Anda di halaman 1dari 31

KARSINOMA NASOFARING PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan (mukosa) nasofaring

atau kelenjar yang terdapat pada nasofaring. 1,2 Penyakit ini termasuk penyakit keganasan daerah kepala dan leher yang paling sering dijumpai di Indonesia karena selalu berada dalam kedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia.2,3 ampir !" # tumor ganas kepala dan leher merupakan jenis ini, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (1$#), laring (1!#) dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase yang rendah.3 %aktor penyebab utama karsinoma nasofaring adalah faktor genetik dimana ras &ongoloid merupakan yang paling banyak terkena. 'isamping itu faktor infeksi (irus )pstein *arr, faktor lingkungan, terutama paparan bahan karsinogenik ditengarai mempunyai hubungan erat dengan patogenesis karsinoma nasofaring.+,,,! -ejala a.al yang sering ditemukan adalah hidung tersumbat, perdarahan dari hidung, pendengaran menurun, tinitus dan sakit kepala. /eringkali pasien datang dengan keluhan benjolan atau massa pada leher yang merupakan metastase sel0sel ganas ke kelenjar getah bening regional.!,1,$ 2leh karena letak anatomi dari nasofaring yang 3ukup sulit serta potensi metastase yang 3epat, menyebabkan diagnosisnya baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut (stadium III dan I4).3,+,,,5 /ampai saat ini terapi yang memuaskan belum ditemukan. Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh stadium penderita.+ Perbedaan angka bertahan hidup lima tahun dari stadium a.al dengan stadium lanjut sangat men3olok, yaitu 1!,5 # pada stadium I, ,!# pada stadium II, 3$,+# pada stadium III, 1!,+# untuk stadium I4. 6ntuk dapat berperan dalam pen3egahan, deteksi dini dan rehabilitasi perlu diketahui seluruh aspeknya, antara lain epidemiologi, etiologi, diagnostik, pemeriksaan serologi, histopatologi, terapi dan pen3egahan, serta pera.atan paliatif penderita yang pengobatannya tidak memberikan hasil yang baik.3

DEFINISI Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan (mukosa) nasofaring atau kelenjar yang terdapat pada nasofaring.1 Karsinoma nasofaring termasuk tumor ganas kepala dan leher yang terbanyak ditemukan dan menduduki lima besar dari tumor ganas tubuh manusia.3 ANATOMI NASOFARING 7asofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle, se3ara anatomi termasuk bagian faring. *entuknya mirip sebuah kubus dengan diameter antero0posterior kira0kira 20+ 3m, lebar + 3m dan tinggi + 3m, berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing0masing melalui koana dan tuba eusta3hius.,,!,1,1" -ambar8

9tap nasofaring dibentuk oleh dasar tengkorak (di ba.ah sinus sphenoidalis) yang merupakan tempat keluar masuk saraf0saraf otak serta pembuluh darah dari atau ke dalam otak, sedangkan dasar nasofaring dibentuk oleh permukaan dorsal palatum molle. 'inding depan dibentuk oleh koana dan bagian belakang sinus maksilaris sedangkan bagian belakang nasofaring dibatasi dinding belakang faring, fasia pre(ertebralis dan otot0otot dinding faring.2,,,!,1",11 Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium muara tuba eustasius dimana orifisium ini biasanya berbentuk seperti segitiga dan dibatasi di superior dan inferior oleh torus tubarius, ke arah superior terdapat fossa :ossenmuller. Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan0lipatan mukosa yang disebabkan oleh jaringan lunak submukosa, dimana pada usia muda mukosa dinding posterior superior nasofaring umumnya tidak rata. ini dapat disebabkan karena adanya jaringan adenoid, atau bursa faring.!,1",11 Pembuluh limfe yang terdapat pada seluruh permukaan nasofaring, saling menyilang di bagian tengah dan selanjutnya menuju kelenjar :ou(iere yang terletak pada bagian lateral ruang retrofaring. 'ari tempat ini aliran limfe selanjutnya menuju kelenjar
2

al

limfe yang letaknya superfisial (subdigastrik, submandibula, submental, asesori spinal dan suprakla(ikula). ;etak deretan kelenjar limfe jugularis bagian proksimal berdekatan dengan 7.I<, <, <I dan <II. Pembesaran kelenjar limfe di daerah ini seringkali menimbulkan gangguan fungsional keempat saraf tersebut.1,1" /el epitel nasofaring dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel superfisial, sel intermedial dan sel basal. ubungan antara sel0sel epitel ini melalui dermosom yang disebut shake hand contact.1",11 &ukosa nasofaring memperlihatkan lipatan0lipatan dan kripte0kripte sehingga luas seluruhnya diperkirakan 2 sampai 3 kali luas permukaan yang terlihat. ;uas permukaan nasofaring pada orang de.asa kira0kira ," 3m 2, terdiri dari epitel skuamosa, epitel bersilia, dan epitel transisional. Permukaan yang ditutupi oleh epitel skuamosa lebih luas daripada yang ditutupi oleh kedua epitel lainnya.1",11 Keganasan nasofaring dapat dibedakan menjadi karsinoma, sarkoma dan epitelioma. =ermasuk di dalam golongan karsinoma adalah sel skuamosa, skirus, basoseluler, anaplastik, epidermoid, spinoseluler, adenokarsinoma, sel transisional, limfoepitelioma.1",11

EPIDEMIOLOGI 9ngka insiden karsinoma nasofaring di >hina bagian 6tara, daerah sekitar laut &editerania (Italia /elatan, ?unani dan =urki), 9frika 6tara dan 9sia =enggara (=hailand, 4ietnam, Indonesia, &alaysia dan /ingapura) dan juga .arga keturunan >ina bagian /elatan yang lahir di negara *arat (9ustralia, a.ai, >alifornia) adalah ,05 kasus per 1"".""" penduduk per tahun. Proporsi karsinoma nasofaring di 9merika 6tara, )ropa *arat dan @epang masih rendah yaitu kurang dari 1#, dengan angka insiden 101,, kasus per 1"".""" penduduk per tahun. /edangkan pada orang Inuit dan )skimo di 9laska dan -reenland meningkat 1,02" kasus per 1"".""" penduduk pertahun.1 :as &ongoloid merupakan faktor resiko dominan timbulnya kanker nasofaring sehingga daerah >ina bagian selatan yaitu propinsi -uangdong (dengan ibukota -uangAhou) menduduki tempat tertinggi dengan 2,.""" kasus baru pertahun atau 1"01," kasus per 1"".""" penduduk pertahun. Kekerapan 3ukup tinggi juga terjadi di negara ongkong, 4ietnam, =hailand, &alaysia, /ingapura dan Indonesia. 'itemukan pula
3

3ukup banyak kasus di ?unani, 9frika bagian 6tara seperti 9ljaAair dan =unisia, pada orang )skimo di 9laska dan -reenland yang diduga penyebabnya adalah karena mereka memakan makanan yang dia.etkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan penga.et nitrosamin.2,3,1 @ika dilihat perbandingan antara laki0laki dan perempuan maka penyakit ini dua sampai tiga kali lebih banyak menyerang laki0laki daripada .anita. &eskipun pun3ak frekuensi terletak antara umur +"0!" tahun, tidak jarang pula terdapat pada orang yang lebih muda. ampir semua keganasan nasofaring pada de.asa adalah karsinoma, hanya 2"03,# dari keganasan itu adalah karsinoma pada anak0anak. Pada populasi anak0anak, kebanyakan keganasan nasofaring adalah rabdomyosarkoma atau limfoma.2,+,$ 'i Indonesia, frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah. 'i :/6P7 dr.>ipto &angunkusumo @akarta, ditemukan lebih dari 1"" kasus per tahun, :/ 'enpasar ditemukan 1, kasus pertahun, dan 11 kasus di Padang.3 asan /adikin *andung rata0rata !" kasus pertahun, 6jungpandang 2, kasus pertahun, di

ETIOLOGI &engenai penyebab dari penyakit ini belum dapat dipastikan sampai sekarang. *eberapa faktor yang diduga berperan dalam terjadinya karsinoma nasofaring adalah faktor ras, keturunan, kontak dengan Aat karsinogenik, infeksi (irus dan imunologis. 1 4irus )pstein *arr ()*4) diduga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan terjadinya karsinoma nasofaring karena ditemukannya titer anti (irus )* yang 3ukup tinggi pada semua pasien karsinoma nasofaring. =iter ini lebih tinggi dari orang sehat maupun tumor ganas kepala dan leher lainnya.3,1,11 =etapi (irus ini bukan satu0satunya faktor, karena banyak faktor lain yang diduga mempengaruhi timbulnya tumor ini, antara lain 8 1. %aktor -enetik8 sering tumor ini atau tumor lainnya ditemukan pada beberapa generasi dari suatu keluarga. Pengaruh genetik terhadap karsinoma nasofaring sedang dalam pembuktian dengan mempelajari cell mediated immunity dari (irus )* dan tumor associated antigens pada karsinoma nasofaring.3 ;90*+! dan ;90*,$.1
+

aplotipe yang dihubungkan ;9092,

dengan keganasan ini adalah human leucocyte antigens ( ;9), termasuk

2. %aktor :asial8 insiden yang tinggi ditemukan di negara >ina bagian /elatan dan di antara penduduk keturunan remaja yang berkulit hitam.1 3. %aktor -eografis8 terdapat banyak di daerah >ina (bagian /elatan), 9sia =enggara, , 9frika 6tara, )skimo dan ?unani. 2,3,1 +. Bat Kimia8 Aat kimia tertentu seperti nitrosamin, benAopyran, benAoanthra3ene dan beberapa senya.a kimia hidrokarbon lainnya. Bat0Aat ini banyak terdapat pada ikan asin dan sayur0sayuran yang dikeringkan serta defisiensi (itamin >.1 ,. %aktor ;ingkungan8 yang berpengaruh adalah iritasi oleh formaldehid, beberapa jenis hidrokarbon aromatik, asap sejenis kayu bakar. Kebiasaan hidup seperti penduduk )skimo memakan makanan yang dia.etkan (daging dan ikan) juga nelayan di pelabuhan ongkong yang sering makan ikan asin menyebabkan tingginya karsinoma ini.3,1 !. /osial )konomi8 faktor yang mempengaruhi adalah keadaan giAi, polusi, keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup lainnya.3 1. Infeksi yang kronis dari telinga, hidung dan tenggorokan8 iritasi pada mukosa nasofaring menimbulkan perubahan metaplasia dan karsinoma in situ seperti rhinitis alergika, rhinitis kronis, rhinitis (asomotor dan sinusitis. Pengaruh infeksi dapat dilihat dengan menurunnya kejadian malaria akan diikuti oleh menurunnya pula ;imfoma *urkitt, suatu keganasan yang disebabkan oleh (irus yang sama.3,+ $. %aktor Kebudayaan8 kebiasaan pasien seperti merokok, minum alkohol, makan makanan terlalu panas, 3ara memasak makanan serta pemakaian berbagai bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor ini.3 GEJALA KLINIK &anifestasi klinik kanker nasofaring berma3am0ma3am. Pada 1"0$" # kasus, biasanya asimtomatik dan dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe leher pada stadium lanjut. 'i lain pihak, dapat terjadi gejala lokal seperti hidung buntu, sumbatan di telinga, sinusitis yang berulang, otitis media akut atau kronis khususnya jika unilateral, otalgia atau epistaksis.1,1 >ina yang beremigrasi ke negara0negara lain (ras pada &ongoloid). 'i 9merika /erikat, insiden karsinoma nasofaring meningkat

/e3ara klinis gejala karsinoma nasofaring dibagi menjadi gejala dini dan gejala lanjut. *iasanya penderita datang dengan gejala0gejala yang sudah lanjut yang merupakan gejala perluasan tumor yang telah mele.ati batas0batas nasofaring, seperti kerusakan saraf kranialis, sindrom neurologi dan diplopia. al ini menunjukkan bah.a kanker sudah ke basis kranii. &etastase jauh dapat terjadi, dimana yang umum terlibat adalah kelenjar limfe regional, tulang, paru0paru, li(er dan otak.1,2 I. Gejala Dini -ejala dini tampak bila tumor masih terbatas di rongga nasofaring. + -ejala pada telinga dapat berupa oklusi tuba eusta3hius sehingga pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa mendengung kadang0kadang disertai dengan gangguan pendengaran. -ejala ini merupakan gejala yang sangat dini dari karsinoma nasofaring. Perlu diperhatikan jika gejala ini menetap atau sering timbul tanpa penyebab yang jelas. /elain itu dapat juga terjadi otitis media serosa sampai perforasi dengan gangguan pendengaran. -ejala pada hidung dapat berupa epistaksis oleh karena dinding tumor yang rapuh sehingga pada iritasi ringan dapat terjadi perdarahan. 'apat juga terjadi sumbatan hidung akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga nasofaring.1,3,+,1 -ejala telinga dan hidung ini bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini karena dijumpai pada infeksi biasa , misalnya pilek kronis dan sinusitis. 7amun jika keluhan ini timbul berulangkali tanpa sebab yang jelas maka perlu dilakukan pemeriksaan rongga nasofaring, kalau perlu dengan nasofaringoskop. /ering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh atau tumor tidak tampak karena masih ada di ba.ah mukosa.3,+ 9C& ;ee, C %oo, />K ;a. et al (1551) dalam Hongkong Medical Journal, melaporkan bah.a keluhan yang sering ditemukan pada penderita karsinoma nasofaring adalah adanya massa pada leher (1,,$#), gangguan pada hidung seperti dis3harge, perdarahan, obstruksi (13,+#), gangguan pada telinga seperti tinitus, gangguan pendengaran (!2,+#), sakit kepala (3+,$#), diplopia (1",1#), mati rasa pada .ajah (1,!#), penurunan berat badan (!,5#), trismus (3,"#), gangguan berbi3ara (2,+#), keluhan lain akibat metastasis (1,2#), lesi kulit (",5#).+

II.

