Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN


1.1 Data Demografi
Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Serai, Desa Serai ,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Banjar Serai merupakan satu-
satunya banjar yang ada di Desa Serai. Dilihat dari kondisi iklimnya
daerah ini termasuk ke dalam iklim sejuk karena secara geografis letaknya
yang tinggi dari permukaan laut. Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani jeruk karena tanaman jeruk tumbuh subur di
daerah ini termasuk keluarga binaan penulis juga memiliki profesi yang
sama. Data demografis keluarga binaan seperti tercantum dalam tabel di
bawah :

1. Nama KK : I Kadek Dana
No Nama Jenis
kelamin
Umur Pendidikan Pekerjaan
1. I Kadek
Dana
Laki-laki 33 tahun Tamat SD Petani
2. Luh Kima Perempuan 35 tahun SD kelas 5 Petani
3. Made Arta Laki-laki 18 tahun SD kelas 2 Buruh
4. Komang
Yuda
Laki-laki 17 tahun Tamat SD Buruh
5. Ketut
Minggu
Laki-laki 11 tahun SD kelas 5 Pelajar






Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 1






Keterangan:
= laki-laki

= perempuan

2. Nama KK : Wayan Sunada
No Nama Jenis
kelamin
Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Made
Jingga
Laki-laki 65 tahun Tidak
bersekolah
Petani
2. Wayan
Ringga
Perempuan 60 tahun Tidak
bersekolah
Petani
3. I Wayan
Sunada
Laki-laki 46 tahun SD Kelas 4 Petani
4. Wayan
Sadri
Perempuan 42 tahun Tidak tamat
SD
Petani
5. Gede
Budiarta
Laki-laki 26 tahun Tamat SMP Petani
6. Kadek
Novi
Indrayani
Perempuan 25 tahun Tamat SMP Petani


Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 2
1
2
5
4
3











Keterangan :
= laki-laki

= perempuan

3. Nama KK: Nengah Ganti
No Nama Jenis
kelamin
Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Nengah
Ganti
Laki-laki 64 tahun Tidak tamat
SD
Petani
2. Ketut
Merta
Perempuan 60 tahun Tidak
bersekolah
Ibu rumah
tangga

Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 2

Keterangan :
= laki-laki

= perempuan

1
3
2


4
5
6
1
2


1.2 Status Sosial dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan
a. Keluarga I Kadek Dana
Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah
ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di
ladang yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya.
Kedua anaknya bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lain dan tidak memiliki pekerjaan Tetap
sedangkan anak terakhir masih berstatus sebagai pelajar.
Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar 10 juta per tahun
dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk tanaman,
pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun. KK
mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya
makan sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per
hari. Untuk sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil
dari hutan yang dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu
membayar biaya air lagi. Menurut KK, uang yang didapatkannya
tersebut bila dibandingkan dengan pengeluarannya termasuk
kurang.
KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di
sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2
buah bangunan Utama, yakni, bangunan pertama dengan ukuran
sekitar 6 x 7 m dan terdiri dari 2 buah kamar tidur untuk KK, istri
dan ketiga anaknya, serta bangunan lainnya merupakan dapur
berukuran 6 x 5 m. KK tidak memiliki kamar mandi atau tempat
MCK. Bangunan kamar tidur tersebut beralaskan semen tanpa
keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa dicat. Keadaan
di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk masing-
masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya
terdapat satu buah televisi. Untuk bangunan dapur beralaskan
semen tanpa keramik, beratap seng, dan bertembok semen. Di
dalam dapur terdapat tungku untuk memasak. Keluarga ini tidak
memiliki fasilitas MCK. Untuk keperluan MCK keluarga ini
menggunakan sumber air berupa air yang ditampung dalam wadah
semen yang dialirkan melalui pipa. Kegiatan MCK dilakukan di
ladang di belakang pondokan tanpa menggunakan jamban.
Selain itu terdapat pula bak air untuk menampung air hujan
yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di
halaman pekarangan rumah terdapat 1 ekor ayam jago yang
kadang-kadang digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung
yang dipelihara oleh anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan.
Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu.
b. Keluarga Wayan Sunada
Keluarga Wayan Sunada termasuk dalam kelas sosial ekonomi
yang menengah. Sejak dahulu, seluruh keluarga KK dan
keturunannya bekerja sebagai petani. Pada saat ini KK bekerja
sebagai petani di ladang orang lain dan kadang kadang bekerja
sebagai buruh di ladang orang lain juga karena merasakan
pendapatannya kurang cukup dan pekerjaan sebagai petani tidak
memberikan pendapatan yang tetap setiap hari. Walaupun istri KK
juga bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga petani
pendapatannya bersama KK masih tidak cukup untuk membeli
bahan yang perlu dimasak setiap hari. Menurut KK, pendapatannya
setiap bulan adalah tidak tetap dan maksimum adalah sebanyak
Rp700.000,00 per bulan. Rata-rata pengeluaran KK setiap bulan
adalah sebanyak Rp300.000,00 yang digunakan untuk untuk
membayar listrik, air, bahan upacara dan juga segala macam
makanan seperti beras, gula, kopi, minyak dan lainnya. Orang tua
KK telah memiliki jaminan kesehatan yang kadang ia gunakan
untuk mendapat pengobatan gratis, namun KK sendiri tidak
memiliki jaminan kesehatan sehingga bilamana ia sakit ia harus
mengeluarkan biaya lebih untuk berobat. Secara keseluruhan KK
masih dapat memenuhi kebutuhan seharian keluarganya.
Keluarga ini tinggal bersama ayah dan ibu serta anak
cucunya di suatu bangunan permanen di atas tanah seluas seluas 80
are dengan tiga bangunan utama di dalamnya. Bangunan pertama
tembok berbahan semen dicat putih, dengan alas keramik dan atap
genteng dan terdiri dari 2 buah kamar tidur dan 1 buah kamar
mandi yang digunakan oleh Wayan Sunada beserta istrinya dan
anak lelaki beserta istrinya. Bangunan kedua terdiri dari dapur
tradisional dengan tembok berbahan anyaman bambu alas semen
atap genteng. Sedangkan untuk bangunan ketiga merupakan tempat
tinggal untuk orang tua KK yang terdiri dari 1 buah kamar tidur
dan teras. Bangunan ini bertembok semen dicat hijau, alas semen,
dan beratap genteng. Kondisi rumah secara keseluruhan tampak
kurang rapi pada beberapa sisinya.
Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan pertama
di sebelah timur yang seluasnya 7m x 5m. Di dalam kamar tidur
terdapat ruang tamu yang berlantai karpet dan dua lagi ruangan
kecil yaitu masing-masing ruang tidur kepala keluarga bersama
istrinya dan ayah serta ibu kepala keluarga. Ruang kamar tidurnya
tampak rapi dan bersih serta ruang tamu mempunyai set sofa untuk
tamu untuk duduk dan makan. Penerangan kamar kecil cukup
bagus dan merupakan dari sumber PLN. Menurut istri KK, mereka
membersihkan sprei setiap dua kali seminggu dan mengepel
lantainya setiap bulan jika kotor. Ventilasi yang ada terdiri dari
jendela dan lubang angin di atas pintu dan jendelanya tampak
cukup bersih serta ada gordennya yang berwarna merah. Bangunan
yang kedua adalah kamar kecilnya terletak di luar tepi bangunan
utama yaitu kamar tidur. Kamar kecilnya tampak cukup bersih dan
mempunyai sebuah bak penampungan air untuk menampung air.
Kamar mandi juga bertembok semen dan beratap genteng dan
berlantai keramik biru. Sumber air diperoleh dari dua sumber yaitu
dari PDAM dan juga kadang kadang memperoleh air menggunakan
bak di PUSTU. Kamar mandi juga mempunyai penerangan yang
bagus yang berwarna kuning.
Bangunan yang kedua adalah dapur yang berlantai tanah
seluas 4m x 2m dan terdiri dari kompor gas serta mereka juga
menggunakan kayu bakar untuk memasak seharian. Peralatan
memasak tampak hitam dan kotor serta kerapiannya tidak dijaga
dengan baik. Dapur KK digunakan oleh keluarga yang lain yang
tinggal di bangunan yang lain sekitar rumah KK seperti
keponakannya. Penerangan di dapur berwarna kuning juga namun
agak kurang terang dan tidak ada ventilasi yang bagus karena
mereka tidak membersihkan abu-abu yang bercampur dengan
tanah dari kayu yang dibakar yang digunakan untuk memasak.
Bangunan ketiga adalah bangunan tempat tinggal untuk
orang tua KK yang terdiri dari 1 buah kamar tidur dan teras luar.
Di dalam kamar tidur terdapat kasur dan lemari. Kamar tidur
tampak sedikit berantakan sprei diganti tiap 1 bulan sekali.
Perkarangan rumah berlantai semen namun pada beberapa
sisi tampak belum disemen. Secara keseluruhan tampak rapi dan
bersih. KK mempunyai dua babi, tiga ayam, satu sapi dan beberapa
anjing yang berkeliaran di halamannya. Terdapat satu bak
penampungan air di halamannya yang digunakan untuk
menampung air hujan tapi pada saat ini tidak ada air dan baknya
tampak bersih.
c. Keluarga Nengah Ganti
Keluarga ini termasuk ke dalam golongan ekonomi
menengah ke bawah. Pendapatan keluarga dampingan diperoleh
dari KK Nengah Ganti yang bekerja sebagai buruh tani. Nengah
Ganti bekerja mengolah kebun jeruk milik desa karena beliau tidak
memiliki lahan pribadi. Nengah Ganti mengolah lahan desa sejak
20 tahun lalu dengan imbalan Rp 2.000.000,00 per tahun. Beliau
