Anda di halaman 1dari 89

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan melalui program pendidikan tenaga kesehatan diberbagai institusi pendidikan tenaga kesehatan. Akademi-akademi Kesehatan Negeri dan Swasta dan atau Poltekkes di bawah lingkungan Pusdiknakes Depkes RI maupun Sekolah Tinggi Kesehatan atau prodi/Jurusan//fakultas Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, sebagai institusi yang mendidik calon tenaga kesehatan tingkat D/III maupun S1, berusaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan (perawat, perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, analis kesehatan, bidan) profesional yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Khususnya di institusi pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas, klinik, lembaga pelayanan kesehatan lain serta kepada masyarakat (komunitas) pada umumnya. Dalam rangka memenuhi kriteria tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut mahasiswa kesehatan perlu mendpatkan berbagai pengalaman belajar secara

langsung/nyata di lapangan dan dapat belajar mengaplikasi ilmunya di masyarakat sehingga pada akhirnya dapat memberi kontribusi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan di kurikulum masing-masing. Sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Tahun 2013, proses belajar mengajar pada propram jenjang S1 keperawatan khususnya metode Pengalaman Belajar Praktek Mata Kuliah Keperawatan Komunitas, didapatkan melalui strategi pengalaman ceramah (PBC), pengalaman belajar diskusi (PBD) ataupun pengalaman belajar lapangan (PBL), yang dapat dilaksanakan di kelas, klinik dan komunitas/masyarakat langsung. Khusunya untuk kegiatan pengalaman belajar praktek lapangan (PBL), yang merupakan metode prosese pembelajaran dilakukan agar dapat memiliki kompetensi yang spesifik, dimana mahasiswa dapat menerapkan semua ilmu yang telah diperoleh di kelas (studi komprehensif), ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, dimana masalah kesehatan yang akan ditemui lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan masalah berdasarkan target kompetensi yang sudah ditentukan.

Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mampu belajar mengatasi masalah kesehatan tersebut melalui berbagai intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan pada komuitas, kelompok denagn menggunakan keluarga. Serta menggunakan pendekatan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan, epidemologi, demigrafi dan ilmu kesehatan metodologi riset. Mata Kuliah Keperawtan Komunitas dan keluarga dengan model Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan penekanan pada strategi belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar untuk memperoleh pengalaman langsung (learning by experience) pada masyarakat daerah binaan (darbin) Baplkes jogja dan Puskesmas

Wilayah Provinsi DIY, dengan sasaran pada individu, keluarga kelompok dan komunitas dalam rangka tercapainya :Visi Indonesia Sehat Tahun 2015. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan PKL bersifat komprehensif namun pada PKL, ini lebih menekankan membantu program Puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan perawat kesehatan masyarakat (public health nursing) Bapelkes jogja sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan propinsi DIY

merupakan institusi diklat kesehatan dan masyarakat. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk meningkatkan kapasiyas calon tenaga kesehatan (masyarakat) dan SDM kesehatan melalui berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan yang lebih berorientasi untuk menunjang program-program kesehatan yang dicanangkan Dinkes provinsi DIY dan Depkes pusat. Salah satu upaya Bapelkes Jogja untuk turut menyiapkan SDM kesehatan yang profesional dan ahli di bidangnya adalah dengan menyediakan sarana prasarana untuk pembelajaran tenaga kesehatan dan masyarakat, termasuk mahasiswa kesehatan dalam bentuk praktek belajar lapangan (PBL) atau praktek kerja lapangan di laboratorium kelas dan bapelkes jogja. Sebagai bentuk pelaksanaan tuygas pokok tersebut, bapelkes jogja bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan baik negeri maupun swasta dapat memfasilitasi penyenglenggara kegiatan pembelajaran mahasiswanya dalam bentuk praktek kerja lapangan (PKL) asuhan keperawatan komunitas sesuai dengan kurikulum jenjang pendidikan tinggi. S1 keperawatan. Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan komunikasi adalah pengwelolaan asuhan keluarga dan komunitas bagi masyarakat dengan tujuan, sasaran terget, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan dilingkungan masyarakat.

Strategi pendekatan pelaksanaan yang digunakan dalam praktik asuhan keperawatan komunitas adalah berorientasi pada program kerja puskesmas, yaitu program promikes, PHBS, program lansia, sosialisasi program desa siaga dan Public Health Nursing (PHN atau CHN), yaitu lebih mendiskusikan pada upaya membangkitkan peran serta masyarakat, penyadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga masyarakat mampu mengenali masalah kesehatannya sendiri. Selai itu penyelenggaraan kegiatan PKL mahasiswa kesehatan di Bapelkes provinsi DIY, memiliki ciri khas antara lain: 1. Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman, wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam beradaptasi dengan kulturr budaya masyarakat Ngayogkokarto Hadhiningrat. 2. Mempunyai daerah binaan (darbin) percontohan perawatan lansia oleh kader kesehatan desa atau dukuh siaga, Prokesdes dan penerapan, program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diseluruh kecamatan di kabupaten sleman. 3. Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas atau lainnya) yang memiliki keunggulan pelayanan tertensu dan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 4. Memiliki naskah kerjasama (MoU) dengan dinkes kabupaten sleman, provinsi DIY 5. Modal pelaksanaan PKL dilapangan dengan modal pendamping terpadu (dengan melibatkan unsur Bapelkes, Dosen, Puskesmas, Aparat Dukuh, Kader Kesehatan Pendamping kelompok dan didukung oleh pemerintah tingkat kecamatan, Muspika Kecamatan dan Pemerintahan Desa) 6. Menerapkan model ENDUTAINMENT, yaitu mahasiswa belajar sambil menikmati objek wisata budaya disekitar Bapelkes Provinsi DIY dan melayani paket-paket diwilayah provinsi DIY. 7. Pelayanan totalitas dan keramahan penyelanggaran atau panitia, khas Yogyakarta, misal pelayanan transportasi, penyedian oleh-oleh khas jogja, penyediaan souvenir, dll 8. Peserta PKL melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan (atractive learning) seperti model setting ruang kelas yang sesuai keinginan, dinamika

kelompok diluar kelas, malam keakrabab yang mengesankan, sarana olehraga yang alami, dll 9. Dekat dengan bandara internasional Adi Sutjipto, objek wisata candi prambanan, wisata merapi, istana candi ratu Boko, kaliurang, Malioboro Parangtritis dll

B. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Setelah mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) : asuhan keperawatan komunitas ini mahasiswa S1 diharapkan mempunyai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan di tingkat keluarga dan masyarakat dengan menggunakan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan, epidemilogi, demografi dan metodologi riset keperawatan. Secara khusus mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) selama kurang lebih 14 hari diharapkan peserta didik mampu: 1. Melakukan perkenalan, sosialisasi, adaptasi dan orientasi dengan budaya dan lingkungan masyarakat di tempat PKL 2. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas dengan menerapkan pendekatan kerangka berfikir epidemiologi, biostatistik dan demografi dan survey cepat. 3. Menyusun rencana penanggulangan masalah kesehatan berbasis masyarakat dengan menerapkan ilmu-ilmu kesehatan masyarakat, asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta ilmu-ilmu medis dasar, yang mencakup upaya pelayanan promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif di wilayah binaan. 4. Mengimplementasikan intervensi asuhan keperawatan keluarga dan asuhan

keperawatan komunitas dan program kesehatan untuk menunjang Puskesmas dengan mengaplikasikan model Askep NANDA/NICNOC. 5. Memahami aplikasi praktek perkemas (PHN) dalam pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan (puskesmas) 6. Melaksanakan program kegiatan intervensi asuhan keperawatan dan kesehatan dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat, melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
4

7. Memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat secara optimal, melakukan upaya rujukan dan menerpkan teknologi tepat guna. 8. Melakukan evaluasi (menilai) baik input, proses maupun output intervensi asuhan keperawatan pada keluarga/komunitas dan program kesehatan lainnya. 9. Mengembangkan sikap kerjasama kelompok, kepemimpinan, dan kebersamaan dalam mengelola program pelayanan kesehatan dan perawatan maysarakat.

C. KOPETENSI YANG AKAN DICAPAI Mahasiswa diharapkan mampu dalam: 1. Melakukan perkenalan, orientasi dan sosialisasi pada masyarakat 2. Melakukan pengumpulan dan pengkajian data primer dan sekunder 3. Mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan dan atau asuhan keperawatan pada tingkat keluarga/kelompok dan tingkat masyarakat dengan menerapkan wisnshield survey cepat, observasi dan indepth interview 4. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi puskesmas dalam melaksanakan program kegiatannya, sebagai dasar dalam menyusun permasalahan 5. Melakukan analisis data dan situasi secara cermat dengan pendekatan epidemiologi, biostatistik, demografi dan riset keperawatan 6. Menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan kemampuan sumber daya mahasiswa dan masyarakat untuk askep pada keluarga dan komuniutas 7. Menyusun rencanan intervensi asuhan keperawatan keluarga dari kommunitas bersama masyarakat dan lintas program serta sektoral (naluri forum MMD/rembuk Desa/ Dukuh) 8. Mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan NANDA NIC/NOC dan pelayanan kesehatan bersama masyarakat dalam bentuk kelompok, serta

D. MANFAAT 1. Bagi mahasiswa: a. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya untuk mengatasi masalah kesehatan dikaitkan degan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (PHN / PHC / PKMD) dan penyiapan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan sehari-hari dan saat bencana. b. Mampu mengenal budaya, bahasa dan adat kebiasaan masyarakat DIY sehari-hari c. Belajar sambil berwisata di wilayah DIY d. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakter dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal mencari kerja.. 2. Bagi Pemerintah Daerah Dukuh a. Mengetahui profile / gambaran status kesehatan masyarakat yang nyata dari pendataan mahasiswa PKL. Sehingga dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan. b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 3. Bagi Puskesmas a. Membantu pelayanan program kerja puskesmas secara umum dan program Public Health Care / Nursing (PHN) dan hasil pengkajian data mahasiswa dapat dijadikan data dasar yang terbaru dari status kesehatan masyarata di wilayah kerjaya dan status PHBS di tingkat Dukuh dan Desa. b. Memberdayakn SDM Puskesmas untuk menjadi pembimbing lapangan (Field Instructor) ataupun Clinical Instructor. 4. Bagi Institusi Pendidikan a. Menjadikan institusi tersebut dikenal dan secara formal diakui keberdayaannya, disamping sebagai upaya bagi pengelola untuk tranfer of knowledge dari Bapelkes Jogja Institusi Pendidikan. b. Sebagai perwujudan corporate social responsibiliry (CSR) institusi pendidikan dalam mewujudkan tri dharma perguruam tinggi, yaitu pengabdian pada masyarakat. c. Bagi dosen pengelola program keperawatan komunitas, diharapkan mampu memperoleh gambaran bagaimana cara penyelenggaraan dan pengelolaan manajemen keperawatam komunitas.

d. Dilihat dari outputnya, menjadikan lulusannya lebih memiliki pengalamn dan wawasan yang lebih komprehensif, holistik dan adaptif terhadap situasi dan kondisi berbeda dari tempat asalnya. 5. Bagi Bapelkes Jogja a. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan / organisasi Bapelkes Jogja pada masyarakat Jogja pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Sleman pada khususnya. b. Melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsional dalam mempersiapkan kapasitas dan kemampuan calon tenaga kesehatan, tenaga kesehatan dan

masyarakat agar lebih bermutu dan profesional. c. Dapat meningkatkan jalinan partnership dan networking dengan berbagai organisasi maupun institusi pendidikan kesehatan.

