Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di dalamnya cemas. Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk. Kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat. Keadaan cemas menyebabkan atau memperburuk serangan, serangan asthma dapat menyebabkan kecemasan besar pada klien asthma padahal kecemasan justru memperburuk keadaan (Cris Sinclair, 1990 : 106). Kondisi sesak dapat menimbulkan kecemasan karena klien merasa adanya ancaman kematian (Barbara C. Long, 1996 : 512). Menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma baik pada saat serangan ataupun saat tidak terjadi serangan sangat penting. Sebab seperti yang telah dijelaskan di atas maka lingkaran mengenai penyebab dan akibat cemas harus diputus. Dengan demikian berarti memutus salah satu faktor pencetus asthma dan memutus keadaan cemas yang disebabkan oleh asthma. Sehingga dapat memperpendek masa serangan dan memperkecil frekwensi kekambuhan. Di Inggris sekitar 2,5 juta penderita asthma bronkiale yang perlu pengobatan dan pengawasan rutin, 10% anak-anak dan 7% dewasa (Crockett A, 1997). Di Amerika serikat diperkirakan 9,5 juta penduduk menderita asma. Di Jerman 9 juta penduduk.Cemas yang berhubungan dengan sulit bernafas dilaporkan sebagai diagnosa yang sering di tangani (50% - 74%) (Carpenito, 2000 : 128). Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari perawat di dalam merawat klien asma secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual. Di Jawa Timur menurut penelitian Amin Muhammad (2000) dilaporkan terdapat 13,5% dari 6144 responden menunjukkan gejala asma. Stress merupakan pencetus perubahan pada paru yang memungkinkan terjadinya asma. Kecemasan yang berlanghsung terus menerus tanpa adanya suatu tindakan akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih parah dan meningkatkan resiko cedera, fungsi fisiologi abnormal (Carol

Taylor, 1997 : 783). Respon yang ditimbulkan oleh kecemasan dapat dimanifestasikan oleh syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Respon simpatis akan menyebabkan pelepasan epineprin, adanya peningkatan epineprin mengakibatkan denyut jantung cepat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan pada arteri meningkat. Kecemasan juga berdampak negatif pada fisiologi tubuh manusia antara lain dampak pada kardiovaskuler, sistem respirasi, gastro intestinal, neuromuscular, traktus urinarius, kulit, dampak pada perilaku, kognitif dan afektif. Dampak yang paling memperberat asma adalah dampak terhadap sistem respirasi dan kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas, nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada dan peningkatan tekanan darah (Stuart dan Sundeen, 1995 : 331). Dampak lain yang lain tak kalah pentingnya adalah penurunan sistem imun dan respon inflamasi. Di mana kecemasan akan menurunkan kadar limfosit dalam darah dan komponen sel darah putih yang lain. Kadar limfosit yang rendah tidak mampu melawan proses inflamasi di bronkus sehingga keadaan asma akan berlangsung lama dan kekambuhan akan menjadi lebih sering karena penurunan sistem imun menyebabkan kerentanan terhadap proses inflamasi. Mengingat untuk mencapai sehat secara dinamis bagi penderita asma bronkiale perlu peningkatan respon imun maka upaya peningkatan respon ketahanan tubuh pada penderita tersebut sangat diperlukan. Oleh karena itu selain indikator peningkatan ventilasi paru-paru guna menjaga homeostasis perlu adanya indikator tambahan yaitu sistem ilmunologik. Telah diketahui bahwa proses pembentukan pola respon ketahanan tubuh pada penderita asma bronkiale, tidak terjadi sebagai akibat imunogen tetapi juga dapat terjadi melalui mediator kimia terkait. Mediator tersebut berupa sitokin

(Baratawidjaja, 1996). Atas dasar peran mediator sitokin dalam respon ketahanan tubuh tersebut, maka pendekatan penelitian ini menggunakan konsep psikoneuroimunologik (Ader, 1991 : Setyawan, 1996). Indikator ketahanan tubuh yang berkonsep Psikoneuroimunologi akan digunakan untuk pedoman penelitian dengan relaksasi latihan pernafasan Salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma adalah dengan latihan relaksasi pernafasan. Teknik relaksasi ini telah diketahui efektif menurunkan kecemasan untuk perawatan dan pencegahan gangguan pernafasan, hiperventilasi, nafas pendek (Martha Davis, 1995 : 28). Karena menurunkan ketegangan dan perubahan kesadaran (Stuart dan Sundeen : 347). Latihan relaksasi yang terprogram setiap hari memberi efek 2

pada respon psikologis terhadap stress dan juga akan tertolong jika kecemasan muncul kembali (Barbara C. Long, 1996 : 144).

B. Rumsan Masalah 1. Jelaskan tentang asma 2. Jelaskan etiologi asma 3. Jelaskan gejala klinis asma 4. Jelaskan pembagian asma pada anak 5. Jelaskan faktor pencetus 6. Jelaskan tentang patofisiologi 7. Jelaskan tentang komplikasi 8. Jelaskan tentang manifestasi klinis 9. Jelaskan tentang pemeriksaan diagnostik 10. Jelaskan tentang penatalaksanaan

C. Tujuan 1. Jelaskan tentang asma 2. Jelaskan etiologi asma 3. Jelaskan gejala klinis asma 4. Jelaskan pembagian asma pada anak 5. Jelaskan faktor pencetus 6. Jelaskan tentang patofisiologi 7. Jelaskan tentang komplikasi 8. Jelaskan tentang manifestasi klinis 9. Jelaskan tentang pemeriksaan diagnostic 10. Jelaskan tentang penatalaksanaan D. Metode Penulisan 1. Studi pustaka dengan mencari buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan medikel bedah pada asma 2. Proses penulisan asuhan keperawatan Penyuntingan/ pengetikan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan. Asma adalah : Penyakit dengan karekteristik meningkatnya reaksi trakea & bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah ubah derajatnya secara spontan / dengan pengobatan ( Ilmu Kesehatan Anak 3 ) Asma adalah : Suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).

B. ETIOLOGI Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang). Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus,

pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

C. GEJALA KLINIS 1. Stadium I Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksimal karena iritasi & batuk kering. Sputum yang kental & mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk.

2. Stadium II Sekresi bronkus bertambah banyak & batuk dengan dahak yang jernih & berbusa.Pada stadium ini akan mulai merasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam.Ekspirium memanjang & terdengar bunyi mengi. Tampak otot nafas tambahan turut bekerja. Anak lebih senang duduk & membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur / kursi.Anak tampak gelisah, pucat & sianosis sekitar mulut.Toraks membungkuk kedepan & kebih bulat serta bergerak lambat pada pernafasan.Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernafasan abdominal, retraksi suprasternal& interkostal.

3. Stadium III Obstruksi / spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga suara nafas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Pernafasan dangkal, tidak teratur & frekuensi nafas yang mendadak meninggi.

D. PEMBAGIAN ASMA PADA ANAK 1. Asma episode yang jarang. Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulanbulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.

2. Asma episode yang sering. Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan

golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

3. Asma kronik atau persisten. Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat 6

melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.

E. FAKTOR PENCETUS 1. Alergen Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma. Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil. 2. Infeksi. Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan

streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris. 3. Iritan. Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi. 4. Cuaca. Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma 5. Kegiatan jasmani Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani. 6. Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks. 7. Faktor psikis. Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan

menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma. Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.

F. PATOFISIOLOGI Alergen (Debu, Asap, Tepung sari ) Informasi Hipersekresi Mukus Spasme otot polos bronkhus Sumbatan Obstruksi saluran Nafas Cemas Sesak Nafas Defisit Knowledge Pernafasan dada / otot dada Peningkatan resi Rasi rate Anoreksia Perubahan nutrisi kurang Dari kebutuhan Hipertropi Bronkhus Tidak efektif Jalan Nafas Suplay O2 menurun Hipoxia G Pertukaran Gas Anemia G Cairan & Elektrolit Sel Mast Sel Epitel Sel Makrofag Sel Eosinofil Sel Limfosit Ig E

G. KOMPLIKASI Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas Chronik persistent bronchitis Bronchiolitis Pneumonia Emphysema. H. MANIFESTASI KLINIS Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit. Tachypnea, orthopnea. Diaphoresis Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan. Fatigue. Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur. Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis. X foto dada : atelektasis tersebar, Hyperserated.

10

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Foto rontgen Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum Pemeriksaan alergi Pulse oximetri Analisa gas darah. J. PENATALAKSANAAN Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) : a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme : Efedrin Salbutamol Terbutalin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat. b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi

bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, sistem saraf palpitasi, pusat;gejala iritasi toxic;sering

gastrointistinal,rangsangan

muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump. c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN IDENTITAS Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki. KELUHAN UTAMA Batuk-batuk dan sesak napas. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.

12

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter

menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. Tahap perkembangan. Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking. Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga. Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendektinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

13

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana. Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga. RIWAYAT IMUNISASI Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. RIWAYAT NUTRISI Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi

BBSekarang 100% BBideal

Klasifikasinya sebagai berikut : Gizi buruk kurang dari 60% Gizi kurang 60 % - <80 % Gizi baik 80 % - 110 % Obesitas lebih dari 120 % PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM 1. Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.

14

2.

Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

3.

Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng apatis sopor coma.

4.

Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

5.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.

6.

Sistem integumen Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

II. ANALISA DATA NO 1. DATA S : Klien mengatakan sesak napas. O : Tampak gelisah, retraksi subcosta +, penggunaan otot bantu pernapasan +, RR 40 ETIOLOGI Interaksi IgE dan antigen pada sel mast Spasme otot polos bronkhus Hipertropi bronkhus Suplay O2 menurun Hipoxia G pertukaran gas MASALAH Gangguan pertukaran gas, tidak bersihan efektif jalan

nafas dan tidak efektif nafas. pola

x/menit,tachipnea,112x/m nt, TD : 100/60,ronchi kering +/+, Wheezing +/+ eksperium memanjang,

dan diaporesis, batuk + non produktif.

2.

S : Klien mengatakan tidak mau makan dan minum O : Keadaan umum lemah, makan pagi hanya mau 3 sendok

Sesak nafas Pernafasan dada/ otot dada Peningkatan resitasi rate

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

15

Anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.

S : Orang tua bertanya tentang kondisi dan perkembangan penyakit yang diderita anaknya, Mengatakan bahwa penyakit yang diderita anaknya adalah serius. O : Orang tua tampak cemas dan gelisah. Anak rewel.

Distress pernafasan Hospitalisasi Kecemasan meningkat

Kecemasan meningkat

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan meningkatnya produksi sekret pada saluran napas. 2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake nutrisi dan minum yang tidak adekuat. 3. Kecemasan meningkat berhubungan dengan distress pernafasan dan hospitalisasi.

IV . PERENCANAAN 1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan meningkatnya produksi sekret pada saluran napas. Tujuan : Pertukaran gas, bersihan jalan nafas , dan pola nafas klien menjadi baik. Kriteria : Tidak sukar dalam bernafas, tidak ada penggunaan otot-otot bantu nafas, tidak ada ronchi dan wheezing, respirasi rate 20-30 x/menit, batuk yang produktif, nilai gas darah tetap dalam batas normal, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt) dan anak memperlihatkan kepatenan pada jalan nafas.

16

Intervensi : Kaji pernapasan setiap 2-4 jam; kedalamannya, irama, penggunaan otototot bantu nafas, cuping hidung, dan adanya batuk. Auskultasi bunyi nafas setiap 2-4 jam. Pemberian oksigen dengan humidifikasi. Tinggikan bagian kepala saat tidur 30-40 derajad dengan kepala sedikit ekstensi. Berikan istirahat dan aktivitas secara periodik. Lakukan fisioterapi dada, nebulizer dan suction. Monitor nadi; apakah ada takikardi; bila takikardi ada disebabkan oleh karena hypoxia. Lakukan program medik: bronkodilator, B1 Agonis dan steroid.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan intake yang kurang Tujuan Kriteria : Kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang. Intervensi : Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna Berikan makanan porsi kecil tapi sering. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas. Beri makanan kesukaan klien Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan. Tujuan Kriteria : Kecemasan menurun : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak. Intervensi : Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support. Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal

17

Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan

18

BAB III

PENUTUP

1.

kesimpulan Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan. Asma adalah : Penyakit dengan karekteristik meningkatnya reaksi trakea & bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah ubah derajatnya secara spontan / dengan pengobatan ( Ilmu Kesehatan Anak 3 )

2.

Saran Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah asma di masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah asma dan diharapkan mahasiswa/i dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami asma yang sesuai dengan apa yang dipelajari.

19

DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta. Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai