Anda di halaman 1dari 2

Nama Kelas Tugas

: Yusri Triadi : VIII5 : Bahasa Indonesia

Pada suatu hari, hiduplah dua ekor musang, yaitu anak musang dengan ibunya. Ibunya berwajah jelek, badannya kurus, berpenyakitan dan intinya, fisiknya tidak baik dan buruk semua. Suatu saat, anak musang tersebut diejek karena memiliki ibu yang berkeperawanan jelek sehingga ia malu memiliki ibu seperti itu. Ia pun mengatakan kepada ibunya bahwa ia malu memiliki ibu seperti itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke sebuah hutan untuk mencari ibu yang baru. Ibunya mau tidak mau harus membiarkan anaknya pergi demi kecintaannya terhadap anaknya dan tidak mau membuat anaknya malu karenanya Sesampainya di hutan, ia beristirahat di bawah pohon untuk menghilangkan kepenatannya. Selang beberapa saat kemudian, ia pun terbangun setelah puas istirahat di bawah pohon itu. Ketika bangun, ia disinari oleh matahari sehingga dia berkata kepada matahari agar bersedia menjadi ibunya. Sebenarnya matahari tersebut ingin menjadi ibunya, namun matahari mengatakan bahwasannya ada yang lebih hebat darinya, yaitu awan. Anak musang itu pun mencari awan untuk dijadikan ibunya, ia pun bertemu dengan sebuah awan dan mengajukan pertanyaan apakah ia mau menjadi ibunya. Tetapi awan itu mengatakan bahwa ada yang lebih hebat darinya, yaitu angin. Ketika berjumpa dengan angin, anak musang tersebut mengajukan pertanyaan yang sama, lantas angin tersebut juga menjawabnya dengan jawaban yang sama, tetapi ia mengatakan bahwa ada yang lebih hebat darinya yaitu gunung. Ia pun lelah karena dari tadi belum menemukan ibu yang diinginkannya karena setiap ia menawarkan untuk menjadi ibunya, pasti jawabannya adalah ada yang lebih hebat darinya. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya mencari gunung. Ketika ia bertemu dengan gunung, ia mengajukan pertanyaan yang sama, namun lagilagi ia mendapati jawaban yang sama, namun gunung itu menambahkan bahwa ada yang lebih hebat darinya, yaitu banteng. Ketika ia berjumpa dengan seekor banteng, ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, banteng itu pun menjawab dengan jawaban yang sama, namun ia mengatakan bahwa ada yang lebih hebat, yaitu rotan. Walau lelah, ia terus mencari ibu baru yang sesuai keinginannya. Setelah bertemu dengan si rotan, ia pun lagi-lagi mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi rotan tersebut menambahkan bahwa ada yang lebih hebat darinya, yaitu tikus. Ia akhirnya menemukan segerombolan tikus. Namun tikus-tikus itu berlarian karena takut akan dimakan musang itu sehingga segera masuk ke dalam sarangnya. Anak musang tersebut menjelaskan bahwa ia tidak berniat untuk memakan atau mengganggu tiku-tikus itu, tetapi ingin mencari seorang ibu untuknya. Seekor tikus dari gerombolan itu pun memberanikan diri untuk menemui anak musang tersebut.

Tikus itu menjelaskan bahwa untuk apa keperluannya karena ia merasa untuk apa lagi datang menemuinya setelah keluarganya banyak yang dimakan oleh keluarga si musang itu. Anak musang itu menambahkan, bahwa dia telah berkeliling hutan untuk mencari seorang ibu yang cocok untuknya, dimulai pada matahari sampai pada rotan, tetapi setiap aku mengajukan penawaran untuk menjadi ibunya, maka jawaban yang ia terima adalah ada yang lebih hebat darinya. Ia menjelaskan bahwa rotan berkata kepadanya adalah ada yang lebih hebat darinya yaitu tikus. Setelah tikus itu mendengar penjelasanyang cukup panjang dari anak musang tersebut, tikus itu pun mengatakan, bahwa sehebat-hebat mereka, tetapi yang lebih hebat adalah seorang ibu. Bisa dibayangkan, untuk melahirkan saja, ia harus mempertaruhkan nyawa demi anaknya. Apalagi pengorbanan yang lain seperti merawat, memberi makan dan menemani anaknya. Tikus itu pun menyuruh si musang agar kembali kepada ibunya dan meminta maaf karena seburuk-buruk ibu, tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Setelah mendengar penjelasan si tikus, anak musang tersebut kembali pulang untuk menemui ibunya. Ia berpikir betapa bodohnya dirinya, ia masih memiliki seorang ibu yang begitu menyayanginya, sampai-sampai ia memukul kepalanya sendiri. Ketika ia menemui ibunya yang berpenyakitan itu, ia langsung meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu. Ibunya dengan rasa haru sampai meneteskan air mata memaafkan anaknya itu dengan lapang dada. Anaknya pun berjanji agar merawat ibunya sampai sembuh dan mengabdikan dirinya untuk menemani dan membantu ibunya.

Anda mungkin juga menyukai