December
7, 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial Kelima sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang
berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok 14 semester 5 ini.
Pada tutorial ini kami membahas masalah yang berkaitan
dengan Trauma pada Abdomen yang mengakibatkan perdarahan.
Adapun dalam diskusi kali ini kami juga membahas dari masingmasing organ yang kemungkinan terkena trauma tumpul dan
bagaimana
maninestasi
masing-masing
laporan
ini
klinis
serta
kami
membahas
cara
mendiagnosis
dari
mengenai
syok
yang
dapat
Aorta
dan
Diafragma,
yang
ditambahkan
dengan
mohon
maaf
jika
dalam
laporan
ini
terdapat
banyak
December
7, 2009
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
Skenario III.................................................................................................................. 3
Concept Map............................................................................................................... 4
Learning Objective..................................................................................................... 5
Pendekatan diagnosis ................................................................................................ 6
Trauma Tembus.......................................................................................................... 13
Trauma Tumpul ......................................................................................................... 16
Overview penyakit...................................................................................................... 20
Trauma Lien.......................................................................................................... 20
Trauma Hepar....................................................................................................... 25
Trauma Pankreas.................................................................................................. 29
Trauma Gaster...................................................................................................... 31
Trauma Intestine................................................................................................... 39
Trauma Diafragma............................................................................................... 43
Trauma Aorta Abdominalis................................................................................. 47
Indikasi LAparotomi................................................................................................. 49
Tatalaksana Syok....................................................................................................... 50
Daftar Pustaka............................................................................................................ 53
December
7, 2009
Scenario 8
Trauma Abdomen
Seorang wanita, 40 th dibawa ke UGD RSU Provinsi NTB setelah
mengalami
tabrakan sepeda motor. Pasien dibawa dalam keadaan mengerang
dengan kesadaran
menurun, GCS E3V4M4, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 X/menit
dan
respiratory rate 18 x/menit. Pada pemeriksaan ditemukan luka lecet di
kepala dan
lengan atas, terlihat memar kebiruan pada perut bagian atas. Setelah
diobservasi
selama 3 jam ditemukan tekanan darah menurun menjadi 80
mmHg/palpasi, nadi 120
x/menit, lemah, RR 28x/menit, dinding abdomen menegang, bising usus
menurun.
Selanjutnya dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang
laboraturium dan radiologi. Pada laboraturium didapatkan Hb 7 gr% dan
pada rontgen
ditemukan air fluid level. Dokter menemukan peritoneal lavage positif (+)
darah.
December
7, 2009
MAPPING CONCEPT
Trauma :
Blunt &
Penetrating
Trauma
Abdominal
Primary
Survey
Secondary
Survey,
Observasi
(Radiologi, DPL,
Laboratorium)
Lokasi
Tanda-Tanda
MRS: Memar
(perut bagian
atas),Kesadaran
menurun Vital
Sign Normal.
Kondisi Tidak
Stabil:
TD : 80 mmHg
Nadi : 120
x/menit
RR : 28
x/menit
Syok
Hipovolemik
Perdarahan
Organ-organ
kemungkinan
terkena:
Spleen
Liver
Pancreas
Gaster
Intestine
Aorta
Abdominal
December
7, 2009
LEARNING OBJECTIVE
December
7, 2009
Pendekatan Diagnosis
Dari scenario didapatkan pasien datang setelah mengalami kecelakaan
motor. Pasien dalam keadaan mengerang dengan kesadaran pasien
menurun. Dan berdasarkan pemeriksaan didapatkan luka memar atau
kebiruan didaerah perut bagian atas. Berdasarkan hal-hal tersebut jelas
pasien mengalami trauma yang menimbulkan beberapa hal yaitu:
1. GCS E3V4M4
GCS merupakan skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran seseorang. Selain itu GCS juga digunakan dalam menilai
secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum
dalam
deskripsi
beratnya
penderita
cedera
kepala.
Nilai
Nilai
Spontan
Terhadap suara
Terhadap nyeri
Tidak ada
Respon Motorik Terbaik (M)
Ikuti perintah
Melokalisir nyeri
5
6
Fleksi
December
7, 2009
(menarik 4
normal
Fleksi
(dekortikasi)
abdominal 1
Ekstensi
(deserebrasi)
Tidak ada (Flasid)
Respon Verbal (V)
Berorientasi baik
Berbicara
(Bingung)
mengacau 4
3
Tidak ada
Berdasarkan penjelasan diatas, maka arti GCS pasien adalah:
E3 terhadap suara
V4 berbicara mengigau
M4 fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)
Maka, pasien masih tidak jatuh dalam keadaan syok.