E. RUANG LINGKUP 1. Targetting 1) Target Individu a. Setiap mahasiswa harus menjacapai sejumlah target keterampilan yang telah ditentukan. b. Setiap mahasiswa minimal melakukan pengkajia terhadap minimal 10 KK / responden dari sejumlah KK yang asa dikelompoknya. c. Seriap mahasiswa harus melakukan pelayanan asuha keperawatan keluarga pada keluarga yang bermasalah kesehatannya untuk dibina secara intensif minimal 3 hari dan membuat laporan askep keluarga secara tertulis. 2) Target Kelompok a. Melakukan kegiatan MDD I: perkenalan dan pejelasan PKL pada warga. MMD II: presentasi hasil pengumpulan data dan perencanaan intervensi. MMD III: presentasi evaluasi hasil PKL. b. Retivitalisasi atau pendirian bau Posyandu Balita dan atau Posyandu Lansia. c. Melakukan penkes atau pelaihan kader kesehatan minimal 3 kader perposyandu balita an lansia. d. Tiap kelompok membuat laporan hasil kegiatan PKL minimal 5 copy.

2. Kompetensi Yang Akan Dicapai: Mahasiswa diharapkan mampu dalam: 1. Melakukan perkenalan, prientasi dan pengkajian san sosialisasi pada masyarakat 2. Melakukan pengumpulan dan pengkajian data primer dan sekunder 3. Mengidentifikasi dan mendiagnosis masalaha kesehatan dan atau asuhan keperawatan pada tingkat keluarga/kelompok dan tingkat masyarakat dengan menerapkan winshield survey cepat, observasi dan indepth interview. 4. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi puskesmas dalam melaksanakan program kegiatannya, sebagai dasar dalam menyusun permasalahan 5. Melakukan analisis data dan situasi secara cermat dengan pendekatan epidemiologi, biostatistik, demografi dan riset keperawatan. 6. Menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan kemampuan sumber daya mahasiswa dan masyarakat untuk askep pada keluarga dan komunitas. 7. Menyusun rencana intervensi asuhan keperawatan keluarga dari komunitas bersama masyarakat dan lintas program serta sektoral (naluri forum MMD/ rembuk Desa/ Dukuh). 8. Mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan mengaplikasikan NANDA NIC / NOC dan pelayanan kesehatan bersama masyarakat dalam bentuk kerja kelompok, serta mengkoordinasikannya dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan, Kecamatan, dan Lintas Sektor. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan, antara lain : a. Melakukan promosi kesehatan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi dan dibutuhkan masyarakat. b. Memberikan asuhan keperawatan pada salah satu keluarga dari 10 KK secara intensif yang rawan kesehaatan, rawan tertular peyakit, rawan gizi, resiko tinggi kebidanan, anggota keluarga ada yang sakit, memiliki masalah kesehatan reproduksi, masalah hygiene dan sanitasi buruk, keluarga miskin, keluarga dengan kondisi kegawatdaruratan medisdan keluarga terkena bencana. c. Meningkatkan ketrampilan Kader Kesehatab dalam pemeriksaan fisik dan penanganan kegawatdaruratan sehari-hari dan bencana secara sederhana

d. Membantu program kerja Puskesmas dalam hal: i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. ix. x. xi. Gerakan 3M Plus untuk pemberantasan sarang nyamuk. Pemberantasan sarang tikus unttuk mencegah oenyakit leptosirosis. Latihan Kader Posyandu balita dan lansia. Pelatihan kader/dokter kecil di TPA atau sekolah. Kampanye GSI (Gerakan Sayang Ibu) Penilaian dan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga. Membantu melaksanakan monitoring kegiatan UKS. Revitalisasi Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Terlibat dalam kegiatan program imunisasi. Melakukan pemeriksaan kesehatan. Melakukan pengukuran antropometri untuk pemantauan gizi anak sekolah. xii. xiii. Melakukan upaya DTKB (deteksi dini tumbang) bayi dan balita. Melakukan asuhan keperawatan pada bayi/balita sakit melalui teks MTBS. xiv. Melakukan asuhan keperawatan pada anggota keluarga paska hospotalisasi. xv. Memberikan bimbingan dan konsuling tentang kesehatan reproduksi, PMS, HIV/AIDS dan narkoba. 9. Menerapkan Perkesmas dalam pelayanan keperawatan di komunitas dan asuhan keperawatan saat bencana. 10. Mengevaluasi kinerja proses dan output proses asuhan keperawatan dan program kegiatan masyarakat. 11. Menyusun laporan kegiatan yang bersifatindividu dan kelompok.

F. SASARAN Sasaran kegiatan PKL ini adalah individu, kelompok khusus, keluarga, dan komunitas di wilayah kerja Puskesmas di Wilayah Kabupaten Sleman dengan kriteria tertentu, yaitu masyarakat atau komunitas rawan gizi. 1. Masyarakat / komunitas resiko tinggi kesehatan reproduksi, 2. Masyarakat / komunitas resiko tinggi kebidanan. 3. Masyarakat / komunitas resiko tertular penyakit. 4. Masyarakat / komunitas miskin.
9

5. Masyarakat / komunitas rawan. 6. Masyarakat / komunitas bencana. Selain itu, masyarakat pedukuha di wilayah kabupaten / kota Propinsi DIY memiliki karakteristik: a. DIY merupakan wilayah dengan indikator derajat kesehatan masyarakat paling baik dibandingkan dengan daerah lain, khususnya terkait indikator kesehatan ibu, bayi, balita, dan anak serta umur harapan hidupnya tertinggi di Indonesia, sehingga dapat menjadi media pembelajaran lapangan yang bauk. b. DIY merupaka daerah yang memiliki karakteristik penduduk yang unik dan khas, dimana tingkat pemberdayan dan kegotong royongan masyarakat relatif baik. c. DIY merupakan daerah yang memiliki pengalaman dalam menangani masalah kesehatan terkait dengan kegawatdaruratan akibat bencana alam sehari-hari. d. DIY merupakan daerah yang memiliki banyak pilot project atau program percontohan dan berbagai bentuk terobosan dibidang pembanguna kesehatan.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan kata lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan sendiri sehingga masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan kesehatan. Pelaksanaan partisipasi aktif masyarakat tersebut diterapkan melalui kegiatan pelayanan kesehatan utama (PHC). Pelayanan Kesehatan Utama merupakan upaya pelayanan kesehatan esensial yang secara umum dapat dengan mudah dijangkau individu, keluarga dan komunitas dengan cara yang dapat diterima, peran aktif komunitas serta biaya yang dapat dijangkau (WHO, 1987). Dengan demikian, Pelayanan Kesehatan Utama sangat mengedepankan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diartikan sebagai suatu proses dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dan menjadi pelaku serta perintis kegiatan-kegiatan di bidang kesehatan berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Sehingga peran serta masyarakat merupakan kunci atau cara utama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Paradigma sehat 2010 memiliki visi dan misi baru, orientasi pembangunan kesehatan yang semula sangat menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya kesehatan terintegrasi menuju kesan sehat dengan peran aktif masyarakat. Pendekatan baru ini menekankan pentingnya upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemahaman baru terhadap konsep akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yang akan menimbulkan keyakinan bahwa pelayanan kuratif saja tidak mungkin dapat menciptakan Indonesia sehat 2010. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, dan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

11

terjangkau; serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat termasuk lingkungannya. 1. Pengertian Komunitas Komunitas adalah sekelompok manusia yang hidup dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang sama dan memiliki kegiatan dan atau mata pencaharian yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidup secara bersama. ( Sonders, 1972 ). Komunitas adalah suatu kelompok yang ditentukan dengan batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, dimana anggota masyarakat saling mengenal dan dapat berinteraksi satu sama lain, mempunyai fungsi dalam struktur sosial, menunjukkan dan menciptakan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut. ( WHO, 1974 ). Mayarakat adalah sekumpuan manusia yang saling bergaul,atau dengan istilah lain saling berinteraksi.Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.( Kontjaraningrat 1990 ) Komunitas merupakan suatu system yang terdiri dari : sub system adalah keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi satu sama lain. Suprasistemnya adalah system sosial. (Imogene M. King, 1971) Komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam kehidupannya (Spradley 1985) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah sekelompok manusia yang hidup dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang sama dan juga ditentukan dalam batas wilayah, nilai nilai keyakinan dan minat yang sama, dimana anggota masyarakat saling mengenal dan saling berinteraksi satu sama lain. dan juga merupakan suatu system yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling mempengaruhi. Subsistem di dalam komunitas antara lain adalah individu dan keluarga. Subsistem-subsistem ini saling bekerjasama untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

12

2. Konsep Model Keperawatan Komunitas a. Model Sistem Imogene M. King (1971) Komunitas merupakan suatu sistem dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Subsistem yang terdapat di komunitas saling berinteraksi, berinterelasi, dan interdependensi, satu sama yang lain. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan. Akibatnya dapat menimbulkan masalah kesehatan atau ketidaktahuan memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan intervensi keperawatan. Keluarga sebagai subsistem komunitas merupakan sistem terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik antara keluarga dan komunitas yang sekaligus sebagai umpan balik. Sesuai dengan model sistem untuk mengkaji masalah komunitas. Intervensi keperawatan yang dilakukan terkait dua sasaran unit pelayanan dasar dimana masyarakat atau komunitas.

b.

Model Adaptasi C. Roy (1976) Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunitas tujuannya adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptif pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk

meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif. Intervensi keperawatan ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan mekanisme adaptasi. Melalui model adaptasi, masalah komunitas diharapkan dapat diatasi dengan atau meningkatkan perilaku adaptif komunitas. Model Self Care D.E. Orem (1971) Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.
13

c.

Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit. (Orem, 1980) Selanjutnya pandangan Orem, terkait dengan paradigma keperawatan adalah sebagai berikut : Individuadalah integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan social dengan berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri. Self Care adalah refrensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan. Keperawatan adalah pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan tindakan khusus.Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik.Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga. Sasaran 1) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik. 2) Menolong klien bergerak ke arah tindakan asuhan mandiri. 3) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan. Focus Asuhan Keperawatan 1) Aspek interpersonal : hubungan didalam keluarga 2) Aspek social : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya. 3) Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi. 4) Aspek teknis : mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan kelurga di rumah misalnya mengompres dengan baik dan benar. Sistem keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan keperawatan mandiri. Sistem keperawatan mandiri dinagi atas tiga kategori bantuan sebagai berikut : 1) Wholly compensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.

14

2) Partially compensatory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan. 3) Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri. d. Model Health Care System Betty Neuman. Model konseptual dari Neuman memberi penekanan pada penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri yang baik yang bersifat fleksibel, normal maupun yang resisten intervensi diarahkan ketiga garis pertahanan tersebut terkait dengan tiga level prevensi.Model ini menganalisa interaksi empat variabel yang menunjang komunitas yaitu fisik, psikologis, sosio kultural dan spiritual.Adapun tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigma keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut : 1) Manusia Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel-variabel : fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. 2) Lingkungan Meliputi semua factor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau system klien. 3) Sehat Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan.Sehat merupakan suatu keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan dalam menghindari atau membatasi stressor. 4) Keperawatan Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurunkan stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tertier. Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan bio-psiko-sosiokultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu : intervensi yang bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis
15

pertahanan normal yang terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu. Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat. Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan : a) Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel berupa : 1) Pendidikan kesehatan 2) Mendemonstrasikan ketrampilan keperawatan dasar. b) Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal, berupa : 1) Deteksi dini gangguan kesehatan atau gangguan keseimbangan garis pertahanan misalnya deteksi dini tumbuh kembang balita, keluarga, dll 2) Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat keluarga atau 3) komunitas berupa konseling awal, misalnya konseling pra nikah. 4) Pendidikan kesehatan dan demonstrasi. c) Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan resisten, yang berupa : 1) Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan

profesionalisme perawat, misalnya melatih klien duduk atau berjalan. 2) Memberikan konseling untuk menyelesaikan masalah. 3) Melakukan kerjasama lintas program atau sektoral untuk menyelesaikan masalah. 4) Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawatan (lintas program atau sektoral).

16

e.

Aplikasi Model Neuman pada Komunitas Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

3. Kesehatan dan Keperawatan Komunitas Kesehatan komunitas didefinisikan sebagai terpenuhinya kebutuhan bersama melalui identifikasi masalah dan pengelolaan interaksi dalam komunitas. Cara utama untuk meningkatkan kesehatan komunitas adalah meningkatkan peran serta masyarakat sebagai suatu proses dimana individu, keluarga, masyarakat bertanggung jawab menjadi pelaku dan perintis di bidang kesehatan. Dalam proses peningkatan kesehatan , masyarakat berperan aktif dalam menemukan masalah, menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan serta mengevaluasi kegiatan. Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok resiko tinggi ( keluarga dengan resiko tinggi daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan penekanan pada peningkatan derajat kesehatan (promotif ), pencegahan penyakit (preventif ) serta tidak mengabaikan care (perawatan / pengobatan )dan rehabilitasi. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan proses kelompok serta mendorong masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi, yang pada akhirnya untuk memandirikan masyarakat diperlukan pengorganisasian masyarakat. Public health is the science and art of preventing disease,prolonging life,and promoting health and efficiency through organized community efforts for the sanitation of the environment, the control of communicable infections,the education of the individual in the personal hygiene,he organization of medical and nursing services for the early diagnosis and preventive treatment of disease,and the development of the social machinery to insure everyone a standard of living adequate for the maintenance of health,so organizing these benefits as to enable every citizen to realize his birthright of health and longevity ( Pickett and Hanlon 1990 )

17

Defined community health as the synthesis of nursing teory and public health teory applied to promoting and preserving the health of populations. The focus of community health nursing is the community as a whole, with nursing care of individuals, families, and groups being provided within the context of promoting and preserving the health of the community ( in 1995, the association of community health nursing educators ). 4. Pengorganisasian Masyarakat Pengorganisasian masyarakat adalah proses pemberian dukungan yang terus menerus dalam hal menginformasikan pengertian dan mengembangkan secara kritis tentang situasi yang ada, bekerjasama dengan masyarakat dan menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan mengambil tindakan segera untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan pengorganisasian masyarakat untuk mengembangkan masyarakat dari

keadaan statis ke keadaan yang lebih baik untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi kehidupan yang berkualitas demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Menurut Rothman (1968) ada tiga model praktek pengorganisasian masyarakat, yaitu: a. Locality Development (peran serta masyarakat setempat) yaitu proses yang dibuat untuk menciptakan kondisi ekonomi dan social yang maju untuk semua masyarakat yang berperan aktif dan penuh kemandirian dalam prakarsa pembangunan masyarakat. b. Social Planning (perencanaan sosial) yaitu pendekatan yang menekankan pada proses teknis dari penyelesaian masalah tentang masalah social seperti kesehatan mental, fisik dan perumahan. Rencana para ahli digunakan pada model ini dengan memanipulasi birokrasi untuk menyalurkan fasilitas dan pelayanan pada masyarakat. c. Social Action (aksi sosial) yaitu metode yang membuttuhkan pemeratan tenaga, sumber-sumber, pengambilan keputusan dalam masyarakat dengan mengorganisir aspek yang merugikan masyarakat dengan tujuan membuat perubahan yang mendasar dalam masyarakat.

18

Secara operasional pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Tahap persiapan, dilakukan dengan memilih area/daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat. b. Tahap pengorganisasian, dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian pola dalam masyarakat yang dilanjutkan dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan masyarakat. c. Tahap pendidikan dan latihan, meliputi kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan pengkajuian, membuat program pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat. d. Tahap formasi kepemimpinan, yaitu memberi dukungan latihan keterampilan dan mengembangkan keterampilan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan. e. Tahap koordinasi intersektoral, yaitu kerjasama dengan sector-sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat. f. Tahap akhir, dilanjutkan supervise bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dari hasil evaluasi untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan selanjutnya. Tahap-tahap tersebut sejalan dengan langkah-langkah dalam pemecahan masalah keperawatan komunitas yaitu meliputi : a. Pengkajian b. Perencanaan c. Pelaksanaan d. Evaluasi dilakukan. Defined community health nursing as a synthesis of nursing practice and public health practice apply to promote and preserving the health of population.The practice is general and comprehensice.Is not limited to a particular age group or diagnosis and is continuing, not episodic.The dominant responsibility is to the population as a whole nursing directed to individu,families,and population. ( ANA, 1980 ) : Pengumpulan data, pengembangan dan analisa data. : Menentukan sasaran, tujuan dan rencana tindakan. : Melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

: Program penilaian terhadap tindakan atau program yang sudah

19

Untuk di Indonesia, dengan ditetapkannya visi Indonesia sehat 2010, yaitu untuk mencapai masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal maka sejalan dengan hal tersebut dikembangkan pula system PHC ( Primary Health Care ) yang meliputi : a. Pendidikan tentang masalah kesehatan dan cara-cara mencegah atau mengatasinya b. Program KIA termasuk KB c. Perbaikan gizi d. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar e. Imunisasi terhadap penyakit f. Pencegahan dan pengendalian penyakit Endemic Set g. Pengobatan yang tepat terhadap penyakit umum serta cidera h. Penyediaan obat sederhana. Tahap tahap partisipasi masyarakat melalui pendekatan PHC. Yaitu partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas masalah, partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan masalah dengan kata lain tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, termasuk penyediaan sumber daya serta partisipasi dalam tahap penilaian dan pemantapan.

5. Falsafah Perawatan Kesehatan Masyarakat a. Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah tersedia, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat. b. Melibatkan penerima pelayanan dalam melakukan tindakan penyelesaian masalah. c. Adanya kerja sama antar perawat sebagai pemberi pelayanan dan masyarakat sebagai penerima pelayanan d. Lingkungan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. e. Peningakatan derajat kesehatan ( promotif) dan pencegahan penyakit akan lebih efektif jika dilakukan sejak dini. f. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap individu..

20

6. Prinsip kesehatan komunitas. a. Kemanfaatan. Intervensi yang diberikan harus bermanfaat (ada keseimbangan antar manfaat dan kerugian ). b. Autonomi Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif yang terbaik yang disediakan komunitas. c. Keadilan Melakukan upaya / tindakan komunitas. sesuai dengan kemampuan / kapasitas

B. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Asuhan keperawatan komunitas adalah proses keperawatan pada tingkat masyarakat mencakup individu keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan kesehatan masyarakat keterlibatan kader kesehatan, tokoh tokoh masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh, sehingga masyarakat benar - benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.

Proses Keperawatan Komunitas Proses keperawatan komunitas merupakan pendekatan ilmiah yang dilaksanakan secara sistematis melalui beberapa tahap yaitu : pengkajian, analisis masalah, diagnosis, intervensi , impementasi dan evaluasi. Berikut ini pejabaran dari masing masing tahap :

1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari proses awal keperawatan komunitas, yang bertujuan untuk mengunpulkan data di komunitas. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara yaitu : a. Winshilled survey Adalah survey sekilas yang hasilnya berupa data kasar yang masih perlu dikembangkan atau disempurnakan.
21

b. Observasi Pengamatan langsung pada setiap daerah yang dilakukan survey c. Wawancara Adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung dengan masyarakat, anggota kelompok (karang taruna, PKK, ibu-ibu kader), TOMA, TOGA. d. Angket/kuesioner Alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data e. Studi dokumentasi terhadap data sekunder f. Survey struktur Yaitu masyarakat, anggota kelompok. Selain metode diatas, data juga dapat diperoleh dari sumber data (data primer dan data sekunder)
a.

Data primer, adalah data yang didapatkan dengan cara wawancara secara langsung dengan masyarakat, instansi terkait (Puskesmas, KUA, Kaur Bang, kecamatan, kelurahan, dan lintas sektor lainnya.)

b.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi dari instansi terkait (Puskesmas, KUA, Kaur Bang, kecamatan, kelurahan, dan lintas sektor lainnya.). Analisa data sekunder : data sensus, hasil penelitian, masalah kesehatan, dan sebagainya

Pengumpulan data pada klien di masyarakat Pengumpulan data yang dilakukan melalui pengkajian meliputi beberapa hal antara lain : Pendidikan, Lingkungan, Keamanan dan transportasi, Politik dan pemerintahan, Kesehatan dan pelayanan sosial, Komunikasi, Ekonomi, Rekreasi. Skema Berikut adalah hal hal yang perlu di kaji dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas yang dikemukan oleh Betty Neuman.

22

Delapan elemen inti dalam mengkaji komunitas (community core), yaitu: a. Lingkungan fisik ( fisical environment) Komponen komponen yang harus di kaji pada lingkungan fisik antara lain: Komponen Data / informasi 2. Riwayat kesehatan 3. Statistik 4. Kultur 5. Support Apa persepsi masing masing anggota kelompok terhadap temannya. Adakah peningkatan stress / depresi. Kapan terjadi resiko penyakit. Bagaimana pendapat masyarakat dalam menerima perubahan program kesehatan. Distribusi : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa. Nilai / keyakinan. Tradisi khusus, bahasa. Bagaimana persepsi masyarakat tentang kesehatan. Adakah kepercayaan tertentu di masyarakat yang mempengaruhi kesehatan. Adakah dukungan dari masyarakat, atau profesi lain tentang kesehatan, dan bagaimana dukungannya.

1. Konsep diri

23

Pemeriksaan fisik merupakan komponen kritis dalam pengkajian pasien individual, begitu pula dalam pengkajian komunitas. Kelima indera kita diperlukan untuk pemeriksaan fisik pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat komunitas. Adapun komponen pemeriksaan fisik untuk individu maupun tingkat komunitas adalah sebagai berikut : 1) Inspeksi : adalah pemeriksaan seluruh indera, dalam pemeriksaan individu menggunakan alat otoskop,oftalmoskop, sedangkan pada pemeriksaan fisik komunitas dalam komunitas dapat dilakukan melalui Winshield Survey dan mengunjungi masyarakat. 2) Auskultasi : jika pada pemeriksaan fisik pada individu dilakukan dengan alat stetoskop, sedangkan pada pemeriksaan fisik komunitas dapat dilakukan dengan cara mendengarkan aspirasi komunitas / warga. 3) Tanda vital : pada pemeriksaan fisik individu dapat dilakukan dengan menggunakan alat termometer, spigmanometer, sedangkan pada pemeriksaan fisik komunitas dapat diperoleh dengan cara observasi iklim, tanah, batas alam, dan sumber daya yang ada di masyarakat baik sumber daya alam maupun sumber daya masyarakat itu sendiri, selain itu dapat dilihat juga melalui tanda aktivitas masyarakat seperti adanya pertemuan masyarakat; banyaknya yang hadir. 4) Pemeriksaan sistem : pemeriksaan sistem pada individu dimulai dari kepala sampai kaki, namun dalam pemeriksaan fisik komunitas diperoleh dengan cara observasi sistem sosial, termasuk perumahan, bisnis, tempat ibadah, dan tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat. 5) Pemeriksaan laboratorium : contoh pemeriksaan laboratorium pada individu adalah tes darah,foto rongten, CT- SCAN, dan tes lainnya, sedangkan pada pemeriksaan fisik pada komunitas dilakukan dengan cara melihat data sensus, kajian, dan survey perencanaan tindakan yang akan dilakukan dimasyarakat.

b. Pelayanan Kesehatan Dan Pelayanan Social Didalam maupun di luar komunitas data yang diperlukan tentang pelayanan kesehatan : 1) Jenis pelayanan yang ada dalam masyarakat ( Puskesmas, Posyandu, Pos obat desa, dll )

24

2) Biaya pelayanan 3) Sumber daya ( masyarakat, lingkungan, keluarga, kelompok, dll ) 4) Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan. 5) Statistik pelayanan kesehatan misalnya : jumlah pengguna pelayanan kesehatan perhari, perbulan, dan pertahun. Data tentang pelayanan sosial 1) Jenis pelayanan sosial ( kantor pos, KUA, dll ) 2) Biaya pelayanan 3) Sumber daya ( masyarakat, lingkungan, keluarga, kelompok, dll ) 4) Karakteristik pelayanan sosial misalnya : pengguna pelayanan sosial perhari, perbulan, dan pertahun. c. Ekonomi Karakteristik finansial 1) Rumah tangga Rata-rata pendapatan a) Persentase penduduk dibawah garis kemiskinan b) Persentase penduduk penerima santunan c) Persentase kepala keluarga yang tidak mampu 2) Individu a) Pendapatan perorangan b) Persentase individu miskin d. Keamanan dan transportasi 1) Keamanan 2) Pelayanan atau perlindungan 3) Polisi 4) Sanitasi : limbah, sampah air kotor 5) Kualitas air 6) Transportasi ( swasta pemerintah ) e. Politik dan pemerintahan Pemerintahan : RT, RW, Lurah, Camat dan lainnya (bagaimana organisasinya, fungsinya dan lain-lain) Kelompok pelayanan masyarkat 1) PKK 2) Karang taruna
25

3) Posyandu 4) LKMD 5) Panti 6) LSM dan lain-lain. 7) Politik ( bagaimana kebijakan pemerintah ) f. Komunikasi Komunikasi formal : koran ( jumlah, jenis, sirkulasi, frekuensi, lingkup berita TV, radio, pos telekomunikasi ) Komunikasi informal : papan pengumuman ( bagaimana cara penduduk menerima informasi ) g. Pendidikan 1) Status pendididkan ( sekolah, tidak sekolah, belum sekolah ) 2) Tingkat pendidikan ( SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi ) 3) Tipe atau macam sekolah ( Negeri, Swasta, Sederajat ) 4) Pendidikan yang tersedia didalam komunitas (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi) 5) Pendidikan diluar komunitas yang dapat di akses. h. Rekreasi 1) Macam 2) Tempat 3) Pembayaran 4) Pengguna. Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data, dengan langkah langkah sebagai berikut : a. b. c. d. Klasifikasi / katagorisasi data Perhitungan persentase cakupan mengggunakan Telly Tabulasi data Interprestasi data Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian data di analisis. Analisis merupakan kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah keperawatan ataupun masalah kesehatan yang di hadapi oleh masyarakat.

26

C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA 1. Definisi Keluarga - Keluarga perkawinan adalah sekumpulan kelahiran orang yang yang dihubungkan oleh ikatan dan

adopsi,

bertujuan

menciptakan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi, 2008). - Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi, 2008). - Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalalm interaksi sosial, peran dan tugas (Spredley dan Allender, 1996 dalam Setyowati, 2007) - Menurut Departemen Kesehatan, 1988, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. - Balion dan Maglaya (1978), mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. - Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. - Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1981).

2. Bentuk Keluarga - Menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988) : a. Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. 2) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.
27

3) Keluarga dengan orang tua tunggal : satu orang yang mengepalai keluarga sebagai konsekuensi perceraian. 4) Bujangan yang tinggal sendirian. 5) Keluarga besar tiga generasi. 6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia. b. Keluarga Non Tradisional a) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah. b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah. c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo). d) Keluarga Gay. e) Keluarga Lesbi. f) Keluarga Komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang sama. - Menurut Anderson Carter : 1. Keluarga Inti (Nuclear Family) : Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. 2. Keluarga Besar (Extended Family) : Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga Berantai (Serial Family) : Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4. Keluarga Duda/Janda (Single Family) : Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. 5. Keluarga Berkomposisi : Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama. 6. Keluarga Kabitas : Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

28

3. Struktur keluarga 1. Elemen Struktur Keluarga Menurut Friedman : a) Struktur Peran Keluarga Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat. b) Nilai atau Norma Keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga. c) Pola Komunikasi Keluarga Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar. d) Struktur Kekuatan Keluarga Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif. 2. Ciri Ciri Struktur Keluarga : a) Terorganisasi Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan. b) Keterbatasan Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. c) Perbedaan dan Kekhususan Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.

29

4. Peran dan Fungsi Keluarga 1. Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual 2. Fungsi Menurut Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut: a. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : 1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. 2) Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. b. Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosal. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.

30

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. e. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Menurut WHO (1978) 1. Fungsi Biologis a. Untuk meneruskan keturunan b. Memelihara dan membesarkan anak c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

31

2. Fungsi Psikologis a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d. Memberikan identitas keluarga 3. Fungsi Sosialisasi a. Membina sosialisasi pada anak b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah

perkembangan anak c. Meneruskan nilai-nilai keluarga 4. Fungsi Ekonomi a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua. 5. Fungsi Pendidikan a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 5. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahapan dan tugas perkembangan kluarga yang diadaptasi dari Duval adalah : 1. Pasangan Pemula atau Pasangan Baru Menikah Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mangikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan perkembangan keluarga pemula antara lain saling memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas peran masing-masing pasangan.

32

2. Keluarga dengan Child Bearing (Kelahiran Anak Pertama) Tahapan ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua, dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir, tugas keluarga antara lain : memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan. 3. Keluarga dengan Anak Prasekolah Dimulai saat anak pertama berusia 2.5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah diantaranya : menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan budaya keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil, memperhatikan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah. 4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak usia sekolah antara lain : memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar. 5. Keluarga dengan Anak Remaja Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 1920 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : memberikan perhatian lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan
33

tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. 6. Keluarga dengan Melepaskan Anak ke Masyarakat Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuanya untuk mulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anak. 7. Keluarga dengan Tahapan Berdua Kembali Tugas bagi keluarga setelah ditinggal pergi oleh anak-anaknya untuk memulai kehidupan baru antara lain : menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan. 8. Keluarga dengan Tahapan Masa Tua Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara pasangan, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua, pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini. 6. Interaksi Keluarga Dalam Rentang Sehat Sakit Interaksi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit juga mempengaruhi tingkat berfungsinya keluarga. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga yang lainnya. Friedman dengan mengadaptasi Doherti dan Sussman (1998) memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi keluarga dengan rentang sehat-sakit dalam bentuk upaya-upaya berikut: 1. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningakatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan bisa di mulai dalam keluarga,seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok,minum-minuman keras tentunya gaya hidup tersebut akan diikuti oleh anak-anaknya.tetai jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan saluran pernapasan pada keluarga tersebut karena kebiasaan merokok. Contoh lain upaya promosi
34

kesehatan di keluarga adalah berolahraga teratur,mengutamakan gizi seimbang pada keluarga,melakukan imunisasi pada anak sesuai dengan umur. 2. Penaksiran keluarga terhadap gejala-gejala sakit Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala penurunan kesehatan yang dialami, mencari tahu penyebabnya dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga yang lain. Di Indonesia padatahapan inin sering ibu dan nenek memiliki peranan penting dalam menaksir tingkat keparahan penyakit yang diderita anggota keluarga.Sosial ekonomi juga sangat berpengaruh pada penaksiran gejala-gejala yang muncul. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lemah akan merespon lambat mengingat kemampuan ekonominya. 3. Pencarian perawatan Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah upaya mencari tahu kemana akan dirawat.Upaya ini dilakukan dengan mencari informasi kepada orang terdekat. Pada tahapan ini juga keluarga dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat kemana akan merawat anggota keluarga yang sakit.Kecepatan pengambilan keputusan ini ditentukan oleh respon keluarga terhadap kondisi sakit. 4. Perolehan perawatan dan rujukan ke pelayanan kesehatan Tahapan ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif. Penentuan jenis pelayanan yang ditangani dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu dan seringkali ibu memberikan kontribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut. 5. Respon akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit, misalnya saja peran ibu yang sedang sakit akan digantikan oleh ayah terutama saat anak-anaknya masih kecil. contoh lain jika ayah sakit maka dengan langsung ibu mengambil alih peran dan tanggung jawabnya. 6. Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan Tahap adaptasi adalah tahapan dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.

35

Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluaraga menurut Friedmann (1981) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam mengetahui

penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan suatu masalah kesehatan b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah kesehatan c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit : kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan upaya-upaya apa saja yang di lakukan untuk merawat anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat : kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit dengan cara merubah atau memodifikasi tempat tinggal e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan

masyarakat : kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan misalnya puskesmas di lingkungan tempat tinggalnya ( Friedman,1998 dalam Murwani, 2007).

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus

dilakukan oleh keluarga yaitu : a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

36

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah : 1. Faktor fisik Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.Contoh dari hubungan positif tersebut antara lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri. Contoh lain seorang istri yang sebelum menikah mempunyai kebiasaan makan makanan yang pedas setelah menikah suami akan mengingatkan akan masalah kesehatan yang bisa timbul karena kebiasaan tersebut. Bagi keluarga, penentuan jenis pelayanan yang akan ditentukan berdasarkan kesepakatan suami istri. 2. Faktor psikis Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan dan dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitu pun sebaliknya. Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami,hal ini dimungkinkan karena bertambahynya beben yang dialami istri setelah bersuami. 3. Faktor sosial Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan,jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.

37

4. Faktor budaya a. Keyakinan dan praktek kesehatan Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Misalnya saja tentang pemahaman pemberian makan tambahan pada anak-anak. Orang-orang terlebih dahulu memiliki keyakinan bahwa anak sudah boleh diberi makan pisang sebelum umur 4 bulan, tetapi untuk saat ini makanan tambahan baru boleh diberikan setelah anak berumur 4-6 bulan. Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keyakinan keluarga bahkan seringkali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan digunakan dalam keluarga tersebut. b. Nilai-nilai keluarga Nilai-nlai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga akannkuat menyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya ternyata salah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu. c. Peran dan pola komunikasi keluarga Dampak budaya terhadap peran, kekuatan dan komunikasi keluarga berbedabeda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi. d. Koping keluarga Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping diartikan sebagai respon positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga.

38

8. Kriteria Keluarga Sejahtera Indonesia Mengacu pada tujuan dasar keluarga yang ingin mencapai kesejahteraan setiap anggota keluarga yang ada didalamnya, amak pendekatan pencapaian keluarga yang sehat dan sejahtera di Indonesia adalah mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Untuk lebih menetapkan cita-cita luhur bangsa tersebut, maka pemerintah menetapkan tercapainya keluarga sejahtera dalam bentuk perundangundangan antara lain : 1. Keputusan Presiden RI. No. 8 Tahun 1970 : Dibentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). 2. Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 : Menetapkan gerakan Keluarga Berencana (KB) menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera. 3. Pasal 4 Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 : Tujuan pembangunan keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

1. Tahapan-Tahapan Keluarga Sejahtera : a. Keluarga Prasejahtera Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahapan. b. Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. c. Keluarga Sejahtera Tahap II Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

39

d. Keluarga Sejahtera Tahap III Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, dan pendidikan. e. Keluarga Sejahtera Tahap IV Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2. Indikator Keluarga Sejahtera : a. Keluarga Sejahtera Tahap I 1) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing. 2) Makan dua kali sehari atau lebih. 3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan. 4) Rumah sebagian lantai bukan tanah. 5) Kesehatan (bila anak sakit atau Pasangan Usia Subur ingin ber-KB dibawa kesarana/petugas kesehatan). b. Keluarga Sejahtera Tahap II Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut : 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing. 2) Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk minimal satu kali dalam seminggu. 3) Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir. 4) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter. 5) Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing. 6) Minimal satu anggota keluarga 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

40

7) Bisa baca tulis bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun. 8) Anak usia sekolah (7-10 tahun) bersekolah. 9) Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih dalam masa pasangan usia subur saat ini memakai alat kontrasepsi. c. Keluarga Sejahtera Tahap III Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I dan tahap II serta sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut : 1) Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agama. 2) Keluarga mempunyai tabungan. 3) Makan bersama minimal sekali sehari. 4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat. 5) Rekreasi bersama minimal 6 bulan sekali. 6) Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dan media lain. 7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi. d. Keluarga Sejahtera Tahap IV Bila keluarga telah mampu memenuhi indikator kebutuhan pada keluarga sejahtera tahap I, II, III, dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut : 1) Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat. 2) Aktif sebagai pengurus dalam kegiatan kemasyarakatan atau yayasan sosial.

D. KONSEP PENYAKIT 1. HIPERTENSI 1) Pengertian


-

Definisi umum hipertensi adalah apabila tekanan sistolik (SBP) adalah 140

mm Hg atau lebih, atau tekanan diastolik adalah 90 mm Hg atau lebih, atau pun kombinasi keduanya. Artinya, tekanan dalam pembuluh darah secara konsisten berada di atas normal. Hipertensi terjadi bila diameter arteri berkurang atau bila

41

volume darah yang melalui arteri meningkat. Hipertensi sering merupakan gejala yang menyertai penyakit jantung, ginjal, dan ketidakseimbangan hormon.
-

Hipertensi berasal dari dua kata, hiper = tinggi dan tensi = tekanan darah,

merupakan penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. ASH membagi hipertensi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2 dan tahap 3.
-

Gejala hipertensi tidak sama pada setiap orang. Gejala umumnya adalah sakit

kepala, mudah marah, telinga berdengung, mata berkunang-kuang, sukar tidur, sesak napas, dan pusing. Akan tetapi gejala yang khas adalah sakit kepala yang dirasakan ada di sekitar tengkuk dan muncul di pagi hari dan mulai menghilang seiring dengan tingginya matahari. Ciri khas lain adalah sakit kepala berupa pusing yang tidak berdenyut tetapi terasa berat dan tegang.Berdasarkan Laporan ke-6 dari Joint National Committee on Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure (JNC VI) hipertensi diklasifikasikan pada tahapan / tingkatan (stage) berdasarkan risiko perkembangan penyakit kardiovaskuler (CVD). 2) Etiologi Hipertensi Penyebab hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal di pembuluh darah arteri. Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung udara dan nutrisi dari jantung ke seluruh organ-organ dan jaringan dalam tubuh. Penyebab hipertensi yang tinggi bukan berarti tingkat emosi yang tinggi, walaupun seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik ada kemungkinan mudah memiliki kecenderungan untuk mengalami hal ini. Nilai dalam tekanan darah berupa : sistolik (angka pertama) memiliki arti tekanan jantung saat memompa darah keseluruh tubuh, diastolik (angka kedua) memiliki arti tekanan yang dialami pembuluh darah sesudah jantung memompa.

42

Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Hipertensi primer Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress dan tekanan psikologis. b. Hipertensi sekunder Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta.

c. Stress Stress dapat menjadi penyebab hipertensi, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan produksi cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi lebih jauh. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak memperhatikan asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. d. Gaya hidup Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang.
43

Pengobatan dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup seperti mengurangi makanan berlemak (daging merah, minyak, jeroan), dan mengandung garam, meningkatkan aktivitas melalui olahraga teratur, berhenti rokok, tidak minum alkohol dan mengurangi stress. Tetapi kondisi hipertensi harus tetap dalam pengawasan dokter sehingga pemilihan olahraga dan makanan akan lebih tepat. Proses terapi dengan herbal dapat dilakukan untuk membantu mengenerasi tubuh secara alami dari penyebab hipertensi.

Faktor Resiko Hipertensi 1. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dikontrol Faktor risiko adalah karakteristik, tanda dan gejala penyakit yang terdapat pada individu dan kelompok masyarakat, yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden dari suatu penyakit. Terdapat dua faktor resiko pada penyakit hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Di bawah ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat diubah atau dikontrol yang menyebabkan penyakit hipertensi, sebagian dari faktor di bawah ini juga relevan dengan faktor resiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. a. Obesitas Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara.

44

Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya hipertensi. Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian penyakit jantung dan stroke. Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk (obesity) 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Ketegorinya : Kurus tingkat berat : < 17 Kurus tingkat ringan : 17,0 18 Normal : 18,5 - 25,0 Gemuk tingkat ringan : 25,0 - 27,0 Gemuk tingkat berat : > 27,0

b. Kadar Lemak Tubuh Kadar lemak tubuh di golongkan menjadi lemak yang ada di jaringan bawah kulit, lemak yang menumpuk di jaringan perut dan lain-lain, tergantung di mana lokasi lemak itu berada pada tubuh. Kadar lemak di bawah jaringan kulit dan di perut yang berlebihan mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap munculnya penyakit tertentu, seperti DM, hiperlipidemi dan penyakit jantung. Tingginya kadar lemak yang ada pada tubuh seseorang, meningkatnya kadar kolesterol sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Tingginya kadar lemak tubuh juga berpengaruh terhadap lemahnya kemampuan insulin merubah glukosa menjadi glikogen sehingga lama kelamaan kemampuan insulin akan terus berkurang dan menyebabkan penyakit DM. Lemak dibawah kulit yang berlebihan (>10) tidak hanya berada di sekeliling perut tetapi juga di pinggul dan paha, hal ini diperkirakan dapat meningkatkan risiko
45

perlemakan di hati dan komplikasi penyakit lainnya. Untuk mencegah munculnya penyakit tertentu adalah merupakan hal penting dengan mengurangi kegemukan sampai pada tingkat normal. Kadar lemak tubuh diukur dengan cara membagi massa lemak tubuh (kg) dengan berat badan (kg) dikalikan 100, dengan nilai satuan persen. Kadar lemak perut dikategorikan dengan normal, cenderung tinggi dan tinggi, dengan nilai ambang batas 10. Selengkapnya hasil perhitungan dapat diklasifikasikan seperti tertera di bawah.

Klasifikasi kadar lemak tubuh : Laki-Laki 25% / > 20% - < 25% 10% - < 20% < 10% Klasifikasi Tinggi Cenderung Tinggi Normal Rendah Perempuan 35% / > 30% - < 35% 20% - < 30% < 20%

Kadar lemak perut : Klasifikasi Normal Cenderung Tinggi Tinggi 19 10 14 15 ke atas Nilai

c. Konsumsi Lemak Jenuh Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah. d. Olahraga / Aktifitas Fisik Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
46

menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Pada kasus diabetes mellitus, olah raga ringan dapat membantu pembakaran kalori sehingga memacu insulin untuk metabolisme glukosa. Pada penderita jantung, olah raga sangat bermanfaat karena dapat membakar lemak sehingga risiko penumpukan kolesterol dapat dikontrol. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita DM dan hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. e. Kebiasaan Merokok Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah

47

merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat. Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan perubahan perilaku. f. Konsumsi Garam Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan
48

darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah. g. Stres Stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu. Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa hipertensi atau penyakit maag. Stress juga diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa yang mendadak yang menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan. h. Penggunaan Jelantah Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh

49

berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.12,20 Jelantah dapat menyebabkan risiko hipertensi sebesar 5,43 kali dibanding yang tidak mengkonsumsi jelantah. Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak. Minyak goreng terutama yang dipakai oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi. Bagi mereka yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi untuk membatasi. Penggunaan minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain. d. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.

50

e. Pemeriksaan Diagnostig Hipertensi Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong). Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Gejala Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. f. Komplikasi Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain : - Stroke - Gagal jantung - Ginjal - Mata Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah

51

melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bilamana ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak baik. 2. REMATIK A. Definisi Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. ARTHRO (Yunani) = joints = sendi ITIS = inflammation = peradangan Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) yang terjadisecara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi

dan penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Fonnie 2007). Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859) Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
52

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 20010 : 1248). Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ) Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)

B. Etiologi Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu: 1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. 2. Endokrin 3. Autoimmun 4. Metabolik 5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. C. Manifestasi Klinis Pola karakteristik dari persendian yang terkena : 1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki. 2. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
53

3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris. 4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. 5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum. Gambaran Ekstra-artikular : 1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia. 2. Fenomena Raynaud. 3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang. Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa : 1. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi. 2. Nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari. 3. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot. 4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan. Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendisendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam..

54

d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang . e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organorgan lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati. D. Patofisiologi Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

55

Arthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat. Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan pada membran sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Wiralis 2008). Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki fungsi antara lain memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun, infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan, membersihkan jaringan mati, darah yang membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin meningkat, kelebihan sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi AR. Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan NO. Nitrit oksida, diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai manifestasi sistemik (Rahmat 2006). Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke sinovium dan menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen berkenalan dengan sistem imun. Elemen-elemen sistem imun dibawa ke tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah (hiperemi) dan permeabilias kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak membawa makrofag dan sel imun lain (Fonnie 2007). Saat inflamasi leukosit berfungsi menstimulasi produksi molekul leukotriens, prostaglandin (membuka pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah) dan NO (gas yang berperan dalam fleksibilitas dan dilatasi pembuluh darah, dalam jumlah yang tinggi merupakan substansi yang berperan besar pada berbagai kerusakan AR) (Visioli 2002).

56

Peningkatan

permeabilitas

vaskular lokal menyebabkan anafilatoksin (C3, C5). Local vascular pada endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskular, ekspresi molekul adhesi pada endothel, pembuluh darah, ekspresi molekul MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag (Anonim 2010). Inflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan hiperplasia sel endotel pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang dapat menurunkan aktivitas vaskuler pada jaringan sinovial. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada peningkatan metabolisme yang memacu terjadinya hipertropi (bengkak) dan hiperplasia (membesar) dan sel dalam keadaan hipoksia (gambar 2). Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang menjadi edema dan menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium tumbuh dan membelah secara abnormal, membuat lapisan sinovium menebal, sehingga sendi membesar dan bengkak (Ackerman and Rosai 2005). Berkembangnya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial membentuk jaringan yang disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang menebal membentuk granulasi. Panus dapat menyebar ke dalam sinovium sendi dan bersifat destrukstif terhadap elemen sendi (Bresnihan et al 1998). Interaksi antara antibodi dan antigen menyebabkan perubahan komposisi cairan sinovial, cairan sinovial kurang mampu mempertahankan fungsi normal dan bersifat agresif-destruktif. Respons dari perubahan dalam sinovium dan cairan sinovial,

57

menyebabkan kerusakan sejumlah besar sendi dan jaringan lunak secara bertahap berdasarkan fase perkembangan penyakit (Ackerman and Rosai 2004). Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan ligamen, perubahan struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi aktivitas harian dan menghilangkan fungsi normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh serangan panus (proliferasi sel pada lining sinovial) ke subkodral tulang. Destruksi tulang menyebabkan area hialin kartilago dan lining synovial tidak dapat menutupi tulang, sendi dan jaringan lunak (Hellman 2004 & Ackerman 2004). Tahap lebih lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan menghasilkan instabilitas terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas otot tertekan oleh destruksi tulang, lebih jauh menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sendi yang bersifat ireversibel dan dapat terjadi perubahan degeneratif terutama pada densitas sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan sendi secara signifikan, ditandai dengan ketidak stabilan sendi (Hellman 2004 & Ackerman 2004). E. Komplikasi Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis 3. ISPA a. Pengertian Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi benda asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

58

b.

Angka kejadian dan diagnosis Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220). Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

c.

Etiologi dan karakteristik Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419). Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

d. Manifestasi Klinis Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
59

pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). e. Terapi dan Penatalaksanaan Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452). f. Diagnosis banding Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454). g. Tanda dan gejala yang muncul 1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. 4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
60

lymphadenitis mesenteric. 7. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 8. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419). h. Pengkajian terutama pada jalan nafas Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. Pola, cepat (tachynea) atau normal. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420). i. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224). j. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri. Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru. Intervensi: a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah. b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
61

menyerap keringat. d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter. e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator). 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret. Tujuan: Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret. Intervensi: a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan. b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher. c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position). d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter. e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat. g. Berikan kelembaban udara yang cukup. h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital. 3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak Tujuan: Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya. Intervensi: a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan). b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua. c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan. d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas. e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya. f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
62

BAB III METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Survey adalah informasi yang diperoleh melalui keterangan-keterangan kepada pihak yang memberikan keterangan satu jawaban (responden). Datanya berupa jawabanjawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, disebut juga kuisioner metode. Karena untuk memperoleh data itu biasanya diajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar, sebab itu metode ini paling banyak dipakai dalam riset social. Pada buku lain metode survai dengan teknik komunikasi baik secara langsung (interview) atau tidak langsung (angket atau surat menyurat).

B. POPULASI PENELITIAN Populasi penelitian adalah seluruh warga dusun Gunung Cilik, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman dengan mengambil sampel 141 sampel per dusun.

C. SAMPEL PENELITIAN Teknik yang digunakan yaitu Stratifite Random Sampling atau sampel yang diambil secara acak. Metode ini dipilih jika populasi sendiri memiliki perbedaan parameter dari perbedaan variable yang ingin diamati oleh peneliti. Sampel juga dapat dibagi beberapa tingkatan. Setiap sampel didalam memiliki perbedaan yang sangat kecil dibandingkan jika tidak dibagi menjadi tingkatan. Masalahnya terletak pada pertimbangan yang dijadikan untuik membentuk sebuah kelompok. Peneliti harus benar-benar mempertimbangkan aslasan untuk membagi populasi menjadi kelompok-kelompok karena setelah dibagi menjadi kelompok-kelompok perbedaan antara kelompok harus lebih besar dibandingkan dengan perbedaan diantara elemen sampel dalam kelompok. Penyampelan sistematis ini ada dua penarikan sampel yang dipilih oleh peneliti, penarikan bisa dilakukan proposional atau tidak prososional. Adapun perususan pengambilan sampel : Jumlah KK per RT x Jumlah sampel yang dibutuhkan Jumlah KK per Dusun

63

D. LOKASI PENELITIAN Lokasi yang diambil adalah dusun gunung cilik, desa sambirejo kecamatan prambanan yang terdiri dari : Alas an atau dasar pemilihan lokasi yaitu bersumber dari : 1. Usulan dari BAPELKES JOGJA 2. Pertimbangan kepala Puskesmas 3. Pertimbangan status kesehatan masyarakat 4. Pertimbangan sumberdaya masyarakat

E. CARA PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan ada dua macam yaitu : 1. Data primer : Data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati untuk pertamakalinya, data tersebut menjandi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. Cara pengumpulan data yang dipergunakan yaitu yaitu observasi dengan melakukan pengamatan langsung dan interview dignakan wawancara langsung dengan keluarga dusun Gunung Cilik, Desa Sambirejo 2. Data sekunder : data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan data oleh peneliti misalnya data diambil dari biostatistik, majalah, ketrangan-keterangan public lainnya. Data sekunder yang digunakan yaitu catatan kependudukan dari dusun Gunung Cilik, Desa Sambirejo.

Praktek keperawatan komunitas bertujuan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keprawatan baik itu kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya penyakit dan memelihara kesehatan sesuai kondisinya serta dapat mewujudkan Indonesia sehat 2020 dalam rangka mengimplementasikan hal tersebut, maka mahasiswa FIKES UPN VETERAN JAKARTA melaksanakan kegiatan praktek lapangan didusun Gunung Cilik, Desa Sambirejo, Kabupaten Sleman. Adapun rangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan : Pada tahap ini langkah awal mahasiswa yaitu mendapatkan pembekalan belajar atau review oleh BAPELKES JOGJA pada tanggal 16-18 September 2013, dalam rangka mempersiapkan mahasiswa untuk mengaplikasikan proses keperawatan
64

komunitas pada masyarakat di Dukuh Gunung Cilik, Desa Sambirejo, Kabupaten Sleman. Adapun materi-materi yang diberikan adalah : a. Peran perawat dalam pengembangan desa dusun siaga. b. Kebijaksanaan DINKES Kabupaten Sleman dalam program perkesmas (PHN) c. Gambaran situasi desa dan tata pemerintahan desa d. Etika dan teknik pendekatan masyarakat e. Aplikasi NANDA-NOC dalam askep komunitas dan keluarga f. Building learning commitment (BLS) g. Langkah-langkah praktek keperawatan komunitas berbasis PHN h. Format pengkajian data i. Teknik pengolahan dan anmalisa data j. Program kerja puskesmas kalasan dalam program puskesmas (PHN) k. Teknik penyusunaNn laporan kelompok l. Teknik MMD danpembentukan porkomkes

F. INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA Instrument yang digunakan untuk data primer yaitu pertanyaan tertutup (Closed ended cuesion) yaitu responden dapat memilih satu atau mungkin lebih dari satu jawaban tersedia instrument pengumpulan data sekunder yang digunakan yaitu ceek list bernamanama subject dan factor yang hendak di susun berdasarkan tujuan dari pengamatan yang bersangkutan : instrument survey lain yaitu berisi timbangan, stetoscop,

spignomanometer. G. ANALISA DATA Analisa data meliputi data : Analisa identitas responden Analisa deskriptif (table/gravik/distribusi prekuensi) dan analisa proses analisa keperawatan, bisa memungkinkan analisis uji cross table (table silang) missal tablesilang antara tingkat pendidikan KK dengan pengetahuan tentang pola prilaku hidup sehari-hari atau table silang antara pekerjaan dengan keadaan sanitasi rumah.

65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. GAMBARAN UMUM WILAYAH Nama Dusun Nama Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi : Gunung Cilik : Sambirejo : Prambanan : Sleman : DI Yogyakarta

1. DATA GEOGRAFI a. Batas wilayah - Utara - Barat : Pedukuhan Lengkong : Desa Madurejo

- Selatan : Pedukuhan Sawo - Timur : Pedukuhan Mlakan b. Topografi Perbukitan dan pegunungan. c. Jarak dari dusun ke : - Puskesmas prambanan - Praktek Nakes Swasta - RS Swasta - RSU Pemerintah - Pengobatan alternative - Fasilitas pengobatan lain : 4-5 km : 2 km : > 5 km : 4-5 km : > 5 km : 2-3 km

66

2. DATA GEMOGRAFI a. Jumlah RT b. Jumlah RW c. Jumlah penduduk : - Laki-laki - Perempuan : 335 :315 : 210 KK (yang didata dijadikan sampel 141 KK : 5 RT : 2 RW

d. Jumlah kepala keluarga arau sekitar 70%

e. Ratio ketergantungan (depensdency ratio): Rumus : Jumlah Usia Produktif (20-54 th) Jumlah usia non produktif (0-19 + usia diatas 54 th)

B. DATA KHUSUS 1. Data Identitas Responden

Tabel 1.1 Tabel Distribusi Pendidikan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013 NO PENDIDIKAN 1 Tidak Sekolah 2 Tidak Tamat Sekolah 3 Tamat SD 4 Tamat SLTP 5 Tamat SLTA 6 Tamat DI-DIII 7 Tamat DIV-S1 8 Tamat Pasca Sarjana Jumlah
67

F 45 19 43 15 19 0 0 0 141

% 32 13 30 11 13 100

Diagram 1.1.1 Diagram Distribusi Pendidikan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

100 80 60 40 20 32

Distribusi Pendidikan Responden

30 13 11 13 -

Tidak Tidak Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Sekolah Tamat SD SLTP SLTA DI-DIII DIV-S1 Pasca Sekolah Sarjana

Analisa Data : Dari 141 KK responden, presentasi tingkat pendidikan terakhir warga pedukuhan Gunung Cilik yang tidak sekolah atau belum sekolah sebesar 32%, yang tidak tamat SD sebesar 13%, tamatan SD 30%, tamat SLTP sebesar 11%, tamat SLTA sebesar 13 % dan tamat D3 samapai dengan pascasarjana sebesar 0%. Tabel 1.2 Tabel Distribusi Pekerjaan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013 NO PEKERJAAN 1 Tidak Bekerja 2 Penghasilan tidak tetap 3 Nelayan 4 Petani 5 Pedagang/Wiraswasta 6 PNS 7 Swasta 8 Lain-lain Jumlah
68

F 8 67 0 21 5 0 10 30 141

% 6 48 15 4 7 21 100

Diagram 1.2.1 Diagram Distribusi Pekerjaan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Pekerjaan Responden


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 -

Axis Title

48 21 4 Pedagan g/Wiras wasta 4 PNS 7

6 Tidak Bekerja

15 Penghas ilan Nelayan tidak tetap 48 Petani 15

Swasta 7

Lainlain 21

Persentase

Analisa Data : Dari 141 KK responden, persentasi tingkat pekerjaan warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang tidak bekerja sebesar 6%, penghasilan tidak tetap 48%, nelayan 0%, petani 15 %, pedagang / wiraswasta 4 %, PNS 0%, swasta 7%, lain-lain 21%.

69

2. Lingkungan Fisik

Tabel 2.1 Tabel Distribusi Lingkuang Fisik di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013 KODE 1 F % 0 107 10 100 135 53 72 12 128 98 66 781 76 7 71 96 38 51 9 91 70 47 50 KODE 2 F % 6 18 2 41 6 88 55 57 13 30 0 316 4 13 1 29 4 62 39 40 9 21 20 Kode 3 F % 135 16 88 0 0 0 14 72 0 13 75 413 96 11 62 10 51 9 53 27 Kode 4 F % 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 41 29 3 Total % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

NO.

VARIABEL

1 Status Kepemilikan 2 Tipe Rumah 3 Lantai 4 Jendela setiap kamar 5 Jendela setiap rumah 6 Dibukan setiap hari 7 Pencahayaan Jarak Rumah 8 dengan tetangga Halaman sekitar 9 rumah Lokasi Halaman 10 rumah Pemanfaatan 11 Pekarangan Total

141 141 141 141 141 141 141 141 141 141 141 1551

70

Diagram 2.1.1 Diagram Distribusi Tipe Rumah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Tipe Rumah


Permanen 76 Semi Permanen Permanen

13

11

Tipe Rumah

Analisa Data : Dari 141 KK responden, persentase tipe rumah warga pedukuhan Gunung Cilik adalah tipe rumah permanen sebesar 76%, tipe rumah semi permanen sebesar 13%, dan tipe rumah tidak permanen sebesar 15 %

71

Diagram 2.1.2 Diagram Distribusi Lantai Rumah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Lantai Rumah


100 90 80 70 Axis Title 60 50 40 30 20 10 Lantai Tanah, 7 Papan, 1 Semen, 29 Tegel, 62

Analisa Data : Dari 141 KK responden, tipe lantai rumah warga pedukuhan Gunung Cilik adalah tanah 7 %, papan 1 %, tegel 62 %, dan semen 29 %.

72

Diagram 2.1.3 Diagram Distribusi Perumahan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Perumahan Padukuhan


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jendela setiap kamar Tidak Ya 29 71 Jendela setiap rumah 4 96 Dibukan setiap hari 62 38 Axis Title

Halaman sekitar rumah 9 91

Analisa Data : Dari 141 KK responden, tipe perumahan padukahan warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang memiliki jendela disetiap kamar sebesar 71 %, yang memiliki jendela di setiap rumah 96 %, yang jendelanya dibuka setiap hari 38 %, dan yang memiliki halaman di setiap rumah sebesar 91 %.

73

3. Sumber Air Tabel 3.1 Tabel Distribusi Sumber Air di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

NO.

VARIABEL

KODE 1 F % 86 119 70 61 84 50

KODE 2 F % 55 22 57 39 16 40

Kode 3 F % 0 0 0 -

Kode 4 F % 0 0 14 10

Total F % 141 141 141 100 100 100

1 Sumber air 2 Pengelohan air Sumber air 3 mandi Jarak sumber air dengan septic 4 tank Tempat penampungan 5 air Kondisi tempat 6 penampungan Kondisi Air dalam 7 penampungan Total

87

62

54

38

141

100

109 62

77 44

6 79

4 56

19 0

13 -

7 0

5 -

141 141

100 100

19 552

13 56

0 273

28

3 22

2 2

119 140

84 14

141 987

100 100

74

Diagram 3.1.1 Diagram Distribusi Sumber Air di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

DISTRIBUSI SUMBER AIR PADUKUHAN


Kondisi Air dalam Kondisi tempat penampungan Tempat penampungan air Jarak sumber air dengan Sumber air mandi Pengelohan air Sumber air 20 40 60 80 100 KODE 4 KODE 3 KODE 2 KODE 1

Analisa Data : Dari 141 KK responden, sumber air warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang sumber airnya menggunakan PAM sebesar 61 %, sumber air sumur 39 %, jika PAM dan sumur yang dimasak 84 %, yang tidak diamasak 16 %, sumber air mandi dan mencuci dari PAM 56 %, dari sumur 40 %, dan dari sungai 10 %. Jarak sumber air dengan septic tank < 10 meter 62 %, dan lebih dari > 10 meter 38 %. Dan tempat penampungan air sementara dengan menggunakan bak 77 %, gentong 4 %, ember 19 %, dan lain-lain 5 %. Kondisi tempat penampungan air yang terbuka 44 %, dan tertutup 56 %. Kondisi air dalam penampungan berwarna 13 %, berbau 0 %, berasa 2 %, tidak berasa dan berbau 84 %.

75

4. Pembuangan Sampah

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Pembuangan Sampah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

NO.

VARIABEL Tempat membuang sampah Penampungan sampah sementara Keadaan penampungan sampah Jarak dengan rumah Total

KODE 1 F %

KODE 2 F %

Kode 3 F %

Kode 4 F %

Kode 5 F %

Total F %

17

13

103

81

127

100

38

26

106

74

144

100

3 4

99 106 246

72 79 44

39 32 194

28 21 35

0 0 117

0 21

0 0 4

0 0 0

138 152 561

100 100 100

Diagram 4.1.1 Diagram Distribusi Pembuangan Sampah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Pembuangan Sampah


Jarak dengan rumah KODE 5 Keadaan penampungan sampah Penampungan sampah sementara Tempat membuang sampah 20 40 60 80 100 KODE 4 KODE 3 KODE 2 KODE 1

76

Analisa Data : Dari 141 KK responden, tipe pembuangan sampah warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang membuang sampah disungai 2 %, di timbun 12 %, dibakar 21 %, dan sembarang tempat 3 %. Terdapat Penampungan sampah sementara 26 %, berserakan 74 %. Tempat penampungan sampah terbuka 72 %, dan tertutup 28 %. Jarak penampungan sampah dengan rumah < 5 meter 79 %, dan > 5 meter 21 %.

5. Pembuangan Limbah

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Pembuangan Limbah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

NO.

VARIABEL

KODE 1 F % 130 12 106 136 384 92 9 75 96 68

KODE 2 F % 2 17 27 5 51 1 12 19 4 9

KODE 3 F % 9 112 8 0 129 7 79 6 23

TOTAL F % 141 141 141 141 564 100 100 100 100 100

Kebiasaan Keluarga 1 BAB/BAK 2 Jenis Jamban Pembuangan air 3 limbah Kondisi saluran 4 pembuangan Total

77

Diagram 5.1.1 Diagram Distribusi Pembuangan Limbah di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Pembuangan Limbah


Kondisi saluran pembuangan Axis Title Pembuangan air limbah Jenis Jamban Kebiasaan Keluarga BAB/BAK 1 4 6 9 6 12 19 75 79 92 20 40 60 Axis Title 80 100 96 KODE 3 KODE 2 KODE 1

Analisa Data : Dari 141 KK responden, Distribusi pembuangan limbah warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang memiliki kebiasaan BAB/BAK di jamban sebanyak 92 %, di sungai 1 %, dan di sembarang tempat 7 %. Jenis jamban yang digunakan dengan cemplung 9 %, plengsengan 12 %, dan leher angsa 79 %. Tempat pembuangan air limbah yang menggunakan resapan sebesar 75 %, got 19 %, dan sembarangan 6 %. Kondisi Saluran pembuangan yang lancar 96 %, dan tersumbat atau tergenang 4 %.

78

6. Pelayanan Kesehatan Tabel 6.1 Tabel Distribusi Pelayanan Kesehatan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

NO. VARIABEL Sarana Kesehatan terdekat Pertolongan sakit Kebiasaan sebelum ke Yankes Sumber pendanaan kesehatan Sarana transportasi ke yankes

KODE 1 F %

KODE 2 F %

KODE 3 F %

KODE 4 F %

KODE 5 F %

KODE 6 F %

TOTAL F %

1 2

0 9

23 34

16 24

118 18

84 13

0 0

0 80

57

0 0

141 100 141 100

118

84

23

16

141 100

38

27

17

12

34

24

48

34

141 100

17 0 182

12 22

0 96 193

68 23

0 33 173

23 20

124 12 170

88 9 20

0 0 128

15

0 0 0

141 100 141 100 846 100

6 Jarak rumah Total

79

Diagram 6.1.1 Diagram Distribusi Pelayanan Kesehatan di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Distribusi Pelayanan Keshetaan


Jarak rumah Sarana transportasi ke yankes Sumber pendanaan kesehatan Kebiasaan sebelum ke Yankes Pertolongan sakit Sarana Kesehatan terdekat 20 40 60 80 100 KODE 6 KODE 5 KODE 4 KODE 3 KODE 2 KODE 1

Analisa Data : Dari 141 KK responden, tipe pelayanan kesehatan umum warga pedukuhan Gunung Cilik adalah yang menggunakan sarana kesehata terdekat rumah sakit 0 %, puskesmas 16 %, dokter/ perawat/ bidan 84 %, dan balai pengobatan 0 %. Kemudian kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke rumah sakit 6 %, puskesmas 24 %, dokter praktik 13 %, perawat 0 %, dan bidan 7 %. Kebiasaan keluarga sebelum kepelayanan kesehatan membeli obat bebas 82 % dan minum jamu 16 %. Sumber pendanaan keluarga yang menggunakan ASTEK/ASKES sebanyak 27 %, tabungan 12 %, dana sehat 3 %, JPS/ ASKES miskin, 34 %, dan tidak ada 34 %. Sarana Transportasi ke pelayanan keluarga dengan berjalan kaki 12 %, menggunakan becak 0 %, angkot 0 %, dan kendaraan pribadi 88 %. Jarak rumah dengan sarana kesehatan < 1 km 0 %, 1-2 km 68 , 2-5 km 23 %, dan > 5 km 9 %.

80

7. Pasangan Usia subur

Tabel 7.1 Tabel Distribusi Pasangan Usia Subur di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Tabel 7.1.1 Diagram Distribusi Pasangan Usia Subur di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

Tabel Pasangan Usia Subur Di Dusun Gunung Cilik


kode 1 kode 2 76 44 24 10 - - - - Ada PUS - - - - Akseptor KB 4 - - - 6 6 - - kode 3 kode 4 85 kode 5 kode 6 kode 7 88

Jenis kontrasepsi

Alasan Tidak menggunakan KB

Analisa Data : Dari 141 KK responden, warga pedukuhan Gunung Cilik dengan Pasangan Usia Subur ( PUS ) sebanyak 44 %, dan bukan PUS 56 %. Yang menjadi akseptor KB sebanyak 76 % dan yang tidak menjadi akseptor KB

81

sebanyak 24 %. Jenis kontrasepsi yang digunakan IUD sebanyak 10 %, suntik 86 %, dan pil 4 %. Alasan tidak menggunakan kontrasepsi dilarang suami 0%, agama 6 %, tidak tahu 6 %, dan lain-lain 88 %.

8. Data Balita

Tabel 8.1 Tabel Distribusi Balita di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta Pada September 2013

NO .

VARIABEL

KODE 1 F 10 6 % 7 5 2 3 2 7

KODE 2 F %

KOD E3 F %

KOD E4 F %

KOD E5 F %

TOTAL F 14 1 % 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0

1 Ada Balita Mengikuti 2 Posyandu Alasan tidak mengikuti 3 Posyandu Anak Sudah 4 Diimunisasi Jenis 5 Imuniasi Alasan Tidak 6 diimunisasi Memiliki 7 KMS Hasil Penimbanga 8 n KMS

35

25

27

77

4 6

35

27 10 0

15

7 1

32

32

10 0

29

3 1 9 2 5 4

18

69

26

23 15 4

2 12 1

25 28 4

Total

43

82

Tabel 8.1.1 Diagram Distribusi Balita di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta September 2013

Tabel Keadaan Balita di pedukuhan Gunung Cilik


kode 1 75 25 - - 77 23 - - 47 2727 - - - - - kode 2 100 kode 3 71 29 - - kode 4 kode 5 100 69 31 - - 8 - - 92

Analisa Data : Dari 141 KK responden, keberadaan Balita dipedukuhan Gunung Cilik adalah sebanyak 25 %, dan tidak ada balita 75 %. Balita yang dibawa ke posyandu sebanyak 77 %, dan tidak ke posyandu 23 %. Alasan tidak dibawa keposyandu karena jauh 27 %, tidak ada waktu 27 %, dan lain-lain 46 %. Balita yang sudah di imunisasi sebanyak 100 %. Jenis imunisasi yang sudah didapatkan yaitu polio 71 %, BCG 0 %, DPT 0 %, hepatitis 0 %, dan campak 29 %. Alasan tidak di imunisasi karena masalah waktu 100 %, dan tidak tahu 0 %. Anak yang memiliki KMS sebanyak 69 %, dan tidak memiliki KMS 31 %. Hasil penimbangan di KMS berat badan anak berada di daerah garis hijau sebanyak 92 %m dan diatas garis hijau kuning 8 % dan dibawah garis titik-titik 0 %.

83

9. Keadaan Lansia Diagram 9.1.1 Diagram Distribusi Keadaan Lansia di Pedukuhan Gunung Cilik Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta September 2013

Tabel Keadaan Lansia di Pedukuhan Gunung Cilik


kode 1 kode 7 72 85 kode 2 kode 8 kode 3 kode 9 76 kode 4 kode 10 73 kode 5 kode 11 100 kode 6

34 32 28 21 18 15 11 8 8 8 --------- --------- - --- - - 3------- 83 ------- ---------- ----------- -----------

Analisa Data : Dari 141 KK responden, Keberadaan warga pedukuhan Gunung Cilik yang Lansia sebanyak 73 %. Yang memiliki keluhan penyakit sebanyak 85 %, Dengan Penyakitnya asma 8 %, TBC 3 %, Hipertensi 48 %, kencing manis 1 %, Rhematik 32 %, dan lain-lain 10 %. Upaya yang telah dilakukan untuk mengobati penyakit berobat ke sarana kesehatan 76 %, berobat ke non medis 23 %, dan diobati sendiri 3 %. Dan di pedukuhan Gunung Cilik tidak tersedia Posyandu Lansia.

84

C. RUMUSAN MASALAH 1. 71% dari 104 responden mengalami masalah kesehatan batuk pilek pada anak. 2. 85% dari 40 responden lansia di dusun ini mengalami keluhan pada kesehatannya 3. 4. 34% lansia yang mengalami gangguan kesehatan hipertensi Keseluruhan dari jumlah lansia mengaku tidak pernah mengikuti posyandu lansia. 5. Sebagian orang tua di dusun Gunung Cilik mengaku tidak pernah lagi membawa balitanya untuk mengikuti posyandu setelah mendapatkan imunisasi lengkap D. PRIORITAS MASALAH 1. 71% dari 104 responden mengalami masalah kesehatan batuk pilek pada anak. 2. 85% dari 40 responden lansia di dusun ini mengalami keluhan pada kesehatannya 3. Keseluruhan dari jumlah lansia mengaku tidak pernah mengikuti posyandu lansia.

85

86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan praktek lapangan untuk asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa-mahasiswi Program Studi S-1 Keperawatan UPN Veteran Jakarta melalui kegiatan pengkajian dengan melakukan survey kesehatan masyarakat di Pedukuhan Gunung Cilik khususnya di RW 12 dan 13, dari RT 01 sampai dengan RT 05 terhadap 141 Kepala Keluarga maka ditemukan masalah kesehatan yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dan masih ada sebagian lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan. Adapun masalah-masalah kesehatan yang didapat berdasarkan pengkajian antara lain: masalah lingkungan dan penyakit yang meliputi penyakit Hipertensi, Rematik dan ISPA. Dalam melakukan pengkajian tidak ada kendala yang kami temukan. Dalam mengatasi masalah tersebut dirumuskan intervensi bersama masyarakat melalui Musyawarah Masyarakat Dusun (MMD) dengan tujuan mengenali dan menyadari adanya masalah kesehatan di wilayah yang perlu ditindaklanjuti baik bersama-sama dengan mahasiswa maupun secara mandiri apabila mahasiswa tidak ada lagi di masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut akan dilaksanakan berbagai kegiatan baik melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan prilaku tentang cara mengenal dan menanggulangi beberapa penyakit Hipertensi, Rematik dan ISPA. dan lain-lain. Implementasi kegiatan dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang

ditemukan dan disepakati saat MMD. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Perawatan kesehatan penyakit a. Melakukan pendkes tentang perawatan hipertensi. b. Memeriksa tekanan darah secara berkala. c. Melakukan pendkes tentang perawatan ISPA. d. Melakukan pelatihan terhadap kader kesehatan. e. Melakukan pendkes tentang Rematik
87

2. Kurang Pengetahuan a. Memberikan penyuluhan tentang masalah kesehatan yaitu Hipertensi, ISPA, PHBS, DM. melakukan pengukuran darah tinggi, gula darah, asam urat kepada para lansia. b. Memberikan penyuluhan pelatihan tensi kepada kader RW 02 c. Memberikan pengetahuan tentang relaksasi nafas dalam dan manfaatnya. d. Mengadakan acara open day seluruh warga di RW 02 yang diselenggarakan di lapangan bulu tangkis Rt 03/02 dimana mencangkup pemeriksaan tekanan darah, gula darah, asam urat, dan lomba bayi dan balita sehat serta melakukan penimbangan dan pengukuran IMT (indek massa tubuh) pada bayi dan balita.

3. Lingkungan a. Melakukan Kerja Bakti RW 02 disetiap RT bersama warga b. Mengadakan lomba rumah sehat setiap RT di RW 02 Hasil evaluasi dari implementasi adalah agar masyarakat dapat lebih mengerti tentang masalah kesehatan yang dihadapi dan cara pencegahannya. Hasil yang tercapai ditunjang oleh masyarakat yang memang mengharapkan perubahan khususnya dalam bidang kesehatan serta dukungan dari aparat masyarakat di wilayah tersebut, sebagian besar kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dibuat sebelumnya dan terlaksana dengan baik dan maksimal, hal ini dibuktikan dengan antusiasme dan peran serta masyarakat yang cukup aktif dalam setiap kegiatan yang telah direncanakan.

88

B. SARAN
1. Untuk Mahasiswa Diperlukan penguasaan ilmu secara teoritis dan dedikasi yang tinggi guna membina dan menerapkan pengetahuan kepada masyarakat luas, sehingga tidak ada kata

berhenti untuk belajar dan memperluas ilmu pengetahuan. 2. Untuk istitusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran untuk praktek komunitas dan keluarga, serta dapat menjadikan tolak ukur dan perbaikan untuk praktek komunitas dan keluarga selanjutnya. 3. Untuk Bapelkes Diharapkan adanya follow up setelah PKL ini berakhir, yaitu melanjutkan kembali hasil pengkajian mahasiswa serta menindak lanjuti permasalahan kesehatan yang muncul di masyarakat dan menampung aspirasi dari masyarakat untuk nantinya dicarikan solusi dan jalan keluar bersama pemerintah dan dinas kesehatan setempat. 4. Puskesmas Untuk puskesmas perlu diadakannya kegiatan dan program yang dapat meningkatkan peran serta masyarakat sehingga status kesehatan masyarakat dapat meningkat disamping itu diharapkan pihak puskesmas melanjutkan pembinaan kepada masyarakat setelah program berakhir. 5. Kader Masyarakat Untuk kader masyarakat diharapkan dapat mempertahankan dan melaksanakan tugasnya dan membina serta menggerakan masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat serta melakukan koordinasi dan pelaporan kepada petugas kesehatan di puskesmas. 6. Untuk Masyarakat Setelah dilakukannya praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa Program studi s-1 keperawatan UPN Veteran Jakarta di pedukuhan Gunung Cilik, desa Sambirejo, kecamatan prambanan kabupaten sleman, diharapkan masyarakat dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, melaksanakan PHBS dalam kehidupan sehari-hari dan mampu melaksanakan praktek kebiasaan kesehatan secara baik dan benar.

89

Anda mungkin juga menyukai