Anda di halaman 1dari 33

MOTTO :

Seseorang yang bisa bersikap baik akan menjadi individu. Ucapan dan
perbuatan yang baik antara lain :

“I CAN”
(yakin kita bisa melakukan sesuatu yang baik)
“THIS IS A LONG PLAN”
(untuk menjadi sukses dibutuhkan perencanaan yang matang)
“LEARNING IS VALUABLE”
(budaya proses yang sangat berharga dan penting)
“I WILL MAKE DIFFERENT IN THE LIVES OF SURROUNDING”
(berfikir untuk dapat merubah bagi orang-orang di sekeliling)

Untuk menjadi orang yang sukses diperlukan antara lain :

“Di kala muda kita belajar......... di masa tua kita mengerti”


“Prestasi besar diraih pengorbanan yang besar”
“Pengetahuan tanpa tindakan seperti bajak tanpa benih”
“Kecerdasan lebih baik dari pada kekayaan”

Untuk merubah semua memerlukan tindakan dan pengorbanan yang cukup


besar. Untuk memilih perilaku yang baik akan memberikan warna bagi kehidupan.
Pilihan itu bukanlah sesuatu yang ajaib. Kehidupan yang dilakukan dengan baik
pasti dapat menghasilkan perubahan besar. Asal ada kemauan pasti ada jalan.

Salam manis tidak akan habis


Salam sayang tidak akan
hilang
Buat semua pecinta karya
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq
dan hidayah-Nya lah penulisan paper ini dapat disesuaikan.
Saya selaku penulis sadar bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari
Anda demi perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada :
1. Bapak Abd. Wahid Efendi, M.Ag. selaku Kepala Sekolah.
2. Ibu Hj. Anik zahrotin Ni’mah, SE. selaku Wali Kelas.
3. Ibu Dra. Khusnul Maziyah selaku guru pembimbing pembuatan paper ini.
4. Kedua orangtua yang senantiasa memberi dorongan dan motivasi dalam
pembuatan paper ini.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu didalam proses
penyusunan paper ini.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan paper ini, baik dalam susunan
dan penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga
penulisan paper ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya
kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Sidoarjo, ……………….

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN MOTTO.............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................... 4
D. Metode Penelitian.......................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 7
A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya...................................... 7
B. Proses Globalisasi dan Modernisasi............................................... 8
C. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara........................................................................................ 11
D. Indonesia Masuk Dalam Kubangan Utang Globalisasi................. 13
BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN
MASALAH.......................................................................................... 16
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial
dan Budaya.................................................................................... 16
B. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya................ 19
C. Sikap Selektif Terhadap Pengaruh Globalisasi............................. 21
D. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi......................... 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 28
A. Kesimpulan.................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan
perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan
diciptakan dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun
berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan perwujudan
kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Pengertian perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi
akibat ketidaksaman atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur sosial dan
kebudayaan yang saling berbeda.

Menurut para ahli sosiologi dan antropologi antara lain :


John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima
yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan
penemuan baru dalam masyarakat.
Samuel Koening
Perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi
dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi
karena sebab-sebab internal maupun eksternal.
Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu :
• Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
abstrak.
• Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat (sistem sosial).
• Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
Selo Soemardjan
Perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap
dan pola perilaku diantara kelompok–kelompok dalam masyarakat.