2. Memar kebiruan pada perut bagian atas
Hal ini dimungkinkan terjadi karena benturan yang keras dengan
benda tumpul sehingga mengakibatkan kebiruan, dan dengan
adanya warna kebiruan tersebut menandakan bahwa terjadinya
proses
perdarahan
dibawah
kulit,
dan
kemungkinan
dapat
Perubahan
vital
sign
yang
sangat
cepat
ini
December
7, 2009
kemungkinan
lemah,
dan
RR
28
x/menit,
maka
menandakan
pada
orang
dewasa),
tekanan
nadi
(berhubungan
takipneu
dengan
dan
penurunan
peningkatan
dalam
December
7, 2009
itu
sendiri
yang
berkumpul
didaerah
abdomen,
bising
usus.
Namun
dapat
juga
dikarenakan
cerna
yang
berongga,
sehingga
akan
memberikan
December
7, 2009
secara
teknik
sulit
dilakukan
seperti
kegemukan,
perubahan
sensoris-cedera
kepala,
intoksikasi
alcohol,
Antisipasi kehilangan kontak panjang dengan penderitaanastesi umum untuk cedera yang lain dari abdomen, study
pemeriksaan rontgen yang lama waktunya, seperti angiografi
(penderita hemodinamis noemal atau abnormal)
ketika
bertemu
pertamakali
dengan
seseorang
yang
December
7, 2009
mengalami
11
December
7, 2009
12
December
7, 2009
Trauma tembus
Luka tusuk dan luka tembak kecepatan rendah menyebabkan
kerusakan
jaringan
karena
laserasi
atau
terpotong.
Luka
tembak
lagi.
Luka tusuk melintas struktur abdomen di dekatnya dan paling
umum mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%) dan usus
besar (15%). Luka tembak menyebabkan lebih banyak cedera dalam
abdomen karena perjalanannya yang lebih panjang di dalam tubuh dan
juga berdasarkan energi kinetis yang lebih besar dan dapat mengenai
usus kecil (50%), usus besar (40%), hepar (30%) dan struktur vaskuler
abdomen (25%).
Semua penderita dengan luka tembus dekat perut dan disertai
hipotensi, peritonitis, atau eviserasi memerlukan laparotomi segera.
Penderita dengan luka tembak yang jelas melintas rongga peritoneum
atau
daerah
visceral/vascular
dari
retroperitoneum
pada
watu
December
7, 2009
Skrining
pemeriksaan
rontgen
untuk
trauma
untuk
trauma
tembus
Penderita yang hemodinamis abnormal dengan luka tembus di
abdomen tidak memerlukan pemeriksaan rontgen di bagian gawat
darurat. Kalau penderita hemodinamis normal dan mempunyai trauma
tembus di atas pusar atau diduga cedera torakoabdominal, foto rontgen
toraks
tegak
berguna
untuk
menyingkirkan
adanya
udara
sambil
tidur
untuk
menentukan
jalan
peluru
atau
December
7, 2009
adanya
udara
retroperitoneum.
omentum
atau
usus
halus
keluar,
hal
mana
menuntut
15
December
7, 2009
yang
masuk
pada
tabrakan
kendaraan
bermotor
dapat
16
mengakibatkan
Kekuatan
cedera
tekanan
atau
tindasan
pada
isi
December
7, 2009
abdomen.
adalah
limpa
(40-55%),
hati
(35-45%),
dan
hematoma
kecepatan
retroperitoneum (15%).
Penilaian :
A. Riwayat Trauma
Keterangan
mengenai
tanda-tanda
vital,
cedera
yang
kelihatan, dan besar dan lokas rasa sakit di abdomen, serta respon
terhadap terapi.
B. Pemeriksaan Fisik
Untuk mencari bagian tubuh yang terkena trauma, lalu menetapkan
derajat cedera.
Pengambilan contoh darah dan urine :
darah diambil dari salah satu vena permukaan dan dikirm untuk golongan
darah
dan
pemeriksaan
laboratorium
rutin
pada
penderita
yang
17
December
7, 2009
Pemeriksaan Rontgen
18
December
7, 2009
December
7, 2009
kemungkinan
organ
abdomen
yang
terkena,
sehingga
Overview Penyakit
Trauma Lien
20
December
7, 2009
Epidemiologi
Trauma pada liver sangat umum ditemukan pada cedera abdomen
dikarenakan benda tumpul, tajam maupun luka tembak.
Etiologi
Blunt trauma: bias terjadi secara langsung (dipukul pada bagian perut kiri
atas) atau tidak langsung.
Trauma tajam: transabdominal atau transtorakal
Iatrogenic
Patofisiologi
21
December
7, 2009
Akibat
posisinya
yang
cenderung
tidak
December
7, 2009
terlindungi,
dan
Injury Type
Hematoma
Laceration
II
Hematoma
Laceration
III
Hematoma
Laceration
IV
Laceration
Laceration
Vascular
Description of Injury
Diagnosis
23
December
7, 2009
diagnosis
dan
terapi
pasien.
Sedang
pada
pasien
dengan
limpa
dan
desakan
terhadap
lambung
kearah
media.
Pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis cedera lien adalah dengan
CT scan.
Treatment
Pilihan terapi untuk cedera lien dapat dilakukan dengan teknik nonoperatif dan operatif.
December
7, 2009
25
December
7, 2009
Trauma hepar
Epidemiologi
Etiologi
o Bisa diakibatkan karena fraktur costa yang mengenai liver
o Paling
sering
karena
kecelakaan
motor
dan
mengakibatkan
Manifestasi klinis
o Loss blood, gejala peritonitis, kuadran kanan atas tegang
o Ada
kalanya
orang
dengan
trauma
abdomen
tumpul
akan
26
December
7, 2009
Liver injury
Grade
type
Description
hematom
Subscapular 10%
permukaan
II
Laserasi
Capsular fear
Hematom
Subscapular 10-15%
permukaan
intraparenkimal <10
cm(diawetes)
Laserasi
dept
<10 cm lebar
III
hematom
Subscapular 50%
permukaan
ruptur
intraparenkimal > 10
cm melebar
Laserasi
cm
laserasi
parenkim
IV
Laserasi
Disrepasi
25-75%
atau
Parenkim
dari
1-3
lobus
cocnaid
segment
V
laserasi
Disrepsi parenkim
75% lobus atau 3
couirawd
segment
seperti
retra
vaskular
Hepatic avulsion
27
December
7, 2009
Patofisiologi
o 85% injury hepar melibatkan segmen 6,7, dan 8 pada liver
o Kemungkinan terjadi karena kompresi pada costa, vertebra, atau
posterior dinding abdomen
o Ligamentum
liver
menepel
pada
diafragma
dan
menempel
Komplikasi
Trauma hepar dapat mengakibatkan:
o Hematoma subscapular
o Laserasi
o Kontusi
o Distrupsi vaskular hepar
o Injury pada bile duct
28
December
7, 2009
Trauma Pankreas
29
December
7, 2009
Foto
dan
duktus
serta
tanpa
perdarahan
persisten
tidak
jika
pankreas
di
transeksi
sampai
ke
pembuluh
darah
30
December
7, 2009
rusak
dan
seluruh
segmen
duodenum
mengalami
devaskularisasi.
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum adalah fistula pankreas dan hampir semua
menutup dalam 1 bulan. Hiperalimentasi secara intravena berguna untuk
mempertahankan nutrisi dan keseimbangan nitrogen tanpa merangssang
pankreas. Fistula pankreas bida menimbulkan terjadinya abses pada
sakus-sakus dibawahnya dan daerah subfrenikus. Pada kebanyakan
pasien, timbulnya abses ini, mempunyai hubungan dengan cedera
gastrointestinal dan limpa.
Mortalitas
Angka mortalitas setelah luka tembus pada pankreas adalah 5%, luka
tembak 22%, dan trauma tumpul 19%.
31
December
7, 2009
Perforasi Gaster
Perforasi
gastrointestinal
adalah
penyebab
umum
dari
akut
divertikulum
kolon
sigmoid,
kerusakan
akibat
trauma,
perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas di
sistem gastrointestinal. Perforasi paling sering adalah akibat ulkus peptik
lambung dan duodenum. Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen
(perforatio libera) atau adesi kantung buatan (perforatio tecta).
Etiologi
1. Perforasi non-trauma, misalnya :
o akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia
o spontan pasa bayi baru lahir yang terimplikasi syok dan stress ulcer.
o Ingesti aspirin, anti inflamasi non steroid, dan steroid : terutama pada
pasien usia lanjut.
o Adanya faktor predisposisi : termasuk ulkus peptik
o Perforasi oleh malignansi intraabdomen atau limfoma
o Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi
esofagus, gaster, atau usus dengan infeksi intraabdomen, peritonitis, dan
sepsis.
2. Perforasi trauma (tajam atau tumpul), misalnya :
o trauma iatrogenik setelah pemasangan pipa nasogastrik saat endoskopi.
o Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen (misalnya tusukan
pisau)
o Trauma tumpul pada gaster : trauma seperti ini lebih umum pada anak
daripada dewasa dan termasuk trauma yang berhubungan dengan
pemasangan alat, cedera gagang kemudi sepeda, dan sindrom sabuk
pengaman.
