PBL 1 Bagian Nurul
PBL 1 Bagian Nurul
Klarifikasi Istilah a. Kelemahan hilangnya sebagian fungsi otot untuk 1 atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena. (Mardjono dan Sidharta, 2009) b. Parese kelemahan parsial yang ringan atau tidak lengkap atau sesuatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu, terjadi pada 2 sisi badan (kanan&kiri) (Mardjono dan Sidharta, 2009). c. Hemiparese Kelemahan motorik dan atau motorik ringan pada satu sisi badan (kanan/kiri saja). (Mardjono dan Sidharta, 2009) d. Hemiparalisis Kelumpuhan motoric dan atau sensorik. (Mardjono dan Sidharta, 2009) e. Anestesia hilang perasaan apabila diberi rangsang (Mardjono dan Sidharta, 2009) f. Hiperestesia Perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (Mardjono dan Sidharta, 2009) g. Parestesia Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (Mardjono dan Sidharta, 2009) h. Hemihipestesia Defisit sensorik pada salah satu sisitubuh saja.Ini biasa disebabkan oleh karena lesi pada salah satuhemisfer serebri. (Mardjono dan Sidharta, 2009) i. Hipestesia / Hipoestesia Perasaan tidak enak dan terasa berlebihan. Ini terjadi akibat reseptor
impulsprotopatik /serabut saraf perifer atau lintasan nspinotalamik mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun, maka perasaanyang wajar menghasilkan perasaan yang berlebihan. Gangguan ini dapat bersifat mekanik, toksik, vaskuler. (Mardjono dan Sidharta, 2009). Jawaban Dari Identifikasi Masalah 1. Anatomi a. Cerebrum
System saraf pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis yang terletak di dalam rongga cranial dan rongga vertebral.
Otak terletak didalam rongga cranium. Dimana cranium terdiri atas calvaria (tempurung) dan basis cranii. Pada basis cranii dibagi lagi menjadi fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior.
Secara anatomis, lapisan-lapisan yang juga melindungi kepala dan isinya sebelum cranium dapat pula disebut sebagai SCALP, yaitu Skin (merupakan kulit tebal, berambut dan memiliki kelenjar sebasea), Connective tissue (merupakan jaringan
ikat lemak fibrosa yang banyak mengandung pembuluh darah), Aponeurosis (merupakan lembaran tipis dari tendon m. ocipitofrontalis yang menghubungkan venter frontalis dan venter occipitalis), Loose connective tissue (jaringan ikat di bawah aponeurosis), dan Pericranium.
Gambar 3. SCALP.
Struktur penting lainnya dalam melindungi otak adalah lapisan pembungkus otak atau disebut sebagai meninges. Secara urut dari yang paling luar, lapisan meninges terdiri atas duramater, arachnoideamater, dan pia mater. Terdapat spatium antara duramater dan arachnoideamater yang dikenal sebagai spatium subdural, serta adapula spatium subarachnoidea yang merupakan spatium antara arachnoideamater dengan lapian dibawahnya (pia mater).
Gambar 4. Meninges.
Lapisan duramater akan membentuk septa yang akan memisahkan hemisfer serebri dekstra et sinistra atau disebut sebagai falx serebri, ada pula yang memisahkan hemisfer cerebeli dekstra et sinista atau dikenal sebagai falx cerebeli, serta ada yang membentuk atap fossa crania posterior yang disebut sebagai tentorium serebeli.
Gambar 5. Fal cerebri, falx serebeli, dan tentorium serebeli. Selanjutnya untuk otak sendiri terdiri atas hemisfer dekstra dan hemisfer sinistra yang dipisahkan oleh falx cerebri, dan dihubungkan oleh corpus callosum.
Terdapat struktur otak yang menonjol keluar atau disebut sebagai gyrus, dan struktur yang lebih dalam atau disebut sebagai sulcus. Sulcus utama pada otak adalah sulcus centralis yang memisahkan gyrus pre dan postcentralis, gyrus lateralis, dan gyrus parietoocipitalis. Selain itu, otak dibagi pula menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus occipitalis.
Pada potongan sagital, tampak struktur otak dan batang otak (mesenchepalon, pons dan medulla oblongata).
Berdasarkan substansianya, otak tersusun atas substansia grisea yang merupakan badan-badan sel neuron, dan substansia alba yang tampak lebih terang yang merupakan kumpulan akson sel neuron.
b. N. Cranialis
Nama
Komponen
Fungsi
Olfactorius
Sensorik
Penghidu
Sensorik Motorik
Penglihatan 1) Mengangkat kelopak mata atas 2) menggerakkan bola mata ke atas dan bawah serta medial 3) konstriksi pupil 4) akomodasi mata
Trochlearis
Motorik
kulit kepala, kelopak superior mata, juga mukosa dan hidung; membran sinus
paranasal dan rongga hidung Maxillaris Sensorik Kulit wajah di atas Foramen maksila; gigi geligi rotundum rahang atas; membran mukosa hidung, sinus dan lempeng maksila Mandibullar Motorik is Otot-otot pengunyah: Foramen Ovale M. Mylohyoideus, M.
