Eka Septia P.
Khansa Haura
1102010086
1102010144
Dengan adanya pelayanan medis darurat dan perawatan jangka panjang, beberapa
alasan : gagal melaporkan kematian kepada ahli, kurangnya kesiapan dan dokumentasi yang kurang terkumpul saat terjadinya cidera dan cidera itu sendiri, dan aturan hukum yang berbeda antara tempat kejadian cidera dan kematian
Tertundanya pembunuhan itu menegaskan pentingnya menentukan penyebab
langsung kematian. Penyebab langsung kematian yang terjadi secara alami maupun yang berlanjut.
Kantor Kepala Pemeriksa Medis kota New York menyelidiki semua kematian yang tak
meliputi: alam, kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, dan undetermined. Di New York, kematian juga dapat disertifikasi sebagai terapi complication. Definisi medikolegal pembunuhan didefinisikan sebagai mati di tangan orang lain atau kematian akibat tindakan bermusuhan atau tindakan illegal lainnya.
Ada 42 kasus yang dimana cedera hingga kematiannya lebih dari 1 tahun
Usia rata rata : 42,8 tahun Rentang usia : 7 84 tahun Ada 34 orang laki laki dan 8 orang perempuan Interval kelangsungan hidup : 1,3 43,2 Tahun
Terdapat 29 cedera mengalami kelumpuhan 14 diantaranya paraplegi , 8 lumpuh, 2 hemiplegi, 7 hipoksia iskemik ensefalopati , dari 9 kasus 8 diantaranya didokumentasikan karena kateter saluran kemih dan termasuk 5 paraplegia, 2 lumpuh 1 hemiplagia dan 1 hipoksia iskemia ensefalopati Ada 2 quadrilegia yang dapat bertahan 30 tahun setelah cidera
Pada tahun 1908, definisi hukum dari penyebab langsung diberikan di Pawsey versus
Scottish Union and Nation bahwa: "Proximate cause berarti gerakan, aktif efisien yang menyebabkan suatu peristiwa, dan menimbulkan suatu akibat, tanpa intervensi apapun, mempunyai kekuatan dan bekerja secara aktif mulai dari sumber yang baru dan independen"
Dalam hukum, suatu penyebab langsung (proximate cause) adalah suatu peristiwa
yang berhubungan dengan cedera dan dikenal sebagai penyebab suatu trauma
Ada 2 jenis sebab-akibat dalam hukum, yang pertama adalah penyebab langsung
(proximate cause), dan yang kedua adalah cause-in-fact. Cause-in-fact ditentukan dengan but-for test, misalnya, kalau tidak karena menerobos lampu merah, maka tabrakan tidak akan terjadi.
Karena tes but-for sangat mudah ditampilkan dan tidak menetapkan kesalahan
maka ada tes kedua yang digunakan untuk menentukan apakah suatu tindakan cukup dekat dengan kesalahan yang menjadi sebuah "rantai peristiwa" dan menjadi penyebab yang bersalah secara hukum.
Tes kausalitas dapat diterapkan untuk sertifikasi kematian. Tugas penting dalam
sertifikasi kematian adalah menentukan apakah cedera terpencil (remote injury) merupakan penyebab (mendasari) terdekatkematian. Sebuah contoh prototipikal adalah pasien lumpuh dengan kursi roda (karena luka tembak jauh dari sumsum tulang belakang) yang meninggal akibat sepsis karena ulkus dekubitus terinfeksi. Dalam contoh ini, setidaknya ada tiga luka yang memenuhi but for test luka tembak, paraplegia, dan ulkus dekubitus, tetapi hanya luka tembak memenuhi tes penyebab langsung atau proximate cause
Seorang dokter / tenaga medis tidak dapat menetapkan secara pasti batas waktu
terjadinya proximate cause dengan kematian. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyulit untuk menentukan interval waktu misalnya,
Kegagalan penyedia layanan untuk menggali dan melaporkan kematian yang terjadi karena
remote injury Kesulitan dalam memilah atau memisahkan urutan terjadinya cedera dan kematian Kurangnya dokumentasi yang memadai
Aplikasi proximate cause tidak hanya dapat diterapkan pada kasus pembunuhan, tapi
petugas medis tidak sama dengan penentuan pembunuhan oleh hakim atau juri. Sertifikasi cara kematian oleh petugas medis bukan saja untuk tujuan statistic kesehatan vital, tetapi juga digunakan oleh perusahaan asuransi dan lembaga lainnya untuk keperluan administrasi internal.
Cause) dengan Dugaan Penyebab Kematian (Proximate Cause). Singkatnya, Dugaan Penyebab Kematian (Proximate Cause) adalah suatu cedera yang bila pasiena tidak mempunyai cedera tersebut , pasien tidak akan meninggal karena komplikasi yang diakibatkan.
Seperti kata Adelson
"Jika suatu Cedera atau Luka yang sebenernya tidak fatal , namun berkembang menjadi suatu sepsis atau komplikasi lain yang berakhir fatal, maka orang yang menyebabkan luka tersbutlah yang bertanggung jawab pada kematian tersebut, seakan akan cedera atau luka yang ditimbulkannya fatal".
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Gill, menunjukkan bahwa penyebab
langsung kematian yang paling umum adalah: infeksi (22 kasus), kejang (7 kasus), dan obstruksi usus atau hernia (6 kasus).infeksi paska luka tembak dengan lokasi di sumsum tulang belakang, gangguan kejang akibat trauma tumpul kepala, dan usus obstruksi/hernia disebabkan adesi dari luka tusuk perut.
Dalam kasus ini terdapat 1211 korban pembunuhan 42 diantaranya termasuk dalam
kematian tertunda
Kematian tertunda adalah kematian akibat dari komplikasi penyebab utama tanpa
batasan waktu
Penyebab utama kematian misalnya luka tembak, trauma tajam & tumpul Mekanisme Kematian umum pada kasus pembunuhan tertunda meliputi: ulkus
decubitus terinfeksi, bronkopneumonia, dan urosepsis karena kelumpuhan akibat trauma pada sumsum tulang belakang, kejang ikutan paska cedera kepala tumpul; dan adesi usus kecil/hernia karena
Dalam membuat penentuan kematian yang konsisten dan akurat pada kasus