mengaku sejak beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan
pendapatan menjadi Rp 3.000.000,00 per tahun. Beliau
mengatakan mengolah lahan milik desa dengan imbalan kecil
karena rumah yang ditempati saat ini merupakan rumah dan tanah
milik desa. Karena rendahnya pendapatan yang diterima dari
mengolah lahan desa tersebut, Nengah Ganti juga mengolah lahan
milik orang lain untuk mencari tambahan penghasilan. Nengah
Ganti mengatakan pendapatan dari hasil mengolah lahan milik desa
maupun orang lain dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari
meskipun kadang pendapatan yang diterima tidak menentu.
Keluarga ini tinggal dalam satu pekarangan yang terdiri
dari 2 bangunan, yaitu 1 bangunan utama yang berfungsi sebagai
kamar tidur dan 1 bangunan lain yang berfungsi sebagai dapur dan
kamar tidur ibu Nengah Ganti. Bangunan utama merupakan
bangunan permanen beratapkan genteng sementara dapur
beratapkan seng. Bangunan utama berukuran 6 m x 10 m
beralaskan keramik dan terdiri dari 2 kamar tidur yakni kamar tidur
Nengah Ganti dan istrinya serta kamar tidur cucu Nengah Ganti
dan 1 ruang tamu yang beralaskan karpet. Ventilasi dan
pencahayaan tiap kamar sangat buruk karena jendela kedua kamar
tidur ditutupi oleh kertas plastik. Bangunan dapur berukuran 2 m
x 5 m yang terbagi menjadi 2 bilik yakni bilik pertama yang
digunakan untuk memasak serta bilik kedua yang ditempati oleh
ibu Nengah Ganti. Kedua bilik ini hanya dipisahkan oleh pembatas
semi permanen yang terbuat dari anyaman bambu. Halaman rumah
Nengah Ganti diisi oleh sangkar ayam dan beberapa ayam yang
berkeliaran dengan bebas sehingga kotoran ayam membuat
halaman rumah beliau tampak tidak bersih. Keluarga Nengah Ganti
tidak memiliki WC, kamar mandi maupun pipa air sehingga setiap
harinya cucu beliau harus mengambil air untuk keperluan seluruh
keluarga di penampungan air Desa Serai. Aktivitas mandi
dilakukan di halaman depan rumah yang ditutupi oleh seng dan
kayu sementara kakus dilakukan di kebun belakang rumah mereka.
1.3 Rumusan Masalah Kesehatan
a. Keluarga I Kadek Dana
Dalam keluarga ini yang memiliki masalah kesehatan adalah istri
KK. Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya.
Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian
menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan
apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki
tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik
setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil
namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga
setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan.
Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat
untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu
tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk
mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh
bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya.
Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami
pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah
makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu
menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa
nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang.
Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami
keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu
mengakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-
kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab
keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di
dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-
kacangan.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa ibu memiliki beberapa
faktor risiko terjadinya nyeri sendi yang dialami ibu yakni faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin
perempuan, adanya riwayat penyakit yang sama pada ibunya.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dijumpai
pada ibu adalah pekerjaan ibu yang sering membawa beban berat
langsung seperti hasil panen, diet yakni kebiasaan ibu yang suka
makan makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti
Kacang-kacangan dan jeroan, serta kurangnya pemahaman ibu
akan penyakitnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
Apakah dengan memberikan KIE kepada Luh Kima tentang
rematik akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan
penyakitnya sehingga mampu mengurangi kekambuhan
penyakitnya.
b. Keluarga Wayan Sunada
Ibu dari Wayan Sunada yakni Wayan Ringga dikatakan
memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang diketahui sejak 2
tahun yang lalu. Pada saat itu ia dikatakan mengeluh mengalami
nyeri kepala berdenyut dan diperiksa di bidan desa dan didapatkan
tekanan darahnya tinggi. Pada saat itu ia diberikan obat penurun
tensi, setelah beberapa hari mengonsumsi obat tersebut ia merasa
pusing sehingga ia tidak melanjutkan pengobatan.
Tujuh bulan yang lalu ia masuk rumah sakit karena
pingsan. Setelah dibawa ke rumah sakit dikatakan karena tekanan
darahnya terlalu tinggi. Di sana ia sempat dirawat selama 4 hari.
Setelah pulang dari rumah sakit ia diberikan untuk tekanan darah
tingginya namun tidak ia konsumsi lagi karena setiap ia
mengonsumsi obat penurun tensi, ia merasa pusing dan ingin
pingsan. Ketika ditanyakan nama obatnya, ia mengaku lupa. Sejak
saat itu ia merasa dirinya mudah lelah sehingga ia jarang pergi ke
ladang jeruknya.
Sampai saat ini ia masih sering mengeluh nyeri kepala yang
diperberat oleh aktivitas dan diperingan oleh istirahat. Wayan
Ringga tidak berani mengonsumsi obat-obatan karena takut akan
mengalami pusing dan pingsan. Adanya keluhan berdebar-debar,
nyeri dada disangkal. Adanya kebiasaan merokok disangkal.
Namun anaknya memiliki kebiasaan merokok di rumah. Riwayat
keluhan yang sama di keluarga disangkal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
Apakah dengan memberikan KIE kepada Wayan Ringga tentang
hipertensi akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan
penyakitnya sehingga mampu mengurangi progresivitas dan
komplikasi penyakitnya.
c. Keluarga Nengah Ganti
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga ini
adalah pada istri Nengah Ganti yakni Ketut Merta yang sering
mengeluh nyeri pada ulu hati yang timbul bila ia terlambat makan.
Nyeri dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan sering seperti perasaan
terbakar. Nyeri dikatakan tidak menjalar ke tangan kiri. Nengah
Ganti dan istri mengatakan tidak pernah pergi ke dokter atau pusat
kesehatan lainnya karena masalah biaya. Istri Nengah Ganti juga
merasa keluhan yang diderita akan menghilang apabila beliau
beristirahat. Nyeri dirasakan memberat dengan makanan. Apabila
lebih dari 3 hari keluhan menetap, istri Nengah Ganti memilih
mengonsumsi obat generik yang harganya terjangkau dan dijual di
warung-warung terdekat sehingga tidak menambah pengeluaran
keluarga.
Ketut Merta memang diketahui senang terlambat makan
karena sibuk membantu suaminya di ladang untuk menambah
penghasilan keluarga. Ia juga mengaku sangat suka makan
makanan pedas, dan asam. Di antara anggota keluarga yang lain
tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan Ketut Merta.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
Apakah dengan memberikan KIE kepada Ketut Merta tentang
sindrom dispepsia akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
ibu akan penyakitnya sehingga mampu mengurangi progresivitas
dan komplikasi penyakitnya.






















BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN
Pembinaan terhadap keluarga dilakukan dengan melakukan kunjungan
beberapa kali dalam sebulan selama menjalani KKN di Desa Serai. Tujuan dari
kunjungan ini adalah melakukan perkenalan dengan keluarga binaan, melihat-lihat
kondisi fisik lingkungan tempat tinggal dan ladang yang dimiliki oleh KK Binaan.
Setelah mampu menjalin hubungan dengan KK binaan, penulis mulai menggali
informasi mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga, budaya
perilaku hidup bersih dalam keluarga, mencari kemungkinan faktor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan keluarga binaan. Setelah mengetahui masalah
kesehatan yang dialami keluarga binaan, penulis melakukan beberapa kegiatan
terkait masalah kesehatan tersebut, yakni:
2.1 Promosi Kesehatan
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk
memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga binaan
adalah dengan promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi,
serta edukasi (KIE) tergantung masalah kesehatan yang dialami.
a. Keluarga I Kadek Dana
KIE yang diberikan yakni memberi pemahaman mengenai faktor risiko
baik yang dapat maupun tidak dimodifikasi yang dimiliki oleh ibu yang
meningkatkan risiko ibu mengalami penyakitnya, penyebab langsung dari
penyakit yang dialami oleh ibu Luh Kima, serta cara untuk mengurangi
kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan
rutin penyakitnya. Pemahaman juga diberikan kepada keluarga bahwa
penyakit osteoartritis yang diderita ibu merupakan penyakit kronik dan
merupakan suatu proses penuaan, sehingga sangat penting untuk
mengontrol penyakitnya, demikian pula untuk penyakit gout artritis yang
ia derita. Saran yang diberikan pada ibu adalah mengurangi beban
pekerjaan terutama pada sendi yang sakit, mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung protein yang tinggi seperti Kacang-kacangan dan
jeroan, serta pentingnya mencari pengobatan ketika penyakitnya kambuh.
b. Keluarga Wayan Sunada
Kegiatan yang dilakukan terhadap keluarga ini terkait dengan masalah
kesehatan yang dihadapi adalah memberikan promosi kesehatan dalam
bentuk KIE mengenai pengertian hipertensi, penyebab dan faktor risiko
hipertensi, perjalanan penyakit, komplikasi dan prognosis hipertensi.
Pemahaman juga diberikan akan cara untuk mengurangi progresivitas
penyakit melalui cara-cara yang dapat diterapkan oleh Wayan Ringga
yakni mengubah pola makan dengan mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung banyak garam, mengurangi konsumsi makanan berlemak,
melakukan olahraga lansia. KIE juga diberikan kepada anaknya yakni
Wayan Sunada untuk menghentikan kebiasaan merokoknya karena hal ini
akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibunya. Karena ibu Wayan Ringga
sering mengalami mudah lelah, maka dikhawatirkan hal ini terjadi karena
fungsi jantungnya yang telah menurun sehingga disarankan untuk
mengurangi aktivitas fisik terutama yang berat. Serta yang paling penting
adalah memeriksakan diri ke dokter terutama dokter spesialis baik yang di
rumah sakit atau swasta untuk dapat memberikan pilihan obat yang tepat
bagi ibu Wayan Ringga sehingga mampu mengontrol penyakitnya.
c. Keluarga Nengah Ganti
Bentuk promosi kesehatan yang diberikan yakni KIE mengenai pengertian
dispepsia, penyebab munculnya keluhan dispepsia, penyakit-penyakit yang
memiliki keluhan dispepsia, cara mencegah kekambuhan gejala. Selain itu
juga diberikan nasihat untuk mengurangi konsumsi makanan yang
mengiritasi lambung seperti makanan dan meningkatkan produksi asam
lambung seperti kafein, pedas dan asam, dan konsumsi makanan yang
tidak higienis. Ibu Ketut Merta juga disarankan untuk makan secara
terjadwal untuk menghindari terlambat makan.



2.2 Hasil Kegiatan
a. Keluarga I Kadek Dana
Ibu Luh Kima saat ini telah mengurangi beban pekerjaannya
menyesuaikan dengan kemampuan fisiknya terutama pekerjaan
menaiki tangga dan megangkat beban. Ia juga selalu
mengistirahatkan lututnya bila dirasa sakit. Ia juga sudah
menghindari konsumi jeroan dan mengurangi konsumsi kacang-
kacangan. Ibu juga sudah mulai mengerti akan penyakitnya dan
mengatakan bahwa ia akan mencari pengobatan bila sakitnya
kambuh. Suaminya juga mendukung kesembuhan istrinya dengan
menggantikan pekerjaan istrinya bila penyakitnya kambuh,
mengajak istrinya pergi berobat. Di samping peran suami, anak-
anaknya juga mendukung kesembuhan Luh Kima.
b. Keluarga Wayan Sunada
Hasil dari kegiatan yang dilakukan yakni Wayan Ringga sudah
mulai mengurangi aktivitas fisiknya dan lebih banyak beristirahat.
Wayan Ringga juga sudah bersedia pergi ke dokter
c. Keluarga Nengah Ganti
Perubahan juga terjadi pada keluarga Nengah Ganti. Ia juga mulai
mengerti akan penyakitnya. Ketut Merta kini sudah mulai
membuat jadwal ketika memasak, sehingga ia serta keluarganya
tidak terlambat makan. Ia juga kini sudah mulai mengurangi
konsumsi makanan pedas dan asam. Ia lebih banyak makan
makanan yang dimasak di rumah ketimbang membeli di luar,
konsumsi kopi juga mulai ia batasi. Ia juga sudah berobat ke bidan
yang ada di desa dan diberikan obat. Suaminya juga turut
membantu kesehatan Ketut Merta dengan cara mengingatkan bila
ia terlambat makan, dan mengingatkan istrinya untuk minum obat
bila keluhannya muncul. Selain itu, suaminya juga membatasi
aktivitas serta pekerjaan istrinya agar istrinya mendapat istirahat
yang cukup, dan berusaha menghindari hal-hal yang membuat
istrinya stres.


BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT
3.1 Latar Belakang Kasus
Kasus bernama Luh Kima, 35 tahun. Ia merupakan istri dari KK I Kadek
Dana. Ia tinggal bersama dengan suami dan anak-anaknya di banjar Serai, Desa
Serai, Kintamani. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap keluarga ini
diketahui bahwa ia sering menderita nyeri pada daerah persendian.
Profil keluarga
1. Kepala keluarga
Nama : I Kadek Dana
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : tamat SD
Pekerjaan : petani
2. Istri KK (kasus)
Nama : Luh Kima
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SD kelas 5
Pekerjaan :petani
3. Anak I
Nama : Made Arta
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SD kelas 2
Pekerjaan :buruh
4. Anak II
Nama : Komang Yuda
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : tamat Sd
Pekerjaan :buruh
5. Anak III
Nama : Ketut Minggu
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SD kelas 5
Pekerjaan :pelajar

Di bawah ini merupakan silsilah keluarga dari I Kadek Dana:








Keterangan:
= laki-laki
1
2
5
4
3


= perempuan

a. Perjalanan Penyakit dan Riwayat Pengobatan
Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya. Nyeri dirasakan
mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak
kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan
apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta
mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di
daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan
membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan.
Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk
mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja
di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut.
Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya.
Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada
daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan
selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai
dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang.
Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa,
namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang
senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya
mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat
berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan.
b. Status kesehatan saat ini
Saat ini keluhan nyeri pada persendian masih dirasakan oleh Luh Kima
sehingga membatasi pekerjaan ibu. Nyeri terutama dirasakan di daerah lutut dan

pundak. Nyeri juga disertai dengan bengkak dan kemerahan pada daerah sendi
lutut. Ia tidak mengonsumsi obat-obatan karena merasa masih mampu beraktivitas
dengan sendi tersebut. Keluhan nyeri dan bengkak pada sendi pada ruas jari
pertama kanan sudah tidak dirasakan lagi oleh ibu.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus
a. Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di
sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2 buah
bangunan Utama, yakni, 2 buah kamar tidur untuk KK, istri dan ketiga
anaknya, serta bangunan lainnya merupakan dapur. KK tidak memiliki
kamar mandi atau tempat MCK. Bangunan yang dimiliki merupakan
bangunan permanen. Sumber listrik berasal dari PLN. Sedangkan untuk
sumber air berasal dari air yang berasal dari hutan yang ditampung di
belakang rumah. Bangunan Utama pertama berukuran 6 x 7 m dan terdiri
dari 2 kamar tidur dan teras di depannya. Bangunan kamar tidur
beralaskan semen tanpa keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa
dicat. Keadaan di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk
masing-masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya
terdapat satu buah televisi. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak-
acakan dan jarang sekali diganti. Penerangan di dalam kamar hanya berupa
lampu kecil berwarna kuning. Terdapat satu buah ventilasi pada masing-
masing kamar namun saat kunjungan ventilasi tersebut tertutup dan
dikatakan bahwa ventilasi tersebut Memang jarang dibuka.
Untuk bangunan dapur berukuran sekitar 6 x 5 meter, beralaskan
tanah, beratap seng, dan bertembok semen. Di dalam dapur terdapat
tungku untuk memasak. Kondisi di bagian dalam dapur tampak gelap dan
temboknya tertutup jelaga berwarna hitam. Sehari-hari keluarga memasak
dengan menggunakan kayu bakar. Tidak ada penerangan di dalam dapur,
begitu pula untuk ventilasi terbatas. Keluarga ini tidak memiliki fasilitas
MCK. Untuk keperluan MCK keluarga ini menggunakan sumber air
berupa air yang ditampung dalam wadah semen yang dialirkan melalui
pipa. Kegiatan MCK dilakukan di ladang di belakang pondokan tanpa
menggunakan jamban.
Di pekarangan rumah terdapat bak air untuk menampung air hujan
yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di halaman
pekarangan rumah terdapat 3 ekor ayam jago yang kadang-kadang
digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung yang dipelihara oleh
anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan yang berkeliaran di sekitar
rumah. Keluarga ini juga memelihara 2 ekor sapi di belakang rumah
mereka. Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu.
Sampah yang ada di rumah biasanya dikumpulkan untuk dibakar dan
sebagian sampah organik dimanfaatkan untuk pupuk ladangnya.
b. Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah
ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di ladang
yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya. Kedua anaknya
bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain dan tidak memiliki pekerjaan tetap sedangkan anak terakhir masih
berstatus sebagai pelajar. Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar
10 juta per tahun dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk
tanaman, pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun.
KK mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya makan
sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per hari. Untuk
sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil dari hutan yang
dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu membayar biaya air lagi.
Menurut KK, uang yang didapatkannya tersebut bila dibandingkan dengan
pengeluarannya termasuk kurang.
c. Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan
Keluarga I Kadek Dana termasuk aktif dalam Kehidupan
bermasyarakat. Meskipun tinggal di pondokan yang letaknya cukup jauh
dari balai banjar, keluarga ini Tetap mengikuti kegiatan di banjar.
Keluarga ini Selalu mengikuti kegiatan keagamaan yang ada desa, seperti
persembahyangan yang diadakan di pura Kahyangan Tiga. Hubungan
anggota keluarga dengan masyarakat di sekitar juga dikatakan baik dan
tidak pernah memiliki masalah berarti.
d. Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Hubungan antar sesama anggota keluarga Dikatakan baik. tidak
pernah terjadi perselisihan berarti di antara mereka. Setiap anggota
keluarga saling membantu dan mendukung. Seperti misalnya saat sang ibu
mengalami keluhan nyeri di persendiannya, KK akan meminta istrinya
untuk beristirahat dari pekerjaannya. Demikian pula dengan anak-anaknya,
sampai saat ini sudah bekerja walaupun tidak tetap.
Rumusan masalah dan solusi kasus
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus
3.3.1 Rumusan Masalah
a. Masalah Kesehatan
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga dampingan
adalah pada istrinya yakni Luh Kima, perempuan usia 35 tahun yang
mengalami keluhan nyeri pada persendiannya sejak 2 tahun yang lalu.
Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar
ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat
hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri
dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya
untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan
dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan
diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik,
sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan.
Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk
mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu
bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi
keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku
pada daerah kedua lututnya. Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh
mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama
setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu
menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri
dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan
ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang. Ibu juga mengatakan bahwa
ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani
pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang senang
mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya
mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun
saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-
kacangan.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor risiko nyeri
sendi yang dialami oleh Luh Kima terdiri dari dua yakni yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Di antara faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin perempuan, tinggal di
lingkungan yang dingin, dan riwayat ibunya yang menderita keluhan yang
sama. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dimiliki oleh
Luh Kima adalah faktor pekerjaannya sebagai petani yang banyak
membawa beban berat dan banyak menggunakan lututnya seperti untuk
menaiki tangga dan berjalan jauh. Sedangkan faktor risiko untuk riwayat
gout artritis yang diderita Luh Kima adalah ia senang mengonsumsi
makanan yang mengandung protein tinggi seperti Kacang-kacangan dan
jeroan. Selain itu kurangnya pemahaman Luh Kima akan penyakitnya
dapat memperburuk penyakitnya karena kurangnya kesadaran untuk
mencari pengobatan terhadap penyakitnya, dan kurangnya pemahaman
mengenai cara untuk mengurangi perburukan penyakitnya dan cara
mencegah kekambuhannya.
b. Kurangnya Budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pada keluarga ini, budaya hidup sehat bersih dan sehat masih
termasuk kurang. Kegiatan menyikat gigi dilakukan 3 kali sehari pada
pagi, sore hari, dan malam hari. Mandi dikatakan hanya sekali sehari
karena cuaca dingin. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan,
dengan air yang ditampung, tapi tidak menggunakan sabun. Buang air
besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang jeruknya
tanpa menggunakan jamban. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari
sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur yang dipetik
dari ladang, kadang berisi tahu atau tempe, jarang sekali makan daging
kecuali saat terdapat upacara. Menu makanan ini masih memiliki nilai gizi
yang sangat kurang karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5
sempurna. Dalam keluarga ini, I Kadek Dana dan anak pertamanya
diketahui memiliki kebiasaan merokok. Dalam sehari biasanya ia mampu
menghabiskan setengah bungkus rokok.