Gejala Lanjut &elalui aliran pembuluh limfe, sel0sel kanker dapat sampai di kelenjar limfe leher dan tertahan di sana karena memang kelenjar ini merupakan pertahanan pertama agar sel0sel kanker tidak langsung mengalir ke bagian tubuh yang lebih jauh.1" 'i dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan berkembang biak sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan pada leher bagian samping (limfadenopati ser(ikal). *enjolan ini tidak dirasakan nyeri sehingga sering diabaikan oleh pasien.1,1" /elanjutnya sel0sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di ba.ahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. ;imfadenopati ser(ikalis merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter.1" Pada dasarnya gejala0gejala klinik kanker nasofaring dibagi menjadi , kelompok 8

1. Gejala Hidung -ejala hidung merupakan gejala paling dini, tapi kadang0kadang dikira penyakit hidung lainnya seperti rinitis kronis, nasofaringitis kronis dan sebagainya. &aka dari itu gejala hidung pada kanker nasofaring lebih ditekankan bila 8 1,3,+ a. Penderita pilek0pilek lama lebih dari 1 bulan, usia lebih dari +" tahun, tapi pada pemeriksaan hidung tidak tampak kelainan. b. Penderita pilek0pilek, ingus kental, bau busuk, lebih0lebih bila tampak titik0titik atau garis0garis darah, tanpa tampak adanya kelainan di hidung dan sinus paranasal. 3. Penderita usia tua, lebih dari +" tahun, sering mimisan atau keluar darah dari hidung. Pemeriksaan tekanan darah normal, hidung juga normal. . Gejala Telinga -angguan pada telinga merupakan gejala yang lebih dulu terjadi karena tempat asal tumor dekat muara tuba )usta3hius (fosa :osenmuller). =umor mula0mula tumbuh di fosa :osenmuller, selanjutnya menyebabkan penyumbatan (oklusi) muara tuba. -ejala di sini bisa berupa 8 kurang pendengaran tipe hantaran, rasa penuh di telinga seperti terisi air, berdengung atau tinitus. -angguan pendengaran terjadi bila

ada perluasan tumor atau kanker nasofaring se3ara merayap ke sekitar tuba sehingga terjadi sumbatan. &eskipun letak tuba relatif dekat dengan fossa :ossenmuller atau tumor primer, tetapi gejala telinga relatif jarang dibanding gejala tumor metastase di leher. *ila oklusi tuba berlangsung lama dapat terjadi otitis media serosa. 3,+,1" !. Gejala Mata /ebenarnya gejala mata termasuk gejala saraf kranial, karena gejala mata disebabkan oleh kelumpuhan saraf, yang berhubungan dengan mata yaitu 7. II, III, I4 dan 4I. @uga karena gejala mata ini adalah gejala kranial yang dekat dengan nasofaring. 9pabila ada kelumpuhan mengenai 7.4I yang letaknya di atas foramen laserum, yang mengalami lesi akibat perluasan tumor, maka penderita akan mengeluh kurang penglihatan, yang dimaksud sebenarnya di sini adalah melihat benda dobel atau diplopia. Kelumpuhan 7.III dan I4 mengakibatkan kelumpuhan mata, disebut juga oftalmoplegia, serta proptosis bulbi. 9pabila perluasan kanker mengenai kiasma optikus, maka 7.optikus akan lesi, sehingga penderita mengalami penurunan ketajaman penglihatan.3,1" ". Gejala Tu#$% &ada Le'e% Pembesaran leher atau tumor leher merupakan penyebaran terdekat se3ara limfogenik dari kanker nasofaring, bisa unilateral atau bilateral. &etastasis jauh dapat sampai ke organ0organ hati, paru, ginjal, limpa, otak, tulang belakang atau tulang lainnya. Khas tumor leher di sini adalah bila letak tumor di ujung prosesus mastoid, di belakang angulus mandibula, di dalam m.sternokleidomastoid, dimana massa tumor keras, tak sakit dan tidak mudah bergerak.1,3,5 -ejala tumor leher ini merupakan gejala yang agak lanjut dari kanker nasofaring, sering masih belum disadari oleh para dokter, sehingga banyak penderita dengan tumor leher ini bahkan dirujuk ke bagian lain selain = =. -ejala tumor leher ini 3ukup besar angkanya, sekitar 1"05" # dari seluruh penderita karsinoma nasofaring, diperkirakan gejala inilah yang mendorong penderita datang berobat.3 (. Gejala K%anial ) Sa%a* Perluasan tumor primer ke dalam ka(um kranii menyebabkan kelumpuhan 7. II, III, I4, 4, 4I, akibat kompresi maupun infiltrasi tumor, disebut sindroma petrosfenoidal, dimana kelainan ini dimasukkan ke dalam gejala mata, karena

berhubungan dengan mata. Kemudian metastasis tumor ke dalam spatium retroparotideum dapat menyebabkan kompresi 7. I<, <, <I, <II dan ner(us ser(ikalis simpatikus.3 Paresis atau paralisis saraf otak akibat perluasan tumor ke arah intrakranial melalui foramen laserum, pada 7.4 menyebabkan parestesi atau rasa nyeri pada muka, pada 7.4I menimbulkan diplopia, strabismus kon(ergen, sedangkan pada 7.III dan I4 menimbulkan ptosis dan oftalmoplegia. 7yeri kepala hebat timbul karena peningkatan tekanan intrakranial.1,+ Paresis atau paralisis saraf otak akibat perluasan tumor ke arah lateral0belakang, seperti pada 7.I< dan < menimbulkan paresis atau paralisis palatum mole dan faring, pada 7.<I menimbulkan gangguan fungsi otot sternokleido0mastoideus dan otot trapeAius, sedangkan pada 7.<II menimbulkan de(iasi lidah dan gangguan menelan.1,+,11 HISTOPATOLOGI /e3ara makroskopik, yang paling banyak ditemukan adalah bentuk raised area, bentuk0bentuk lainnya adalah lobuler, noduler, ulseratif dan fungating. /edangkan gambaran histopatologi yang sering ditemukan adalah undifferentiated epidermoid karsinoma, kemudian non keratiniAing epidermoid karsinoma dan karsinoma sel skuamosa. /emua yang selama ini dikenal seperti limfoepitelioma, sel transisionil, sel spindle, sel 3lear dan lain0lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferensiasi.1 *erdasarkan histopatologi ini, C 2 mengklasifikasikan ada tiga bentuk karsinoma (epidermoid) pada nasofaring yaitu karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi) termasuk =ipe I, karsinoma tidak berkeratinisasi (7on KeratiniAing )pidermoid >ar3inoma) termasuk tipe II dan karsinoma tidak berdiferensiasi (6ndifferentiated )pidermoid >ar3inoma) termasuk tipe III. Pada penelitian di &alaysia oleh Prathap dkk, sering didapat kombinasi dari ketiga jenis karsinoma ini. Penyebaran atau perluasan karsinoma nasofaring adalah melalui 3 3ara yaitu meluas ke jaringan sekitar, metastasis melalui aliran limfe, dan metastasis melalui aliran darah.1,3,, DIAGNOSIS 'iagnosis dari karsinoma nasofaring dapat ditegakkan berdasarkan 8 1. -ejala Klinik1,+,,
5

Keluhan penderita ketika tumor masih terbatas di nasofaring antara lain 8 pilek0 pilek, hidung tersumbat, ingus ber3ampur dengan darah dan telinga terasa penuh atau mendenging, tapi gejala ini tidak spesifik. -ejala atau keluhan pembesaran kelenjar limfe leher, di belakang angulus mandibula. -ejala ini paling sering dijumpai dan merupakan gejala metastasis tumor ke kelenjar regional. -ejala atau keluhan setelah tumor meluas mele.ati batas nasofaring antara lain rongga hidung tersumbat atau tertutup oleh massa tumor dan suara menjadi bindeng atau sengau. -ejala paresis atau paralisis saraf otak antara lain parestesia, rasa nyeri pada muka (7.4), diplopia dan strabismus (7.4I), ptosis dan oftalmoplegia (7.III, I4), paresis atau paralisis palatum molle dan faring (7.I<, <), gangguan fungsi otot sternokleidomastoideus dan trapeAius (7.<I), de(iasi lidah dan gangguan menelan (7<II). -ejala metastasis jauh yaitu batuk0batuk, dahak ber3ampur darah, sesak nafas (paru), ikterus dan hepatomegali (hepar), rasa linu dan nyeri tulang.

