Umumnya
mereka
berisi
P a g e | 80
P a g e | 81
P a g e | 82
4) Memberitahukan
kepada
pasien
dan
dan
P a g e | 83
baik
P a g e | 84
pemicu
seperti
allergen.
tegak
terangkat.
atau
berdiri
dengan
dagu
P a g e | 85
pertama
sebelum
digunakan,
P a g e | 86
untuk
bernapas
dalam
untuk
P a g e | 87
8. Jika
membutuhkan
semprotan
berikutnya,
P a g e | 88
penyambung (spacer)
Keluarkan / buang nafas
Masukkan spacer ke dalam mulut
Tekan bagian atas dari inhaler
Lakukan inspirasi perlahan sampai maksimal,
kemdian tahan 10 detik
agar obat mencapai
targetnya
8. Jika terdengar bunyi
seperti pluit, yang
P a g e | 89
P a g e | 90
P a g e | 91
Nebulizer
cup
memasukkan obat)
(cangkir
tempat
anda
P a g e | 92
Kompresor udara
Berikut
adalah
langkah-langkah
dasar
untuk
P a g e | 93
P a g e | 94
P a g e | 95
masker
daripada
corong.
dengan
ataupun mulut.
normal
melalui
hidung
P a g e | 96
P a g e | 97
P a g e | 98
P a g e | 99
BAB III
PENUTUP
Penulis
menyadari
sepenuhnya
akan
harapkan
dari
berbagai
pihak
demi
Penulis
P a g e | 100
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Asma. Jakarta : 1, 8, 9, 12-16, 1954
Eapen SS, Busse WW. 2002. Asthma in Inflammatory
Mechanisms in Allergic Diseases. In: Zweiman B,
Schwartz LB.editors.USA: Marcel Dekker;
2002.p.325-54.
Gina. 2014. Global Strategy for Asthma Management
and Prevention. Global Initiate for Asthma : 42 dan
43
Kelly dan Sorkness. 2008. Asthma. Pharmacotherapy
A Pathophysiologic Approach 7th Edition. New
P a g e | 101
BUKU SAKU
FARMAKOTERAPI ASMA
P a g e | 102
Disusun Oleh :
Halimatus Sadiyyah Zein
1061421077
PROGRAM KERJA PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN
PHARMASI SEMARANG
2015