Digastricus
venter
Tensor tympanicum Sensorik Kulit pipi; kulit di atas mandibula kepala, rahang dan sisi geligi dan
gigi bawah
anterior lidah Abducens Motorik M. rectal lateralis, Fissura orbitalis mata superior
Otot-otot wajah dan Meatus kulit kepala: m. acusticus M. internus, canalis venter facialis, foramen M. stylomastoideus
Pengecapan dua per tiga bagian anterior lidah, dari dasar mulut dan palatum
Sekremotori k parasimpati s
Vestibular
Sensorik
Dari
utriculus, internus
sacculus, dan canalis semicircularis: posisi dan gerakan kepala Cochlear Sensorik Organ pendengaran Glossophar yngeus Sekretorik parasimpati s Sensorik Sensasi umum dan Motorik M. stylopharingeus: Foramen Jugulare corti:
pengecap dari se per tiga bagian posterior lidah dan farin; sinus carotis (baroreseptor); corpus (kemoreseptor) Vagus Motorik Sensorik Jantung dan pembuluh dasar besar di toraks; laring, bronkus, dan trakea, paru; Foramen Jugulare carotis
splenicus hepar,
prankreas Accesorius Radix cranialis Motorik Otot-otot molle palatum M. Foramen Jugulare
(kecuali
stylopharyngeus), dan
laring
(kecuali
M. di n.
Hypoglossu s
Motorik
lidah M.
Canalis hypoglossus
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Perbedaan Stroke Hemoragik Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik a. Sakit Kepala b. Kejang Kadang Stroke Non Hemoragik
Bradikardia
f. TIA
Pemeriksaan Neurologis f. Edema Papil g. Kaku Kuduk h. Kernig Sign i. Brudzinski Sign Sering Pemeriksaan Alat j. Pungsi Lumbal k. Warna LCS l. CT SCAN Tekanan Merah Hyperdence Normal Jernih Hypodence Jarang
Gambaran CT Scan pada kelainan-kelainan Intrakranial Densitas dari lesi dibagi atas (pada Window level normal) a. High density (hiperdens). Bila densitas lesi lebih tinggi daripada jaringan normal sekitarnya. b. Isodensity (Isodens). Bila densitas lesi sama dengan jaringan sekitarnya. c. Low density (hipodens). Memperlihatkan gambaran CT Scsn dengan nilai absorbsi yang rendah seperti pada infark. (Sjair, 2005)
Mengapa pada infark memberi gambaran Hipodens? Pada daerah yang terkena infark terjadi nekrosis iskemik oleh karena kurangnya pasokan. (ditambahin iki)
Jenis stroke non hemoragik berdasarkan perjalanan klinisnya a. TIA (transcient ischemic attack = gangguan peredaran darah otak sepintas) TIA didefinisikan sebagai suatu gangguan akut dan fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Pada TIA ini gejala yang timbul akan cepat menghilang. Berlangsung hanya dalam beberapa menit saja, tetapi juga dapat sampai sehari penuh. Dilihat dari gejala dan tanda yang ada, dapat dibedakan antar TIA tersebut bersumber pada sistem karotis dan bersumber pada sistem vertebrobasilaris. Tanda dan gejala TIA yang disebabkan gangguan sistem karotis:
1. Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri. 2. Kelumpuhan lengan atau tungkai atau keduanya pada sisi yang sama 3. Defisit sensorik atau motorik dari wajah saja, wajah dan lengan, atau tungkai saja secara unilateral. 4. Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara. Tanda dan gejala yang disebabkan gangguan pada sistem vertebrobasilaris: 1. Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan atau muntah, terutama bila disertai dengan diplopia, disfagia atau disartria. 2. Mendadak tidak stabil. 3. Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral atau bilateral. 4. Hemianopsia homonin 5. Drop attack b. RIND (reversible ischemic neurologic deficit) Gejala neurologis yang ada pada RIND juga akan menghilang, hanya waktu berlangsungnya lebih lama yaitu lebi dari 24 jam bahkan sampai 24 hari. c. Progressing Stroke (Stroke in evalution) Pada stroke ini, kelainan atau defisit neurologis yang timbul berlangsung secara bertahap dari yang bersifat ringan menjadi lebih berat. d. Completed Stroke Pada stroke jenis ini kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang timbul bermacam-macam tergantung pada daerah otak mana yang mengalami infark. Namun, jika infark tersebut terletak di batang otak, meskipun dengan pemeriksaan CT Scan infark tersebut tidak akan terlihat.
Sjair, Zulkarnain. 2005. Tomografi Komputer Kepala dalam Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Mardjono, Mahar dan Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta. Dian Rakyat.