2. Pemeriksaan %isik1 a. :hinoskopi anterior untuk menilai keadaan rongga hidung bagian depan. b. :hinoskopi posterior dilakukan dengan ka3a laring ukuran ke3il untuk menilai mukosa nasofaring. 3. 2toskopi untuk menilai keadaan membran tympani, telinga tengah dan fungsi tuba eusta3hius. d. &emeriksa fungsi saraf otak yaitu 7.III, I4, 4, 4I, I<, <, <I, dan <II. Pada 2, # pasien ditemukan cranial nerve palsy. e. Palpasi terhadap kelenjar getah bening leher. Pada $" # pasien ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe leher dan biasanya pembesaran ini tidak nyeri dan kenyal. ;eher yang terlibat biasanya bilateral, kelenjar limfe yang umum terlibat adalah jugularis, digastrik dan kelenjar limfe di rantai anterior leher bagian atas dan tengah. 3. Pemeriksaan laboratorium &eliputi pemeriksaan tes darah rutin termasuk sel darah lengkap, tes fungsi hati jika terdapat metastase ke li(er, *67, kreatinin darah apabila terdapat gangguan ken3ing.

1"

@ika terdapat in(asi ke basis kranii, maka pemeriksaan 3airan serebrospinal dilakukan untuk mendeteksi penyebaran tumor. =es serologi (irus )pstein *arr dapat bermanfaat pada beberapa pasien. %ine 7eedle 9spirasi dan )nAyme ;inked Immunosorbent 9ssay untuk mengidentifikasi genom (irus )pstein *arr bermanfaat pada pasien dengan adenopati ser(ikal tanpa ada lesi yang jelas.1,1,$ +. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan yang dilakukan seperti 8 thoraD foto, skull lateral basis kranii, Caters, >= /3an, 6/- 9bdomen, &:I dan P)=. %oto toraks P9 dilakukan untuk ke3urigaan adanya metastasis ke paru.+ >= s3an kepala dan leher dipergunakan untuk mengetahui penyebaran tumor, erosi basis kranii dan limfadenopati ser(ikal. 'engan pemeriksaan >= /3an daerah kepala0leher, tumor primer yang tersembunyi pun tidak terlalu sulit ditemukan. >= s3an dada dan tulang digunakan untuk mengetahui metastase jauh.edu &:I dilakukan jika di3urigai terdapat penyebaran tumor ke intrakranial. P)= (Positron )mmision =omography) digunakan jika ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti.1,3,$ ,. Pemeriksaan immunologik Pemeriksaan ini belum banyak dipakai di Indonesia karena mahal. Pemeriksaan serologi ini dipakai sebagai skrining bagi penderita beresiko, pada 233ult primary tumor, disamping juga untuk mendeteksi kekambuhan.pkb =iter )*4 yaitu antibodi Ig9 dan Ig- terhadap antigen kapsul (irus )pstein *arr harus diperiksa. Pemeriksaan serologi Ig9 anti )9 dan Ig9 anti 4>9 untuk infeksi (irus )* telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. 1,$ !. Pemeriksaan )ndoskopi 'eteksi adanya lesi atau (isualisasi direk pada lesi yang nonpalpabel tetapi di3urigai keganasan dapat dilakukan dengan nasofaringoskopi indirek atau fiber optik fleksibel atau endoskopi rigid. Pada nasofaringoskopi dapat dilihat massa yang tumbuh di nasofaring, biasanya di fossa :ossenmuller.1 1. *iopsi 7asofaring 'iagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. *iopsi ini dapat dilakukan dengan 2 3ara, yaitu dari hidung atau dari mulut. *iopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy) dengan memasukkan 3unam

11

biopsi ke rongga hidung. *iopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ditarik keluar melalui mulut dengan klem sehingga palatum mole tertarik ke atas. *iopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui ka3a laring atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut sehingga massa tumor akan terlihat lebih jelas. *iopsi umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan <ylo3ain 1" #.1,3,+

'iagnosis klinis karsinoma nasofaring juga dapat ditegakkan berdasarkan formula 'I-*?8 /ymptom 1. &assa terlihat pada nasofaring 2. -ejala khas di hidung 3. -ejala khas pendengaran +. Kepala sakit unilateral atau bilateral ,. -angguan neurologik saraf otak !. )ksoftalmus 1. ;imfadenopati leher 7ilai 2, 1, 1, , , , 2,

*ila jumlah nilai E,", diagnosis klinis karsinoma nasofaring dapat dipertanggung0 ja.abkan. STADIUM /istem staging yang dipakai adalah sistem stadium se3ara klinis berdasarkan atas perkiraan yang paling memungkinkan dari perkembangan penyakit sebelum mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan tumor primer bila memungkinkan dilakukan dengan 3ara inspeksi dan palpasi dan jika diperlukan dapat dikerjakan laringoskopi indirek serta endoskopi direk. Penentuan stadium tumor harus dipastikan dengan pemeriksaan histologis dan data0data patologis lainnya yang didapatkan dari hasil biopsi jaringan tumor. Penilaian fungsi dari ner(us kranialis sangat penting dikerjakan untuk tumor di daerah nasofaring. =ehnik palpasi yang benar bermanfaat untuk mengetahui adanya

12

pembesaran dari kelenjar limfe regional. Penentuan stadium tumor juga dapat didukung dengan adanya data dari studi imaging. Pemeriksaan imaging dengan &:I memberikan informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan >= /3an dalam mendeteksi dan menemukan lokasi dari tumor di daerah kepala dan leher serta perbedaan antara kelenjar getah bening dengan pembuluh darah.$ *eberapa metode penentuan stadium tumor nasofaring telah dikembangkan, termasuk penentuan stadium tumor dari 9meri3an @oint >ommittee for >an3er /taging (9@>>), International 6nion 9gaints >an3er, serta =7& untuk mendefinisikan karsinoma nasofaring,. De*ini+i TNM Tumor primer(T) =D 8 tumor primer =" 8 tidak ditemukannya tumor primer =is 8 karsinoma in situ =1 8 tumor terbatas pada nasofaring =2 8 jaringan tumor meluas ke jaringan lunak di sekitarnya =2a 8 tumor meluas ke orofaring dan atau ka(um nasi tanpa perluasan ke daerah parafaringeal =2b 8 setiap tumor dengan perluasan ke daerah parafaringeal =3 8 tumor merusak struktur tulang dan atau sinus paranasal 8 tumor dengan perluasan ke daerah intrakranial dan atau mengenai ner(us kranialis, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau daerah pengunyah. Pembesaran Kelenjar im!e "egional (#) 7D 7" 8 pembesaran kelenjar limfe regional 8 tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional o /ystem. Penentuan stadium klinis menurut =he 9meri3an @oint >ommittee on >an3er (9@>>) didasarkan pada kriteria

