Anda di halaman 1dari 3

I.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan untuk membedakan mana yang larut, tidak larut dan emulsi pada pelarut-pelarut seperti kloroform, eter, akuades, etanol panas 700 C, etanol suhu ruang, Na2CO3 dan HCl pada minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Pengamatan Ketidak Larutan Pelarut Kloroform, Eter, Akuades, Etanol panas 700 C, Etanol suhu ruang, Na2CO3 dan HCl dalam Minyak Jagung, Minyak Sawit dan Minyak Bekas No Pelarut Jenis Minyak Keterangan 1 Kloroform Minyak Jagung Larut 2 Kloroform Minyak Sawit Larut 3 Kloroform Minyak Bekas Larut 4 Eter Minyak Jagung Larut 5 Eter Minyak Sawit Larut 6 Eter Minyak Bekas Larut 7 Akuades Minyak Jagung Tidak Larut 8 Akuades Minyak Sawit Tidak Larut 9 Akuades Minyak Bekas Tidak Larut 10 Etanol Panas 700C Minyak Jagung Emulsi 11 Etanol Panas 700C Minyak Sawit Emulsi 0 12 Etanol Panas 70 C Minyak Bekas Emulsi 13 Etanol Suhu Ruang Minyak Jagung Emulsi 14 Etanol Suhu Ruang Minyak Sawit Emulsi 15 Etanol Suhu Ruang Minyak Bekas Emulsi 16 Na2CO3 Minyak Jagung Emulsi 17 Na2CO3 Minyak Sawit Emulsi 18 Na2CO3 Minyak Bekas Emulsi 19 HCl Minyak Jagung Tidak Larut 20 HCl Minyak Sawit Tidak Larut 21 HCl Minyak Bekas Tidak Larut Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pengujian lemak dengan menggunakan pelarut kloroform + I2 dengan sampel minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas di dapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Ketidakjenuhan Minyak Menggunakan Pelarut Menggunakan Sampel Minyak Jagung, Minyak Sawit dan Minyak Bekas No Pelarut Jenis Minyak Hasil 1 Kloroform+I2 Minyak Jagung Merah muda 2 Kloroform+I2 Minyak Sawit Merah muda 3 Kloroform+I2 Minyak Bekas Merah muda Kloroform + I2 dengan

merah muda + merah muda merah muda ++

B. Pembahasan
Pada pengujian lemak yang di uji kelarutan dalam pelarut. Pada pelarut kloroform dan eter yang di reaksikan minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas larut karena dalam pelarut dan zat terlarutnya larut maka sifatnya non polar. Pada umumnya lemak dan minyak tidak dapat larut dalam air akan tetapi akan sedikit larut dalam alkohol dan akan larut sempurna dalam pelarut seperti kloroform dan eter. Lemak dan minyak akan bisa larut dalam pelarut yang bersifat non polar. Kelarutan minyak dan lemak dalam suatu pelarut dapat di tentukan dari sifat kepolaran dari asam lemaknya. Asam lemak yang non polar cenderung akan larut dalam pelarut yang non polar dan tidak akan larut dalam asam lemak yang polar. Kloroform dan eter merupakan pelarut yang organik karena sifatnya yang non polar sehingga jenis-jenis minyak tersebut mudah larut. Eter merupakan senyawa non polar sehingga keduanya dapat saling tarik menarik dan mudah larut dalam sampel minyak yang juga bersifat non polar (Poedjiadi, 2009). Pada pengujian lemak yang di uji kelarutannya dalam pelarut akuades dan HCl yang di reaksikan dengan minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas tidak larut maka sifatnya polar. Pada pengujian dengan menggunakan pelarut air dengan beberapa jenis sampel minyak tidak larut dan sifatnya polar karena sifat air sendiri adalah bersifat polar, sifat air yang polar menyebabkan tidak dapat larut. Begitupun juga dengan pelarut HCl yang bersifat asam namun HCl termasuk ke dalam larutan yang sifatnya polar sehingga jika sifatnya saja polar maka tidak akan mudah larut ke dalam sampel-sampel minyak tersebut ( Girindra, 1986). Pada pengujian lemak yang di uji kelarutannya dalam pelarut etanol panas 700C, etanol suhu ruang dan Na2CO3 yang direaksikan dengan minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas hasilnya berupa emulsi. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan maka kedua cairan antara pelarut dan zat terlarutnya akan memisah menjadi 2 larutan yaitu air dan minyak. Sedangkan pada minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif pada permukaannya sehingga tetes-tetesan minyak menjadi tersebar ke seluruh permukaan. Na2CO3 juga termasuk dalam bukan termasuk dalam pelarut non polar sehingga tidak mudah larut dan akan membentuk emulsi jika di campurkan dengan sampel-sampel lemak ataupun minyak (Armstrong , 1995 ). Di lakukan pengujian minyak dengan larutan etanol atau alkohol, etanol sifatnya semi polar, sifat semi polar yaitu pelarut dan zat terlarutnya dapat bereaksi dengan larutan polar maupun non polar. Setelah minyak di reaksikan dengan etanol panas maupun etanol suhu ruang di dapatkan hasil reaksinya yaitu terbentuk dua fase dimana etanol berada di dalam lapisan atas.
2

Etanol hanya dapat bereaksi atau hanya larut sebagian dengan minyak karena sifat semi polarnya. Sehingga dari sifat semi polarnya tersebut maka hasil berupa emulsi( Hart, 1983 ). Pada pengujian lemak yang diuji ketidakjenuhan dalam pelarut kloroform+I2 yang direaksikan dengan minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas hasilnya adalah yang minyak jagung yang tadinya berwarna merah menjadi merah muda+ dan pada tingkat ketidakjenuhannya bersifat jenuh sehingga tidak memiliki ikatan rangkap, sedangkan yang minyak sawit yang tadinya berwarna merah menjadi berwarna merah muda di uji ketidakjenuhannya maka sifatnya tak jenuh sehingga memiliki ikatan rangkap dan minyak bekas yang tadinya berwarna merah menjadi merah muda++ dalam ketidakjenuhannya memiliki sifat jenuh sehingga tidak memiliki ikatan rangkap ( Riawan, 1990 ).

II.

Kesimpulan

Dalam pengujian lemak berdasarkan uji kelarutannya dalam pelarut kloroform dan eter sampel lemak yang contohnya minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas bisa larut sehingga sifatnya polar. Pada pelarut akuades dan HCl sampel lemak yang contohnya minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas tidak dapat larut sehingga sifatnya non polar. Sedangkan pada pelarut etanol panas 700C, etanol suhu ruang dan Na2CO3 sampel lemak yang misalnya minyak jagung, minyak sawit dan minyak bekas membentuk emulsi. Pada pengujian lemak yang diuji ketidakjenuhannya pada pelarut kloroform+ I2 minyak jagung mengandung dan minyak bekas dalam ketidakjenuhannya termasuk ke dalam lemak tidak jenuh sedangkan minyak sawit dalam ketidakjenuhannya termasuk ke dalam lemak jenuh.

Daftar Pustaka
Armstrong, F.B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi Ketiga. Jakarta : EGC Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Poedjiadi, A. dan F.M.S. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia. Riawan,S. 1990. Kimia Organik Edisi 1.Jakarta : Binarupa Aksara. .

Anda mungkin juga menyukai