Anda di halaman 1dari 17

RESPONSI KASUS RSUD SANJIWANI GIANYAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Oleh : Ni Wayan Sunardiasih (0902005161) Pembimbing : dr.

A. A. Ayu Agung Indriany, Sp.KJ

Skizofrenia Hebefrenik

STATUS PASIEN I. IDENTITAS PENDERITA : Nama Jenis Kelamin Umur : IWD : laki-laki :56 Tahun

Pendidikan Terakhir : tidak tamat SD Pekerjaan Agama Status Perkawinan : Tidak bekerja : Hindu : Menikah

Bangsa/Suku Bangsa: Indonesia/Bali Alamat : Br Sakih Sukawati Gianyar

Tanggal Pemeriksaan: 4 Maret 2014 Tanggal Kunjungan : 4 Maret 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI A. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : sakit kepala 2. Autoanamnesis Pasien Pasien datang ke poli jiwa RSUD Sanjiwani sendiri. Pasien diwawancarai dalam posisi duduk berhadapan dengan pemeriksa menggunakan kemeja kotak-kotak, dan celana panjang hitam.Rambut pasien tersisir rapi, dengan warna kulit sawo matang. Roman muka pasien sesuai dengan umur. Saat diwawancara, pasien memperhatikan 1

pemeriksa dengan baik dan jawaban yang diberikan oleh pasien dapat dimengerti oleh pemeriksa.

Pasien dapat menjawab dengan benar nama, sedang berada dimana, serta siapa yang mengantar. Saat diminta untuk menghitung 100 dikurangi 7, 93 dikurangi 7, 86 dikurangi 7, 79 dikurangi 7 dan 72 dikurangi pasien mampu menjawab dengan benar meskipun memerlukan waktu lama. Pasien kemudian diminta untuk mengulangi tiga nama benda yang yang disebutkan pemeriksa, yaitu buku, pulpen, penghapus dan pasien bisa melakukan dengan baik. Pasien dapat menjawab persamaan dan perbedaan bola tenis dan buah jeruk. Pasien mengatakan bola tenis untuk bermain dan buah jeruk untuk dimakan. Ketika pemeriksa mengatakan berakit rakit ke hulu, berenang renang ketepian. Pasien melanjutkan dengan bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian.
Ketika ditanya perasaannya pasien mengatakan biasa saja, tidak senang atau sedih. Pasien mengatakan perasaannya adalah menahan rasa sakit kepala yang dideritanya, karena sampai saat ini pasien belum merasakan perbaikan akan gejalanya. Saat ditanya alasan ke rumah sakit pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang sudah dialami selama 3 bulan. Sakit kepala terutama dirasakan di bagian depan yakni di bagian dahi. Sakit kepala dirasakan seperti ditekan benda berat. Sakit kepala dirasakan sepanjang hari dan makin memberat terutama saat malam hari. Hal ini membuat pasien tidak mampu lagi bekerja seperti biasa. Pasien kemudian membeli obat di warung untuk meredakan rasa sakit di kepalanya tersebut, namun tidak mempan. Kemudian pasien berobat ke dokter umum dan diberikan obat dan tidak mempan juga sampai akhirnya pasien disarankan untuk berobat ke rumah sakit Sanjiwani pada tanggal 24 Februari 2014 dan mendapatkan obat. Namun sampai saat ini pasien mengatakan tidak ada perubahan atau perbaikan akan gejala pasien. Pasien mengaku ingin sembuh dari sakitnya sehingga bisa kembali bekerja. Ketika ditanya adakah hal yang sering dipikirkan pasien pasien mengatakan tidak ada memikirkan apa. Pasien mengatakan hanya memikikan bagaimana cara menghilangkan keluhan sakit kepalanya. Sebelum sakit pasien bekerja menggarap sawah miliknya yang terletak tidak jauh dari rumah pasien, dan pasien juga bekerja membuat patung berbahan kayu akasia di rumahnya. Sejak sakit pasien tidak pernah

lagi pergi ke sawah sehingga pekerjaannnya diambil alih oleh istrinya, dan pasien juga tidak pernah mematung lagi. Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara aneh, atau suara-suara percakapan yang hanya bisa didengar oleh pasien sendiri. Pasien juga menyangkal pernah melihat bayangan-bayangan yang hanya dapat dilihat oleh pasien. Namun, pasien mengakui sering mendengar suara-suara mendengung di telinganya yang terutama dirasakan pasien pada malam hari saat pasien tertidur sekitar jam 9 malam saat pasien mulai tertidur. Pasien mengaku merasakan hal ini sejak sekitar 3 bulan yang lalu yakni bersamaan saat munculnya keluhan sakit kepala. Pasien mengatakan bahwa suara tersebut mengganggu tidurnya. Pasien juga mengatakan jika mendengar itu pasien berusaha untuk tidur agar tidak mendengar suara tersebut. Pasien menyangkal merasa dirinya dikendalikan oleh kekuatan di luar dirinya. Pasien mengatakan bahwa tidurnya baik. Pasien mulai tidur jam setengah 10 malam dan bangun pukul 5 pagi, kadang jam 6 pagi bila pasien merasa badannya lemas dan tidak bertenaga. Pasien menyangkal mengalami mimpi buruk saat tidur. Pasien mengatakan hanya terbangun pada malam hari untuk BAK. Pasien juga mengaku tidak memiliki keluhan pada makan. Pasien makan rutin 3 kali sehari dengan menu bubur pada pagi hari, nasi dan lauk pauk pada siang hari, dan malam hari kembali makan bubur. Kadang diselingi dengan susu dan pisang. Ketika ditanyakan mengapa makan bubur pasien mengatakan bahwa itu adalah anjuran dari dokter yang merawat pasien saat opname di Rumah sakit sanjiwani Gianyar sekitar 6 bulan yang lalu dan pasien takut apabila tidak dijalankan sakit lambungnya akan kumat. Pasien mengatakan pernah dirawat selama 2 minggu karena penyakit lambung yang dideritanya. Pasien mengatakan pada saat itu kadar hemoglobinnya rendah sehingga pasien mendapatkan transfusi sebanyak 1 kantong darah. Pasien mengatakan sejak diketahui menderita sakit lambung pasien menjaga makanannya, pasien tidak mau makan makanan pedas, dan berhenti minum kopi, serta tidak mau menggantikan bubur dengan nasi meskipun keluhan di lambungnya sudah membaik. Pasien mengatakan bahwa ia mampu mengurus diri sendiri dengan baik tanpa dibantu orang lain. pasien mampu mandi, makan atas inisiatif sendiri. Semenjak sakit pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk istirahat. Pasien merupakan anak tunggal, dan ibu pasien telah menikah lagi dengan orang lain pada saat pasien duduk di bangku kelas 2 SD. Saat itu pasien sangat sedih, dan pasien dirawat oleh neneknya karena ayahnya sudah meninggal. Pasien mengaku jika pasien ada masalah kadang pasien menceritakan ke istrinya. Kadang juga pasien 3

bercerita ke adik iparnya mengenai sakit kepala pasien dimana pasien meminta saran dari adiknya ke mana ia harus berobat. Namun, pasien juga mengatakan bila masalah terebut bisa diselesaikan sendiri maka pasien akan menyelesaikannya sendiri. Bila tidak mampu maka ia akan meminta pertimbangan keluarga. Pasien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki masalah dengan keluarganya. Demikian juga dengan tempatnya bekerja juga pasien tidak memiliki masalah. Pasien mengatakan pemasukan rumah berasal dari hasil bekerja anakanaknya. Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan lingkungan tetangga dan sekitarnya. Sebelum sakit pasien biasa ngayah di banjar, namun semenjak sakit pasien tidak mampu lagi ngayah di banjar dan Kelian banjar pasien pun sudah maklum akan hal itu. Pasien mengaku jarang bersosialisasi dengan tetangga karena sama-sama sibuk bekerja. 3. Heteroanamnesis : (istri dan anak-anak pasien ) Istri pasien Dari informasi yang didapat dari istri pasien diketahui bahwa pasien menderita sakit kepala sejak bulan November 2013 lalu. Pasien dikatakan sejak saat itu sering meracau dan berperilaku aneh pada malam hari saat pasien tidur. Misalnya pasien berkata suh.. suh.. dan menggerakkan tangan seperti sedang mengusir ayam, namun dalam keadaan mata tertutup. Biasanya pasien meracau selama 1 sampai 2 jam, kemudian pasien benar-benar tidur dan terbangun 15 menit kemudian dan mengatakan bahwa badannya lemas dan tidak ingat akan perkatannya. Pasien juga pernah berkata ade ne ngalih pada saat tidur tersebut. Makan pasien dikatakan masih baik, dan mampu merawat diri dengan baik. Istri pasien mengatakan hal ini berawal dari bulan Mei 2013. Pada saat itu pasien baru pulang dari sawah dan mengatakan badannya terasa panas, kemudian pasien diantar berobat ke perawat dan diukur suhunya pada saat itu adalah 38C. Panas pasi kemudian turun, namun 3 hari kemudian panasnya naik lagi kemudian berobat lagi ke perawat dekat rumahnya kemudian disarankan untuk cek lab. Dari hasil lab didapatkan Hb pasien rendah yakni 7,8 dan disarankan untuk opname namun pasien menolak karena tidak mampu menanggung biayanya dan pasien diberikan obat. 3 hari kemudian pasien mulai menjukkan perilaku aneh, yakni pasien dikatakan tidak bisa diam. Kemudian pasien dibawa ke rumah sakit Sanjiwani Gianyar pada bulan Juli 2013 karena keluhan mual dan muntah dan dikatakan pasien memiliki masalah di lambung dan mungkin dikarenakan pola makan pasien yang 4

tidak teratur dan sering terlambat makan. Pasien pun dirawat selama 1 minggu dan diberikan transfusi sebanyak sekitar 3 kantong. Setelah pulang dari rumah sakit, 1 minggu kemudian keluhan mual dan muntah kembali dirasakan pasien sehingga pasien kembali harus dirawat di rumah sakit Sanjiwani selama 2 minggu yakni sekitar bulan Agustus 2013 dan juga dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi dan dikatakan hasilnya terdapat lecet di lambung pasien. Pada saat itu pasien mendapatkan transfusi sebanyak 1 kantong darah. Sampai saat ini pasien dikatakan hanya makan bubur dengan sedikit lauk pauk untuk sarapan dan makan malamnya, pasien tidak mau makan nasi sebagai penggantinya. Istri pasien mengatakan sebelum sakit pasien adalah orang yang mudah marah dan emosional. Ketika pasien mulai marah maka ia akan mengalah. Istri pasien mengatakan selama ini pasien tidak memiiki masalah dengan keluarga, tetangga atau lingkungan sekitarnya. Kemudian wawancara dilanjutkan ke kedua anak pasien yakni anak pasien yang pertama dan ketiga. Anak pasien yang kedua sedang berada di di Ujung Pandang untuk bekerja. Pasien dikatakan sering meracau pada malam hari saat tidur, biasanya terjadi di atas pukul 9 malam. Pasien dikatakan berbicara aneh dan tidak dapat dimengerti. Kadang pasien pernah menunjuk sesuatu ke atas dan mengatakan ade apa ditu dengan mata tertutup. Namun kenyataannya dikatakan tidak ada apaapa. Kemudian pasien juga mengatakan ada api, namun kenyataannya tidak ada api. Kadang juga pasien berperilaku seperti mengusir anjing dan ayam dan mengatakan man, be alih cicing, tiakin. Perilaku aneh ini dikatakan tidak hanya terjadi saat malam hari saat pasien tidur namun juga pada saat siang hari saat pasien terjaga. Pasien dikatakan sering berbicara sendiri, menari-nari, dan bernyanyi-nyanyi sendiri, serta juga tertawa dan senyum sendiri. Anak pasien yang pertama mangatakan bahwa sebelumnya ayahnya pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya yakni saat anak pertama pasien masih kecil. Pasien dikatakan minum obat untuk keluhan tersebut namun ia lupa nama obatnya. Kemudian setelah itu pasien tidak pernah kumat lagi. Anak pasien mengatakan bahwa bila fisik ayahnya menurun maka keluhan meracau di malam hari akan muncul. Saat pasien kumat, dikatakan tangan dan kaki pasien tidak bisa diam. Keluarga pasien lalu berusaha untuk menenangkan pasien dengan memanggil adik kandung istri pasien yang bisa ilmu reiki. Setelah itu pasien mau tenang namun