=+

13

71 72 73

8 metastase ke satu atau lebih kelenjar limfe regional se3ara unilateral, diameter F ! 3m, diatas fossa suprakla(ikular 8 metastase ke satu atau lebih kelenjar limfe regional se3ara bilateral, diameter F ! 3m, diatas fossa suprakla(ikular 8 metastase ke satu atau lebih kelenjar limfe regional dengan diameter E ! 3m dan atau ke fossa suprakla(ikular

73a 8 E ! 3m 73b 8 penyebaran ke daerah fossa suprakla(ikular Metastase Jauh (M) &D 8 metastase jauh &" 8 tidak ada metastase jauh &1 8 terdapat metastase jauh

Stadiu# ,lini+ #enu%ut AJ-$tadium % =is, 7", &" =1, 7", &" =2a, 7", &" =1, 71, &" =2, 71, &" =2a, 71, &" =2b, 7", &" =2b, 71, &" =1, 72, &" =2a, 72, &" $tadium & $tadium ''( $tadium '')

$tadium '''

1+

=2b, 72, &" =3, 7", &" =3, 71, &" =3, 72, &"

$tadium '*( =+, 7", &" =+, 71, &" =+, 72, &" /etiap =, 73, &" /etiap =, setiap 7, &1

$tadium '*) $tadium '*+

asil radioterapi untuk karsinoma nasofaring biasanya dilaporkan dengan memakai stadium = dan stadium 7 se3ara terpisah atau dengan memakai subgroup = dan 7 yang spesifik dibandingkan dengan memakai klasifikasi stadium tumor berdasarkan angka I sampai I4. asil terapi juga tergantung pada (ariasi biologis dan faktor tehnikal yang berhubungan pengobatan,. /edangkan bila penentuan stadium klinis memakai sistem =7& menurut 6I>>38 = =" =1 =2 =3 8 tumor primer 8 tidak tampak tumor 8 tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (lateralGposterosuperiorGatap dan lain0 lain) 8 tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam rongga nasofaring 8 tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring dsb)

1,

=+ =D 7 7" 71 72 73

8 tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai saraf0saraf otak 8 tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap 8 pembesaran kelenjar getah bening regional 8 tidak ada pembesaran 8 terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan 8 terdapat pembesaran kontralateralGbilateral dan masih dapat digerakkan 8 terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar

& &" &1

8 metastase jauh 8 tidak ada metastase jauh 8 terdapat metastase jauh 8 =1, 7", &" 8 =2, 7", &"

/tadium I /tadium II

/tadium III 8 =1G=2G=3, 71, &" atau =3, 7", &" /tadium I4 8 =+, 7"G71, &" atau =1G=2G=3G=+, 72G73, &" atau =1G=2G=3G=+, 7"G71G72G73, &1 DIAGNOSIS .ANDING Karsinoma nasofariong dibedakan dengan =*> nasofaring dan angiofibroma nasofaring. 'engan pemeriksaan histopatologis (P9), =*> nasofaring dapat disisihkan dari karsinoma nasofaring. 9ngiofibroma nasofaring biasanya mengenai laki0laki de.asa muda, tanpa gejala metastasis oleh karena merupakan tumor jinak1. PENATALAKSANAAN :adioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan mega(oltage dan pengaturan dengan komputer3. :adioterapi merupakan
1!

terapi pilihan karena relatif murah dan 3ukup efektif terutama untuk tumor yang belum mengadakan in(asi ke intrakranial. =api jika sudah terjadi metastase jauh, maka radiasi merupakan pengobatan yang bersifat paliatif.
,

:adioterapi dosis tinggi ditujukan baik

untuk tumor primer maupun tumor yang berlokasi di leher $. 'osis yang dipergunakan adalah ,""" sampai 1""" 3-y untuk tumor lesi primer dan kelenjar limfe atas. @ika se3ara klinis positif, kelenjar limfe ba.ah juga dapat dimasukkan ke dalam lapangan radiasi. =erapi paliatif dengan dosis ,""" 3-y dapat dipertimbangkan .alaupun metastase ke kelenjar limfe ba.ah negatif . *rakiterapi biasanya dipakai sebagai terapi adju(an untuk radiasi eksternal atau pada kasus tumor residif atau rekuren. Calaupun radioterapi dapat mengurangi komplikasi yang terjadi, tetapi tetap saja ditemukan efek samping. al ini terutama menjadi masalah bila dilakukan radiasi ulang untuk tumor yang residif atau rekuren. )fek samping yang sering ditemukan adalah Derostomia, disfungsi tuba eusta3hius. -angguan endokrin seperti hipopituitarisme, hipotiroid, dan disfungsi hipotalamus merupakan efek samping jangka panjang sehingga diperlukan pemeriksaan endokrin berkala. @uga dapat ditemukan trismus dan kelainan yang berhubungan fibrosis jaringan lunak., )(aluasi pas3a radiasi diadakan setiap bulan pada tahun pertama, setiap 3 bulan pada tahun kedua dan setiap ! bulan sampai , tahun. Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. =erutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh dan pada kasus dengan metastase jauh, kombinasi kemoterapi menberikan hasil yang lebih baik daripada kemoterapi tunggal. 1 *erbagai ma3am kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan >is0platinum sebagai inti3 . 2bat0obat sitostatika yang direkomendasikan adalah8 a. 2bat tunggal &ethotreDate 2, mg perminggu per oral >y3lophosphamide 1 g per minggu i.( *leomy3in 1" mgGm2 ;P= per minggu i.m , H %luorourasil (,0%6) dan >ysplatin >2&P8 ari I 8 >y3lophosphamide ,"" mg i.(
11

b. 2bat0obat ganda8

4in3ristin 1 mg i.( ,0%6 1," mg i.( ari 4III 8 >y3lophosphamide ,"" mg i.( 4in3ristin 1 mg i.( &ethotreDate ," mg i.( 'iulang setiap + minggu &ethotreDateG*leomy3inG>ysplatin8 ari I 8 *leomy3ine 1" mgGm2 i.( &ethotreDate 2" mgGm2 i.( 'iulang setiap 2 minggu sampai + kali ari II 8 >ysplatin $" mgGm2 i.( 'iulang setelah 1" minggu =indakan pembedahan terutama dilakukan untuk mengambil jaringan tumor untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan )'*. @ika tumor sangat jelas terlihat pada nasofaring, tindakan biopsy memakai anastesi lokal sangat praktis dikerjakan jika pasien kooperatif. Karena lesi yang ditemukan sering heterogen maka biopsy dilakukan se3ara luas untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. 6ntuk mendapatkan biopsy yang adekuat dapat dipakai peralatan seperti for3ep =akahashi atau *lakesley. @ika tumor tidak terlihat dengan jelas atau tidak didapatkannya jaringan yang 3ukup untuk pemeriksaan P9, sebaiknya dilakukan tindakan endoskopi di kamar operasi dengan memakai anestesi umum$. Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjolan di leher yang tidak hilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi. 2perasi tumor induk sisa (residu) atau residif diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat setelah operasi3. PEN-EGAHAN Pemberian (aksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal dengan resiko tinggi. &igrasi penduduk dari daerah dengan resiko tinggi ke tempat lain. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah dan mengubah 3ara pola makan. Penyuluhan mengenai

1$

lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan so3ial ekonomi dan hal lain yang berkaitan dengan fa3tor penyebab. /3reening karsinoma nasofaring dengan melakukan tes serologi Ig9 H anti 4>9 dan Ig9 anti )9 se3ara massal3 .

