Anda di halaman 1dari 14

BAB I: PENDAHULUAN

Sejarah Pada awalnya, sebelum dikukuhkan oleh SK Rektor, Satuan Audit Internal UGM masih bernama Tim Audit Internal dan hanya memiliki beberapa orang auditor. Dalam Strukturnya Tim Audit masih berada di bawah Pembantu Rektor II, yang pada saat itu tugasnya adalah melakukan verifikasi pengadaan aset dan keuangan. Sejak terbitnya PP No.153/2000 tentang penetapan UGM sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), maka tata kelola pengendalian internal di UGM mengalami beberapa perubahan signifikan. Perubahan tersebut adalah dikukuhkannya lembaga pengendalian internal yaitu Satuan Audit Internal (SAI) dan dengan persetujuan Universitas mulai melakukan rekrut beberapa calon auditor. Dalam PP 153 tahun 2000 pasal 46 disebutkan bahwa: Universitas memiliki auditor internal yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan. Penjelasan yang sama tentang SAI dapat ditemukan pada ART UGM pada pasal 1 Tentang Ketentuan umum yaitu: Satuan Audit Internal adalah perangkat Rektor yang bertugas melakukan pengawasan internal. Hal seperti ini juga dapat dijumpai pada SK Rektor No. 209/P/SK/HT/2004 tentang Satuan Audit Internal. Ketiga keputusan tersebut merupakan pengukuhan secara legal atas lembaga atau unit audit dan pengendalian internal dalam struktur Universitas

Struktur Organisasi KAI Struktur Organisasi Kantor Audit Internal terdiri dari: - Kepala KAI - Kepala Bagian Untuk pelaksanaan aktivitas kerja dilaksanakan oleh fungsional auditor yang terbagi kedalam beberapa tim audit.

Tujuan KAI Tujuan Kantor Audit Internal adalah : a) Memastikan kepatuhan terhadap hukum, peraturan, dan kebijakan yang berlaku. b) Membantu Rektor dalam melakukan pengendalian internal dengan menjabarkan secara operasional mengenai sistem perencanaan, pelaksanaan, maupun pemantauan hasil audit. c) Mengidentifikasi segala potensi risiko dan kemungkinan prosedur yang diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana. d) Membuat analisis, kajian dan penilaian bidang manajemen, keuangan, akuntansi, sumber daya, asset dan kegiatan lainnya melalui pemeriksaan secara on-site dan pemantauan secara off-site. e) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diberikan pada semua tingkatan manajemen.

Visi dan Misi Visi Menjadi satuan audit internal yang memiliki dedikasi dan profesionalisme tinggi, mampu memberikan nilai tambah bagi UGM, membantu pimpinan menuju terciptanya good university governance, sehingga UGM menjadi institusi yang efektif, efisien, mampu menjaga asetnya dan

mematuhi semua aturan yang berlaku, dalam mengemban tanggung jawab sebagai salah satu pendidikan tinggi di Indonesia.

Misi 1. Melaksanakan pengawasan internal atas aktivitas unit kerja di UGM. 2. Melaksanakan review dan evaluasi terhadap proses pengendalian manajemen, operasional, dan keuangan menuju terciptanya good university governance. 3. Melaksanakan koordinasi dengan Dewan Audit UGM dan auditor eksternal untuk mencapai akuntabilitas publik yang optimal.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Value For Money Audit (Economy, Efficiency And Effectiveness Audit)


Sebelum lebih jauh membahas tentang auditing ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for money audit) ada baiknya didefinisikan terlebih dahulu pengertian masing-masing dari ekonomi, efisiensi dan efektivitas itu sendiri. Ekonomi berarti cara menggunakan sesuatu hal secara hati-hati dan bijak agar diperoleh hasil yang baik. Ekonomis juga ada mengartikan cost yang paling rendah. Efisisiensi atau daya guna adalah bertindak dengan cara meminimalkan kerugian dalam penggunaan sumber daya ekonomi. Jadi efisiensi ini diukur dari rasio output dan cost. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan sehingga tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan antara pencapaian tujuan dengan aoutput yang dihasilkan. Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkuan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Audit kinerja atau value for money audit meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan conventional audit adalah dalam hal laporan auditnya. 1. Audit Ekonomi dan Efisiensi The General Accounting Office Standards (1994) menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit: a) Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat b) Melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah c) Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai d) Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya. e) Menghindari adanya pengangguran sumberdaya atau jumlah pegawai yang berlebihan f) Menggunakan prosedur kerja yang efisien g) Menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang /jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat

h) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara i) Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi.

2. Audit Efektivitas Menurut Audit Commisions (1986) efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijkan dan tujuannya. Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan: 1. tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan 2. kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya 3. apakah entitas yang daudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil sama dengan biaya yang paling rendah 3. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan adalah audit yang dilakukan oleh seorang auditor untuk melihat kegiatan operasi suatu entitas apakah telah sesuai dengan ketetapan, ketentuan, peraturan, persyaratan yang berlaku atau telah disetujui, seperti perjanjian dengan kreditor , perundang-undangan disuatu negara.

Audit kepatuhan adalah audit yang dilakukan oleh seorang auditor untuk melihat kegiatan operasi suatu entitas apakah telah sesuai dengan ketetapan, ketentuan, peraturan, persyaratan yang berlaku atau telah disetujui, seperti perjanjian dengan kreditor , perundang-undangan disuatu negara.

Substansi Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas


Value For Money Audit adalah cara lain disamping Conventional Audit yang dilakukan untuk melakukan pertanggungjawaban kepada publik oleh lembaga-lembaga pemerintah. Berbeda dengan pendekatan konvensional yang lingkupnya hanya sebatas audit terhadap keuangan dan kepatuhan (financial and compliance audit), Value for Money audit mempertimbangkan bahwa pentingnya dilakukan audit kinerja (performance audit). Hal-hal yang terkait performance audit adalah ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi

disebut management audit, atau sering juga disebut dengan operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Dikenal juga istilah lain bagi performance audit, yaitu 3Es audit (economy, efficiency, and effectiveness audit). Bagi kedua pendekatan yang telah disebutkan, terdapat lima tahap dalam pelaksanaan audit, yaitu: 1. Perencanaan audit, 2. me-review sistem akuntansi dan pengendalian interen. 3. pelaksanaan audit, 4. Penyampaian laporan.

Audit dalam audit keuangan Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaiannya dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan dan kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Audit kinerja Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut. Audit kinerja mencakup: Ekonomi Pemanfaatan atas sesuatu yang bernilai seperti biaya, waktu, tenaga, atau lainnya yang berharga. Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasional organisasi dapat diminimalkan. Efisiensi Ketepatan cara untuk mengerjakan atau memanfaatkan atau mengoptimalkan sesuatu atau menghasilkan sesuatu dengan tepat dan cepat serta berdaya guna dengan tidak mengorbankan biaya, waktu, tenaga, atau lainnya dalam tujuan memeperoleh

hasil yang terbaik. Konsep efisien memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Efektivitas Suatu keadaan yang meunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu, konsep efektif berarti bahwa jasa yang disediakan /dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna jasa dengan tepat. Standar audit kinerja terhadap lembaga pemerintah menurut Standar Audit

Pemerintahan adalah sebagai berikut: 1. Standar Umum a) Staff yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan professional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan. b) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga audit dan auiditor, baik pemerintah maupun akuntan public, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya (ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang independen. c) Dalam pelaksanaan audit dan penyususunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. d) Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit yang berdasarkan SAP ini harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system pengendalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern). 2. Standar pekerjaan lapangan audit kinerja a) Perencanaan Perencanaan harus direncanakan secara memadai b) Supervisi Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Auditor harus merancang audit tersebut untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai kepatuhan tersebut. Dalam semua audit kinerja, auditor harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang dapat merupakan indikasi adanya unsur pembuatan melanggar hokum atau penyalahgunaan wewenang. d) Pengendalian manajemen Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan dengan audit. 3. Standar Pelaporan Audit Kinerja Standar pelaporan audit kinerja terdiri dari 5 hal: 1) Bentuk Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan hasil setiap audit 2) Ketepatan waktu Auditor harus menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang berkepentigan 3) Isi laporan a) Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan metodologi audit b) Hasil Audit Audit harus melaporkan temuan audit yang signifikan c) Rekomendasi Auditor harus menyamaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalh dan untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas audit d) Pernyataan Standar Audit Auditor harus melaporkan bahwa audit melaksanakan

