Anda di halaman 1dari 8

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

Objek PPnBM Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan terhadap: 1. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

Yang dimaksud dengan barang kena pajak yang tergolong mewah adalah: 1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok 2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu 3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi 4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukan status.

Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan hanya satu kali pada penyerahan barang kena pajak yang trgolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

Tarif PPnBM Tarif penjualan atas barang mewah adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 200% Ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%

Dasar Pengenaan Pajak PPnBM Kendaraan Bermotor 1. Harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah atas penyerahan kendaraan bermotor yang tergolong mewah yang dilakukann oleh pabrikan atau pihak yang menghasilkan, tidak termasuk pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. 2. Nilai impor yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung PPN dn PPnBM atas kendaraan bermotor yang tergolong mewah tidak termasuk pajak PPn dan PPnBM 3. Harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk menhitung PPN atas penyerahan kendaraan bermotor yang tergolong mewah yang dilakukan oleh PKP selain pabrikan atau pihak yang menghasilkan atau atas impor, termasuk PPnBM yang dikenakan atas penyerahan

dari pabrikan atau pihak yang menghasilkan atas impor kendaraan bermotor mewah tersebut. 4. Untuk kendaraan bermotor yang tergolong mewah yang diimpor dalam keadaan terurai(CKD) atau produksi dalam negeri. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah belum terutang pada saat impor kendaraan bermotor dalam keadaan terurai. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan kendaraan bermotor tersebut dari pabrikan atau pihak yang menghasilkan kendaraan bermotor sama dengan Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yaitu sebesar harga jual. Dasar Pengenaan Pajak yang dipakai dasar menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan bermotor tersebut pada lini setelah penyerahan dari pabrikan atau pihak yang menghasilkan kendaraan bermotor adalah harga jual. 5. Untuk kendaraan bermotor yang tergolong mewah yang diimpor dalam keadaan terpasang (CBU). Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atas impor kendaraan bermotor tersebut sama dengan Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yaitu sebesar Nilai Impor. Dasar Pengenaan Pajak yang dipakai untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan kendaraan bermotor tersebut oleh importir yang bersangkutan dan penyerahan pada lini selanjutnya adalah Harga Jual. 6. Atas setiap penyerahan kendaraan bermotor harus diterbitkan Faktur Pajak yang diterbitkan pada setiap lini distribusi kendaraan bermotor yang tergolong mewah, harus dicantumkan juga nilai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut atau telah dipungut pada lini sebelumnya. 7. Harga Jual yang dipakai untuk menghitung pajak pertambahan nilai atas penyerahan kendaraan bermotor yang tergolong mewah kepada pembeli yang mempunyai Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak termaasuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dipungut. Pihak yang menyerahkan kendaraan bermotor dapat mengajukan permohonan restitusi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dipungut sebelumnya sesuai dengan ketentuan yang kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak ditempat yang bersangkutan dikukuhkan.

Saat Terutang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam hal pusat atau cabang yang menyerahkan BKP yang tergolong mewah kepada PKP yang mengahsilkan BKP yang tergolong mewah, maka atas penyerahan BKP tersebut belum terutang PPnBM, saat terutangnya PPnBM atas penyerahan BKP yang tergolong mewah ditetapkan pada saat penyerahan BKP dimaksud dari PKP pusat atau cabang kepada pihak lain berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-8/PJ/2010, tanggal 1 Maret 2010.

Contoh Perhitungan PPN dan PPnBM atas Kendaraan Bermotor 1. Contoh mekanisme pemnugutan PPN dan PPnBM untuk kendaraan impor dalam keadaan CBU. a. Importir Kendaraan Bermotor: Importir Umum/Industri Perakitan/ATPM Impor Rp Nilai Impor (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan PPnBM (50%) Harga impor 200.000.000 20.000.000 100.000.000 320.000.000

Penyerahan Rp Harga Beli KB Keuntungan PPnBM dibayar Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Keluaran Harga Penjulan 200.000.000 20.000.000 100.000.000 320.000.000 32.000.000 352.000.000

b. Distributor Pembelian Rp Harga Beli DPP PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian 320.000.000 32.000.000 352.000.000

Penyerahan Rp Harga beli KB Keuntungan Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Penjualan 320.000.000 20.000.000 340.000.000 34.000.000 374.000.000

c. Dealer Pembelian Rp Harga beli DPP PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian 340.000.000 34.000.000 374.000.000

Penyerahan Rp Harga beli KB Keuntungan Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Penjualan 340.000.000 20.000.000 360.000.000 36.000.000 396.000.000

d. Sub-Dealer/Showroom Pembelian Rp Harga beli DPP PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian 360.000.000 36.000.000 396.000.000

Penyerahan Rp Harga beli KB Keuntungan Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Penjualan 360.000.000 20.000.000 380.000.000 38.000.000 418.000.000