32
December
7, 2009
keadaan
normal,
lambung
relatif
bersih
dari
bakteri
dan
gaster
beresiko
terhadap
kontaminasi
peritoneal
dengan
33
December
7, 2009
Nyeri
ini timbul
mendadak, terutama
dirasakan di daerah
Peristaltis
usus
menurun
sampai
menghilang
akibat
letargik
karena
syok
toksik.
Rangsangan
peritoneum
December
7, 2009
gastrointestinal
adalah
penyebab
umum
dari
akut
sistem
gastrointestinal.
Hal
ini
terjadi
setelah
perforasi
Seorang
dokter
yang
berpengalaman,
dengan
35
December
7, 2009
melihat
udara
bebas
dan
membuat
interpretasi
udara
bebas
dapat
mencapai
titik
tertinggi
di
atau
posisi
decubitus
lateral
kiri.
teknik
kandung
kemih
penuh.
Kebanyakan,
36
December
7, 2009
3. CTscan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak
seperti gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan
negatif. Oleh karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini
perforasi
gaster.
Ketika
melakukan
pemeriksaan,
kita
perlu
tidak
terlihat
pada
scan
murni
klasik,
kita
dapat
37
December
7, 2009
Penatalaksanaan
Penderita
yang
lambungnya
mengalami
perforasi
harus
diperbaiki
spectrum
luas
yang
cepat
dilakukan, untuk
mencegah
38
December
7, 2009
Malnutrisi
Timbulnya komplikasi
Komplikasi
Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan
bakteri pada gaster
Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan
luka operasi) dapat
December
7, 2009
Trauma Intestine
40
December
7, 2009
dengan
kontras
hemodinamiknya stabil.
peroral
dan
IV
pada
pasien
yang
eksplorasi.
Jika
hematom
menyebabkan
obstruksi
maka
Intraoperative
duodenum
membutuhkan
mobilisasi
December
7, 2009
adanya
retroperitoneal
hematom
disekitar
duodenum
II
III
IV
From Moore EE, Cogbill TH, Malangoni MA, et al: Organ injury scaling: II.
Pancreas, duodenum, small bowel, colon, and rectum. J Trauma 30:14271429, 1990, with permission.
D1, first portion of the duodenum; D2, second portion of the duodenum;
D3, third portion of the duodenum; D4, fourth portion of the duodenum.
Minor injuries (grade I dan II) didiagnosis dalam waktu 6 jam, simple
primary repair perlu dilakukan. Setelah 6 jam, resiko kebocoran akan
meningkat dan berbagai bentuk dekompresi pada duodenum (transpyloric
42
December
7, 2009
suction
dengan
NGT
hingga
peristaltis
membaik
dan
sering
terjadi
adalah
hingga
terbentuknya
keras
intestinal
antara
vertebral
bodies
dan
objek
43
December
7, 2009
benturan.
2. Deceleration
yang
merobek
tempat
fiksasi
intestinal
seperti,
eksplorasi
yang
jelas.
Foto
polos
abdomen
dapat
jam-hari
setelah
trauma
dan
pasien
dapat
merassakan
December
7, 2009
Trauma Diafragma
Robekan tumpul dapat terjadi di setiap bagian diafragma, namun,
hemidiagfragma kiri lebih sering cedera. Cedera yang paling sering terjadi
adalah robekan sepanjang 5 sampai 10 cm dan meliputi hemidiafragma
kiri posterolateral. Pada saat pertama kali dilakukan rontgen thoraks,
maka yang mungkin nampak adalah terangkatnya atau blurring
(kaburnya) hemidiafragma, hemothoraks, bayangan gas abnormal yang
menyembunyikan hemidiafragma atau pipa gastric (nasogastrik tube)
yang tampak terletak di dada. Namun, perhatikan rontgen dada
permulaan bisa juga normal pada sebagian kecil penderita.
Diafragma merupakan otot utama pernafasan, yang turun saat
inspirasi
untuk
menghasilkan
tekanan
subatmosferik
yang
lebih
besardalam rongga pleura dan naik saat ekspirasi. Karena tubuh sangat
mengandalkan diafragma untuk fungsi respirasi, maka setiap saat
terjadipenurunan fungsi diafragma, secara bersamaan akan terjadi
disfungsi respirasi. Tubuh memiliki berbagai mekanisme kompensasi
terhadap penurunan fungsi diafragma, walau begitu, tidak ada satupun
proses yang dapat mencegah terjadinya bahaya terhadap respirasi jika
penyimpangan fungsi diafragma cukup besar atau bahkanfungsinya sama
sekali hilang.
Ruptur diafragma akibat trauma merupakankasus yang jarang
terjadi, dan biasanya terjadi pada trauma tumpul hebatataupun trauma
45
December
7, 2009
tusuk lainnya pada dada, abdomen atau pelvis. Delapan puluh sampai
sembilan puluh persendari ruptur diafragma akibat trauma tumpul
diakibatkan oleh kecelakaankendaraan bermotor. Jatuh, ataupun trauma
lainnya seperti akibat kekerasanjarang dilaporkan.
Ruptur pada diafragma kanan lebih jarang terjadi bila dibandingkan
dengan sisi kiri (sekitar 24,2% : 68,5%). Hal ini dimungkinkan berkat
adanya efek proteksi dari hepar yang dapatmenghantarkan tekanan ke
area yang luas. Herniasi organ intraabdomen ke dalam rongga pleura
pada ruptur diafragma kanan jarang terjadi,hanya terlihat pada 19%
kasus sementara herniasi pada ruptur diafragma kiriterdapat pada sekitar
58% kasus.
Mekanisme rupturdiafragma akibat trauma tumpul berkorelasi
dengan terjadinya peningkatanmendadak dari tekanan intraabdominal,
yang menciptakan beda tekanan yang besarantara rongga abdominal
dengan torakal. Benturan lateral darikecelakaan kendaraan bermotor
memungkinkan terjadinya
bermotor
dapat
menyebabkan
peningkatan
tekanan
46
December
7, 2009
kasus
ini,
evaluasi
berulang
pasca
trauma
perlu
dilakukan
yang
mengalami
herniasi.
Namun
lesi
pada
December
7, 2009
diafragma
kanan
hepar
terhadap
diafragma.
Perlu
diingat
pula
bahwa
akibat
trauma.
merencanakanpembedahan
dan
Torakoskopi
memperbaiki
juga
berguna
ruptur
untuk
diafragma
itu
sendiri.
48
December
7, 2009
December
7, 2009
Patofisiologi
BAT disebabkan biasanya karena trauma deselerasi. Bagian yang
sering terkena adalah jantung, pembuluh besar, leher, dan organ-organ
abdomen. Gejala klinis pada trauma penetrasi berbeda dengan trauma
tumpul. Trauma deselarasi atau trauma tumpul pada aorta paling sering
pada aorta thoracic, kecuali pada selt-belt injury, paling sering adalah
aorta abdominalis. Diagnosa harus cepat dan tepat karena injuri aorta
sangat mengancam jiwa.
Robekan aorta biasanya melintang dan melibatkan beberapa
lapisan
aorta
dengan
derajat
yang
bervarisasi.
Robekan
komplit
Sign
Mediastinum > 8 cm
Aortic
Normal Aortographic
Laceration, %
Findings, %
75.5
73.3
50
75.5
94.7
12.2
15.4
61.2
31.6
66.7
23.1
53.1
26.3
36.7
42.1
Fracture of rib 1 or 2
17.0
30.0
arch contour
Indistinct descending aortic
contour
Trachea displaced to the right
NG tube or esophagus displaced
to the right
Left mainstem bronchus
displaced inferiorly
December
7, 2009
December
7, 2009
scan
dengan
kontras
memperlihatkan
rupture
traktus
December
7, 2009
tekanan
baji
paru
dengan
menggunakan
kateter
Swan-Ganz.
Bila
teratasi.
Kehilangan
darah
yang
berlanjut
dengan
kadar
Pemberian
resusutasi
cairan,
saluran
pernapasan
harus
dijaga.
Class I
Class II
Class III
Class IV
7501500 15002000
>2000
Blood
1530%
3040%
>40%
>100
>120
>140
loss Up to 15%
(%BV)
Pulse rate
<100
53
Blood pressure
Pulse
Class I
Class II
Class III
Class IV
Normal
Normal
Decreased
Decreased
or Decreased Decreased
Decreased
pressure Normal
(mm Hg)
December
7, 2009
increased
2030
3040
>35
Urine
2030
515
Negligible
output >30
(mL/h)
CNS/mental
Slightly
Mildly
Anxious
status
anxious
anxious
confused
and Confused
and
lethargic
54
December
7, 2009
Daftar Pustaka
Sjamsuhidajat R., de Jong W., 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC
Sobiston Texbook of Surgery. The Biological Basis of Modern
Surgical Practice. Ed. 17.
Suyono, S., 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke tiga.
Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Doherty, Gerard M. 2009. Current Diagnosis and Treatment:
Surgery, 13e. USA: McGraw-Hill
Companies
55
December
7, 2009
56