Anda di halaman 1dari 2

Gaya Belajar VS Kecerdasan Majemuk (MI)

2 Konsep untuk Meningkatkan Belajar dan Mengajar Barbara Prashnig menunjukkan perbedaan antara dua pendekatan revolusioner pada pengajaran dan menjelaskan kebingungan yang sering terjadi ketika guru kelas mencoba mengenalkan strategi-strategi baru ini. Diterjemahkan oleh: Ully Pitaloka Umarella Ketika berbicara dengan pendidik professional tentang metode pengajaran baru, saya sering mendengar komentar seperti ini Di sekolah, kami telah menerapkan MI yang sekarang dapat mengakomodasi gaya belajar murid-murid kami dan Ketika saya mengajar dengan berbagai cara berbeda, menggunakan MI, saya memenuhi seluruh kebutuhan belajar murid-murid saya. Meskipun penggunaan MI dianjurkan, sepanjang guru paham apa yang sedang mereka lakukan dan kenapa mereka melakukannya, kita harus menerima bahwa ada perbedaan dasar antara dua konsep terkenal ini. Perbedaan antara Gaya Belajar dan MI sangat mendasar: Gaya Belajar (Learning Style=LS) dapat didefinisikan sebagai cara yang disukai manusia untuk berkonsentrasi, menyimpan dan mengingat informasi baru dan atau informasi sulit. MI adalah kerangka teoritis untuk mendefinisikan/memahami/menilai/mengembangkan faktor-faktor kecerdasan yang berbeda pada setiap orang. Analisis Gaya Belajar (AGB) memberikan diagnosa tentang kesukaan penyerapan pembelajaran atau informasi dan menyediakan petunjuk/rekomendasi untuk mengembangkan pencapaian akademis dan kinerja sekolah. Elemen-elemen gaya belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu biologis (bawaan lahir) dan elemen-elemen yang dikondisikan (yang dapat berubah sepanjang waktu); sebuah ciri utama yang tidak dimiliki oleh MI karena tidak seorang pun yang tahu dengan pasti apa arti kecerdasan dan bagaimana kecerdasan berkembang pada manusia; ini yang lebih dikenal dengan LS dan hasil penemuannya berdasarkan penelitian. AGB menunjukkan fleksibilitas, minat, dan non-minat dalam 49 area berbeda, yang berkontribusi besar terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam belajar murid. MI mengkategorikan kecerdasan kedalam delapan (mungkin lebih) kapasitas, potensi biologis seperti yang dijelaskan oleh Howard Gardner, dan sampai saat ini dinamakan: linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetis, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Pengetahuan tentang kombinasi tertentu elemen-elemen LS dapat mempredisksi kesuksesan murid di sekolah atau kegagalan dan mengidentifikasi anak-anak yang dibawah standar pada sistem sekolah tradisional. MI tidak memberikan informasi secara spesifik kebutuhan belajar yang dibutuhkan seorang murid selama proses belajar berlangsung (bagaimana lingkungan kelas dirancang sedemikian rupa supaya membuat proses belajar menjadi sukses; kapan waktu yang paling tepat untuk murid berkonsentrasi, kebutuhan fisik apa yang akan meningkatkan atau menurunkan kesuksesan belajar), dan tidak memberikan pemahaman lebih mendalam tentang sikap belajar murid dan bagaimana mereka merespon terhadap otoritas, yang merupakan hal penting untuk proses belajar yang berhasil.

Instrumen AGB Creative Learning Co. telah mengembangkan pengukuran lebih dari VAK (Visual-Auditory-Kinestetik), dan bahkan dalam modalitas sensori, kami membuat perbedaan yang sangat penting antara belajar secara TAKTIL (dengan tangan langsung-menyentuh) dan belajar secara KINESTETIS (berdasarkan pengalaman/melakukan). Selain modalitas eksternal, terdapat juga sub modalitas (internal auditory, visual, dan kinestetis) yang setara, yang tidak tercakup dalam pendekatan VAK. MI hanya membedakan antara kecerdasan SPASIAL-VISUAL dan KINESTETIS TUBUH, dan mengabaikan modalitas sensori lainnya yang mempengaruhi kinerja murid. MI hanya meliputi kemampuan untuk menyampaikan alasan, menghitung, dan mengatasi pemikiran logis. MI harus dipahami sebagai fungsi OUTPUT masuknya informasi, pengetahuan, ketrampilan dan bakat matematis, musikal, linguistic, dll, dimana Gaya Belajar dapat dilihat sebagai INPUT informasi yang menjelaskan tentang kemampuan manusia. Kemampuan ini tidak dapat dideskripsikan sebagai kecerdasan tapi sebagai keistimewaan gaya pribadi; karena untuk mengatakan seseorang yang belajar/membaca/bekerja lebih baik dalam temaram lampu dengan alunan musik sambil mengunyah atau sambil memain-mainkan sesuatu adalah lebih/kurang cerdas, daripada seseorang yang lebih berkonsentrasi di cahya terang dan sunyi, duduk diam, dan makan/minum hanya sebelum atau sesudah waktu belajar, adalah tidak tepat. Semua perbedaan ini menunjukkan bahwa LS dan MI tidaklah sama, dan juga mereka tidak dapat saling ditukar. Murid dengan faktor kecerdasan yang sama dalam kerangka MI dapat memiliki gaya belajar yang sangat berbeda, berdasarkan faktor biologis bawaan dan kondisi individu mereka. Kesimpulannya adalah bahwa guru harus mengetahui kedua konsep terseut, tapi juga harus menilai gaya belajar muridmurid mereka secepat mungkin untuk membantu murid mengembangkan faktor kecerdasan yang berbeda sedemikian rupa, sehingga menjadi kondusif terhadap perbedaan gaya belajar setiap murid.

Anda mungkin juga menyukai