beberapa hari kemudian kambuh lagi. Pasien sudah berulang kali berobat ke balian namun tidak mempan. Pasien dikatakan lebih menyukai pengobatan tradisional. Ketika ditanyakan mungkinkah ada pengaruh niskala pada sakit ayahnya, anak pasien mengaku tidak bisa merasakan hal-hal seperti itu dan mereka lebih mempercayai ilmu medis. Namun anak pasien mengatakan bahwa ibu dan ayahnya sering mengatakan bahwa sakitnya pasien disebabkah karena dikenai ilmu hitam oleh tetangganya yang iri kepada pasien. Sebelum sakit, pasien adalah orang yang emosional dan mudah marah, dan cenderung memendam sendiri masalahnya. Pasien dikatakan jarang keluar untuk bersosialisasi dengan tetangganya, lebih sering tetangganya yang datang ke rumah pasien.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU Pasien telah dua kali dirawat di Rumah sakit Sanjiwani dan dirawat oleh bagian penyakit dalam karena mengeluh mual dan muntah. Di rumah sakit pasien didiagnosis menderita penyakit lambung. Yang pertama pasien dirawat selama 1 minggu dan mendapatkan transfusi sebanyak 3 kantong karena Hb pasien rendah. Kemudian pasien pulang dan dirawat di rumah selama 1 minggu. Namun gejala mual tersebut muncul kembali dan pasien harus dirawat di rumah sakit Sanjiwani selama 2 minggu dan mendapat transfusi 1 kantong darah. Setelah pasien pulang dari rumah sakit, pasien masih merasakan sakit kepalanya mengganggu, kemudian pasien pergi ke dokter umumdan diberikan surat rujukan untuk datang ke poli jiwa. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah berobat ke bagian jiwa. C. RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA Riwayat penyakit jantung, ginjal dan paru dalam keluarga pasien disangkal. Tidak ada keluarga pasien yang memiiki riwayat gangguan jiwa.

D. RIWAYAT PENGOBATAN Pasien sempat pergi ke warung untuk meredakan keluhan sakit kepalanya, namun pasien mengatakan bahwa keluhannya tidak membaik. Kemudian pasien berobat ke dokter umum dan hasilnya juga sama. Kemudian pasien pergi ke dokter umum dan disarankan untuk berobat ke rumah sakit Sanjiwani bagian jiwa. Ketika pertama kali ke poli jiwa, pasien diberikan 2 jenis obat. Keduanya berwarna putih.

Kemudian pasien datang kembali karena kontrol obat habis dan mengatakan bahwa keluhannya tidak membaik. E. RIWAYAT PENGGUNAAN NAPZA Pasien dikatakan tidak pernah menggunakan zat-zat narkotika, alkohol maupun rokok. Pasien sebelumnya sering mengkonsumsi kopi yakni 1 gelas tiap hari. Namun kini sejak didiagnosis menderita penyakit lambung pasien sudah berhenti minum kopi. F. RIWAYAT PERKEMBANGAN Pasien mengaku kurang mengetahui bagaimana kondisi ibunya saat mengandung pasien. Namun dikatakan bahwa pasien dilahirkan secara normal. Pasien tidak mengetahui berapa bulan ibunya mengandung dirinya karena pasien tidak pernah menanyakan hal tersebut. Berat badan pasien juga dikatakan normal saat lahir. G. RIWAYAT SOSIAL Dalam lingkungan rumah pasien hanya terdapat 1 KK, yaitu pasien dan keluarganya. Pasien dan istrinya memiliki 3 orang anak yang semuanya laki-laki. Anak pertama dan ketiga pasien bekerja di Denpasar dan baru pulang sore hari. Sedangkan anak kedua pasien bekerja di Ujung Pandang. Bangunan sebelah utara rumah pasien adalah sanggah, bale daja dan sebuah pelinggih. Sebelah selatan merupakan dapur serta kamar mandi.Sebelah timur terdapat bale angin. Dan di sebelah barat terdapat pondok untuk membuat patung, dan kamar tidur pasien dan anak-anaknya. Rumah pasien terdiri dari 3 kamar, dimana 1 kamar merupakan kamar pasien dan istrinya. 1 kamar disebelahnya merupakan kamar anak pertama. Dan 1 kamar sebelahnya merupakan kamar anak ketiga pasien. Kondisi halaman rumah pasien rapi dan dipenuhi pohon-pohon dan rumput sehingga terlihat asri. Namun pada beberapa sisi yakni di bale yang lama dan pondok membuat patung tampak kurang rapi. Nampak bale daja yang sedang dalam tahap penyelesaian.

