Anda di halaman 1dari 4

Judul jurnal Penulis jurnal Tahun 1.

Resume Jurnal : Antara Kemiskinan dan Pemukiman Kumuh di Perkotaan : Mohammad Agung Ridlo : 2009

Teori Marginalitas Teori ini melihat gejala perkampungan miskin yang dicirikan dengan lingkungan permukiman yang kumuh, sebagai produk kaum migrant pedesaan yang secara sosial, ekonomi, budaya, dan politik tidak mampu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat kota. Menurut teori ini gejala tumbuhnya perkampungan miskin ini meluas di perkotaan karena adanya migrasi orang-orang desa ke kota dengan gaya hidup pedesaan yang berbeda, bahkan bertentangan dengan gaya kehidupan kota. Para migran dipandang sebagai orang-orang terbuang dari pedesaan, yang tidak mengenal sanak saudara di kota dan tidak mempunyai tempat tinggal di kota. Mereka tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan kota dan pada umumnya enggan kembali ke desa karena di desa mereka tidak mempunyai apa-apa. Secara singkat teori marginalitas ini mengajukan preposisi atau pendapat sebagai berikut: Secara Sosial, penghuni perkampungan miskin itu mempunyai disorganisasi internal, seperti kurang mempunyai kohesi sosial, yang berkeinginan untuk berkelompok dan secara individu mereka kesepian. Mereka juga mengalami isolasi eksternal, seperti kurang mampu berintegrasi ke dalam kehidupan kota, karena secara luas mereka kurang mampu memanfaatkan institusi-institusi perkotaanyang ada misalnya, lembaga, dinas, dan institusi pelayanan kota lainnya. Secara Kultural, penghuni perkampungan kumuh tadi mempunyai budaya tradisional, mereka juga mempunyai ekonomi prokial seperti gaya hidup yang boros, konsumtif cepat puas tak berorientasi pasar, kurang berjiwa entrepreneurship dan derajat lingkaran setan kemiskinan. Secara politis, ternyata mereka dianggap apatis, karena dianggap tidak mampu berintegrasi dengan kota serta kurang berpartisipasi dalam pembangunan. Mereka mempunyai kecenderungan berperilaku radikal dalam arti mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Secara ekonomi, mereka dianggap parasit karena lebih banyak menyerap sumber-sumber yang ada di kota ketimbang memberikan sumber-sumber kepada masyarakat kota, mereka juga mempunyai ekonomi ekonomi prokial seperti gaya hidup boros, konsumtif.

2.

Teori Ketergantungan Selain teori marginalitas, dalam menjelaskan munculnya gejala perkampungan miskin atau pemukiman kumuh diperkotaan, dapat dilakukan melalui teori ketergantungan. Hal yang sebaliknya dengan teori marginalitas adalah teori ketergantungan yang bersifat Struktural di dalam menjelaskan gejala tumbuhnya perkampungan miskin atau pemukiman kumuh di perkotaan. Dari sudut teori ketergantungan, gejala perkampungan miskin atau permukiman kumuh di perkotaan itu sebagai produk penetrasi kapitalis terhadap masyarakat pedesaan yang secara structural kondisinya pincang bila dibandingkan dengan kondisi perkotaan (Suparlan 1995). Kapital disini bukan dalam arti yang sempit dalam bentuk modal tetapi tyetapi juga dalam bentuk modal dan manusia.

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa teori ketergantungan ini menyimpulkan adanya perkampungan miskin atau pemukiman kumuh di perkotaan tersebut: secara sosial, mereka disisihkan oleh kehidupan masyarakat, secara kultural , mereka dijadikan kambing hitam sebagai pelaku kriminal, secara ekonomi mereka dieksploitasi dan diperas habis-habisan tenaganya (dengan upah yang murah), secara politik mereka terbelengu dengan posisi ereka tidak mempunyai tawar dalam pengambilan keputusan. Metode Pendekatan : Pendekatan deskriptif kualitatif dilakukan untuk memahami dan mengambarkan ciri atau karakteristik Urban Poverty kaitannya dengan Slums and squatters, serta mengetahui fenomena kehidupan kaum miskin (poor society). Pendekatan secara teoritis digunakan untuk memahami data secara utuh dan komprehensif guna menarik implikasi kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan di perkotaan. Kesimpulan Oleh karena itu beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Ada nilai yang menguntungkan dalam membedakan antara kota , suburban dan hinterland. Kota terdiri dari berbagai macam lingkungan aktivitas (heterogen), sehinggga banyak para migrant beraktifitas di kota untuk memelihara keluarganya, baik yang berada di kota maupun yang di suburban dan hinterland. Pusat kota suburban dan hinterland adalah satu kesatuan saling bergantung untuk kesempatan kerja, service, rekreasi, perubahan dan kemajuan. Pemerintah perlu menjamin warga negaranya dengan peraturan untuk dapat memilih tempat tinggal dimana saja yang mereka sukai. Dengan demikian pintu kota haruslah terbuka untuk umum. Pemerintah kota harus turut dalam memberikan subsidi dan bantuan hukum, membuat kesempatan tempat tinggal bagi orang miskin di tempat yang mereka sukai dengan tempat tinggal yang pantas, the ringht to move in shell pengertian shell disini adalah pada prinsipnya kehidupan di kota terdiri dari sel-sel individu, dan hubungan antara satu sel dengan sel keseluruhan lancer dan baik. Baik kota maupun pemerintah satu lama atau baru, adapat berfungsi sebagai enciave untuk kiasan atau ras. Keluarga loe income seharusnya diberikan hak dalam kesempatan memiliki rumah dan memilikinya tanpa takut kehilangan hak bila tidak bekerja, sedikit atau sesuatu yang tak dapat diperhitungkan. Kemiskinan adalah masalah nasional, kemiskinan tertinggi terdapat di klota-kota sehingga kemiskinan di perkotaan haruslah merupakan bagian dari tanggung jawab nasional. Baik terhadap kebutuhan masyarakat kota maupun ketersediaan lapangan kerja, dimanapunmereka tinggal. Komentar: Isi Dalam jurnal ini menurut saya sangat menarik karena apa bahwa ada keterkaitan antara isi jurnal ini terutama pada masalah migrasi yang menyangkut isu pembangunan masyarakat di perkotaan, karena pada dasarnya berdasarkan beberapa fenomena yang ada di dalam jurnal tersebut adalah adanya suatu dorongan dan tarikan dari masyarakat kota, sehingga banyak masyarakat desa yang ber migrasi ke kota, namun hanya menimbulkan banyak permasalahan yang menyangkut kemajuan pembangunan. Salah satu karakteristik di dalam populasi perkotaan adalah bahwa antara kota yang satu di suatu Negara dengan lainnya sangat berbeda, dan di kota itu bahwa anak-anak dan orang tua itu lebih sedikit dari pada

kelas pekerja, dan berdasarka jurnal di atas yang palimg umum adalah selalu membedakan karakteristik antara penduduk di desa dan penduduk di kota. Cara membedakanya adalah dengan populasi di pedesaan karena antara kota dan desa sangat berbeda. Dan salah satu factor yang paling menonjol adalah factor migrasi: Pull Factor : Kota menarik orang-orang di desa karena, pekerjaan, pendidikan dan anggapan bahwa di kota pasti akan memperoleh kesuksesan. Push Factor : Ketika dia merasa terdorong karena keingginan yang tidak tercapai dan tidak menarik di sekitar lingkungannya di desa. Karena karakteristik utama dari sektor pekerjaan yang paling utama di desa adalah pabrik industri dan perdagangan. Dan berdasarkan hal inilah bagaimana orang-orang yang ada di desa saling berbondongbondong untuk bermigrasi ke kota dengan harapan untuk memperoleh kehidupan yang layak di kota karena berdasarkan teori pull factor dan push factor di atas orang- orang di desa bermigrasi ke kota dengan harapan untuk dapat memperoleh sebuah penghiduapan yang layak yang disebkan karena di kota dapat memperoleh harapan dapat memperoleh sebuah pekerjaan yang layak dan kehidupan yang layak . Namun seiring munculnya era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sekarang ini, bukanya menurun tingkat urbanisasi yang terjadi dari desa dan kota malah semakin menurun karena mereka masih berharap untuk dapat memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang layak. Karena dalam peningkatan kemajuan iptek dan era globalisasi sampai sekarang ini adalah bahwa tingkat pembangunan di kota sangat meningakat sehingga banyak orang dari desa yang bermigrasi ke kota dengan harapan memperoleh pekerjaan yang layak, namun sering pesatnya laju penduduk yang pesat, baik secara alamiah maupun adanya pergerakkan penduduk seringkali tidak di imbangi dengan sarana dan prasaranayang mendukung. Dan dengan adanya pelonjakan tingkat urbanisasi yang terjadi ke kota bahwa kota di sini tidak mampu menyediakan fasilitas dan pelayanan sosial lapangan kerja bagi sebagian besar penduduknya. Hal ini diakibatkan oleh karena kebanyakan penduduk perkotaan yang bermigrasi dari desa ke kota tidak mempunyai pendidikan dan penghasilan yang layak, sehingga mereka tidak mampu bersaing untuk dapat memperoleh pekerjaan hal itu disebabkan karena mereka kalah bersaing dalam memperoleh sebuah pekerjaan. Sehingga menurut saya bahwa para migraan yang datang ke kota tidak mampu untuk bersaing dalam mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak untuk memenuhu kebutuhannya sehari-hari sehingga mereka tetap terbelengu dalam lingkar kemiskinan, karena penghasilan yang di dapatnya tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lalu mereka juga menempati atau bertempat tinggal di sekitar lokasi pekerjaannya sehingga menyebabkan padatnya penduduk dan padatnya pembangunan yang tidak perlu yang tidak mematuhi peraturan sehingga ujung-ujungnya di gusur karena menyebabkan kemacetan lalu lintas dan merusak pemandangan kota, karena mereka menempati pertokoan, kuburan dan kawasan ruang terbuka hijau.karena penghasilan yang di dapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk sehari saja, dan tidak terfikirkan untuk menyewa tempat tinggal (tempat kos). Sehingga disini saya dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa banyak penduduk desa banyak melakukan migrasi ke kota dengan harapan memperoleh pekerjaan dan kerja yang layak, tetapi karena ketersediaan

lapangan pekerjaan yang tidak memadahi, yang diakibatkan karena rendahnya keahlian dan keterbatasan pendidikan sehingga mereka hanya mengeluti lapangan pekerjaan informal seperti tukang batu, kayu, dan tukang las, pelayan dan kuli bangunan, sehingga sudah barang tentu penghasilan yang diperoleh hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari saja, sehingga tidak pernah terfikirkan oleh mereka untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak, sehingga banyak dari mereka yang mertempat tinggal di kuburan, depan ruko pertokoan, kawasan ruko terbuka hijau, yang dapat menyebabkan banyaknya pemukiman kumuh diperkotaan.

Anda mungkin juga menyukai