Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari dirubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gasgas ini menyerap dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi, sehingga panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan di permukaan bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.

Bumi yang kian hari makin panas tidak lain adalah buah tangan dari umat manusia yang tidak pernah peduli dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Peningkatan panas bumi disebabkan karena lapisan CO2 yang makin tebal di atmosfer dan menyebabkan sinar

matahari yang masuk ke bumi tidak dapat keluar atau panasnya terkurung di dalam bumi dan biasa disebut dengan efek rumah kaca. Kita mungkin menduga adanya peningkatan bertahap dari temperatur rata-rata permukaan bumi atau pemanasan global, sebagai akibat dari bertambahnya kadar CO2 tiap tahunnya. Sesungguhnya, tidak diperlukan peningkatan yang tinggi dari temperatur rata-rata untuk mengakibatkan perubahaan pada cuaca bumi. Peningkatan 4 derajat celcius cukup untuk sebagian besar antartik mencair dan berakibat tenggelamnya beberapa negara-negara pantai di seluruh dunia. Tetapi apakah sesungguhnya temperatur rata-rata terus meningkat? Hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata bumi meningkat, 0.6 derajat celcius, dari tahun 1880 sampai 1940, lalu kembali menurun, kurang lebih 0.3 derajat celcius, dari tahun 1940 sampai 1975, walaupun konsentrasi dari CO2 pada atmosfer terus meningkat pada masa itu. Sejak tahun 1975 temperatur bumi kembali meningkat secara perlahan-lahan. Pada dasarnya, sampai saat ini kita tidak memastikan seberapa jauh efek rumah kaca berdampak pada perubahan cuaca bumi. Ada banyak faktor yang terlibat didalamnya, dan penelitian terus berlanjut.

B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca ? 2. Apa yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca ? 3. Apa akibat dari efek rumah kaca ? 4. Bagaimana cara menanggulangi atau mengurangi dampak dari efek rumah kaca ?

C. TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa itu efek rumah kaca. 2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya efek rumah kaca. 3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan efek rumah kaca. 4. Untuk mengetahui cara mengurangi dampak dari efek rumah kaca.

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA

Definisi rumah kaca adalah rumah yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menyimpan tanaman di musim dingin agar panas matahari dapat terjaga karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepaskan panas. Dari definisi rumah kaca kita dapat memahami definisi efek rumah kaca. Bumi diibaratkan sebagai tanaman dan kaca adalah atmosfer. Atmosfer berfungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim dingin, dan sebaliknya atmosfer akan menyerap panas matahari yang terlalu tinggi di musim panas. Namun saat ini atmosfer itu telah rusak karena penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan oleh umat manusia, elektronik yang mengeluarkan gas yang dapat merusak atmosfer, dan tindakan manusia lainnya. Jika atmosfer rusak, fungsi dari atmosfer tidak berjalan dengan baik. Akibatnya bumi sangat panas di musim panas dan sangat dingin di musim dingin. Efek Rumah Kaca adalah terjadinya suatu proses pemanasan pada permukaan dari suatu benda yang berada di langit yang terjadi dan disebabkan oleh adanya komposisi serta keadaan lingkar

atmosfernya tersebut, contohnya adalah planet-planet, satelit buatan indonesia yang berterbangan diangkasa dan sebagainya yang menghimpun di angkasa raya. bisa kita rasakan saat ini betapa bumi sudah menjadi terasa amat panas sekali dan juga mengakibatkan terjadinya tenaga endogen dan eksogen di bumi. Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut. itulah gambaran sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca atau disingkat dengan ERK. Efek rumah kaca menyebabkan naiknya suhu planet ini. Kenaikannya sebenarnya tidak terlalu besar, tapi ekosistem bumi sangat rentan terhadap kenaikan suhu tersebut, dan perubahan kecil dapat memiliki efek besar.

Efek rumah kaca telah berdampak pada pertanian di Amerika Utara, yang menghasilkan banyak gandum dunia, hasil pertanian tidak lagi bagus. Menyebabkan harga pangan jauh lebih tinggi, dan makanan bahkan kurang. Kekhawatiran serius lainnya adalah bahwa permukaan air laut naik karena mencairnya es di kutub, ini berpotensi dalam timbulnya banjir banyak negara. Kenaikan permukaan air laut satu meter (banyak ahli memperkirakan pada tahun 2100) akan membanjiri 15 persen dari wilayah Mesir, dan 12 persen dari wilayah Bangladesh. Wilayah Maladewa di Samudra Hindia akan hampir sepenuhnya hilang.

B. Penyebab Efek Rumah Kaca Naiknya konsentrasi pada gas karbon dioksida, kode kimia (CO2) serta gas jenis lainnya yang ada di atmosfer menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Terjadinya kenaikan pada konsentrasi gas berupa CO2 ini tidak lain dikarenakan oleh adanya kenaikan yang terjadi pada pembakaran bahan bakar berbagai jenis minyak dibumi, batu bara maupun bahan bakar organik lain yang sudah melampaui batas kemampuan suatu tumbuhan dan air laut untuk dapat

menyerapnya.

Energi yang telah diserap lalu di pantulkan kembali kedalam bentuk bernama radiasi inframerah terhadap awan serta permukaan bumi. tapi sebagian besar radiasi inframerah yang dipancarkan bumi tersebut tertahan dengan awan serta gas-gas CO2 dan gas lainnya, untuk dapat di kembalikan lagi ke permukaan dibumi. nah Dalam hal keadaan normal ini sangat diperlukan, dengan adanya effect rumah kaca tersebut perbedaan suhu yang terjadi antara siang maupun pada malam di bumi ini tidak akan terlalu signifikan terjadi dengan kata lain tidak begitu ekstrim. Selain gas-gas CO2, yang bisa menimbulkan epek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta terdapat beberapa lagi senyawa organik yang

seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas lain ini juga ikut memegang peranan yang sangat penting dalam hal meningkatkan produktifitas efek sebuah rumah kaca. Menurut perhitungan simulasi, efek dari rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan

menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini harus dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan menyerapnya. tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk

Energi yang masuk ke Bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan dan 45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai.

Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup dan oksigen dan menghembuskan organik (seperti

karbondioksida); tumbuhan).

pembakaran

material

Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gununggunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.

10

Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan

meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan. Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,

menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan

11

proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri. Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas alamiah, pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah membusuk. Hal yang paling dikhawatirkan para

12

ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metan terbentuk dari pembusukan tumbuhtumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metan yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu. Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri. Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama

manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal

13

tentang

Substansi-substansi

yang

Menipiskan

Lapisan

Ozon,

konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara. Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi. Selain karbon dioksida, ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat pemanasan global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen triflorida yang berasal dari tanaman purba dan teknologi layar flat-panel. Menurut para pengamat lingkungan, kedua gas tersebut menimbulkan efek rumah kaca seperti karbon dioksida. Bahkan, kedua gas tersebut memberi efek hampir sama dari yang disebabkan karbondioksida. Penelitian terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek kedua gas tersebut semakin meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga terkejut dengan peningkatan tersebut.

14

Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global. Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut akan bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum ada kesimpulan. Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka lihat di awal ini adalah permulaan pelepasan metan di kutub utara. Dalam delapan tahun terakhir kadar metan di atmosfer masih stabil yang diperkirakan setiap 40 menit oleh monitor pengawas dekat tebing di tepi laut. Tetapi pada 2006 hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan. Jumlah gas metan di udara melonjak dari sekitar 28 juta ton pada Juni 2006 hingga Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar ton metan di udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan terus meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim. Di lain pihak, kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari

15

total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel.

Nitrogen triflorida yang dihiting dengan skala bagian per triliun di udara selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu besar. Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada karbondioksida. Sedangkan metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya yang cepat. Menurut penelitian sebuah survei di musim panas,

menemukan kadar metan di Laut Siberia timur meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya. Peningkatan dua gas tersebut adalah fenomena baru.

16

C. Dampak dari Efek Rumah Kaca Akibat dari efek rumah kaca bisa bersifat positif maupun negatif Efek positif Efek rumah kaca membantu dalam menahan energi panas bumi sehingga temperatur bumi tidak naik turun. Hal ini sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa adanya efek rumah kaca maka planet ini akan menjadi sangat dingin bahkan seluruh permukaan bumi akan terselimuti oleh es. Efek negatif Efek rumah kaca disebabkan oleh kenaikan konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer. Jika gas-gas tersebut konsentrasinya berlebihan di atmosfer, maka gelombang panas yang dipantulkan dan diserap oleh gas-gas tersebut juga semakin tinggi dan energi panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi yang mengakibatkan pemanasan. Apabila kondisi ini terjadi secara terusmenerus maka suhu rata-rata tahunan bumi akan terus meningkat sehingga akan mengakibatkan pemanasan global. Berikut adalah efek yang ditimbulkan akibat peningkatan suhu bumi : 1. Perubahan iklim dan cuaca yang sangat ekstrim

17

2. Pemanasan global yang mengakibatkan mencairnya gununggunung es di daerah kutub sehingga permukaan air laut semakin naik Meningkatnya suhu akan menikkan permukaan laut sehingga mengurangi pasokan air tawar sebagai akibat dari banjir yang terjadi di sepanjang garis pantai di seluruh dunia sehingga air garam mencapai daratan Banyak spesies di dunia terancam punah karena suhu yang meningkat mengubah habitat mereka. Dengan adanya kenaikan permukaan air laut, maka daratan di bumi akan berkurang, bahkan ada pulau yang tenggelam dan lenyap Perubahan cuaca yang tidak stabil akan mengakibatkan kemarau yang panjang yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang akan mengancam kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

D. PENANGGULANGAN EFEK RUMAH KACA Sebagian besar penduduk dunia telah merasakan perubahan suhu dan cuaca yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Perubahan cuaca secara ekstrim terjadi akibat pemanasan global yang disebabkan faktor peningkatan emisi karbon akibat pembakaran

18

bahan bakar fosil yang kecenderungan menimbulkan efek rumah kaca. Hal ini memicu banyak negara, masyarakat dan individu untuk mengambil tindakan secara nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca, antara lain : 1. Hemat energi listrik dengan menggunakan penerangan yang seperlunya dengan lampu yang hemat energi 2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor 3. Menghentikan penebangan pohon 4. Penanaman pohon (reboisasi) sehingga dapat menyerap emisi gas rumah kaca 5. Pembangunan rumah atau gedung dengan banyak akses masuk cahayanya, sehingga penggunaan listrik dapat dihemat 6. Pengolahan limbah domestik, limbah cair dan B3 untuk mengurangi emisi karbon Penanaman satu miliar pohon per tahun juga bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa

19

diturunkan hingga 41 persen, bila mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya. Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan

pemberdayaan masyarakat. Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar. Protokol Kyoto adalah salah satu amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 C dan 0,28 C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober

20

2003). Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

21

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN

Jadi, efek rumah kaca adalah salah satu teori yang menjelaskan mengapa suhu bumi semakin meningkat. Jika bumi semakin panas, maka makhluk yang hidup di dalamnya tidak akan mampu bertahan dan dapat mengakibatkan kepunahan beberapa spesies yang tidak tahan terhadap panas. Dan meningkatnya suhu di bumi mengakibatkan mencairnya es yang berada di kutub utara dan kutub selatan. Mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan membuat pulau-pulau kecil menjadi tenggelam.

B. SARAN Untuk mengurangi dampak efek rumah kaca, sebaiknya kita :

1. Mengurangi segala aktivitas yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai pembangkitnya. 2. Menanam pohon agar meningkat jumlah produsen O2 3. Hentikan penggunaan alat atau apa pun yang menghasilkan gas CFC

22

Anda mungkin juga menyukai