Apabila konsumen yang menjadi kendaraan kepada Sub-dealer atau Showroom tersebut memilki SKB PPnBM, perhitungan PPN atas penyerahan kendaraan bermotor dari Subdealer atau showroom kepada pembeli adalah sebagai berikut:

Penyerahan: Rp Harga beli KB Keuntungan PPnBM dibayar (dibebaskan dengan SKB) Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Penjualan 260.000.000 20.000.000 0 280.000.000 28.000.000 308.000.000

Penjelasan: Di dalam harga jual yang merupakan DPP sebesar Rp380.000.000 yang di dalamnya telah termasuk PPnBM Impor sebesar Rp100.000.000. Untuk perhitungan DPP Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan PPnBM, nilai PPnBM Impor sebesar Rp100.000.000 harus dikurangkan dari harga jual yang merupakan DPP sehingga menjadi sebesar Rp280.000.000.

2.

Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPnBM untuk kendaraan impor dalam keadaan CKD atau kendaraan bermotor produksi dalam negeri: a. Importir Umum/industri Perakitan/ATPM (sebagai Pabrikan Kendaraan Bermotor) Impor Rp Nilai Impor (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Masukan PPnBM (0%) Harga impor 200.000.000 20.000.000 220.000.000

Penyerahan Harga Beli KB Keuntungan Harga Jual PPnBM dibayar PPN (10%) sbg Pajak Keluaran Harga Penjualan Rp 200.000.000 20.000.000 220.000.000 110.000.000 22.000.000 352.000.000

b. Distributor Pembelian Rp Harga Beli DPP PPnBM dibayar PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian 220.000.000 110.000.000 22.000.000 352.000.000

Penyerahan Rp Harga Beli KB(Termasuk PPnBM) Keuntungan Harga Jual (DPP) PPN(10%)sbg Pajak Keluaran Harga Penjualan 330.000.000 20.000.000 350.000.000 35.000.000 385.000.000

c. Dealer Pembelian Rp Harga beli DPP PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian 350.000.000 35.000.000 385.000.000

Penyerahan Harga beli KB Keuntungan Harga Jual(DPP) PPN (10%) sbg Pajak Keluaran Harga Penjualan Rp 350.000.000 20.000.000 370.000.000 37.000.000 407.000.000

d. Sub-dealer/Showroom Pembelian Harga beli DPP PPN (10%) sbg Pajak Masukan Harga Pembelian Rp 370.000.000 37.000.000 407.000.000

Penyerahan

Harga beli KB Keuntungan Harga Jual (DPP) PPN (10%) sbg Pajak Keluaran Harga Penjualan yg Dibayar Konsumen

Rp 370.000.000 20.000.000 390.000.000 39.000.000 428.000.000

3. Contoh perhitungan PPN dan PPnBM kendaraan bermotor yang berasal dari sasis (dealer sebagai wajib pungut PPnBM) a. Alur transaksi 1) Dealer B membeli sasis kendaraan bermotor dari Main Dealer A seharga Rp100.000.000 dengan potongan harga sebesar Rp1.000.000 (termasuk PPN) 2) Dealer B menyuruh karoseri C mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor angkutan orang dengan ongkos sebesar Rp10.000.000 dan PPN dibpungut oleh Karoseri C sebesar Rp1.000.000. 3) Dealer B kemudian mejual kendaraan hasil rakitan tersebut kepada pembeli dengan harga Rp150.000.000 (termasuk PPN dan PPnBM). 4) PPnBM terutang dan dibpungut oleh Dealer B dengan tariff 15%. b. Perhitungan dan pelaporan PPN oleh dealer B adalah: Pembelian Harga Beli Sasis dari Main Dealer "A" Potongan Pembelian Harga Beli Sasis (termasuk PPN) DPP PPN (100/110*RP99.000.000) PPN atas Pembelian sasis (10%*Rp90.000.000) Biaya Karoseri PPN atas biaya karoseri Rp 100.000.000 1.000.000 99.000.000 90.000.000 9.000.000 11.000.000 1.000.000

Penjualan (Off The Road) Rp Harga Jual (include PPN 10% dan PPnBM 15%) DPP (100/125*Rp150.000.000 PPN terutang 10%*Rp120.000.000 PPnBM terutang (15%*Rp120.000.000) 150.000.000 120.000.000 12.000.000 18.000.000

c. Perhitungan PPN dan PPnBM atas transaksi tersebut Rp Pajak Masukan (10%8Rp 120.000.000) Pajak Masukan dr Pembelian Sasis Pajak Masukan dr jasa karoseri PPN Yanga Harus disetor PPnBM yang harus disetor 12.000.000 (9.000.000) (1.000.000) 2.000.000 18.000.000

Anda mungkin juga menyukai