Pengasuhan berasal dari kata asuh yang berarti menjaga, merawat, serta mendidik anak yang masih kecil (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta) Apabila seorang individu lahir, ia akan diperkenalkan dengan normanorma, aturan-aturan, dan hukum-hukum yang harus ditaati; melalui proses sosialisasi.
Pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian dari SOSIALISASI tata pergaulan keluarga yang mengarah pada tata kehidupan keluarga yang menuju tercapainya kondisi kedewasaan dan kemandirian anggota keluarga tersebut. Pola pengasuhan anak sebagai khasanah budaya bangsa adalah wujud kebudayaan ideal dan kelakuan, menyangkut pewarisan sistem norma, perilaku, dan nilai-nilai luhur yang telah disepakati, ditaati dan dihormati.
Individu-individu yang hidup di dalam masyarakat tertentu akan mengalami proses pendewasaan diri yang berbeda dengan individu yang hidup dalam masyarakat lain, karena proses sosialisasi dan enkulturasi ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial dari individu yang bersangkutan.
Hasil proses sosialisasi dan enkulturasi akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian atau watak pada diri seseorang, yang akan tampak dalam bentuk tingkah laku, ide-ide dan cara menanggapi rangsangan yang datang dari luar.
Sistem sosial dan sistem nilai budaya sangat menentukan corak dari pola pengasuhan anak, karena proses yang diterima pada awal kehidupan bermasyarakat akan terus melekat pada sifat yang akan dibawa untuk seterusnya.
Di beberapa daerah akan dijumpai tukang kurupuk yang berasal dari Cikoneng - Tasikmalaya
KELUARGA
Orangtua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Menurut KOENTJARANINGRAT, keluarga batih merupakan kelompok di mana individu, waktu masih kanak-kanak, masih belum berdaya, mendapat pengasuhan dan permulaan dari pendidikannya. Di masyarakat manapun, keluarga merupakan jembatan antara individu dengan budayanya. Hildred Geertz : Melalui keluarga, anak belajar mengenal nilai-nilai, peran sosial, norma-norma serta adat istiadat yang ditanamkan orang tua.
Beberapa hal yang harus diperhatikan apabila meneliti Pola Pengasuhan Anak :
Pola Interaksi :
Pola interaksi antara ayah/ibu dengan anak Pola interaksi di antara saudara kandung Pola interaksi antara kerabat ayah / ibu Pola interaksi antara anak dengan orang luar kerabat
Faktor penting dalam pola pengasuhan anak pada orang Sunda adalah membentuk pribadi anak untuk memiliki rasa tanggung jawab moral yang dilandasi faktor-faktor tradisional dan keagamaan (agama jeung darigama). Yang biasa mengasuh anak adalah ibu atau saudara perempuan. Jarang sekali ayah atau saudara laki-laki yang mengasuh. Jiga euweuh awewe bae ! --- kecuali ibu sakit.
TRADISI SUNDA dalam Pola Pengasuhan Anak (hasil penelitian Ibu Djudju di Ciparay)
Masa kehamilan. Pengasuhan anak dimulai sejak masa kehamilan. Sikap dan perilaku orangtua banyak diselimuti dengan pantangan : teu meunang peupeuncitan bisa nurut buat, dsb
Perawatan saat kelahiran Pemeliharaan bayi, dikenal istilah-istilah : dibedong, dibeuweung, disapih, diais, dipepende Mengajari anak membantu merawat bayi / anak kecil, menyayangi orang lain : ngais Sejak kecil belajar disiplin : makan, minum, tidur / istirahat, buang air dan kebersihan diri, belajar - mengajar, dalam bermain
Makan - minum :
Tidak boleh sambil berdiri Tidak boleh ceplak Tidak notor Pamali : makan tunggir bisi ., makan cau sisina (ukuran pisang paling pinggir lebih besar dari yang lainnya), teu meunang dahar otak domba, dsb.
Tidur : Cuci kaki sebelum tidur Doa sebelum tidur Tidak boleh tidur saat maghrib Tidak boleh tidur segera setelah makan Diajar beberes tempat tidur sejak usia balita Kebersihan : Buang air harus jongkok Buang air harus di pacilingan / WC Harus disiram Mandi pake sabun
Belajar - mengajar : Hormat dan menurut kepada orang tua Sayang kepada adik / anak yang lebih kecil Berterima kasih Belajar : emok, sila, diuk anu rekep keur awewe, tong garihal
Disiplin dalam bermain : Sesuai dengan aturan permainan : gatrik, kasti, galah asin. Ada nilai budaya luhur dalam permainan anak-anak : belajar gotong royong, sportif, politis, dsb. Belajar mandiri
POLA PENGASUHAN
Pola Pengasuhan
A. Masa I (Pra Natal)
1. 2. Ciri-ciri hamil Istilah-istilah kehamilan : bulan ke-1 dsbt ngaherang, ngalenggang, gumulung, kumambang, usik, malik, ka luhur, ka handap, dipedarkeun, dsb, Masa ngidam : usia kandungan berapa bulan, permintaan khusus (makanan, alat, sikap/kegiatan, dsb), tindakan suami/anggota keluarga lainnya Periksa kehamilan : kapan, ke mana (paraji, bidan, posyandu, puskesmas, dsb), rutin/tidak, jenis pelayanan yang diberikan petugas Upaya agar sehat selama hamil : makanan, obat, doa, imunisasi Upacara selama hamil : 4 bulan, 7 bulan, dsb Pantangan bagi bumil, suami, anggota keluarga lain : makanan, perilaku, dsb, Yang dibawa kemana-mana oleh bumil : benda, obat, tulisan mantra Pola makan bumil : waktu, jenis, cara mengolah, tempat
3.
4.
5. 6. 7. 8. 9.
Pola Pengasuhan
B. Masa II (lahir - 5 tahun)
1. Menjelang kelahiran : pemberian obat, doa, makanan, posisi/aktivitas bumil, perilaku suami/keluarga 2. Kelahiran terjadi pada usia kandungan berapa (yang biasa/lazimnya, penyimpangan/prematur, keguguran) 3. Ciri-ciri mau melahirkan : posisi/bukaan dan ciri-cirinya 4. Proses persalinan I : posisi bumil, cara pertolongan, diadzanan, digebrag, upcr saat bayi lahir (misal : menyembelih ayam bersamaan dg bayi lahir), pemotongan tali pusat, perawatan tali pusat, pemberian makanan pertamakali 5. Proses persalinan II : siapa yang menolong, di mana, cara menangani, biaya 6. Plasenta : cara melahirkan/mengeluarkan plasenta, perlakuan pada plasenta (dianggap sebagai saudara bayi?, dikubur, dipalidkeun, dibumbuan), kemungkinan plasenta menjadi bahan Amniotic Membran 7. Balita : yang berperan mengasuh, memberi makan : bubur, dibeuweung, dibedong, dll
Pola Pengasuhan
C. Masa III (kanak-kanak)
1. Pemisahan tempat tidur : mulai usia berapa tahun, perlakuan terhadap anak perempuan dan laki-laki 2. Pengetahuan tatakrama : kapan, bagaimana, apa saja (cara berbahasa, makan, jalan, duduk, membereskan tempat tidur, dsb), siapa yang mengajarkan 3. Kapan diperkenalkan pada pendidikan formal, informal, agama 4. Bermain : alat/jenis permainan, tempat bermain, teman bermain 5. Pola makan : waktu, jenis makanan, tempat, yang menemani
D. Masa IV (remaja)
1. 2. 3. 4. 5. Batasan pergaulan Pacaran : boleh/tidak, cara, nasihat ortu, jam keluar rumah Upcr yang berkaitan dengan haid pertama Pendidikan seks Kebiasaan berkumpul : dimana, dengan siapa saja, apa yang dilakukan
Pola Pengasuhan
E. Masa V (dewasa - menjelang pernikahan)
1. Mempersiapkan anak perempuan / laki-laki sebelum mendapat jodoh / pasangan 2. Pemilihan calon jodoh / pasangan (syarat-syarat : bobot, bibit, bebet, cageur, bageur, pinter, dsb) 3. Perencanaan jumlah anak yang diharapkan : sebelum nikah atau setelah nikah 4. Upacara / kegiatan yang berkaitan dengan perkawinan : lamaran, ngeuyeuk seureuh, siraman, buka pintu, sawer, kunjungan thd kerabat yang dituakan, dll 5. Barang bawaan : mas kawin, peralatan dapur, dll 6. Makanan pada hajat/pesta : waktu makan, jenis makanan, cara mengolah makanan, dll 7. Pesta/resepsi perkawinan : dimana, menanggap apa, berapa lama
Pola Pengasuhan
F. Masa VI (pernikahan - menjelang kematian)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kegiatan pasangan baru setelah hari perkawinan Adat menetap setelah menikah Peranan orang tua thd pasangan baru Berapa tahun setelah perkawinan kehamilan diharapkan Usaha-usaha untuk segera hamil Usaha-usaha untuk menghambat kehamilan Rencana jumlah anak yang diharapkan Siapa yang berpengaruh dalam menentukan jumlah anak Kepada siapa minta tolong untuk hamil atau untuk menghambat kehamilan 10.Ketika sakaratulmaut : bagaimana sikap keluarga dan tetangga, siapa yang membimbing "babacaan", apa saja yang dilakukan pelayat
Terima Kasih
Semoga langkah kita selalu dalam ridlo, bimbingan, dan lindungan Allah swt. Amin . . .