Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Teori manajemen moderen berasal dari Henry Fayol,yang telah memperkenalkan fungsi-fungsi atau aktivitas aktivitas administrator seperti : planning ( perencanaan ), organizing (potter dan perry . 2005).

pengorganisasian),coordinating (pengkoordinasian),dan controlling (pengendalian). Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayana keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien atau keluarga serta masyarakat (Gillies, 1985). Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk merencanakan, mengatur, dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.Manajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi

kewenangan dan tanggung jawab, kini menjadi desentralisasi melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi, integrasi, dan kegiatan penunjang.Selain itu, telah terjadi perubahan mendasar pada manajemen keperawatan dan pengguna sumber daya yang represif menuju ke pendayagunaan sumber daya yang bersifat pro aktif, lebih ditekankan pada terjaminnya aktivitas kolaborasi dan keterbukaan dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan. (Agus Kuntoro, 2010) B. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang konsep dasar manajemen dalam paradigm keperawatan. Dan juga akan membagi ke beberapa sub pokok bahasan mengenai manajemen keperawatan diantaranya adalah : 1. Pengertian manajemen 2. Prinsip umum manajemen

3. Peranan manajemen dalam keperawatan 4. Lingkup manajemen keperawatan : a. b. Manajemen operasional Manajemen asuhan keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1986). Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajemen dari kata yang berarti tangan. Manajer memegang kendali seharihari untuk mencapai hasil yang diinginkan. Organisasi yang sukses mmbutuhkan kepemimpinan dan manajemen. Mamajemen dapat mendorong ketepatan dan menaiki tangga kesuksesan, kepemimpinan, menentukan apakah tangga yang dinaiki bersandar pada dinding yang kokoh (Covey, 1989) Manajemen berfokus pada cara untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui berbagai pendekatan manajemen.(Frederick Taylor,1800)

B. Prinsip Umum Manajemen Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dgn kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yg berubah.

Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari : 1. Pembagian kerja (Division of work) Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.

Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. 2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. 3. Disiplin (Discipline) Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya. 4. Kesatuan perintah (Unity of command) Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. 5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction) Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi

kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. 6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya

kepentingan organisasi. 7. Penggajian pegawai Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja. 8. 8. Pemusatan (Centralization) Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. 9. Hirarki (tingkatan) Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan

bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. 10. Ketertiban (Order) Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. 11. Keadilan dan kejujuran Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 12. Stabilitas kondisi karyawan Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan. 13. Prakarsa (Inisiative) Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaikbeiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.

14. Semangat kesatuan dan semangat korps Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.

C. Peran Manajemen dalam Keperawatan 1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role) Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu: a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role) Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin. b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role) Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan

secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan. c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role) Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif. 2. Peran Informasional (Informational Role) Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin. Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut. a. Peran sebagai monitor (Monitor Role) Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus menginterogasi kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima

informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut. b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role) Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya. c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role) Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya. 3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role) Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu: 4. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role) Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang

pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya. 5. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role) Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya. 6. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role) Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya. 7. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role) Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral

10

dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

D. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi : 1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan 2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa 3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat 4. Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan 5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:

11

1. Manajemen operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: a. Manajemen puncak Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari

keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan dibawahnya. b. Manajemen menengah Manajemen menengah harus memeiliki keahlian konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer

interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk. c. Manajemen bawah Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.

12

Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah a. Kemampuan menerapkan pengetahuan b. Ketrampilan kepemimpinan c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen 2. Manajemen asuhan keperawatan Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian (Loveridge & Cumming, 1996). Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien. 1. Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa mendatang.

13

Pengkajian

ini

meliputi

proses

pengumpulan

data,

memvalidasi,

menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang unik.

2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan 3. Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosa keperawatan 4. Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan

merupakan langkah berikut dalam proses keperawatan 5. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan yang dipilih sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang aktual dan tingkat asuhan yang diberikan. Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus menerus dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya.

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses

pelaksanaan pelayana keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien atau keluarga serta masyarakat (Gillies, 1985). Kerangka dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia, perawat atau keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

B. Saran Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah begitu pula makalah ini tentu tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu segala macam tegur dan sapa dari pembaca sangat di nanti dengan tangan terbuka.

15

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga Swansburg,Russel C.2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen

keperawatan.jakarta:EGC

16

Anda mungkin juga menyukai