Hubungan pasien dengan keluarga dapat dikatakan baik. Sehari-hari pasien selalu bersama dengan anggota keluarganya. Hubungan pasien dengan tetangga dan warga di sekitar rumahnya cukup baik. Namun karena kesibukan masing-masing dalam bekerja pasien jarang bersosialisasi dengan
7

tetangga.Pasien dikenal cukup aktif untuk ngayah di banjar yang terletak di sebelah rumahnya.Bahkan pasien merupakan salah satu anggota sekaa gong di banjarnya sebelum pasien sakit. Namun semenjak sakit pasien tidak bisa lagi menjalani kegiatan di bale banjar dan sudah tidak aktif di seka gong. Kesehariannya pasien hanya diam di rumah, tidak melakukan apa-apa, hanya istirahat, berbaring di salah satu kursi di teras rumah pasien. Untuk pekerjaanya di sawah dilakukan oleh istrinya dan buruhnya. Pasien merupakan anak tunggal namun ibu pasien menikah lagi dan memiliki anak dari perkawinan tersebut. Kedua orang tua pasien saat ini sudah meninggal. III. PEMERIKSAAN FISIK Status Interna : Status Present : Tekanan darah Nadi RR Suhu Status Neurologi GCS Defisit neurologis (-) Tenaga : 555 555 555 555 : E4V5M6 : 130/90 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit : 36,5oC

Tonus

:N N

N N
8

Tremor Status Psikiatri 1. Kesan Umum :

: tidak ada

Penampilan wajar, roman muka sesuai umur, kontak verbal dan visual baik 2. Kesadaran : Tingkat kesadaran jernih 3. 4. Mood/afek : inadekuat/appropriate Proses Pikir : Bentuk Pikir : non logis non realis Arus Pikir Isi Pikir 5. 6. 7. 8. Persepsi : koheren : waham curiga (+) : Halusinasiauditorik dan visual(+) riwayat, ilusi (-)

Dorongan Instingtual : insomnia (-), hipobulia (-), raptus (-) Intelegensia : Sesuai tingkat pendidikan(tidak tamat SD) Psikomotor : tenang saat pemeriksaan

Pemeriksaan darah lengkap ( 26 Februari 2014)


Parameter WBC RBC MCV HCT MCH MCHC Hb THR Hasil 7,45 4,77 60,4 28,8 18,8 31,2 9,0 431 Nilai normal 4.0 -10.0 4.0 -5.9 83.0 98.0 35.0 54.0 25.0 33.0 26.0 36.0 12.0 18.0 150 - 450 Rendah Rendah Rendah Rendah Keterangan

Pemeriksaan kimia klinik (26 Februari 2014) Parameter Gula sewaktu Ureum Creatinin SGOT SGPT Chol total Trigliserida HDL LDL direk Hasil 95 54 1,7 22 12 174 138 62 107 Nilai normal 80-120 15-43 0,5 1 <31 <31 <200 <200 >40 <130 Tinggi Tinggi Keterangan

IV. RINGKASAN Seorang laki-laki berusia 56 tahun, beragama Hindu, bertempat tinggal di Gianyar, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak laki-laki dan saat ini pasien tidak bekerja. Pasien datang ke poli jiwa RSUD Sanjiwani sendirian dengan keluhan sakit kepala sejak 3 bulan yang lalu. Sakit kepala dirasakan terutama di bagian depan yakni di bagian dahi dan dirasakan seperti tertekan benda berat. Sakit kepala dirasakan sepanjang hari dan memberat saat malam hari, namun pasien mengatakan hal tersebut tidak sampai membuat pasien bangun dari tidurnya. Pasien sempat membeli obat di warung, berobat ke dokter umum untuk mengatasi keluhannya namun pasien mengatakan tidak membaik sampai pasien kemudian disarankan untuk pergi ke poli jiwa rumah sakit Sanjiwani oleh dokter umum. Sebelumnya pasien sempat dirawat di rumah sakit Sanjiwani karena penyakit di lambung dari hasil endoskopi dikatakan terdapat lecet di perut pasien. Pasien dirawat 2 kali yakni pada bulan Juli dan Agustus 2013, yang terakhir pasien dirawat selama 2 minggu dan mendapatkan transfusi 1 kantong karena Hb pasien turun. Pasien mengatakan perasaanya biasa saja, hanya ingin sembuh dari sakit kepala yang dideritanya. pasien mengatakan tiap malam mendengar suara
10

