Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Eklampsi sampai saat ini masih merupaka the disease of theories. Penelitian telah begitu banyak dilakukan namun anga kejadian eklampsi tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas maternal yang tinggi. Pada tahun 2003, angka kejadian Preeklamsi-eklamsi meningkat di negara-negara berkembang dari 15% setiap tahunnya menjadi 30% dan 15% berakhir dengan kematian ibu. Sebagai contoh dinegara Zimbabwe, dalam 1 tahunnya terdapat 7,1% penderita preeklamsi berat-eklampsia dari seluruh kehamilan. Di columbia didapatkan sebesar 0,8% dari seluruh kehamilan pada tahun 2002 1,2 Angka kejadian Di RSUD Dr. Kariadi dilaporkan kejadian Preeklamsi-Eklampasi merupakan penyebab kematian maternal paling tinggi (40%) dibandingkan dengan infeksi (26,6%) dan perdarahan (24,4%). Secara nasional angka kejadian preeklampsia-eklampsia di indonesia berkisar antara 7-10% . Salah satu terapi dari eklampsia adalah dengan pemberian MgSO4.1,2 Magnesium sulfat menjadi obat terpilih di semua negara untuk pengelolaan Preeklampsia/Eklampsia. Dalam suatu studi multisenter, multinasional untuk membandingkan berbagai cara pengobatan, telah dibuktikan bahwa Magnesium sulfat merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi kejang pada eklampsia dibandingkan dengan obat lain misalnya diazepam. Untuk itu direkomendasikan menjadi obat terpilih dalam pengobatan eklampsia. Magnesium sulfat dapat digunakan dengan mudah di Negara berkembang, karena obat ini tidak mahal dan tidak memerlukan teknologi tinggi dalam penerapannya. Magnesium sulfat hendaknya digunakan sebagai standar pembanding bagi obat lain untuk mengatasi kejang pada eklampsia. Dapat disimpulkan bahwa penelitian mutakhir sangat mendukung penggunaan Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang eklampsia dan harus direkomendasikan sebagai obat terpilih.1,2,4

Magnesium sulfat (MgSO4) telah digunakan sejak abad ke-20 untuk pencegahan kejang pada eklampsia bahkan secara empiris MgSO4 lebih eklampsia pada wanita unggul dibanding fenitoin, nimodipin, diazepam dan placebo. MgSO4 juga mampu mengurangi risiko kejang berulang pada fenitoin.3 Meskipun penggunaan MgSO4 tersebar luas dan efektif, namun mekanisme aksi masih belum jelas. Akan tetapi beberapa kemungkinan mekanismenya antara lain bertindak sebagai vasodilator (pada pembuluh darah perifer maupun serebral) dengan mengurangi vasokonstriksi, sebesar 52% bila dibandingkan diazepam dan 67% bila dibandingkan dengan

melindungi blood-brain barrier (BBB) untuk mengurangi pembentukan edema serebral, dan bertindak sebagai antikonvulsan. 1,2

2.

Tujuan Referat Tujuan penulisan referat ini bertujuan untuk : a. Menjelaskan mengenai definisi dari eklamsia b. Menjelaskan mengenai etiologi dan faktor risiko eklampsia c. Menjelaskan mengenai patogenesis dari eklampsia d. Menjelaskan mengenai penatalaksanaa dari eklampsia e. Menjelaskan menhenai komplikasi dari eklampsia

Anda mungkin juga menyukai