Hubungan perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang


menyangkut perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan
memisahkan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan
sosial dan budaya mempunyai satu aspek yang sama. Dari bentuk perubahan
dibedakan dari segi perubahan sosial lambat dan cepat, perubahan sosial kecil
dan perubahan sosial direncanakan dan tidak direncanakan.
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi
dari perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan
masyarakat, pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari masa
pra modern menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial budaya
yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan
secara mutlak.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur
budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok
masyarakat lainnya.
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini
mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan
tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana.
Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara
masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan
komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses
modernisasi dan globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses
dimana perbaikan atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang terdapat
pada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa
merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah. Dan didasarkan pada
perencanaan pada proses disorganisasi, problem, konflik antar kelompok dan
hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Mereka beranggapan bahwa kebanyakan masyarakat hanya meniru pada
masyarakat atau negara lain yang sudah modern. Ini menunjukkan, seharusnya
negara modern menolong mereka melalui social engineering baik secara
langsung maupun tidak langsung, merupakan bagian dari perkembangan
masyarakat dengan modernisasi dan globalisasi yang dapat merubah untuk
menjadi lebih baik dan maju.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan sosial budaya terhadap perkembangan masyarakat?
2. Faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perubahan sosial budaya di
masyarakat ?
3. Bagaimana pengaruh modernisasi dan globalisasi terhadap perkembangan
tentang pengetahuan dan teknologi ?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan sosial budaya pada
perkembangan masyarakat Indonesia untuk menghadapi modernisasi dan
globalisasi dengan mengetahui :
1. Dampak perubahan sosial budaya pada modernisasi dan globalisasi.
2. Perkembangan masyarakat dengan adanya kemajuan teknologi.
3. Manfaat dari modernisasi dan globalisasi di masyarakat.
Manfaat penelitian untuk kepentingan praktis, yaitu untuk membantu
pengambilan keputusan bagi pembuat kebijakan tentang perubahan sosial
budaya yang terjadi pada masyarakat Indonesia sehingga bisa dilakukan
langkah-langkah agar perubahan sosial budaya yang diharapkan bisa dilakukan
dan dilaksanakan terutama pada perkembangan masyarakat.
Manfaat penelitian untuk kepentingan teoritis, yaitu bisa menjadi
masukan dalam kajian ilmiah tentang perubahan sosial b yang terjadi dalam
masyarakat.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan paper ini adalah
pendekatan secara normatif sosiologi yaitu, pendekatan dengan melihat
kenyataan dalam praktek, sejauh mana perubahan sosial budaya yang terjadi di
masyarakat dan faktor-faktor apa saja penyebabnya.
Data-data yang didapatkan setelah dihimpun dan disusun kemudian
dianalisa serat diidentifikasi sesuai dengan rumusan permasalahannya dan agar
terlihat susunan data yang dapat memberikan gambaran fakta tentang obyek
penulisan paper ini.
Setelah data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode
deduktif, kemudian dihubungkan dengan kasus yang sedang dibahas, sehingga
dengan demikian dapat ditarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran
sesuai dengan permasalahan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan paper ini terbagi empat bab. Pembagian
penulisan dalam paper ini untuk memudahkan penulis dalam menyusun hasil
penilaian terhadap masalah yang ada.
BAB I : Adalah pendahuluan yang terdiri dari pembagian sebagai berikut :
latar belakang masalah dan rumusannya, tujuan dan manfaat
penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Hal ini
dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran mengenai latar
belakang dari pembahasan masalah serta pemecahan masalah
dalam penulisan paper ini dan dengan adanya bab pendahuluan ini
diharapkan akan mempermudah pembahasan bab selanjutnya.

BAB II : Pada Bab II dibahas mengenai teori-teori dasar tentang proses


globalisasi dan modernisasi terhadap perubahan sosial budaya di
masyarakat.

BAB III : Pada Bab III dibahas mengenai faktor-faktor penyebab perubahan
sosial budaya dan sikap selektif menghadapi pengaruh globalisasi
terhadap perubahan sosial budaya di masyarakat.

BAB IV : Selanjutnya pada bab IV merupakan penutup yang berisikan


kesimpulan dan saran, ini merupakan bab yang terakhir dari
seluruh uraian dalam penulisan paper ini, dalam bab ini penulis
membagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah kesimpulan
yang penulis ambil dari uraian-uraian bab-bab sebelumnya, dan
bagian kedua adalah saran. Disini penulis mencoba memberikan
saran terhadap pembahasan dalam penulisan paper ini, saran
tersebut mudah-mudahan bermanfaat.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya


Para ahli sosiologi pernah mengklasifikasikan masyarakat menjadi
masyarakat yang statis dan dinamis. Masyarakat statis merupakan masyarakat
yang mengalami sedikit sekali perubahan dan perubahan pun berjalan lambat.
Adapun masyarakat dinamis merupakan masyarakat yang mengalami berbagai
perubahan secara cepat. Oleh karena itu, pada masa tertentu, suatu masyarakat
dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis, sedangkan masyarakat lainnya
dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Segala perubahan yang terjadi tidak
terlalu berarti kemajuan (progress), namun dapat pula berarti sebagai
kemunduran (regress).
Saat ini ketika teknologi komunikasi semakin modern, teknologi
komunikasi banyak mempengaruhi terjadinya perubahan. Informasi semakin
lama semakin mudah didapat dan komunikasi pun menjadi lebih mudah
dilakukan. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu
tempat dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat lain yang jauh dari tempat
tersebut.
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan pendapatnya tentang perubahan
sosial. William F. Ogburn tidak memberikan pengertian konkrit, apa itu
perubahan sosial. Menurutnya, perubahan sosial mencakup unsur-unsur
kebudayaan, baik yang materiil maupun yang immaterial, terutama menekankan
pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan materiil terhadap kebudayaan
immaterial.
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan antara utilitarian elements
dan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia
yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat
diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Sebuah mesin ketik, alat
pencetak, komputer atau sistem keuangan merupakan utilitarian elements karena
manusia tidak menginginkan benda-benda tersebut secara langsung memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Walaupun benda-benda tersebut dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhannya. Cultural elements merupakan ekspresi dari jiwa yang
terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan,
agama, rekreasi, dan hiburan.

B. Proses Globalisasi dan Modernisasi


Untuk menguraikan proses globalisasi, kita harus menelusuri sejarah
negara-negara Eropa Barat terlebih dahulu, sebab proses globalisasi tidak hanya
berlangsung pada saat ini, melainkan sudah dimulai sejak masa lampau.
Perhatikan uraian tentang proses tersebut :

1) Masa Kapitalisme
Kapitalisme berasal dari bahasa Latin, kapital berarti kepala atau
modal pokok dalam perniagaan. Jadi, kapitalisme adalah paham atau sistem
ekonomi yang modalnya bersumber pada tanah dan modal berada pada
tangan swasta (di Eropa pertama-tama pada kaum bangsawan dan biara atau
Gereja), dan semata-mata bertujuan untuk mencapai keuntungan sebanyak-
banyaknya. Istilah ini berasal dari seorang sosialis Perancis bernama Louis
Blanc (1811 – 1882). Kapitalisme terbagi atas dua bagian, kapitalisme lama
dan kapitalisme modern.
a) Kapitalisme lama
Paham ini berkembang sejak abad ke-11, ketika perdagangan
internasional mulai dilakukan. Kapitalisme lama menjelma menjadi
imperialisme lama, yang ingin menguasai dunia. Ada tiga dorongan
yang menyebabkan timbulnya imperialisme lama yaitu God, Gospel, dan
Glorious.
1. Gold (emas)
Para imperialisme dari Eropa ini terdorong untuk mencari emas
sebagai lambang kekayaan pada saat ini. Emas tidak ditentukan di
Eropa, tetapi diluar Eropa (Afrika, Amerika, dan Asia).
2. Gospel (menyiarkan agama)
Kaum agama Kristen (Nasrani) terdorong oleh ajaran injil :
“.........pergilah, jadikan semua bangsa muridku dan baptislah
mereka.........”. Berdasarkan perintah Tuhan ini, banyak misionaris
dan zending pergi ke seluruh muka bumi ini untuk mengembangkan
agama Nasrani.
3. Glorious (kejayaan)
Penermuan benua baru akan membawa kejayaan suatu bangsa, baik
dalam bentuk kekayaan materiil maupun nama besar yang
diabadikan dunia. Pelopor imperialis lama ialah Portugis, Spanyol,
Belanda, Inggris, Perancis dan Jerman.

b) Kapitalisme Modern
Kapitalisme modern ditandai dengan adanya revolusi industri di Inggris
yang berlangsung tahun 1750 – 1850. Kemajuan ilmu pengetahuan alam
mendorong penemuan-penemuan di bidang teknologi, antara lain
ditemukannya mesin-mesin. Misalnya James Watt menemukan mesin
uap, dan sebagainya. Jadi, revolusi industri membawa perubahan besar
dalam bidang produksi yang dahulu dikerjakan dengan tangan,
kemudian diubah dengan menggunakan mesin.
Revolusi industri menghasilkan produksi yang lebih cepat, lebih baik
kredibilitasnya, dan lebih murah. Selain itu juga membutuhkan bahan
mentah yang lebih banyak.
Oleh karena hasil produksi jauh lebih banyak, maka akibatnya terjadi
over produksi (kelebihan hasil pabrik), sehingga barang harus dijual
keluar negeri. Timbulnya imperialisme modern, di satu pihak karena
adanya over produksi.