mendengung. Hal ini dirasakan mengganggu pasien namun pasien tidak sampai terbangun akan hal itu. Pasien mengatakan bahwa tidurnya baik. Pasien tiap hari makan teratur dengan menu bubur pada pagi dan malam hari dan nasi serta lauk pauk pada siang hari. Pasien kini sudah tidak bekerja, sehari-hari hanya diam di rumah. Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan keluarga, maupun lingkungan sosialnya. Pasien hanya mengatakan jarang bersosialisasi karena baik ia maupun tetangganya sama-sama sibuk bekerja. Menurut anak-anak, maupun istri pasien, sejak sekitar 3 bulan yang lalu pasien sering meracau pada malam hari. Tidak hanya pada malam hari, pada siang hari pasien juga sering berbicara aneh, berbicara sendiri tanpa lawan bicara, berperilaku aneh seperti menari-nari, menyanyi, tertawa, dan senyum-senyum sendiri. Pada saat meracau, pasien mengatakan bahwa ia melihat sesuatu namun kenyataannya tidak ada. Selain itu pasien juga dikatakan terus menggerakkan tangan dan kakinya seperti tidak bisa diam.
Anak pasien mengatakan bahwa ibu dan ayahnya sering mengatakan bahwa sakitnya pasien disebabkah karena dikenai ilmu hitam oleh tetangganya yang iri kepada pasien. Sebelum sakit, pasien adalah orang yang emosional dan mudah marah, dan cenderung memendam sendiri masalahnya

Pemeriksaan fisik tampak normal baik status general maupun tanda vital. Dari status psikiatri didapatkankesan umum penampilan wajar, roman muka sesuai umur, kontak verbal dan visual baik. Kesadaran pasien jernih. Mood/afek: inadekuat/appropriate. Proses pikir, bentuk pikir : nonlogis nonrealis; arus pikir : koheren; isi pikir : waham curiga (+). Persepsi : halusinasi auditorik dan

visual(+)(riwayat), ilusi (-). Dorongan Instingtual : insomnia (-), hipobulia (-) raptus (-). Intelegensia: sesuai tingkat pendidikan. Psikomotor: tenang saat pemeriksaan. V. DIAGNOSIS BANDING 1. Skizofrenia Hebefrenik (F20.1) 2.Gangguan Kepribadian Skizoid (F60.1) 3. Depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3) VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL - Aksis I : Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
11

- Aksis II : Ciri kepribadian tertutup - Aksis III : penyakit sistem pencernaan - Aksis IV : Masalah dengan penyakitnya, masalah berkaitan dengan lingkungan sosial - Aksis V : GAF 70-61 VII.TERAPI paracetamol 3x500 mg Diazepam 3 x tab 2 mg Haloperidol 3x0,5 mg Amitriptilin 1x25 mg Sulfas ferrous 2 x 1 tab KIE kepada pasien dan keluarga

VIII. PROGNOSIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diagnosis Perjalanan penyakit Onset : Skizofrenia Hebefrenik (F 20.1) (Buruk) : Kronik ( Buruk ) : dewasa ( Baik )

Kepribadian premorbid : Kesan kepribadian tertutup ( Buruk ) Faktor pencetus Riwayat keluarga Dukungan keluarga Status Perkawinan Sosial ekonomi : ada ( Baik ) : tidak ( Baik ) : Ada ( Baik ) : Sudah menikah ( Baik ) : Cukup ( Baik ) : Tidak tamat SD ( Buruk) : ada ( Buruk )

10. Pendidikan 11. Penyakit Organik

12. Kepatuhan minum obat : Baik ( Baik ) 13. Kecepatan terapi : Segera ( Baik)

14. Respon terhadap terapi : Baik ( Baik ) Dari beberapa kriteria tersebut diatas pada kasus ini prognosis adalah mengarah ke Baik.(dubius et bonam)

12

BAGAN ANGGOTA KELUARGA PASIEN

Keterangan :

: Sakit ( Pasien)

: Laki-laki : Perempuan

: Laki-laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

13

DENAH RUMAH PASIEN

9 10 2

8 1

11 7

13

12

Keterangan: 1. Halaman depan 2. merajan 3. Bale dangin 4. Bale lama 5. kamar anak pertama 6. Kamar pasien dan istrinya 7. Kamar anak ketiga 8. Pondokan tempat membuat patung 9. Pelinggih
14

10. Bale daja 11. Halaman tengah 12. Dapur 13. Kamar mandi

DOKUMENTASI SAAT KUNJUNGAN RUMAH

Gambar 1. Foto bale dangin

Gambar 2. Tempat pasien sering bersantai di bagian teras rumah

15

Gambar 3. Foto bale lama

Gambar 4. Foto dokter muda dengan pasien dan istri pasien

16

Gambar 5. Foto bale daja

Gambar 6. Foto teras depan kamar tidur pasien dan anak-anaknya

17

Anda mungkin juga menyukai