LAPORAN KASUS 'dentitas Pasien 7ama 6mur @enis kelamin 9lamat Pekerjaan /uku 9gama Pendidikan /tatus perka.inan &:/ tanggal =anggal pemeriksaan (namnesis Keluhan utama8 Penderita datang untuk kemoterapi seri I. (namnesis ,mum Penderita datang ke :/6P /anglah untuk kemoterapi seri I. Penderita datang dengan diagnosis karsinoma nasofaring. Keluhan saat ini adalah benjolan di kedua sisi leher. *enjolan tersebut dikeluhkan sejak 5 bulan yang lalu. *enjolan tidak mengganggu akti(itas sehari0hari seperti makan, minum, dan berbi3ara. Keluhan batuk berdahak ber3ampur darah, sesak nafas, dan nyeri pada tulang disangkal oleh penderita. "i-ayat Penyakit $ebelumnya Penderita pertama kali datang dengan keluhannya ke poliklinik = =GK; :/6P /anglah pada tanggal 1+ %ebruari 2"13. Pada saat itu penderita datang sadar dengan
15

8 I 7yoman ?arsa 8 +1 tahun 8 ;aki0laki 8 *anjar =egal &engkeb =engah /elemadeg, =abanan 8 Petani 8 *ali 8 indu 8 =amat /;=9 8 &enikah 8 $ &aret 2"13 8 $ &aret 2"13

keluhan hidung kanan tersumbat sejak I 3 bulan yang lalu. Keluhan hidung tersumbat ini menyebabkan penderita bernafas le.at hidung kiri yang semakin lama dirasakan semakin berat. Keluhan ini juga disertai keluar ingus en3er yang a.alnya ber.arna putih lalu lama kelamaan ber.arna kuning kemerahan dan diakui penderita tidak berbau. Keluar darah dari kedua lubang hidung hanya kadang0kadang dialami penderita. Penderita merasakan telinga sebelah kanannya terus mendenging yang dirasakan sejak sekitar ! bulan yang lalu dan semakin lama makin memberat. /elain itu penderita mengalami kurang pendengaran pada telinga kanan sejak 203 bulan yang lalu, hilang timbul, dan makin lama makin memberat. Penderita juga mengeluh mun3ul benjolan yang tidak nyeri pada leher sebelah kanan sejak I 5 bulan yang lalu. Keluhan sukar menelan tidak dirasakan penderita. /uara penderita berubah menjadi sengau dirasakan sejak 203 bulan yang lalu. =idak ada kesemutan atau sakit kepala dirasakan oleh pasien. -angguan penglihatan berupa melihat ganda tidak dialami penderita. :i.ayat batuk0batuk, sesak nafas tidak ada. Pasien adalah rujukan dari :/6 =abanan dengan hasil P9 undi!!erentiated carcinoma nasopharin.. 'i :/6P /anglah dilakukan 3ek lab pada tanggal 1+ %ebruari 2"13, foto toraks dan >= s3an pada tanggal 15 %ebruari 2"13 untuk dilakukan staging. :i.ayat pengobatan8 Penderita sebelumnya telah mendapatkan pengobatan berupa disudrin 3D3" mg (i.o), (itamin *1 *! *12 2D, tablet (i.o), (itamin > 1D1 tablet (i.o), dan ambroDol 3D3" mg (i.o). :i.ayat penyakit terdahulu8 Penderita tidak pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. =idak ada anggota keluarga pasien yang menderita kelainan yang sama. :i.ayat sosial8 Penderita berasal dari golongan ekonomi menengah keba.ah. Penderita mengaku mempunyai kebiasaan merokok dan telah berhenti sejak 1 bulan yang lalu. Istri penderita mempunyai kebiasaan menambahkan bahan penyedap rasa setiap kali memasak. Pemeriksaan /isik /tatus Present8

2"

Kesadaran =ekanan darah 'enyut nadi :espirasi =emperatur aDilla /tatus -eneral8 Kepala &ata Cajah = = ;eher =horaks 9bdomen )kstremitas /tatus ;okalis8 =);I7-9

8 3ompos mentis 8 12"G$" mm g 8 $+ DGmenit 8 2" DGmenit 8 3! J>

8 normo3ephali 8 anemia 0, ikterus 0, ptosis 0, diplopia 0, strabismus H 8 parastesia 0G0 8 sesuai status lokalis 8 sesuai status lokalis 8 >or 8 /1/2 =unggal, :eguler, &urmur H Pulmo8 4esikuler KGK, CheeAing 0G0, :honki 0G0 8 *ising usus K normal, distensi 0, heparGlien tidak teraba 8 )dema (0G0), akral hangat (KGK)

Kanan 'aun telinga ;iang telinga 'is3harge &embran timpani =umor &astoid =es pendengaran /uara bisik Ceber 7 ;apang 0 Intak :efleks 3ahaya K 0 7 tidak die(aluasi tidak die(aluasi ;ateralisasi H

Kiri 7 ;apang 0 Intak :efleks 3ahaya K 0 7 tidak die(aluasi tidak die(aluasi

21

:inne /3h.aba3h

K 7

K 7

I'67Kanan idung luar >a(um nasi /eptum nasi 'is3harge &ukosa =umor Konka /inus Koana 7aso )ndoskopi 0 &erah muda 0 'ekongesti 7 &asa (K) &asa (K) sampai atap nasofaring =)7--2:2K 'yspneu /ianosis &ukosa /tridor /uara =onsil ;aring Kelenjar limpe leher 0 0 &erah muda 0 7ormal =1 =1 tenang =idak dikerjakan Pembesaran kelenjar limfe K, &ultiple, bilateral, terfiDir, konsistensi padat ukuran8 kanan (2D3D3, 3D+D+)L kiri (+D3D2) Hasil pemeriksaan penunjang 7 ;apang 'e(iasi 0 0 &erah muda 0 'ekongesti 7 0 &asa (K) Kiri 7 ;apang

'itemukan masa di fossa :osenmuller 'G/

22

istopatologis 1+ %ebruari 2"13

8 ,ndi!!erentiated +arcinoma #asopharin.

Pemerisaan laboratorium darah rutin dan kimia darah Parameter C*> :*> -* >= P;= Parameter *67 >reatinin -lukosa puasa 9;P 9/= 9;= 7atrium Kalium 15 %ebruari 2"13 asil pemeriksaan >= s3an kepala fokus nasofaring irisan aksial tanpa dan dengan kontras8 tampak masa solid berbatas tidak tegas dengan sentral nekrotik di dalamnya (densitas ,3 enhan3ement (densitas 1+ 6) &asa tampak mengobliterasi torus tubarius dan fossa :osenmuller kanan, meluas ke parafaring, orofaring, sphenoidalis kanan, ethmoidalis kanan, maksilaris kanan dan 3a(um nasi kanan. 6) di nasofaring kanan yang pada pemberian kontras tampak abnormal asil !,1+ KGM; ,,3, &GM; 1,,+" gGdl +!,5" # 3!2 KGM; asil 1,"" mgGdl ",53 mgGdl $5 mgGdl !3 I6G; 1$,2" I6G; 3+,3" I6G; 1+, molG; +,+$ molG; :emarks 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal :emarks :endah 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal 7ormal

23

=ampak pembesaran kelenjar K-* 3olli multiple kanan kiri dengan sentral nekrotik di dalamnya dan ukuran terbesar 2,2 D 1,! 3m =ak tampak destruksi tulang =ampak de(iasi septum nasi ke kanan /inus spenoidalis kiri, etmoidalis kiri, sinus maksilaris kiri, dan frontalis kanan tampak kelainan Parenkima otak yang ters3anning tampak normal /istem (entrikel dan sisterna tak tampak kelainan =ak tampak de(iasi midline structure 2rbita dan mastoid kanan dan kiri tak tampak kelainan Kal(aria dan basis kranii tak tampak kelainan $o!t tissue />9;P tak tampak kelainan masa solid berbatas tidak tegas dengan sentral nekrotik di dalamnya di nasofaring kanan yang mengobliterasi torus tubarius dan fossa :osenmuller kanan, meluas ke parafaring, orofaring, sphenoidalis kanan, ethmoidalis kanan, maksilaris kanan dan 3a(um nasi kanan disertai pembesaran kelenjar K-* 3olli multipel kanan kiri dengan sentral nekrotik di dalamnya dan ukuran terbesar 2,2 D 1,! 3m de(iasi septum nasi kanan indu, *ali, datang dengan diagnosis karsinoma

Kesan8 -

"esume

Penderita laki0laki, +1 tahun,

nasofaring stadium 3. Keluhan saat ini adalah benjolan di kedua sisi leher. *enjolan tersebut dikeluhkan sejak 5 bulan yang lalu. Penderita kesehariannya sebagai petani dan memiliki kebiasaan merokok. Pada kunjungan pertamanya ke poliklinik = =GK; :/6P /anglah penderita mengeluh keluhan hidung kanan tersumbat sejak I 3 bulan yang lalu. Keluhan hidung

2+

tersumbat ini menyebabkan penderita bernafas le.at hidung kiri yang semakin lama dirasakan semakin berat. Keluar ingus en3er yang a.alnya ber.arna putih lalu lama kelamaan ber.arna kuning kemerahan dan diakui penderita tidak berbau. Keluar darah dari kedua lubang hidung hanya kadang0kadang dialami penderita. =elinga kanan mendenging sejak sekitar ! bulan yang lalu dan semakin lama makin memberat. /elain itu penderita mengalami kurang pendengaran pada telinga kanan sejak 203 bulan yang lalu, hilang timbul, dan makin lama makin memberat. &un3ul benjolan yang tidak nyeri pada leher sebelah kanan sejak I 5 bulan yang lalu. /uara penderita berubah menjadi sengau dirasakan sejak 203 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan masa pada koana , pada pemeriksaan dengan naso endoskopi ditemukan masa di fossa :osenmuller kanan dan kiri sampai atap nasofaring. /elain itu juga didapatkan pembesaran kelenjar limfe multipel, bilateral, terfiksir, konsistensi padat dengan ukuran kanan 2D3D3 dan 3D+D+ serta di kiri dengan ukuran +D3D2. Statu+ l$,ali+ THT / =elinga =enggorok idung idung luar >a(um nasi /eptum nasi 'is3harge &ukosa =umor Konka /inus Koana 0 &erah muda 0 'ekongesti 7 &asa (K) 8 dalam batas normal 8 dalam batas normal 8 Kanan 7 ;apang 'e(iasi 0 0 &erah muda 0 'ekongesti 7 0 Kiri 7 ;apang

2,

0iagnosis Kerja1 ,ndi!!erentiated +arcinoma #asopharin. /tadium III (=3 72 &") pro kemoterapi seri I ,sulan pemeriksaan 1. 2. 3. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit (7a, K), albumin %ungsi hati (/-2=, /-P=) %ungsi ginjal (ureum, kreatinin, >>=)

Penatalaksanaan Terapi 1. &:/ 2. Kemoterapi dengan PaDus 33" mg dan >arboplatin +," mg 3. I4%' 7a>l ",5# +. 'isudrin 3D3" mg i.o ,. Parasetamol 3D,"" i.o !. 4itamin *1 *! *12 2D1 tablet i.o 1. 9mbroDol 3D3" mg i.o $. 4itamin > 1D1 tablet i.o &anagemen Keluhan dan tanda (ital KI) Penderita dan keluarga mengenai kondisi penderita, termasuk diagnosis dan ren3ana tindakan. Prognosis 'ubius ad malam. /ur(i(al :ate selama , tahun 3$,+ # PEM.AHASAN

2!

'ilaporkan satu kasus, penderita laki0laki berusia +1 tahun, karsinoma nasofaring stadium 3 (=3, 72, &").

indu, *ali, dengan

al ini sesuai dengan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang maupun diagnostik yang telah dilakukan. 'ari hasil anamnesis didapatkan bah.a penderita datang dengan keluhan utama benjolan pada leher kanan dan kiri dan dirasakan pasien sejak 5 bulan yang lalu. /ebelumnya penderita telah berkunjung ke poliklinik = =GK; :/6P /anglah dengan keluhan utama hidung kanan tersumbat sejak I 3 bulan yang lalu. =elinga kanan mendenging sejak sekitar ! bulan yang lalu dan semakin lama makin memberat. Kurang pendengaran pada telinga kanan sejak 203 bulan yang lalu, hilang timbul, dan makin lama makin memberat. &un3ul benjolan yang tidak nyeri pada leher sebelah kanan sejak I 5 bulan yang lalu. /uara penderita berubah menjadi sengau dirasakan sejak 203 bulan yang lalu. /elain itu penderita mempunyai kebiasaan merokok. *erdasarkan laporan beberapa penulis dikatakan bah.a keluhan yang sering ditemukan pada penderita karsinoma nasofaring adalah gangguan pada hidung (13,+#), gangguan pada telinga (!2,+#), dan gangguan berbi3ara (2,+#). 'ari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher sebelah kiri dan kanan yang terfiksir, dengan konsistensi padat. /edangkan dari pemeriksaan rinoskopi posterior didapatkan masa pada koana deDtra. &asa pada sinistra dan deDtra didapatkan pada pemeriksaan naso endoskopi. asil pemeriksaan histologis didapatkan suatu 6ndifferentiated Karsinoma 7asofaring. &enurut literature dilaporkan bah.a 1"# dari karsinoma nasofaring merupakan jenis undifferentiated karsinoma nasofaring. /edangkan untuk pemeriksaan penunjang yang dikerjakan pada penderita ini adalah pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui ada tidaknya leukopenia, hemokonsentrasi, trombositemia, kadar emoglobin,dll. /edangkan pemeriksaan kimia darah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi organ lain seperti hepar akibat terjadinya metastase. Pemeriksaan elektrolit ditujukan untuk mengoreksi sedini mungkin apabila ada ketidakseimbangan elektrolit. Kemudian dikerjakan pemeriksaan radiologis berupa >= s3an untuk mengetahui staging. /elain itu juga dilakukan biopsi nasofaring dan pemeriksaan P9 dengan hasil P9 berupa 6ndifferentiated >a 7asofaring, dimana biopsi dan

21

pemeriksaan P9 ini merupakan tindakan diagnostik, sehingga dapat ditegakkan diagnosisnya berupa karsinoma nasofaring. /elain itu, untuk menegakkan diagnosis suatu karsinoma nasofaring dapat juga ditegakkan dengan formula 'I-*?. *erdasarkan data di atas, didapatkan formula pada tabel di ba.ah ini. /imptom &asa terlihat pada nasofaring -ejala khas di hidung -ejala khas pendengaran /akit kepala unilateralGbilateral -angguan neurologi3 )ksoftalmus ;imfadenopati leher 7ilai 2, 1, 1, 0 0 0 2,

@umlah skor 'I-*? yang didapatkan pada penderita ini men3apai jumlah $", sehingga dapat didiagnosa se3ara klinis sebagai karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa &:/, kemoterapi dengan PaDus 33" mg dan >arboplatin +," mg, I4%' 7a>l ",5#, 'isudrin 3D3" mg i.o, Parasetamol 3D,"" i.o, 4itamin *1 *! *12 2D1 tablet i.o, 9mbroDol 3D3" mg i.o, 4itamin > 1D1 tablet i.o. Penatalaksaan ini didasarkan atas kebutuhan dari penderita sendiri, dimana &:/ dilakukan karena penderita memperoleh tindakan kemoterapi yang hanya dapat dilakukan di :/, selain itu juga untuk memantau perkembangan penyakit itu sendiri. 'isudrin diberikan untuk mengatasi hidung tersumbat karena mengandung dekongestan. Para3etamol disini diberikan sebagai analgetik. 4itamin *1 *! *12 diberikan sebagai muliti(itamin untuk meningkatkan stamina atau ketahanan tubuh penderita. Pemberian 4itamin > bertujuan untuk memper3epat proses reepitelialisasi dari sel0sel epitel pada mukosa nasofaring yang mengalami kerusakan. 9mbroDol diberikan untuk mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran nafas karena memiliki efek mukokinetik dan sekretolitik. Prognosis untuk pasien ini 3enderung mengarah ke dubius ad malam atau buruk, karena sudah men3apai stadium III dimana survival rate selama , tahun adalah dikatakan sekitar 3$,+# pada kepustakaan.

2$

.A. ( SIMPULAN =elah dilaporkan kasus penderita laki0laki, +1 tahun, indu, *ali, datang untuk

kemoterapi seri I dengan diagnosis karsinoma nasofaring stadium 3, dengan keluhan benjolan di leher kanan dan kiri sejak sekitar 5 bulan yang lalu. /ebelumnya pasien juga pernah berkunjung ke poliklinik = =GK; :/6P /anglah dengan keluhan utama hidung kanan tersumbat sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk :umah /akit. Kadang0kadang disertai keluar darah dari hidung. /elain itu juga penderita mengeluh telinga kanan mendenging sejak sekitar ! bulan yang lalu dan semakin lama makin memberat. /elain

25

itu penderita mengalami kurang pendengaran pada telinga kanan sejak 203 bulan yang lalu, hilang timbul, dan makin lama makin memberat. &un3ul benjolan yang tidak nyeri pada leher sebelah kanan sejak I 5 bulan yang lalu. /uara penderita berubah menjadi sengau dirasakan sejak 203 bulan yang lalu. 'ari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher sebelah kiri dan kanan yang terfiksir, dengan konsistensi padat. /edangkan dari pemeriksaan rinoskopi posterior didapatkan masa pada koana deDtra. &asa pada sinistra dan deDtra didapatkan pada pemeriksaan naso endoskopi. 'ari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penderita didiagnosis dengan Karsinoma 7asofaring stadium III (=372&") dan kondisi umum baik. Pemeriksaan P9 dari hasil biopsi menunjukkan undi!!erentiated nasopharingeal carcinoma. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa &:/, kemoterapi dengan PaDus 33" mg dan >arboplatin +," mg, I4%' 7a>l ",5#, 'isudrin 3D3" mg i.o, Parasetamol 3D,"" i.o, 4itamin *1 *! *12 2D1 tablet i.o, 9mbroDol 3D3" mg i.o, 4itamin > 1D1 tablet i.o. Prognosis untuk pasien ini 3enderung mengarah ke dubius ad malam atau buruk, karena sudah men3apai stadium III dimana survival rate selama , tahun adalah dikatakan sekitar 3$,+# pada kepustakaan.

DAFTAR PUSTAKA 1. /uardana C., dkk, Karsinoma nasofaringL 'alam8 Pedoman 'iagnosis dan =erapi Ilmu Penyakit = =, %K 6nud, 'enpasar, 1552, hal. ,30,!. 2. >atatan kuliah karsinoma nasofaring. *agian =elinga %akultas Kedokteran 6ni(ersitas 6dayana. 2""2. 3. 9(erdi :oeAin, 9nida /yafril. *uku 9jar Ilmu Penyakit =elinga 6IL 155$. hal. 1+50,,. idung =enggorok. ed.8 ,. )ditor8 )fiaty 9rsyad /oepardi, 7urbaiti Iskandar. @akarta, *alai Penerbit %K idung dan =enggorokan.

3"

+. &ulyarjo, /oedjak /, dkk. 'iagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma 7asofaring. 7askah ;engkap Pendidikan Kedokteran *erkelanjutan III Ilmu Penyakit = =0K;. NPerkembangan =erkini 'iagnosis dan Penatalaksanaan =umor -anas = =0K;O. ;abG/&% Ilmu Penyakit = = %K 6nair, /urabaya, 2""2, hal. 3$0+$. ,. N7asopharyngeal >ar3inomaO, (2""2, 9pril 2,), ( ,tmb.edu), 9(ailable8 http8GG.... utmb.eduGotorefGgrnbfGnasopharG3aG5$"121Gnasophar03a05$"121.htm !. N=reatment /tatement %or """""!251$.html. 1. er >. 7asopharyngeal >an3er and the /outheast 9sian Patient in 9meri3an %amily Physi3ian, (olume !3 no. 5, &ay 2""1, p. 111!0$2. $. N7asopharyngeal >an3erO, (2""3, &ar3h 5), (23Medicine.com), 9(ailable8 98GG)0 &edi3ine#2"0#2"nasopharyngeal#2"3an3er#2" arti3le#2"by#2"9rnold. 5. >ody =.:, Kein ).*, Pearson *.C. ;esi 7asofaring. 'alam8 Penyakit =elinga, idung dan =enggorokan. )ditor8 9ndrianto Petrus, edisi ke0,. =erjemahan, @akarta8 1553, Penerbit *uku Kedokteran )->, hal8 31102. 1".9C& ;ee, C %oo, />K ;a. et al. 7asopharyngeal >ar3inoma0Presenting /ymptoms and 'uration *efore 'iagnosis. 9(ailablefrom8 6:;8 K&@ (serial on line) 'e3., 1551L 3(+)83,,0!1. http8GG....hkam.org.hkGpubli3ationsGhkmjGarti3lePpdfsGhkm ighler P.9. Karsinoma 7asofaring. 'alam8 *2I)/ *uku 9jar ealth Professional 7asopharyngeal >an3erO, (2""+, @anuary 2"), (Med,ni.com), 9(ailable8http8GG....med.uni0bond0beG3an3erGdo(G3dr

5112p3,,.pdf. 933essed8 23t. $, 2""3. 11.*oies ;.:, 9dams -, Penyakit = =. )ditor8 )ffendi , edisi ke0!. =erjemahan, @akarta8155+, Penerbit *uku Kedokteran )->, hal8 ++203.

31

Anda mungkin juga menyukai