2) Neo Imperialisme
Imperialisme dalam bentuk baru ialah suatu bentuk penjajahan yang
terutama dalam bentuk ekonomi. Negara-negara bekas jajahan telah
mencapai kemerdekaan secara politik, tetapi masih memiliki ketergantungan
dalam bidang perekonomian. Kebutuhan ini makin lama makin meningkat,
karena negara-negara bekas jajahan (disebut dunia ketiga) tersebut dalam
perekonomian merupakan negara miskin dan cenderung terus menerima
bantuan (berwujud utang) yang makin membengkak. Sungguh suatu ironi
memperbandingkan cita-cita atau tujuan negara-negara penjajah sekarang.
Mereka menjajah dengan cara yang kelihatan lebih halus. Mereka membuat
sedemikian rupa, sehingga terjadi “ketergantungan” kepada negara barat
baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk yang tampak adalah
masalah budaya dan peradaban, lebih khusus lagi ketergantungan dalam
bidang ilmu dan teknologi yang mempunyai konsekuensi ketergantungan
ekonomi, apalagi kekuatan militer. Ketergantungan ini mereka kemas
dengan istilah-istilah berikut :
a) Modernisasi
Menurut Dr. A. Qodri Azizy, MA.
Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-to-date,
atau semacamnya. Dapat pula dikatakan sebagai kebalikan dari lama,
kolot, atau semacamnya. Istilah modern juga bisa dikaitkan dengan
karakteristik. Oleh karena itu, istilah modern ini dapat diterapkan pada
manusia dan juga untuk lainnya: dari konsep bangsa, sistem politik,
ekonomi, negara, kota, lembaga (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain),
barang, sampai pada perilaku, sifat, dan hampir apa saja. Kita dapat
memberi predikat negara sebagai negara modern, kita juga dapat
menyebut pakaian dan rumah yang modern, dan juga bisa menyebut
musik yang modern.
Jadi istilah modernisasi menyangkut semua aspek kehidupan, terutama
ditandai dengan kepercayaan terhadap sains (ilmu pengetahuan),
perencanaan, sekularisme, dan kemajuan.
Istilah ini diberi pengertian oleh Samuel Huntington sebagai hal yang
mempunyai tiga proses berikut :
1. Penggantian sejumlah besar dari hal-hal yang tradisional, bersifat
keagamaan, kekeluargaan, dan kekuasaan politik atas dasar etnik
dengan satu kekuasaan nasional dan sekuler.
2. Munculnya fungsi-fungsi politik harus dikelola dengan hierarki
administratif yang baru dan dipilih atas dasar kemampuan atau
prestasi bukan asal usul mereka.
3. Meningkatkan partisipasi politik oleh kelompok-kelompok sosial
dari seluruh masyarakat melalui perkembangan institusi baru, seperti
partai politik dan kelompok interest dalam rangka partisipasi
tersebut.

C. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa globalisasi memiliki pengaruh
yang positif, yaitu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan keselamatan bangsa
dan negara. Namun globalisasi juga membawa pengaruh positif, seperti adanya
budaya Hollywood dan perpustakaan yang negatif, misalnya pendewaan pikiran
nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat
dihindari, kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi
dengan pihak yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar,
menonton televisi, atau menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan
menggunakan internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model
pergaulan global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai
budaya dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi,
transformasi dan informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan
dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling
mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya nilai-
nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja
sama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru.

Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :


1) Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi,
terutama di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung
hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun
hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk
tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa yang menggunakan dan apa
tujuannya.
2) Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri
dan netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak
suatu kepentingan sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju
maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a) Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan
internet, kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola
atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur.
Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat
konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film
kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat
dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di
sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang
lebih dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman
dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula bahwa televisi juga
banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah, diskusi,
dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan
kekerasan (violence) akan lebih berkesan di benak anak-anak
dibandingkan dengan petuah agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita
serap, terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita,
misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan,
demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik dan sesuai
dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima, sebaliknya yang buruk
kit atolak.

D. Indonesia Masuk Dalam Kubangan Utang Globalisasi


1) Inter-Governmental Group for Indonesia (IGGI)
Perkembangan dari Orde Lama ke Orde Baru telah membawa dampak
negatif, tidak hanya dalam bidang politik, tetapi juga masalah ekonomi.
Akibatnya Indonesia mengalami :
a) Tingkat inflasi mencapai sekitar 650%;
b) Pendapatan per kapita hanya sekitar US$70 per tahun, sehingga
termasuk negara miskin di dunia;
c) Utang luar negeri yang harus dibayar berjumlah US$2,2 milyar.

2) Consultative Group on Indonesia (CGI)


Setelah Belanda (salah satu negara kreditor) menjadi ketua IGGI, Menteri
Kerjasama Pembangunan Belanda, J.P. Pronk dan beberapa negara kreditor
mengaitkan bantuan keuangan tersebut dengan situasi dalam negeri,
misalnya banyak penlanggaran HAM dan KKN. Sikap tersebut bertentangan
dengan politik luar negeri dan ketentuan dalam persetujuan Pemerintah
Indonesia kemudian mengambil langkah tegas, yaitu membubarkan IGGI
dan menolak bantuan keuangan dari Pemerintah Belanda pada tanggal 22
Maret 1992.
3) Internasional Monetary Fund (IMF)
Lembaga keuangan internasional ini didirikan pada tanggal 22 Juli 1944 di
Hotel Mount Washington, Bretton Woods, New Hampshire, Amerika
Serikat. Sponsor utama adalah Amerika Serikat dan Inggris.
Akibat adanya bantuan keuangan (utang) dari IMF, Indonesia akin
tenggelam dalam utang. Sebagai gambaran, utang Indonesia sebelum krisis
moneter tahun 1997 sebesar US$ 136 miliar, terdiri dari utang pemerintah
sebesar US$ 54 miliar dan utang swasta sebesar US$ 82 miliar. Setelah
krisis moneter, utang pemerintah meningkat US$ 74 miliar dan utang swasta
berkurang menjadi US% 67 miliar.

Setiap permintaan utang yang terus meningkat selalu diberikan. IMF


demikian percaya kepada Indonesia tentu karena ada pertimbangan-
pertimbangan yang sangat menguntungkan IMF. IGGI dan IMF bagaikan akar
benalu yang sudah menancap di bumi Indonesia, bahkan mereka merupakan
tangan panjang dari negara-negara neo kapitalis. Indonesia secara politis sudah
merdeka, namun di bidang ekonomi masih dijajah oleh negara-negara lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan IMF begitu percaya pada Indonesia
sebagai berikut :
1) Indonesia merupakan “good boy” (anak yang baik, manis, dan tidak nakal).
Bagaimana pun beratnya utang tetap akan dibayar dan ketentuan apa saja
pasti ditaati.
2) Mungkinkah Indonesia menolak membayar utang-utangnya? Banyak resiko
yang dipertaruhkan, antara lain pembangunan tidak dapat berjalan, akan
diisolirkan, bahkan mungkin diblokade (ekonomi-militer) oleh negara-
negara kreditor (negara-negara kaya).
3) Baik negara kreditor maupun pemerintah Indonesia mempunyai
pertimbangan, yaitu bahwa nilai-nilai Indonesia adalah nilai-nilai kaya raya,
baik di darat maupun di laut. Pasti akan dapat membayar utang, apabila
sumber alam itu dapat diolah.
Itulah nasib Indonesia, seperti kata pepatah “maju kena mundur pun kena”
lalu kapan utang tersebut akan lunas? Dan bagaimana dengan rakyat Indonesia?
BAB III
PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial dan Budaya


Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari faktor yang
mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial budaya
seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa berasal
dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sosial budaya.
Diantara berbagai faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial
budaya :
1. Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melakukan
kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang cepat.
Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan difusi, yaitu proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain atau dari
satu masyarakat ke masyarakat lain.
2. Sistem pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah
semakin memegang peran penting dalam melakukan perubahan-perubahan
pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat secara
keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajar berbagai kemampuan dan
nilai-nilai yang berguna bagi manusia, terutama untuk membuka pikirannya
terhadap hal-hal baru.
3. Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat
yang sangat toleran terhadap perbuatan atau masyarakat yang berperilaku
menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan catatan bukan
merupakan delik hukum.
Masyarakat yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima hal-
hal yang baru.
4. Sistem stratifikasi terbuka. Sebagaimana telah kita pelajari pada bagian
terdahulu, sistem pelapisan sosial terbuka pada masyarakat akan
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada individu untuk naik ke kelas
sosial yang lebih tinggi melalui berbagai usaha yang diperbolehkan oleh
kebudayaannya.
5. Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau
masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan ideologi akn
mudah mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang
keguncangan. Keadaan ini akan mendorong terjadinya perubahan dalam
masyarakat.
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan.
Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan
keamanan, akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang
ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhannya.
7. Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa masa
yang akan datang berbeda dengan masa sekarang, sehingga mereka berusaha
menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan keinginannya, maupun keadaan
yang buruk sekalipun. Untuk itu, perubahan-perubahan harus dilakukan agar
dapat menerima masa depan.
8. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya. Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di
masyarakat yang menyebutkan bahwa yang dapat mengubah atau
memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu sendiri, dengan
bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah niscaya ia harus berusaha.
Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-cara hidup
atau pun pola interaksi di masyarakat.
Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di
masyarakat dari perubahan sosial budaya diantaranya :
1. Kurang berhubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang kurang
memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah masyarakat
terasing atau terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan
perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat
disebabkan karena masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing,
sengaja mengasingkan diri atau lama dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain
sehingga mendapat pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang mengagung-
agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak dapat diubah akan
sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut akan
menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh
golongan konservatif.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam
suatu masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati
kedudukan tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan
keuntungan-keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
5. Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada.
Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar
dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat
menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi ideologi
dan dasar integrasi mereka dalam waktu lama dapat terancam oleh setiap
usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7. Prasangka pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup). Prasangka
seperti ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang
datang dari luar sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang
pernah dijajah, umumnya unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia
barat.
8. Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola
perilaku anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya.
Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan
pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan, yang mencakup bidang
kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara berpakaian.

B. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya


Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh
itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan
mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya
ketika program listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya listrik ke
pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar dalam
kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan
beragam kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka
mengalami perubahan. Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-
pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial masyarakat
desa menjadi semakin mengendur, karena mereka lebih banyak menghabiskan
waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang lebih banyak
berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni tradisional lebih
banyak ditonton di televisi daripada melalui pertunjukan langsung di panggung-
panggung. Selain itu juga, dengan adanya penerangan lampu. Dari kenyataan
ini, perubahan-perubahan lainnya akan semakin terbuka dan berlangsung secara
beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh
beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
• Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
• Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu
lainnya sehingga mendorong perubahan.
• Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan unsur
penduduk lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan beban tanggungan
hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain juga akan
merubah struktur sosial karena penduduk menjadi lebih heterogen.

b. Faktor-faktor eksternal antara lain :


• Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau
tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan fisik sehingga menuntut manusia melakukan adaptasi
terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk
bertahan ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang
terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial
yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan
dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam tersebut.
• Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya
berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya
kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk
sehingga merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam kenyataan yang lebih
memprihatinkan, peperangan seringkali diakhiri dengan penaklukan
yang diikuti pemaksaan ideologi dan kebudayaan oleh pihak atau negara
yang menang. Semua ini akan mengubah kehidupan masyarakat dan
kebudayaannya.
• Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak
dapat terjadi antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari
tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang
berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas
pengetahuan dan wawasan tentang budaya masing-masing, sehingga
dapat menimbulkan sikap toleransi dan penyesuaian diri terhadap
budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada
akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.

C. Sikap Selektif Terhadap Pengaruh Globalisasi


Kita menyadari bahwa tidak semua kebudayaan barat itu baik dan cocok
untuk bangsa kita. Namun juga tidak semua kebudayaan barat itu jelek, yang
jelek pasti kita tolak (tangkal).
Kit a memaklumi bahwa sering kebudayaan yang jelek (misalnya
kebebasan yang negatif dan kekerasan) itu justru yang menarik dan berkesan
dari pada kebudayaan yang baik. Untuk itu diperlukan filter (penyaring) dengan
alat, yaitu nilai-nilai Pancasila, agama, norma-norma kebudayaan, kepribadian
bangsa, dan potensi Pancasila yang ada.
Caranya bagaimana ? Berikut hal-hal yang perlu dilakukan oleh bangsa
kita khususnya para tokoh agama, masyarakat, pendidik, dan pemimpin.
1. Jika globalisasi itu memberi pengaruh, nilai, dan praktik yang positif, maka
seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu
menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalami benturan
dengan budaya lokal atau nasional, khususnya nilai agama. Dengan kata
lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada dapat pula dipraktekkan di
tengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan, tanggung
jawab, egalitarianisme, kompetisi, kerja keras, menghargai orang lain, saling
membantu, demokrasi dan semacamnya. Disinilah seharusnya kita mampu
memberi bimbingan ke arah yang lebih baik.
2. Selanjutnya, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak
dan bangsa kita agar mereka tahu nilai negatifnya yang harus dihindari dan
sebaliknya, mengetahui nilai-nilai yang positif dan bermanfaat untuk
bangsanya. Ini berarti berkaitan dengan banyak aspek termasuk pendidikan,
kemauan politik, hukum, dan contoh dari para pemimpin kita.
a. Menumbuhkan kembali kesadaran akan arti dan tujuan hidup di dunia
Kita memaklumi bahwa sebagian besar kebudayaan barat menekankan
pada kenikmatan di dunia (hedonisme) yang sifatnya hanya sementara
saja. Jelas hal tersebut bertentangan dengan landasan agama. Manusia
diciptakan di dunia ini dengan sempurna sebagai hamba Tuhan dan
sebagai pengelola bumi. Kita wajib mengabdi kepada Tuhan untuk
memperoleh ridha-Nya, sehingga keselamatan di dunia dan di akhirat
dapat kita raih.
Dengan kesadaran tersebut kita akan sanggup :
1) Mengatur diri, yaitu mengikuti aturan atau pedoman yang benar;
2) Mengekang diri (mengendalikan diri), sehingga tenggang rasa,
rendah hati, dan kejujuran akan terwujud dalam kehidupan ini;
3) Merasakan kenikmatan lahir dan batin yang merupakan kenikmatan
hakiki, yaitu dapat berbuat baik kepada Tuhan Yang Maha Esa,
maupun kepada sesama manusia.
b. Dapat mempertanggung-jawabkan apa yang diperbuat di dunia
Konsep dan praktik tanggung jawab merupakan hal yang serius dan
mendasar. Inilah kelemahan bangsa Indonesia yang belum berhasil
menanamkan ajaran tanggung jawab bagi bangsanya (baik lewat
pendidikan formal, non formal, maupun informal), sehingga yang
tampak sekarang adalah ekses reformasi, bukan keberhasilan reformasi.
Akibat masih melemahnya tanggung jawab (bahkan mungkin belum
tertanam), maka yang tampak adalah kepentingan pribadi dan kelompok
atau golongan. Bahkan banyak terjadi permainan kotor dan melanggar
hukum, hanya demi kepentingan tersebut.
Adapun tanggung jawab, baik serta formalitas administrasi maupun yang
memiliki konsekuensi di akhirat, tetap menjadi tanggung jawab pribadi
masing-masing. Kita tidak boleh terbawa arus tanpa tujuan yang pasti,
sebab semua akan dituntut dan dimintai pertanggung-jawaban.
Banyak orang yang tidak menyadari perjalanan hidup ini, sehingga
membuat kerusakan terhadap dirinya sendiri, keluarga atau orang lain,
bahkan terhadap bangsanya. Sebaiknya apa yang kita perbuat tidak
membawa kerugian, melainkan membawa manfaat bagi diri sendiri,
keluarga, maupun orang lain.

D. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi


Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap
dalam merespons globalisasi.
1. Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua
pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap
kebudayaan barat sebagai musuh.
2. Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role
model” untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
3. Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima atau
menolak kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat
selama tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan
yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak
sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.

Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai berikut
:
a. Aspek-aspek positif yang diterima
1) Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama
di bidang komunikasi, transportasi, dan informasi akan dapat menebus
batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di era globalisasi ini berarti
terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses
seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib kita terima, seperti
kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap karya atau kerja
orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, law
enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai
yang diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih
tertinggal jauh dari negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi
ini merupakan peluang baik untuk dapat menyerap ilmu dan teknologi,
sehingga kita akan dapat bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan
barang-barang yang berkualitas dengan harga murah.
3) Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-
kongkow, dan santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin
dalam segala hal, serta menghargai dan menggunakan waktu sebaik-
baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam
pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental
tersebut. Sebagai contoh negara Jepang, Korea, Hongkong, dan
Singapura.
4) Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean
Free Trade Agreement) atau perjanjian kawasan perdagangan bebas
ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific Economy
Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di
tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi era
liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap
survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar negeri. Akibatnya
bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5) Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk
berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai
ideologi bangsa lain, seperti separatisme. Oleh sebab itu, harus
mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila melalui sejarah.
Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan hidup bangsa
(falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan. Sejarah
telah membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan membawa
bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa
liberalisme) dan pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6) Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya
perpecahan akan membawa kehancuran terhadap negara ini. Persatuan
dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai, tentram dan sejahtera.
Banyak faktor di era globalisasi yang akan menimbulkan benturan dan
gesekan dengan budaya lain, seperti individualistis, sekularisme, dan
gaya hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita harus
waspada, kita harus dapat mengatasi setiap hambatan, ancaman,
gangguan, dan tantangan.

b. Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak


Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak
memiliki lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di
sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita
dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau menolak. Dalam menentukan
pilihan wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila,
norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka nilai-
nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa kita.
1) Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai
budaya tidak mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan
menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa
rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti akan menghasilkan
keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat bersikap akomodatif
terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya,
akibat prosesnya yang lama dan apabila sudah termakan akan
menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju
daripada yang kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan
teknologi itu sesuai dengan norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa
kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap
lingkungan dan menimbulkan pengangguran? Semua itu perlu
pengkajian lebih lanjut.
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan
“modern”, seperti pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan
minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang haram.
4) Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan)
secara sehat, artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi
dapat berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat,
dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan,
yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati
(gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin
lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial berdasarkan UUD
1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan adalah kemana
perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5) Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi,
karena maraknya paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, seperti
liberalisme, komunisme, sekularisme, individualisme, egoisme, dan
sebagainya. Semua ideologi asing tersebut tentu bertentangan dengan
ideologi Pancasila yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain
sebagainya.
6) Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan
yang makin meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya,
sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan
agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan
pada pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya
suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok
masyarakat lainnya.
2. Globalisasi diambil dari kata globe, yang berarti bola dunia. Globalisasi
merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang
mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh
dunia karena adanya kemajuan transportasi memperlancar interaksi antar
warga dunia.
3. Pengaruh globalisasi yang memberi nilai-nilai positif wajib kita serap,
terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya
disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi.
4. Tidak semuanya pengaruh globalisasi dan modernisasi membawa keburukan
tetapi juga ada sisi praktis yang bisa diambil dari itu.

B. Saran
1. Filter (penyaring) yang paling mendasar adalah kita kembali kepada ajaran
agama. Keimanan dan ketakwaan yang teguh akan menyaring pengaruh
kebudayaan barat dan kebudayaan bangsa lain. Hal ini harus dilakukan oleh
segenap tokoh agama, masyarakat, pendidik dan para pemimpin.
2. Dengan penguasaan Iptek, kita akan tertinggal dari negara-negara maju.
Bahkan kita sejajar/sederajat dalam percaturan internasional.
3. Dengan Iptek akan membawa efisiensi tenaga dan biaya. Alangkah
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan bila masih menggunakan cara
tradisional.
4. Dengan Iptek kita semakin sejahtera. Perhatikan di bidang automobil,
elektronika, dan pertanian.
5. Dengan adanya Iptek, kita akan lebih mudah mengoperasikan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA

• Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi – Reinterpretasi Ajaran


Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

• Mu’in, Idianto. 2005. Sosiologi Jilid III. Jakarta : PT. Erlangga.

• Samsudin. 2006. Kewarganegaraan. Surakarta : PT. Widya Duta Grafika.

• Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja


Grafindo.

• Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.


Bandung : Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai