Anda di halaman 1dari 2

Ciri khas psikosa : waham halusinasi realita testing (-) Prevalensi penderita psikosa di Indonesia adalah 0,3-1 % dan

biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita psikosa. Dimana kurang lebih sekitar 99% pasien di RS Jiwa di Indonesia adalah pasien psikosa. Prognosis untuk psikosa pada umumnya adalah kurang baik. Sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid. Dan sekitar 25% tidak akan pernah pulih dari perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, sekitar 50% berada diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Dalam masyarakat, pasien psikosa sering dianggap sudah tidak punya perasaan lagi dan terkadang dianggap berbahaya. Padahal mereka juga pasien yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari dokter,kerabat teman terdekat dan keluarga serta masyarakat. Seringkali pasien dengan gangguan psikosis menjadi bulan-bulanan masyarakat. Mereka lebih sering disebut masyarakat sebagai orang gila. Padahal,pasien gangguan psikosis yang mempunyai kecenderungan berperilaku kekerasan hanya sebagian kecil saja yaitu tidak lebih dari satu persen, itu pun biasanya terjadi pada kondisi akut. Apabila dalam perawatan, pasien kebanyakan tenang dan dapat mengendalikan diri. Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikosa atau Psikotik Gambaran utama pada pasien psikosa: a) Halusinasi visual maupun auditori (paling sering ditemukan). b) Delusi primer atau sekunder. c) Gangguan pikiran berupa bicara terlalu cepat, pikiran melayang, benturan d) kata-kata, permainan kata-kata. e) Daya tilikan terganggu ~daya nilai realitas diri terganggu f) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya. g) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal. h) Kebingungan atau disorientasi i) Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, j) kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, k) bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan Macam-macam Gangguan Jiwa Orang yang mengalami gangguan jiwa tidak berarti hanya orang gila, namun mereka yang tidak bisa tidur (insomania), senantiasa berada dalam kecemasan tanpa sebab yang jelas serta selalu gagal untuk konsentrasi adalah mereka yang sudah termasuk dalam kategori penderita gangguan jiwa. Namun, stadiumnya yang masih ringan. Demikian pendapat dr. Robert Reverger, Sp.KJ., seorang dokter spesialis kesehatan jiwa yang bertugas di Bali. Menurut Prof dr. Sasanto Wibisono Sp.KJ., Gangguan jiwa itu, tidak hanya skizofrenia yang dalam bahasa awamnya gila, melainkan mencakup kondisi yang sangat luas. Tak kurang dari 70 jenis gangguan jiwa dengan 300 variasi diagnosis, seperti retardasi mental, gangguan panik, kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan penyesuaian sampai gangguan tidur. Gangguan jiwa banyak macamnya sehingga seringkali membingungkan. Dokter Sukotjo Danusukarto dalam buku ''Tanya Jawab Kesehatan Keluarga'' membagi gangguan jiwa menjadi empat golongan besar yaitu: 1. Psikosa, yaitu gangguan jiwa yang meliputi gangguan otak organik (demensia. psikosa alkoholik, psikosa karena infeksi intrakranial, psikosa karena kondisi otak yang lain). 2. Neurosa, gangguan kepribadian dan gangguan jiwa lainnya, merupakan suatu ekspresi dari ketegangan dan konflik dalam jiwanya, namun penderita umumnya tidak menyadari bahwa ada hubungan antara gejala-gejala yang ia rasakan dengan konflik emosinya. Neurosa meliputi deviasi seksual, alkoholisme, ketergantungan obat, psikomatik, histeria, psikopat, gangguan tidur, ganguan kemampuan belajar khusus, kesehatan remaja, dll. 3. Retardasi mental yaitu suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang terutama ditandai oleh adanya hendraya keterampilan yang berpengaruh pada semua

tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif (daya ingat, daya pikir, daya belajar), bahasa, motorik dan sosial. 4. Keadaan tanpa gangguan psikiatris yang nyata dan kondisi nonspesifik yang meliputi kegagalan penyesuaian sosial (dalam perkawinan, pekerjaan, dsb) dan fenomena yang terkait dengan kebudayaan setempat (latah, kesurupan, dll). 5. chizophrenia (Skizofrenia) Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik yang memiliki karakteristik gejala positif seperti waham dan halusinasi, juga gejala negatif seperti afek tumpul dan apatis. Penyakit ini juga sering berhubungan dengan ganggguan kognitif dan depresi. Penyakit ini biasanya mulai muncul pada usia dewasa muda dan ditandai dengan terjadinya relaps dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada kebanyakan kasus, penyakit ini menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek dalam kehidupan dan membutuhkan terapi anti psikotik jangka panjang. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menghancurkan dan dapat menimbulkan disabilitas. Pada penderita psikosa (sakit jiwa) pada umumnya dan pada penderita skizofrenia khususnya, terjadi tak kekompakkan dalam aspek-aspek: 1. Kontak psikis (hubungan antara penderita dengan orang lain). Misalnya: Autisme, isolasi diri dan lain-lain. 2. Perhatian dan inisiatif. Misalnya: ide paranoid. 3. Daya menghayati realitas. Misalnya: waham, halusinasi dan lain-lain. 4. Proses berpikir. Misalnya: logorea, inkoherensi dan lain-lain. 5. Keadaan afek dan kehidupan emosi. Misalnya: afek datar, ketidak sesuaian afek dan lain-lain. 6. Dorongan dan perbuatan instinctual. Misalnya: hipoaktivitas, hiperaktivitas dan lain-lain. Kekompakkan aspek-aspek tersebut merupakan syarat mutlak bagi individu dalam kehidupan/pergaulan dalam masyarakat: Sebagai manusia berke-Tuhanan Sebagai manusia individual Sebagai manusia sosial Sebagai manusia lingkungan Karenanya penderita sakit jiwa (psikosa) mengalami gangguan/kemunduran dalam sosialisasinya, kepandaiannya dan lain-lain, maka timbullah/terbentuklah gejala-gejala gangguan jiwa. Psikotropik Ialah obat yang bekerja atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya psikotropik baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi, yang khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik. Dewasa ini renjatan listrik (ECT, electro convulsif theraphy) masih digunakan dalam psikiatri, terutama untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan bunuh diri. Biasanya ECT lebih cepat menghilangkan depresi daripada obat. Keuntungan penggunaan obat yaitu pemberiannya lebih mudah, dapat digunakan untuk pengobatan masal,relatif murah dan penberiannya lebih cepat pada panderita yang tidak kooperatif. Berdasarkan gangguan klinik psikotropik dibagi menjadi 4 golongan yaitu, (1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroliptik) ; (2) antiansietas (antieneurosis, minor tranquilizer) ; (3) antidepresin ; dan (4) psikotogenik (psikotomimetik, psikodispleptik, halusinogenik). ANTIPSIKOSIS Istilah antipsikosis digunakan untuk menunjukkan sekelompok obat yang tidak hanya dipakai khusus untuk skizofrenia , namun juga efektif untuk beberapa jenis psikosis dan gaduh gelisa. Tipe kimia : Sejumlah struktur kimia telah banyak dikaitkan dengan sifat obat antipsikosis. obatobat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok seperti

Anda mungkin juga menyukai