1.1 Data Demografi Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Serai, Desa Serai , Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Banjar Serai merupakan satu- satunya banjar yang ada di Desa Serai. Dilihat dari kondisi iklimnya daerah ini termasuk ke dalam iklim sejuk karena secara geografis letaknya yang tinggi dari permukaan laut. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani jeruk karena tanaman jeruk tumbuh subur di daerah ini termasuk keluarga binaan penulis juga memiliki profesi yang sama. Data demografis keluarga binaan seperti tercantum dalam tabel di bawah :
1. Nama KK : I Kadek Dana No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan 1. I Kadek Dana Laki-laki 33 tahun Tamat SD Petani 2. Luh Kima Perempuan 35 tahun SD kelas 5 Petani 3. Made Arta Laki-laki 18 tahun SD kelas 2 Buruh 4. Komang Yuda Laki-laki 17 tahun Tamat SD Buruh 5. Ketut Minggu Laki-laki 11 tahun SD kelas 5 Pelajar
Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 1
Keterangan: = laki-laki
= perempuan
2. Nama KK : Wayan Sunada No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan 1. Made Jingga Laki-laki 65 tahun Tidak bersekolah Petani 2. Wayan Ringga Perempuan 60 tahun Tidak bersekolah Petani 3. I Wayan Sunada Laki-laki 46 tahun SD Kelas 4 Petani 4. Wayan Sadri Perempuan 42 tahun Tidak tamat SD Petani 5. Gede Budiarta Laki-laki 26 tahun Tamat SMP Petani 6. Kadek Novi Indrayani Perempuan 25 tahun Tamat SMP Petani
Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 2 1 2 5 4 3
Keterangan : = laki-laki
= perempuan
3. Nama KK: Nengah Ganti No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan 1. Nengah Ganti Laki-laki 64 tahun Tidak tamat SD Petani 2. Ketut Merta Perempuan 60 tahun Tidak bersekolah Ibu rumah tangga
Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan 2
Keterangan : = laki-laki
= perempuan
1 3 2
4 5 6 1 2
1.2 Status Sosial dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan a. Keluarga I Kadek Dana Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di ladang yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya. Kedua anaknya bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak memiliki pekerjaan Tetap sedangkan anak terakhir masih berstatus sebagai pelajar. Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar 10 juta per tahun dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk tanaman, pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun. KK mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya makan sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per hari. Untuk sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil dari hutan yang dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu membayar biaya air lagi. Menurut KK, uang yang didapatkannya tersebut bila dibandingkan dengan pengeluarannya termasuk kurang. KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2 buah bangunan Utama, yakni, bangunan pertama dengan ukuran sekitar 6 x 7 m dan terdiri dari 2 buah kamar tidur untuk KK, istri dan ketiga anaknya, serta bangunan lainnya merupakan dapur berukuran 6 x 5 m. KK tidak memiliki kamar mandi atau tempat MCK. Bangunan kamar tidur tersebut beralaskan semen tanpa keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa dicat. Keadaan di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk masing- masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya terdapat satu buah televisi. Untuk bangunan dapur beralaskan semen tanpa keramik, beratap seng, dan bertembok semen. Di dalam dapur terdapat tungku untuk memasak. Keluarga ini tidak memiliki fasilitas MCK. Untuk keperluan MCK keluarga ini menggunakan sumber air berupa air yang ditampung dalam wadah semen yang dialirkan melalui pipa. Kegiatan MCK dilakukan di ladang di belakang pondokan tanpa menggunakan jamban. Selain itu terdapat pula bak air untuk menampung air hujan yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di halaman pekarangan rumah terdapat 1 ekor ayam jago yang kadang-kadang digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung yang dipelihara oleh anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan. Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu. b. Keluarga Wayan Sunada Keluarga Wayan Sunada termasuk dalam kelas sosial ekonomi yang menengah. Sejak dahulu, seluruh keluarga KK dan keturunannya bekerja sebagai petani. Pada saat ini KK bekerja sebagai petani di ladang orang lain dan kadang kadang bekerja sebagai buruh di ladang orang lain juga karena merasakan pendapatannya kurang cukup dan pekerjaan sebagai petani tidak memberikan pendapatan yang tetap setiap hari. Walaupun istri KK juga bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga petani pendapatannya bersama KK masih tidak cukup untuk membeli bahan yang perlu dimasak setiap hari. Menurut KK, pendapatannya setiap bulan adalah tidak tetap dan maksimum adalah sebanyak Rp700.000,00 per bulan. Rata-rata pengeluaran KK setiap bulan adalah sebanyak Rp300.000,00 yang digunakan untuk untuk membayar listrik, air, bahan upacara dan juga segala macam makanan seperti beras, gula, kopi, minyak dan lainnya. Orang tua KK telah memiliki jaminan kesehatan yang kadang ia gunakan untuk mendapat pengobatan gratis, namun KK sendiri tidak memiliki jaminan kesehatan sehingga bilamana ia sakit ia harus mengeluarkan biaya lebih untuk berobat. Secara keseluruhan KK masih dapat memenuhi kebutuhan seharian keluarganya. Keluarga ini tinggal bersama ayah dan ibu serta anak cucunya di suatu bangunan permanen di atas tanah seluas seluas 80 are dengan tiga bangunan utama di dalamnya. Bangunan pertama tembok berbahan semen dicat putih, dengan alas keramik dan atap genteng dan terdiri dari 2 buah kamar tidur dan 1 buah kamar mandi yang digunakan oleh Wayan Sunada beserta istrinya dan anak lelaki beserta istrinya. Bangunan kedua terdiri dari dapur tradisional dengan tembok berbahan anyaman bambu alas semen atap genteng. Sedangkan untuk bangunan ketiga merupakan tempat tinggal untuk orang tua KK yang terdiri dari 1 buah kamar tidur dan teras. Bangunan ini bertembok semen dicat hijau, alas semen, dan beratap genteng. Kondisi rumah secara keseluruhan tampak kurang rapi pada beberapa sisinya. Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan pertama di sebelah timur yang seluasnya 7m x 5m. Di dalam kamar tidur terdapat ruang tamu yang berlantai karpet dan dua lagi ruangan kecil yaitu masing-masing ruang tidur kepala keluarga bersama istrinya dan ayah serta ibu kepala keluarga. Ruang kamar tidurnya tampak rapi dan bersih serta ruang tamu mempunyai set sofa untuk tamu untuk duduk dan makan. Penerangan kamar kecil cukup bagus dan merupakan dari sumber PLN. Menurut istri KK, mereka membersihkan sprei setiap dua kali seminggu dan mengepel lantainya setiap bulan jika kotor. Ventilasi yang ada terdiri dari jendela dan lubang angin di atas pintu dan jendelanya tampak cukup bersih serta ada gordennya yang berwarna merah. Bangunan yang kedua adalah kamar kecilnya terletak di luar tepi bangunan utama yaitu kamar tidur. Kamar kecilnya tampak cukup bersih dan mempunyai sebuah bak penampungan air untuk menampung air. Kamar mandi juga bertembok semen dan beratap genteng dan berlantai keramik biru. Sumber air diperoleh dari dua sumber yaitu dari PDAM dan juga kadang kadang memperoleh air menggunakan bak di PUSTU. Kamar mandi juga mempunyai penerangan yang bagus yang berwarna kuning. Bangunan yang kedua adalah dapur yang berlantai tanah seluas 4m x 2m dan terdiri dari kompor gas serta mereka juga menggunakan kayu bakar untuk memasak seharian. Peralatan memasak tampak hitam dan kotor serta kerapiannya tidak dijaga dengan baik. Dapur KK digunakan oleh keluarga yang lain yang tinggal di bangunan yang lain sekitar rumah KK seperti keponakannya. Penerangan di dapur berwarna kuning juga namun agak kurang terang dan tidak ada ventilasi yang bagus karena mereka tidak membersihkan abu-abu yang bercampur dengan tanah dari kayu yang dibakar yang digunakan untuk memasak. Bangunan ketiga adalah bangunan tempat tinggal untuk orang tua KK yang terdiri dari 1 buah kamar tidur dan teras luar. Di dalam kamar tidur terdapat kasur dan lemari. Kamar tidur tampak sedikit berantakan sprei diganti tiap 1 bulan sekali. Perkarangan rumah berlantai semen namun pada beberapa sisi tampak belum disemen. Secara keseluruhan tampak rapi dan bersih. KK mempunyai dua babi, tiga ayam, satu sapi dan beberapa anjing yang berkeliaran di halamannya. Terdapat satu bak penampungan air di halamannya yang digunakan untuk menampung air hujan tapi pada saat ini tidak ada air dan baknya tampak bersih. c. Keluarga Nengah Ganti Keluarga ini termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK Nengah Ganti yang bekerja sebagai buruh tani. Nengah Ganti bekerja mengolah kebun jeruk milik desa karena beliau tidak memiliki lahan pribadi. Nengah Ganti mengolah lahan desa sejak 20 tahun lalu dengan imbalan Rp 2.000.000,00 per tahun. Beliau mengaku sejak beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan pendapatan menjadi Rp 3.000.000,00 per tahun. Beliau mengatakan mengolah lahan milik desa dengan imbalan kecil karena rumah yang ditempati saat ini merupakan rumah dan tanah milik desa. Karena rendahnya pendapatan yang diterima dari mengolah lahan desa tersebut, Nengah Ganti juga mengolah lahan milik orang lain untuk mencari tambahan penghasilan. Nengah Ganti mengatakan pendapatan dari hasil mengolah lahan milik desa maupun orang lain dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun kadang pendapatan yang diterima tidak menentu. Keluarga ini tinggal dalam satu pekarangan yang terdiri dari 2 bangunan, yaitu 1 bangunan utama yang berfungsi sebagai kamar tidur dan 1 bangunan lain yang berfungsi sebagai dapur dan kamar tidur ibu Nengah Ganti. Bangunan utama merupakan bangunan permanen beratapkan genteng sementara dapur beratapkan seng. Bangunan utama berukuran 6 m x 10 m beralaskan keramik dan terdiri dari 2 kamar tidur yakni kamar tidur Nengah Ganti dan istrinya serta kamar tidur cucu Nengah Ganti dan 1 ruang tamu yang beralaskan karpet. Ventilasi dan pencahayaan tiap kamar sangat buruk karena jendela kedua kamar tidur ditutupi oleh kertas plastik. Bangunan dapur berukuran 2 m x 5 m yang terbagi menjadi 2 bilik yakni bilik pertama yang digunakan untuk memasak serta bilik kedua yang ditempati oleh ibu Nengah Ganti. Kedua bilik ini hanya dipisahkan oleh pembatas semi permanen yang terbuat dari anyaman bambu. Halaman rumah Nengah Ganti diisi oleh sangkar ayam dan beberapa ayam yang berkeliaran dengan bebas sehingga kotoran ayam membuat halaman rumah beliau tampak tidak bersih. Keluarga Nengah Ganti tidak memiliki WC, kamar mandi maupun pipa air sehingga setiap harinya cucu beliau harus mengambil air untuk keperluan seluruh keluarga di penampungan air Desa Serai. Aktivitas mandi dilakukan di halaman depan rumah yang ditutupi oleh seng dan kayu sementara kakus dilakukan di kebun belakang rumah mereka. 1.3 Rumusan Masalah Kesehatan a. Keluarga I Kadek Dana Dalam keluarga ini yang memiliki masalah kesehatan adalah istri KK. Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya. Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang. Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang- kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang- kacangan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ibu memiliki beberapa faktor risiko terjadinya nyeri sendi yang dialami ibu yakni faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin perempuan, adanya riwayat penyakit yang sama pada ibunya. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dijumpai pada ibu adalah pekerjaan ibu yang sering membawa beban berat langsung seperti hasil panen, diet yakni kebiasaan ibu yang suka makan makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti Kacang-kacangan dan jeroan, serta kurangnya pemahaman ibu akan penyakitnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan memberikan KIE kepada Luh Kima tentang rematik akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan penyakitnya sehingga mampu mengurangi kekambuhan penyakitnya. b. Keluarga Wayan Sunada Ibu dari Wayan Sunada yakni Wayan Ringga dikatakan memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang diketahui sejak 2 tahun yang lalu. Pada saat itu ia dikatakan mengeluh mengalami nyeri kepala berdenyut dan diperiksa di bidan desa dan didapatkan tekanan darahnya tinggi. Pada saat itu ia diberikan obat penurun tensi, setelah beberapa hari mengonsumsi obat tersebut ia merasa pusing sehingga ia tidak melanjutkan pengobatan. Tujuh bulan yang lalu ia masuk rumah sakit karena pingsan. Setelah dibawa ke rumah sakit dikatakan karena tekanan darahnya terlalu tinggi. Di sana ia sempat dirawat selama 4 hari. Setelah pulang dari rumah sakit ia diberikan untuk tekanan darah tingginya namun tidak ia konsumsi lagi karena setiap ia mengonsumsi obat penurun tensi, ia merasa pusing dan ingin pingsan. Ketika ditanyakan nama obatnya, ia mengaku lupa. Sejak saat itu ia merasa dirinya mudah lelah sehingga ia jarang pergi ke ladang jeruknya. Sampai saat ini ia masih sering mengeluh nyeri kepala yang diperberat oleh aktivitas dan diperingan oleh istirahat. Wayan Ringga tidak berani mengonsumsi obat-obatan karena takut akan mengalami pusing dan pingsan. Adanya keluhan berdebar-debar, nyeri dada disangkal. Adanya kebiasaan merokok disangkal. Namun anaknya memiliki kebiasaan merokok di rumah. Riwayat keluhan yang sama di keluarga disangkal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan memberikan KIE kepada Wayan Ringga tentang hipertensi akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan penyakitnya sehingga mampu mengurangi progresivitas dan komplikasi penyakitnya. c. Keluarga Nengah Ganti Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga ini adalah pada istri Nengah Ganti yakni Ketut Merta yang sering mengeluh nyeri pada ulu hati yang timbul bila ia terlambat makan. Nyeri dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan sering seperti perasaan terbakar. Nyeri dikatakan tidak menjalar ke tangan kiri. Nengah Ganti dan istri mengatakan tidak pernah pergi ke dokter atau pusat kesehatan lainnya karena masalah biaya. Istri Nengah Ganti juga merasa keluhan yang diderita akan menghilang apabila beliau beristirahat. Nyeri dirasakan memberat dengan makanan. Apabila lebih dari 3 hari keluhan menetap, istri Nengah Ganti memilih mengonsumsi obat generik yang harganya terjangkau dan dijual di warung-warung terdekat sehingga tidak menambah pengeluaran keluarga. Ketut Merta memang diketahui senang terlambat makan karena sibuk membantu suaminya di ladang untuk menambah penghasilan keluarga. Ia juga mengaku sangat suka makan makanan pedas, dan asam. Di antara anggota keluarga yang lain tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan Ketut Merta. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan memberikan KIE kepada Ketut Merta tentang sindrom dispepsia akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan penyakitnya sehingga mampu mengurangi progresivitas dan komplikasi penyakitnya.
BAB II KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN Pembinaan terhadap keluarga dilakukan dengan melakukan kunjungan beberapa kali dalam sebulan selama menjalani KKN di Desa Serai. Tujuan dari kunjungan ini adalah melakukan perkenalan dengan keluarga binaan, melihat-lihat kondisi fisik lingkungan tempat tinggal dan ladang yang dimiliki oleh KK Binaan. Setelah mampu menjalin hubungan dengan KK binaan, penulis mulai menggali informasi mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga, budaya perilaku hidup bersih dalam keluarga, mencari kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan keluarga binaan. Setelah mengetahui masalah kesehatan yang dialami keluarga binaan, penulis melakukan beberapa kegiatan terkait masalah kesehatan tersebut, yakni: 2.1 Promosi Kesehatan Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga binaan adalah dengan promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, serta edukasi (KIE) tergantung masalah kesehatan yang dialami. a. Keluarga I Kadek Dana KIE yang diberikan yakni memberi pemahaman mengenai faktor risiko baik yang dapat maupun tidak dimodifikasi yang dimiliki oleh ibu yang meningkatkan risiko ibu mengalami penyakitnya, penyebab langsung dari penyakit yang dialami oleh ibu Luh Kima, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin penyakitnya. Pemahaman juga diberikan kepada keluarga bahwa penyakit osteoartritis yang diderita ibu merupakan penyakit kronik dan merupakan suatu proses penuaan, sehingga sangat penting untuk mengontrol penyakitnya, demikian pula untuk penyakit gout artritis yang ia derita. Saran yang diberikan pada ibu adalah mengurangi beban pekerjaan terutama pada sendi yang sakit, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti Kacang-kacangan dan jeroan, serta pentingnya mencari pengobatan ketika penyakitnya kambuh. b. Keluarga Wayan Sunada Kegiatan yang dilakukan terhadap keluarga ini terkait dengan masalah kesehatan yang dihadapi adalah memberikan promosi kesehatan dalam bentuk KIE mengenai pengertian hipertensi, penyebab dan faktor risiko hipertensi, perjalanan penyakit, komplikasi dan prognosis hipertensi. Pemahaman juga diberikan akan cara untuk mengurangi progresivitas penyakit melalui cara-cara yang dapat diterapkan oleh Wayan Ringga yakni mengubah pola makan dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam, mengurangi konsumsi makanan berlemak, melakukan olahraga lansia. KIE juga diberikan kepada anaknya yakni Wayan Sunada untuk menghentikan kebiasaan merokoknya karena hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibunya. Karena ibu Wayan Ringga sering mengalami mudah lelah, maka dikhawatirkan hal ini terjadi karena fungsi jantungnya yang telah menurun sehingga disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik terutama yang berat. Serta yang paling penting adalah memeriksakan diri ke dokter terutama dokter spesialis baik yang di rumah sakit atau swasta untuk dapat memberikan pilihan obat yang tepat bagi ibu Wayan Ringga sehingga mampu mengontrol penyakitnya. c. Keluarga Nengah Ganti Bentuk promosi kesehatan yang diberikan yakni KIE mengenai pengertian dispepsia, penyebab munculnya keluhan dispepsia, penyakit-penyakit yang memiliki keluhan dispepsia, cara mencegah kekambuhan gejala. Selain itu juga diberikan nasihat untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan dan meningkatkan produksi asam lambung seperti kafein, pedas dan asam, dan konsumsi makanan yang tidak higienis. Ibu Ketut Merta juga disarankan untuk makan secara terjadwal untuk menghindari terlambat makan.
2.2 Hasil Kegiatan a. Keluarga I Kadek Dana Ibu Luh Kima saat ini telah mengurangi beban pekerjaannya menyesuaikan dengan kemampuan fisiknya terutama pekerjaan menaiki tangga dan megangkat beban. Ia juga selalu mengistirahatkan lututnya bila dirasa sakit. Ia juga sudah menghindari konsumi jeroan dan mengurangi konsumsi kacang- kacangan. Ibu juga sudah mulai mengerti akan penyakitnya dan mengatakan bahwa ia akan mencari pengobatan bila sakitnya kambuh. Suaminya juga mendukung kesembuhan istrinya dengan menggantikan pekerjaan istrinya bila penyakitnya kambuh, mengajak istrinya pergi berobat. Di samping peran suami, anak- anaknya juga mendukung kesembuhan Luh Kima. b. Keluarga Wayan Sunada Hasil dari kegiatan yang dilakukan yakni Wayan Ringga sudah mulai mengurangi aktivitas fisiknya dan lebih banyak beristirahat. Wayan Ringga juga sudah bersedia pergi ke dokter c. Keluarga Nengah Ganti Perubahan juga terjadi pada keluarga Nengah Ganti. Ia juga mulai mengerti akan penyakitnya. Ketut Merta kini sudah mulai membuat jadwal ketika memasak, sehingga ia serta keluarganya tidak terlambat makan. Ia juga kini sudah mulai mengurangi konsumsi makanan pedas dan asam. Ia lebih banyak makan makanan yang dimasak di rumah ketimbang membeli di luar, konsumsi kopi juga mulai ia batasi. Ia juga sudah berobat ke bidan yang ada di desa dan diberikan obat. Suaminya juga turut membantu kesehatan Ketut Merta dengan cara mengingatkan bila ia terlambat makan, dan mengingatkan istrinya untuk minum obat bila keluhannya muncul. Selain itu, suaminya juga membatasi aktivitas serta pekerjaan istrinya agar istrinya mendapat istirahat yang cukup, dan berusaha menghindari hal-hal yang membuat istrinya stres.
BAB III PENANGGULANGAN PENYAKIT 3.1 Latar Belakang Kasus Kasus bernama Luh Kima, 35 tahun. Ia merupakan istri dari KK I Kadek Dana. Ia tinggal bersama dengan suami dan anak-anaknya di banjar Serai, Desa Serai, Kintamani. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap keluarga ini diketahui bahwa ia sering menderita nyeri pada daerah persendian. Profil keluarga 1. Kepala keluarga Nama : I Kadek Dana Umur : 33 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : tamat SD Pekerjaan : petani 2. Istri KK (kasus) Nama : Luh Kima Umur : 35 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SD kelas 5 Pekerjaan :petani 3. Anak I Nama : Made Arta Umur : 18 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : SD kelas 2 Pekerjaan :buruh 4. Anak II Nama : Komang Yuda Umur : 17 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : tamat Sd Pekerjaan :buruh 5. Anak III Nama : Ketut Minggu Umur : 11 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SD kelas 5 Pekerjaan :pelajar
Di bawah ini merupakan silsilah keluarga dari I Kadek Dana:
Keterangan: = laki-laki 1 2 5 4 3
= perempuan
a. Perjalanan Penyakit dan Riwayat Pengobatan Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya. Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang. Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan. b. Status kesehatan saat ini Saat ini keluhan nyeri pada persendian masih dirasakan oleh Luh Kima sehingga membatasi pekerjaan ibu. Nyeri terutama dirasakan di daerah lutut dan
pundak. Nyeri juga disertai dengan bengkak dan kemerahan pada daerah sendi lutut. Ia tidak mengonsumsi obat-obatan karena merasa masih mampu beraktivitas dengan sendi tersebut. Keluhan nyeri dan bengkak pada sendi pada ruas jari pertama kanan sudah tidak dirasakan lagi oleh ibu.
3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus a. Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2 buah bangunan Utama, yakni, 2 buah kamar tidur untuk KK, istri dan ketiga anaknya, serta bangunan lainnya merupakan dapur. KK tidak memiliki kamar mandi atau tempat MCK. Bangunan yang dimiliki merupakan bangunan permanen. Sumber listrik berasal dari PLN. Sedangkan untuk sumber air berasal dari air yang berasal dari hutan yang ditampung di belakang rumah. Bangunan Utama pertama berukuran 6 x 7 m dan terdiri dari 2 kamar tidur dan teras di depannya. Bangunan kamar tidur beralaskan semen tanpa keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa dicat. Keadaan di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk masing-masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya terdapat satu buah televisi. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak- acakan dan jarang sekali diganti. Penerangan di dalam kamar hanya berupa lampu kecil berwarna kuning. Terdapat satu buah ventilasi pada masing- masing kamar namun saat kunjungan ventilasi tersebut tertutup dan dikatakan bahwa ventilasi tersebut Memang jarang dibuka. Untuk bangunan dapur berukuran sekitar 6 x 5 meter, beralaskan tanah, beratap seng, dan bertembok semen. Di dalam dapur terdapat tungku untuk memasak. Kondisi di bagian dalam dapur tampak gelap dan temboknya tertutup jelaga berwarna hitam. Sehari-hari keluarga memasak dengan menggunakan kayu bakar. Tidak ada penerangan di dalam dapur, begitu pula untuk ventilasi terbatas. Keluarga ini tidak memiliki fasilitas MCK. Untuk keperluan MCK keluarga ini menggunakan sumber air berupa air yang ditampung dalam wadah semen yang dialirkan melalui pipa. Kegiatan MCK dilakukan di ladang di belakang pondokan tanpa menggunakan jamban. Di pekarangan rumah terdapat bak air untuk menampung air hujan yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di halaman pekarangan rumah terdapat 3 ekor ayam jago yang kadang-kadang digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung yang dipelihara oleh anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan yang berkeliaran di sekitar rumah. Keluarga ini juga memelihara 2 ekor sapi di belakang rumah mereka. Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu. Sampah yang ada di rumah biasanya dikumpulkan untuk dibakar dan sebagian sampah organik dimanfaatkan untuk pupuk ladangnya. b. Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di ladang yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya. Kedua anaknya bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak memiliki pekerjaan tetap sedangkan anak terakhir masih berstatus sebagai pelajar. Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar 10 juta per tahun dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk tanaman, pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun. KK mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya makan sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per hari. Untuk sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil dari hutan yang dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu membayar biaya air lagi. Menurut KK, uang yang didapatkannya tersebut bila dibandingkan dengan pengeluarannya termasuk kurang. c. Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan Keluarga I Kadek Dana termasuk aktif dalam Kehidupan bermasyarakat. Meskipun tinggal di pondokan yang letaknya cukup jauh dari balai banjar, keluarga ini Tetap mengikuti kegiatan di banjar. Keluarga ini Selalu mengikuti kegiatan keagamaan yang ada desa, seperti persembahyangan yang diadakan di pura Kahyangan Tiga. Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat di sekitar juga dikatakan baik dan tidak pernah memiliki masalah berarti. d. Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan Hubungan antar sesama anggota keluarga Dikatakan baik. tidak pernah terjadi perselisihan berarti di antara mereka. Setiap anggota keluarga saling membantu dan mendukung. Seperti misalnya saat sang ibu mengalami keluhan nyeri di persendiannya, KK akan meminta istrinya untuk beristirahat dari pekerjaannya. Demikian pula dengan anak-anaknya, sampai saat ini sudah bekerja walaupun tidak tetap. Rumusan masalah dan solusi kasus 3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus 3.3.1 Rumusan Masalah a. Masalah Kesehatan Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga dampingan adalah pada istrinya yakni Luh Kima, perempuan usia 35 tahun yang mengalami keluhan nyeri pada persendiannya sejak 2 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya. Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang. Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang- kacangan. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor risiko nyeri sendi yang dialami oleh Luh Kima terdiri dari dua yakni yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Di antara faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin perempuan, tinggal di lingkungan yang dingin, dan riwayat ibunya yang menderita keluhan yang sama. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dimiliki oleh Luh Kima adalah faktor pekerjaannya sebagai petani yang banyak membawa beban berat dan banyak menggunakan lututnya seperti untuk menaiki tangga dan berjalan jauh. Sedangkan faktor risiko untuk riwayat gout artritis yang diderita Luh Kima adalah ia senang mengonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi seperti Kacang-kacangan dan jeroan. Selain itu kurangnya pemahaman Luh Kima akan penyakitnya dapat memperburuk penyakitnya karena kurangnya kesadaran untuk mencari pengobatan terhadap penyakitnya, dan kurangnya pemahaman mengenai cara untuk mengurangi perburukan penyakitnya dan cara mencegah kekambuhannya. b. Kurangnya Budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada keluarga ini, budaya hidup sehat bersih dan sehat masih termasuk kurang. Kegiatan menyikat gigi dilakukan 3 kali sehari pada pagi, sore hari, dan malam hari. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air yang ditampung, tapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang jeruknya tanpa menggunakan jamban. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur yang dipetik dari ladang, kadang berisi tahu atau tempe, jarang sekali makan daging kecuali saat terdapat upacara. Menu makanan ini masih memiliki nilai gizi yang sangat kurang karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna. Dalam keluarga ini, I Kadek Dana dan anak pertamanya diketahui memiliki kebiasaan merokok. Dalam sehari biasanya ia mampu menghabiskan setengah bungkus rokok.
3.2.2 Solusi Masalah a. Promosi Kesehatan Dan Deteksi Dini Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai faktor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai faktor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk deteksi dini terhadap penyakit yang diderita Luh Kima yakni melakukan pengecekan terhadap kadar asam urat dan didapatkan hasil 5,2. Jaminan kesehatan yang sudah dimiliki dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga ia tidak hanya memberikan manfaat dalam bidang kesehatan namun juga mampu menekan pengeluaran keluarga. b. Memberikan Penyuluhan Mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan hal yang penting untuk dijadikan kebiasaan sehari-hari karena mampu menghindarkan diri dari risiko terjangkit penyakit terutama penyakit infeksi. Selain memberikan efek kesehatan bagi tubuh dengan kebiasaan ini juga diharapkan mampu mengurangi pengeluaran keluarga terhadap penyakit infeksi. Adapun nasihat-nasihat yang diberikan yakni mengenai cara menjaga kebersihan diri dengan cara menggosok gigi, mencuci tangan, mandi serta MCK dengan cara yang benar, cara mengelola sampah dengan baik dan benar, serta pentingnya mengonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembinaan selama satu bulan pada masa KKN PPM, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Keluarga I Kadek Dana memiliki beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh istri KK yakni osteoartritis dan gout artritis serta kurangnya pemahaman istri KK akan penyakitnya, serta kurangnya kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Dari beberapa masalah tersebut, beberapa solusi yang diberikan oleh pendamping yakni memberikan promosi kesehatan dan deteksi dini terhadap penyakitnya, memberikan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
4.2 Saran Adapun rekomendasi dari kegiatan pendampingan keluarga adalah sebagai berikut : 1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan istri KK dan selalu menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat 2. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan terutama yang bertugas di Puskesmas Pembantu Serai untuk dapat memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakatnya dengan cara memberikan terapi awal dan KIE.