3.2.2 Solusi Masalah
a. Promosi Kesehatan Dan Deteksi Dini
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk
memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah
memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai faktor
risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk
mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan
pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan
penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami
ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE)
mengenai faktor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta
cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya
pengobatan dan pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk deteksi dini terhadap
penyakit yang diderita Luh Kima yakni melakukan pengecekan terhadap
kadar asam urat dan didapatkan hasil 5,2. Jaminan kesehatan yang sudah
dimiliki dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga ia tidak hanya
memberikan manfaat dalam bidang kesehatan namun juga mampu
menekan pengeluaran keluarga.
b. Memberikan Penyuluhan Mengenai Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan hal yang penting untuk
dijadikan kebiasaan sehari-hari karena mampu menghindarkan diri dari
risiko terjangkit penyakit terutama penyakit infeksi. Selain memberikan
efek kesehatan bagi tubuh dengan kebiasaan ini juga diharapkan mampu
mengurangi pengeluaran keluarga terhadap penyakit infeksi. Adapun
nasihat-nasihat yang diberikan yakni mengenai cara menjaga kebersihan
diri dengan cara menggosok gigi, mencuci tangan, mandi serta MCK
dengan cara yang benar, cara mengelola sampah dengan baik dan benar,
serta pentingnya mengonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat 5
sempurna.




























BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembinaan selama satu bulan pada masa KKN PPM,
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Keluarga I Kadek Dana memiliki beberapa permasalahan kesehatan yang
dihadapi oleh istri KK yakni osteoartritis dan gout artritis serta kurangnya
pemahaman istri KK akan penyakitnya, serta kurangnya kebiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Dari beberapa masalah tersebut, beberapa solusi yang diberikan oleh
pendamping yakni memberikan promosi kesehatan dan deteksi dini
terhadap penyakitnya, memberikan penyuluhan mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat

4.2 Saran
Adapun rekomendasi dari kegiatan pendampingan keluarga adalah sebagai
berikut :
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan istri
KK dan selalu menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat
2. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan terutama yang bertugas di
Puskesmas Pembantu Serai untuk dapat memberikan pelayanan maksimal bagi
masyarakatnya dengan cara memberikan terapi awal dan KIE.

Anda mungkin juga menyukai