Anda di halaman 1dari 15

TARICH TASRI

Tarikh tasyri adalah sejarah pembentukan hukum Islam sejak zaman Rasulullah SAW sampai zaman modern. Dalam menyusun sejarah pembentukan dan pembinaan hukum (fiqh) Islam, di kalangan ulama fiqh kontemporer terdapat beberapa macam cara.

Cara pertama, periodisasi pembentukan hukum (fiqh) Islam oleh Syekh Muhammad Khudari Bek dalam bukunya,Tarikh at-Tasyri alIslamy (Sejarah Pembentukan Hukum Islam). Ia membagi masa pembentukan hukum (fiqh) Islam dalam enam periode, yaitu : 1. Periode awal, sejak Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi rasul; 2. Periode para sahabat besar; 3. Periode sahabat kecil dan thabiin; 4. Periode awal abad ke-2 H sampai pertengahan abad ke-4 H; 5. Periode berkembangnya mazhab dan munculnya taklid mazhab; dan 6. Periode jatuhnya Baghdad (pertengahan abad ke-7 H oleh Hulagu Khan [1217-1265]) sampai sekarang.

Cara kedua, membagi periodisasi pembentukan dan pembinaan hukum Islam dalam tujuh periode. Ia setuju dengan pembagian Syekh Khudari Bek sampai periode kelima, tetapi ia membagi periode keenam menjadi dua bagian, yaitu : 1. Periode sejak pertengahan abad ke-7 H sampai munculnya Majalah al-Ahkam al-Adliyyah (Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani) pada tahun 1286 H; dan 2. Periode sejak munculnya Majalah al-Al-Akam alAdliyyah sampai sekarang.

PERIODE MAHZAB
Hukum fikih Islam sebagai salah satu aspek kebudayaan Islam mencapai puncak perkembangannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang memerintah selama lebih kurang lima ratus tahun. Di masa inilah terjadi beberapa peristiwa, sebagai berikut : 1) Lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis hukum fikih Islam serta; 2) Muncul berbagai teori hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam sampai sekarang.

Gerakan ijtihad yakni gerakan untuk mempergunakan seluruh kemampuan fikiran dalam memahami ketentuan hukum Islam yang tercantum di dalam ayat-ayat hukum dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Orang yang melakukan usaha yang demikian itu disebut mujtahid yakni orang yang berijtihad.

Menurut kualitas dan hasil karyanya para mujtahid itu dapat diklasifikasikan menjadi :
Mujtahid Mutlak Mujtahid Mazhab Mujtahid Fatwa Ahli Tarjih

Banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan hukum Islam pada periode ketiga ini. Di antara faktor-faktor yang mendorong orang menetapkan hukum dan merumuskan garis-garis hukum adalah : a) Wilayah Islam sudah sangat luas, terbentang dari perbatasan India Tiongkok di timursampai ke Spanyol (Eropa) di sebelah barat. Di dalam wilayah yang sangat luas ini tinggal berbagai suku bangsa dengan asal-usul, adat-istiadat, cara hidup dan kepentingan-kepentingan yang berbeda. b) Telah ada karya-karya tulis tentang hukum yang dapat dipergunakan sebagai bahan dan landasan untuk membangun serta mengembangkan hukum fikih Islam; c) Telah tersedia pula para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai masalah hukum dalam masyarakat

Dalam periode inilah timbul para mujtahid atau imam tersebut di atas. Dulu jumlahnya banyak, tetapi kini yang masih punya pengikut ada empat, yakni: I. Abu Hanifah (al-Nukman ibn Tsabit): 700-767 M II. Malik bin Anas: 713-795 M III. Muhammad Idris As-Syafii:767-820 M IV. Ahmad Bin Hambal (Hanbal): 781-855 M

Ke empat pendiri mahzab yang disebut imam ini menyatakan bahwa sumber-sumber (pengambilan) hukum mereka adalah AlQuran dan sunnah Nabi. Sementara itu mereka menemukan juga cara atau metode pembentukan hukum melalui ijma dan qiyas yang kemudian diakui dan dinyatakan oleh Syafii sebagai sumber hukum ketiga dan keempat.

Berdasarkan cara pemberitaan atau jumlah orang yang menyampaikannnya secar lisan turun temurun, hadist dapat dibagi ke dalam (1) mutawatir dan (2) ahad ,ada juga yang mengelompokkannya ke dalam mutawatir,masyhur,dan ahad. Dan berdasarkan kualitas atau tingkat sanad-nya yakni mata rantai (rangakaian) nama orang-orang yang meriwayatkan sesuatu hadist, hadist (ahad) itu dibagi dalam tiga kategori yakni (a) sahih (terpercaya), (b) hasan (baik,bagus), (c) daif (lemah).

Bukhari, seperti telah disebutkan juga di depan, mengemukakan lima kategori untuk menentukan pengelompokan hadist ke dalam sahih, hasan, dan daif. Kelima kategori itu adalah :
1. Kekuatan ingatan para perawinya yakni orang orang yang menyampaikan hadist itu secar lisan turun temurun; 2. Kejujurannya; 3. Tidak terputus-putus mata rantai perawi hadist yang bersangkutan (sanadnya); 4. Isinya tidak cacat; dan 5. Tidak ada kejanggalan kalau dipandang dari sudut bahasa atau tata bahasa.

Atas usaha para ahli, pada pertengahan abad ketiga hijriah atau akhir abad ke-9 dan permulaan abad ke-10 M tersusunlah kitab-kitab hadist yang terkenal dengan nama al kutub as-sittah (enam buah kitab hadist) masing-masing karya :
1. 2. 3. 4. 5. 6. Bukhari yang meninggal tahun 256 H/870 M Muslim,meninggal tahun 261 H/875 M Ibn Majah,meninggal tahun 273 H/877 M Abu Daud,meninggal tahun 275 H/889 M At-Tarmidzi.meninggal tahun 279H/892 M An-Nasai ,meninggal tahun 303H/915 M

Masa Kelesuan Pemikiran (abad X-XIXIX M)


Sejak permulaan abad ke-4 Hijriah atau abad ke-10-11 Masehi, ilmu hukum Islam mulai berhenti berkembang. Ini terjadi di akhir penghujung pemerintahan atau dinasti Abbasiyah. Pada masa ini para ahli hukum hanya membatasi diri mempelajari pikiran-pikiran para ahli sebelumnya yang telah dituangkan ke dalam buku berbagai mazhab. Para ahli hukum dalam masa ini, tidak lagi menggali hukum (fikih) Islam dari sumbernya yang asli, tetapi hanya sekedar mengikuti pendapatpendapat yang telah ada dalam mazhabnya masing-masing. Perkembangan masyarakat yang berjalan terus dan persoalan-persoalan hukum yang ditumbuhkannya pada masa ini tidak lagi diarahkan dengan hukum dan dipecahkan sebaik-baiknya seperti zaman-zaman sebelumnya. Dinamika masyarakat yang terjadi terus-menerus itu tidak lagi ditampung dengan pengembangan pemikiran hukum pula. Dengan kata lain, masyarakat terus berkembang sedang pemikiran hukumnya berhenti. Terjadilah kemunduran dalam perkembangan hukum Islam itu.

Diantara faktor-faktor atau keadaan yang menyebabkan kemunduran atau kelesuan pemikiran hukum Islam di masa itu adalah hal-hal berikut: 1. Kesatuan wilayah Islam yang luas itu, telah retak dengan munculnya beberapa negara baru,baik di Eropah (Spanyol), Afrika Utara, di kawasan Timur Tengah dan Asia. Munculnya negara-negara baru itu membawa ketidakstabilan politik. 2. Ketidakstabilan politik itu menyebabkan ketidakstabilan kebebasan berpikir pula. Artinya orang tidak bebas mengutarakan pendapatnya. 3. Pecahnya kesatuan kenegaraan/pemerintahan itu menyebabkan merosotnya pula kewibawaan pengendalian perkembangan hukum. 4. Timbullah gejala kelesuan berpikir dimana-mana. Karena kelesuan berpikir itu, para ahli tidak mampu lagi menghadapi perkembangan keadaan dengan mempergunakan akal pikiran yang merdeka dan bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai