Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Anak
Dosen Pembimbing : Nana Rohana, SKM, M.Kep
Disusun oleh :
1. Agis Cahyani
(10.7.001)
2. Agustina Bengan
(10.7.002)
3. Agil Primastuti
(10.7.003)
4. Ahmad Jupri
(10.7.004)
5. Andi Putra. E
(10.7.005)
6. Arif Setiadi
(10.7.006)
7. Cicilia
(10.7.007)
8. Diah Fatmawati
(10.7.008)
9. Didik Suprianto
(10.7.009)
(10.7.011)
(10.7.012)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan anak. Penyusun mengambil judul
Asuhan Kegawatdaruratan asmatikus pada anak.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Dwi Nur Aini, S.Kep sebagai koordinator mata kuliah kegawatdaruratan anak.
2. Nana Rohana, SKM, M.Kep sebagai pembimbing makalah ini.
3. Teman-teman S1 Keperawatan yang telah banyak membantu terselesaikannya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini kurang dari sempurna dan belum dapat memenuhi
harapan dari semua pihak namun penulis telah berusaha agar dapat menyelesaikan makalah
ini sebaik baiknya dan kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep teori
1. Definisi Asmatikus.....................................................................
2. Etiologi ......................................................................................
3. Manifestasi klinik ......................................................................
4. Patofisiologi ..............................................................................
5. Pathways ...................................................................................
6. Komplikasi .................................................................................
7. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................
8. Penatalaksanaan Medis ..............................................................
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian keperawatan.............................................................
2. Diagnosa Keperawatan ..............................................................
3. Intervensi keperawatan ..............................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit saluran udara yang ditandai oleh peradangan saluran
napas dan hyperreactivity (Meningkat tanggap terhadap berbagai pemicu). Hyperreaktivitas mengarah ke saluran napas karena onset akut kejang otot pada otot polos
dari tracheobronchial obstruksi pohon, sehingga mengarah ke lumen menyempit.
Selain kejang otot, terdapat pembengkakan mukosa, yang menyebabkan edema.
Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional (FRC),
dan sisa volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran napas adalah
pengurangan rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik (FEV1) dan FEV1 dengan
kapasitas vital paksa (FVC). Meskipun asma dapat disebabkan oleh infeksi
(khususnya
virus)
dan
iritasi
dihirup,
hal
itu
sering
terjadi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan tentang
kegawatdaruratan anak pada penyakit Asmatikus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit asmatikus
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi penyakit asmatikus
c. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala penyakit asmatikus
d. Mahasiswa mampu mengetahui pathway penyakit asmatikus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 2007)
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 2005)
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smeltzer
Suzanne : 2001)
Asmatikus adalah suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim.
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh
karena itu :
a. Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap
usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
b. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran
napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dll).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons
terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi,
ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini.
Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa seranganasam
berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 2 jam pemberian
obat untuk serangan asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau
antagonis tidak ada perbaikan atau malah memburuk.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigeninhalasi ), seperti debu rumah, serbuk-serbuk dan bulu binatang.
2. Faktor Intrinsik
a. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan penting pada sebagian
besar anak dengan asma (William dkk 1958, Ford 1969). Disamping itu
hiperreaktivitas saluran napas juga merupakan factor yang penting.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan
alergenik sehingga dengan berhubungan dengan umur. Pada bayi dan anak
kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis alergen pencetusnya. Asma karena makanan
biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil.
b. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil. Virus
penyebab biasanya respiratory syncytial virus (RSV) dan virus
parainfluenza. Kadang-kadang juga dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan
parasit.
c. Cuaca
Perubahan tekanan udara (Sultz dkk 1972), suhu udara, angin dan
kelembaban (Lopez dan Salvagio 1980) dihubungkan dengan percepatan dan
terjadinya serangan asma.
d. Iritan
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa, bau tajam dari
cat, SO2, dan polutan udara yang berbahaya lainnya, juga udara dingin dan
air dingin.Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi (Mc. Fadden 1980). Udara kering mungkin juga merupakan
pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani (strauss dkk 1978, Zebailos dkk
1978).
e. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat dapat menimbulkan serangan pada anak
dengan asma (Goldfrey 1978, Eggleston 1980). Tertawa dan menangis dapat
merupakan pencetus. Pada anak dengan faal paru di bawah normal sangat
rentan terhadap kegiatan jasmani.
f. Infeksi saluran napas bagian atas
Disamping infeksi virus saluran napas bagian atas, sinusitis akut dan
kronik dapat mempermudah terjadinya asma pada anak (Rachelesfsky dkk
1978). Rinitis alergi dapat memperberat asma melalui mekanisme iritasi atau
refleks.
g. Refluks gastroesofagitis
Iritasi trakeobronkial karena isi lambung dapat memberatkan asma
pada anak dan orang dewasa (Dess 1974).
h. Psikis
Tidak adanya perhatian dan tidak mau mengakui persoalan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri atau keluarganya akan
memperlambat atau menggagalkan usaha-usaha pencegahan. Dan sebaliknya
jika terlalu takut terhadap serangan asma atau hari depan anak juga tidak
baik, karena dapat memperberat serangan asma. Membatasi aktivitas anak,
anak sering tidak masuk sekolah, sering bangun malam, terganggunya irama
kehidupan keluarga karena anak sering mendapat serangan asma,
pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa khawatir, dapat
mempengaruhi anak asma dan keluarganya.
Serangan asma sering timbul karena kerja sama berbagai pencetus.
Dengan anak pencetus alergen sering disertai pencetus non alergen yang
dapat mempercepat dan memperburuk serangan asma. Pada 38% kasus
William dkk (1958) Faktor pencetusnya adalah alergen dan infeksi. Diduga
infeksi virus memperkuat reaksi terhadap pencetus alergenik maupun
nonalergenik
Berbagai pencetus serangan asma dan cara menghindarinya perlu
diketahui dan diajarkan pada si anak dan keluarganya, debu rumah dan unsur
di dalamnya merupakan pencetus yang sering dijumpai pada anak. Pada
76,5% anak dengan asma yang berobat di poliklinik Subbagian Pulmonologi
Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM Jakarta, debu rumah
diduga sebagai pencetusnya.
Serangan asma setelah makan atau minum zat yang tidak tahan, dapat
terjadi tidak lama setelah makan, tetapi dapat juga terjadi beberapa waktu
setelahnya.
Anggota keluarga yang sedang menderita flu tidak boleh mendekati
anak yang asma atau kalau dekat anak yang asma lebih-lebih bila bicara,
batuk atau bersin perlu menutup mulut dan hidungnya. Hindarkan anak dari
perubahan cuaca atau udara yang mendadak, lebih-lebih perubahan ke arah
dingin.
Aktivitas fisik tidak dilarang bahkan dianjurkan tetapi diatur. Jalan
yang dapat ditempuh supaya anakdapat tetap beraktivitas adalah :
1) Menambah toleransi secara bertahap, menghindari percepatan gerak
yang mendadak, Mengalihkan macam kegiatan, misalnya lari, naik ke
sepeda, berenang.
2) Bila mulai batuk-batuk istirahat dahulu sebentar, minum air dan
kemudian bila batuk-batuk sudah mereda kegiatan dapat dimulai
kembali.
3) Ada beberapa anak yang memerlukan makan obat atau menghirup obat
aerosol dahulu beberapa waktu sebelum kegiatan olahraga.
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot- otot asesori pernapasan
3. Pernapasan cuping hidung
4. Batuk kering karena secret kental dan lumen jalan napas sempit
5. Diaphoresis
6. Sianosis
7. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
8. Kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadaran
9. Tidak toleran terhadap aktifitas : makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
D. PATHOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung, 2003)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest. (Tanjung, 2003)
a. Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
b. Kontraksi otot polos
c. Edema mukusa
d. Hipersekresi
e. Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
f. Hipoventilasi
g. Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
h. Gangguan difusi gas di alveoli
i. Hipoksemia
j. Hiperkarpea
E. PATHWAY
F. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.
G.
H.
Ig E
Respirasi asidosis
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinopil.
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
b. Hipoksemia
c. Pneumothoraks Ventil
d. Emfisema
e. Gagal jantung
f. Gagal napas
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanggulangan serangan asmatikus pada anak sekarang yang lebih penting
ditujukan untuk mencegah serangan asma bukan untuk mengatasi serangan asmatikus.
Pencegahan serangan asmatikus terdiri atas :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a) Pengkajian Primer
2. Airway (jalan napas)
3. Breathing
4. Circulation
5. Disability
6. Exposure
Menciptakan
lingkungan
yang nyaman
supaya
tidak
tambah
memperburuk keadaan
b) Pengkajian Sekunder
1). Riwayat Keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
sputum
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas
c. perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kekurangan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
a. ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum
Intervensi:
1) Amankan pasien ke tempat yang aman
R/lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak
untuk pasien
2) Kaji tingkat kesadaran pasien
R/dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk
mengetahui
Intervensi:
1) Kaji usaha dan frekuensi napas pasien
R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien
2) Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung
pasien serta pipi ke mulut pasien
R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien
3) Pantau ekspansi dada pasien
R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien
Intervensi:
1) pantau tanda tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi
jugularis
R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit jalan napas yang tak dapat pulih yang terjadi karena
spasme brongkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti allergen, infeksi
dan latihan (Hudak & Gallo. 1997. hal, 565).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon
terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001. hal 614).
B. Saran
Diharapkan setelah mempelajari makalah seminar asuhan keperawatan gawat
darurat sistem pernafasan pada anak: status asmatikus pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan sesuai rencana keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo (2006), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran
EGC, Jakarta.
Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price (2006), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku
2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Guyton & Hall (2005), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta