Anda di halaman 1dari 9

PEMETAAN GENANGAN ROB SEMARANG

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 sampai dengan Febuari 2006 di daerah pesisir kota semarang. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perangkat Komputer dan Printer 2. Perangkat lunak (Software) 3. GPS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penginderaan jauh : ER Mapper 6.4

SIG : Arc View 3.3 dan Arc GIS 9

1. Data pasang surut daerah kota Semarang 2. Data rerata penurunan permukaan tanah kota Semarang 3. Peta Topografi atau ketinggian Semarang skala 1 : 10.000 tahun 2000 4. Data citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2003 path/row 120/065 5. Peta Rupa Bumi Indonesia daerah Semarang skala 1:25.000

3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Hadi (1993), studi kasus adalah penelitian terhadap suatu kasus secara mendalam yang berlaku pada waktu, tempat dan populasi yang terbatas, sehingga memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi secara lokal dan hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk tempat yang berbeda. Secara umum tahap dari penelitian ini meliputi : Klasifikasi citra landsat 7 ETM+ yang sebelumnya telah dilakukan koreksi geometrik. Dari klasifikasi ini dihasilkan satuan pemetaan kawasan terbangun Analisis data land subdidence Dari hasil Analisis data ini kemudian di dapatkan nilai rata-rata penurunan per tahun. Hasil dari rata-rata penurunan tertinggi kemudian dijadikan masukan (input) pada formulasi model genangan rob. Analisis data pasang surut Analisis ini dilakukan untuk mendapatkab trend yang terjadi selama kurun waktu 1984 sampai 2005. Dari analisis data ini didapatkan persamaan linier kenaikan MSL bulanan dan MSL tahunan. Dari

persamaan tersebut digunakan untuk memprediksi kondisi pasang tertinggi yang akan terjadi pada tahun 2015. Nilai pasang tertinggi ini yang nanti digunakan dalam formulasi model genangan rob.

Manipulasi

DEM

Proses ini menggunakan Griding atau interpolasi titik tinggi. Sebelum dilakukan griding terlebih dahulu dilakukan ekstraksi nilai ketinggian yang diperoleh dari peta topografi Semarang skala 1: 10.000 dan citra radar DEM SRTM tahun 2000. Setelah semua data titik tinggi tersaji dalam satu layer baru dilakukan proses griding. Setelah terbentuk DEM kemudian diberikan formula yang merepresentasikan skenario rob yang terjadi di Semarang yaitu skenario I rob yang dipengaruhi kenaikan muka laut saja dan skenario II rob yang dipengaruhi kenaikan muka laut dan penurunan permukaan tanah. Hsil dari proses ini kemudian dioverlay dengan satuan pemetaan kawasan terbangun hasil klasifikasi citra Landsat7 ETM+, sehingga diperoleh informasi mengenai kawasan pemukiman yang akan tergenang rob sampai tahun 2015. 3.4. Pengolahan Data Pada tahap awal adalah pengerjaan automatisasi basis data dalam rangka pengadaan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Mulai data pasang surut Data-data yang nantinya digunakan untuk

dan penurunan permukaan tanah.

analisis spasial (DEM) yang diperlukan diubah dalam bentuk format digital melalui digitasi dengan bantuan software arcview 3.3 dan ER Mapper 6.4. Setelah semua data tersaji dalam bentuk bentuk digital tahap selanjutnya adalah mentranformasikan coverage hasil digitasi ke dalam koordinat bumi.

3.4.1. Pengolahan Data Pasang Surut 3.4.1.1. Analisis Kecenderungan Kenaikan Muka Air Laut. Kedudukan permukaan air laut atau Mean Sea Level (MSL) dapat dihitung dengan interval pengamatan antara lain bulanan, tahunan, dan multi tahun. Dalam penelitian ini menggunakan MSL interval bulanan. Data pasang surut diperoleh dari PT. PELINDO III Semarang. Dari data pasut tersebut kemudian di cari MSL nya untuk tiap-tiap bulan. Data MSL ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan grafik secara time-series sehingga akan terlihat trend dari kedudukan muka air laut selama kurun beberapa tahun terakhir. Analisis untuk mendapatkan trend kenaikan menggunakan regresi linier dalam kurun waktu 20 tahun. Data pasang surut tersebut dianalisis dengan mengunakan persamaan sebagai berikut (Pariwono, 1993) :
Xi 1/ Nx

Xj
i 1

Keterangan : Xi = nilai rerata ketinggian muka laut bulan ke i N = Jumlah jam pengamatan dalam 1 bulan Xj = Tinggi muka laut pada jam ke j

3.4.1.2. Analisis Harmonik Pasang Surut

Analisis harmonik pasang surut menggunakan metode admiralty. Tujuan dari perhitungan metode admiralty adalah untuk mendapatkan konstanta harmonik pasang surut yang meliputi Amplitudo, M2, S2, K1, O1, N2, K2, P1, M4, MS4. Pada penelitian ini menggunakan data konstanta harmonik pasut Semarang yang

didapatkan dalam Sussanti (2006).

3.4.1.3. Analisis Peramalan Pasang Surut Pasang surut laut berlangsung teratur seperti siang dan malam. Pergerakannya dari waktu ke waktu mudah diperkirakan dengan tepat, tidak sesulit meramalkan kapan terjadinya banjir. (Manurung, 2002). Suatu sistem informasi pasang surut dikembangkan untuk dapat memberikan informasi mengenai peramalan pasang surut.

Berdasarkan data hasil pengolahan admiralty kemudian dimasukan nilai MSL untuk skenario tahun yang diinginkan kemudian dari data MSL tersebut dicari nilai pasang tertinggi atau HHWL.

3.4.2. Analisis Data Penurunan Permukaan Tanah di Semarang.

Analisis data penurunan permukaan tanah di semarang di analisis secara diskriptif dari semua data elevasi yang dicari penurunan tiap titik per tahun. Dari rata-rata tiap titik kemudian dirata-rata tingkat penurunan Semarang secara keseluruhan yang nantinya diplotkan dalam formula pembuatan DEM. Skenario menggunakan nilai rata-rata penurunan tertinggi untuk memodelkan kondisi terparah yang bakalan terjadi.

3.4.3. Pemetaan Penggunaan Lahan.

Pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra Landsat 7 ETM+ perekaman tahun 2003. Hasil ekstraksi dari pemetaan penggunaan lahan yang digunakan untuk proses lebih lanjut adalah kawasan terbangun, satuan pemetaan kawasan terbangun tersebut nantinya digunakan untuk analisis spasial kawasan terbangun yang akan tergenangan rob, sehingga bisa dihitung luas kawasan terbangun yang akan tergenang dengan menggunakan dua skenario yang diterapkan dalam penelitian ini.

3.4.4. Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) Digital Elevation Model (DEM) terdiri dari data elevasi permukaan yang

disusun dalam bentuk grid. DEM dapat dibuat dengan melakukan interpolasi dari titik-titik yang memiliki nilai tinggi atau Z value. Proses interpolasi nilai elevasi untuk setiap piksel dilakukan dengan menggunakan bantuan Software E.R. Mapper 6.4 dengan metode Triangulation All Minimum Curvature format raster. Pembuatan DEM ini dilakukan dengan menggabungkan data titik tinggi yang dikeluarkan dari Dinas Pekerjaan Umum Semarang dalam bentuk peta topografi skala 1:10.000 dengan data titik tinggi dari hasil ekstraksi DEM SRTM 90 x 90 hasil perekaman pesawat hasil perekaman satelit space shuttle Endeavor tahun 2000 oleh NASA. Data spasial ini memiliki resolusi spasial 90m. Data DEM SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) merupakan data digital berformat raster yang memiliki informasi korordinat posisi (x;y) dan menjadi

elevasi (z) pada setiap pixel atau selnya.

Semua titik tinggi (dari DPU dan DEM SRTM) dijadikan dalam satu layer kemudian disimpan dalam file *.txt dengan memuat koordinat sumbu x dan sumbu y dan nilai tinggi (z value). Kemudian data ini dilakukan proses geostastik dengan gridding wizard menggunakan bantuan software E.R. Mapper 6.4. Selanjutnya DEM hasil interpolasi dalam format raster ini di potong dengan peta semarang polilyne sehingga bentukan DEM menyerupai daerah semarang. Data DEM ini kemudian disimpan dalam bentuk file *.ers (er mapper raster data set).

3.4.5. Analisis Formula Model Genangan Rob di Semarang

Analisis genangan rob menggunakan formula yang merefleksikan perubahan MSL dan Penurunan muka tanah (land subsidence). Model DEM yang telah di griding kemudian di lakukan formulasi ketinggian yang berbeda untuk 10 tahun ke depan. Pada penelitian ini menggunakan dua skenario peramalan yaitu DEM yang dipengaruhi perubahan MSL (1) dan formulasi DEM yang dipengaruhi perubahan MSL dan Land Subsidence (2). Proses formulasi dilakukan dengan menggunakan software E.R. Mapper 6.4. Formula yang diberikan adalah :

Ri = DEM 2000 (SLR (t1 t0))...........................................................(1) Ri = DEM 2000 (SLR (t1 t0) + (LS (t1 t0)).....................................(2)

Dimana : Ri = Daerah terkena rob pada tahun i SLR = Koefisien rata-rata laju kenaikan muka laut (cm/th)

LS = Koefisien rata-rata laju penurunan permukaan tanah (cm/th) t1 = Tahun akhir yang akan diamati

t0 = Tahun awal yang diamati

Citra Landsat 7 ETM+

Peta RBI skala 1:25000

Data Land Subsidence

Peta Topografi Skala 1 : 10.000

Data DEM SRTM

Data Pasut

Koreksi geometrik dan radiometrik

Ekstraksi titik tinggi < 12.5 m

Ekstraksi titik tinggi > 12.5 m

Rataan per tahun

Interpolasi/Griding

Data MSL

Data Spasial Penggunaan Lahan

Trend Perubahan

DEM Tahun 2005

Trend Perubahan

Ri = DEM 2000 (SLR (t1 t0)

Ri = DEM 2000 (SLR (t1-t0) + (LS (t1 t0)

Prediksi Rob dengan manipulasi DEM sampai tahun 2015 Koreksi Overlay Gambar 8. Diagram alir penelitian Analisis spasial daerah genangan rob 34

Anda mungkin juga menyukai