berdasarkan SAP e) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan f) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan wewenang

g) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar h) Pengendalian manajemen i) Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab j) hasil/prestasi kerja yang patut dihargai k) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut l) Informasi istimewa dan rahasia 4. Penyajian pelaporan Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas 5. Distribusi pelaporan Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit Pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara hokum atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut berdasarkan temuan dan rekomendasi audit Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima laporan tersebut Watchdog Sebelumnya auditor internal pada UGM yaitu KAI sangat di segani oleh para auditee, pada kasus ini auditee adalah fakultas-fakultas, sekolah vokasi, kepanitiaan, proses bisnis yang dijalankan oleh UGM, namun dengan perkembangan waktu yang berjalan KAI menjadi lebih bersahabat karena kinerja KAI bukan lagi menajdi pemberi opini namun penyelesai masalah yang terjadi pada objek audit. safeguarding asset sebuah tindakan yang sering dilakukan pada proses pengadaan biasanya, seperti seorang appraiser, tindakan ini termasuk tindakan preventif agar mengurangi salah catat yang mungkin terjadi pada saat proses pengadaan yang terjadi pada wilayah UGM, biasanya saveguarding assets dilakukan oleh KAI sebelum terjadinya transaksi.

BAB III: PEMBAHASAN

SUMBER DAYA MANUSIA Pada awalnya, sebelum dikukuhkan oleh SK Rektor, Satuan Audit Internal UGM masih bernama Tim Audit Internal dan hanya memiliki beberapa orang auditor saja. Sejalan dengan semakin dibutuhkannya fungsi auditor internal di Universitas Gadjah Mada, maka jumlah auditor di KAI ini semakin bertambah. Pada pertengahan tahun 2000-an jumlah auditor berkembang menjadi sepuluh orang dan pada tahun 2013 ini berjumlah lima belas orang. Namun jumlah ini tetap dirasa kurang karena secara ideal untuk satu hingga dua tahun kedepan KAI membutuhkan delapan belas orang untuk menjalankan tugas-tugasnya. Sebagian besar auditor KAI memang berlatar belakang bidang studi akuntansi. Namun karena keterbatasan cakupan bidang studi akuntansi, maka KAI juga memperkerjakan 1 orang auditor berlatar belakang studi sistem informasi untuk mengetahui alur sistem informasi yang dijalankan dalam suatu instansi, kemudian dua orang auditor berlatar belakang studi teknik sipil sebagai tenaga appraiser dan satu orang berlatar belakang hukum yang menguasai berbagai regulasi dan undang-undang yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk mempermudah berbagai prosedur audit di UGM karena mempekerjakan orang-orang yang memang ahli di bidangnya.

GAMA MULTI PT Gama Multi Usaha Mandiri (Gama Multi) adalah perusahaan holding dan investasi yang bergerak diberbagai bidang usaha. Perusahaan yang secara resmi didirikan pada 24 Juni tahun 2000ini sahamnya 90% lebih dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada. Gama Multi bertekad untuk membangun reputasi dan kompetensi sebagai perusahaan holding dan investasi berskala nasional melalui usaha-usaha yang menghasilkan produk terbaik dan layanan prima kepada para konsumen serta pelaksanaan good corporate governance dalam setiap unit-unit usaha dan anak-anak perusahaannya. Saat ini, Gama Multi mempekerjakan 446 karyawan yang tersebar dalam sembilan unit usaha (University Club, Gama Konsultan, Gama Multi Finance, Kantor Pos Bulaksumur, Gama Giri Mandiri, Rumah Sehat dan Apotek UGM, Plaza Agro Gadjah Mada,

Gama Auto Service, dan Gama Herbal) serta enam anak perusahaan (Swaragama, Gama Bookstore, Gama Techno, Gamawisata, dan PT. Swayasa Prakarsa). Walaupun PT Gama Multi berada di bawah UGM, namun UGM tidak bisa memberikan instruksi secara langsung terhadap aktivitas yang dilakukan oleh PT Gama Multi, termasuk kegiatan audit. Hal ini dikarenakan UGM merupakan badan hukum yang mengacu pada peraturan pemerintah (UU nomor 12 tahun 2012 mengenai Sisdiknas), sedangkan PT Gama Multi yang berbentuk perseroan terbatas hanya mengacu pada Undang Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sewaktu UGM masih berstatus BHMN (Badan Hukum Milik Negara), UGM bebas untuk membuat aturan sendiri, termasuk yang berkaitan dengan PT Gama Multi yang berada di bawahnya. Apabila KAI menerima surat penugasan dari rektor untuk mengaudit PT Gama Multi maka KAI mampu dengan leluasa untuk mengaudit PT tersebut. Namun adanya perubahan status UGM menjadi BLU (Badan Lembaga Umum) UGM harus benar-benar mengikuti aturan pemerintah, tidak bisa membuat berbagai peraturan secara mandiri. Hal ini menjadikan UGM dan PT Gama Multi mempunyai acuan aturan yang berbeda. Keduanya tidak lagi mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh UGM sebeumnya. Implikasinya adalah walaupun rektor sudah mengeluarkan surat perintah untuk mengaudit PT Gama Multi, KAI tidak bisa melakukan audit apabila tanpa ada persetujuan dari pihak PT Gama Multi sendiri. Perkembangan saat ini status UGM berubah kembali menjadi PTNbh (Perguruan Tinggi Negeri berbadan hukum). Status ini bisa disebut sebagai perpaduan antara BHMN dan BLU dimana UGM boleh membuat peraturan sendiri tetapi harus dilaporkan ke pemerintah. Implikasinya adalah rektor tetap tidak boleh mengeluarkan surat perintah audit untuk PT Gama Multi secara sepihak, melainkan harus melalui RUPS dan mendapat persetujuan dari pemilik lainnya.

BEM KM KAI juga melakukan audit terhadap BEM KM UGM karena merupakan unit kerja yang mempunyai berbagai kepanitiaan dalam menjalankan program kerjanya. Program-program kerja tersebut didanai oleh uang universitas. Pihak universitas tentu perlu mengetahui alokasi dan pemakaian dana-dana tersebut, apakah sudah memenuhi konsep 3E (efektif, efisien, dan

ekonomis) atau belum. Beberapa bukti yang dapat digunakan dalam proses audit adalah laporan anggaran, realisasi, dan surat pertanggungjawabannya.

Materialitas Tingkat materialitas suatu obyek audit berbeda-beda. Pada umumnya tergantung pada besar kecilnya instansi/kepanitiaan/proyek tersebut dan judgment dari auditor sendiri. Namun untuk obyek audit di dalam UGM rata-rata KAI menentukan materialitas sebesar 5% sesuai dengan audit guidance yang diikuti oleh KAI.

Rekomendasi Biasanya, audit yang dilakukan oleh sektor publik seperti BPK terfokus pada temuan yang terdapat pada laporan keuangan maupun kinerja (prinsip skeptis). Pada KAI UGM sedikit berbeda, dimana fokus audit yang dilakukan oleh KAI UGM adalah rekomendasi. Bagi KAI UGM, tidak penting sebuah temuan ditemukan kalau tidak ada solusinya. KAI UGM merupakan bagian dari internal UGM itu sendiri sehingga fungsinya sebagai watchdogs sudah ketinggalan zaman. KAI UGM ingin menjadi unit kerja yang bersahabat dengan unit kerja yang diauditnya dimana perannya lebih kepada consultative dan safeguarding asset, memastikan bahwa semua aktivitas yang dijalankan oleh unit kerja sudah berjalan sesuai prosedur. Untuk itu, kemampuan untuk memberikan rekomendasi dan eksekusi dari rekomendasi tersebut penting untuk menjadi perhatian KAI UGM. Pemberian rekomendasi bukan hanya dari sisi auditor saja. Ketika melakukan audit, auditor menyimpulkan dari program audit yang telah dia lakukan dan membuat sebuah opini (yang lebih kepada rekomendasi atau solusi) sementara atau bisa disebut juga dengan notisi. Notisi tersebut kemudian dikomunikasikan kepada klien untuk bisa segera diterapkan atas temuan-temuan yang ada. Dikomunikasikan berarti klien mendengarkan dan memberikan tanggapan atas rekomendasi tersebut. Masalah yang sering muncul ketika memberikan rekomendasi adalah klien terkadang berkelit atau menyampaikan kendala bahwa rekomendasi yang diberikan auditor belum bisa dilaksanakan. Alasannya bervariasi, yang paling sering diutarakan adalah karena kebiasaan atau pernyataan memang sudah dari dulunya begitu. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang sulit diubah hingga saat ini. Padahal, auditor sering sekali menemukan temuan yang berulangulang dan jika terus saja berlangsung, audit yang dilakukan seakan-akan menjadi sia-sia. Seperti contohnya penandatanganan SPJ yang harus menggunakan rangkap 3 dimana hal tersebut sangatlah tidak praktis. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, klien biasanya tetap

melakukan hal itu dengan berkelit bahwa memang dari dulu sudah begitu. Selain itu ada juga yang alasannya belum mengetahui tentang aturan-aturan yang berlaku. Ada lagi masalah dimana dulu unit kerja lebih suka diberikan opini disclaimer. Padahal, opini disclaimer ini membahayakan karena tidak memberikan informasi apa-apa yang pada akhirnya menimbulkan resiko yang besar. Namun, saat ini masalah tersebut sudah tidak diperhitungkan dimana unit kerja sudah banyak yang sadar akan pentingnya audit internal yang dilakukan oleh KAI UGM. Terkait dengan rekomendasi ini, pekerjaan KAI yang tadinya hanya sebagai watchdogs kini lebih kepada consultative. Banyak unit kerja yang secara aktif menanyakan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan kepada KAI UGM. KAI UGM telah membuktikan bahwa kini KAI UGM memang sudah terfokus kepada memberikan rekomendasi atas temuan yang ditemukan daripada hanya sekedar melakukan audit terhadap unit kerja.

Flow Audit KAI UGM KAI UGM bergerak untuk melakukan audit pada suatu unit kerja hanya ketika ditugaskan oleh rektor melalui surat penugasan rektor. Surat diberikan kepada KAI dan diterima oleh Kepala KAI UGM, Dr. Supriyadi, M.Sc. Selanjutnya, Kepala KAI UGM menugaskan salah seorang auditor untuk melakukan audit pada unit kerja yang dimaksud di surat penugasan rektor tersebut. Auditor selanjutnya membentuk tim untuk melakukan audit pada unit kerja yang dimaksud. Tentunya untuk melakukan audit, tim auditor harus melakukan pre-eliminary audit, yaitu pemahaman informasi klien atau internal control dari klien. Setelah informasi klien didapatkan, barulah masuk ke pelaksanaan audit, seperti test of control dan substantive test dengan waktu yang bervariatif, tergantung dari lingkup kerja dan size dari unit kerja yang diaudit. Pelaksanaan audit ini terdiri dari pekerjaan lapangan, dimana ada first meeting, entry meeting, dan pengelolaan atas dokumen. Setelah pelaksanaan audit selesai, auditor akan mendapatkan suatu kesimpulan atas temuan dan memberikan rekomendasi atas temuan tersebut ke klien dalam bentuk notisi. Setelah ada persetujuan dari klien untuk menerima rekomendasi tersebut, auditor menyusun laporan audit yang telah dilakukannya. Laporan audit KAI UGM disusun menjadi tiga rangkap, satu untuk Rektor UGM, satu untuk pihak auditee, dan satu lagi sebagai arsip. Laporan audit tersebut hanya dikomunikasikan kepada pihak auditee dan Rektor UGM, dimana posisi Rektor UGM disini sebagai pemberi instruksi atas audit yang telah dijalankan tersebut. Auditor wajib menjaga kerahasiaan laporan hasil audit atas unit kerja tersebut sebelum akhirnya sampai

ke tangan Rektor UGM. Rektor UGM kemudian berhak untuk memberikan kepada suatu unit kerja atas laporan audit tersebut sebagai tindakan lanjutan atas rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh KAI UGM. Di laporan tersebut juga diberikan executive summary terkait dengan kepentingan eksekutif yang ingin mengetahui hasil laporan audit KAI UGM tersebut.

Anda mungkin juga menyukai