1.1 Data demografi Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Serai, Desa Serai , Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Banjar Serai merupakan satu-satunya banjar yang ada di Desa Serai. Dilihat dari kondisi iklimnya daerah ini termasuk ke dalam iklim sejuk karena secara geografis letaknya yang tinggi dari permukaan laut. Sebagian besar peduduknya bermata pencaharian sebagai petani jeruk karena tanaman jeruk tumbuh subur di daerah ini termasuk keluarga binaan penulis juga memiliki profesi yang sama. Data demografis keluarga binaan seperti tercantum dalam table di bawah : No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan 1. I Kadek Dana Laki-laki 33 tahun Tamat SD Petani 2. Luh Kima Perempuan 35 tahun SD kelas 5 Petani 3. Made Arta Laki-laki 18 tahun SD kelas 2 Buruh 4. Komang Yuda Laki-laki 17 tahun Tamat SD Buruh 5. Ketut Minggu Laki-laki 11 tahun SD kelas 5 Pelajar
Gambar sistem kekerabatan keluarga binaan
Keterangan: = laki-laki
1 2 5 4 3
= perempuan
1.2 status sosial dan kondisi tempat tinggal keluarga binaan Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di ladang yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya. Kedua anaknya bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak memiliki pekerjaan Tetap sedangkan anak terakhir masih berstatus sebagai pelajar. Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar 10 juta per tahun dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk tanaman, pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun. KK mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya makan sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per hari. Untuk sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil dari hutan yang dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu membayar biaya air lagi. Menurut KK, uang yang didapatkannya tersebut bila dibandingkan dengan pengeluarannya termasuk kurang.
KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2 buah bangunan Utama, yakni, 2 buah kamar tidur untuk KK, istri dan ketiga anaknya, serta bangunan lainna merupakan dapur. KK tidak memiliki kamar mandi atau tempat MCK. Bangunan kamar tidur tersebut beralaskan semen tanpa keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa dicat. Keadaan di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk masing-masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya terdapat satu buah televisi. Untuk bangunan dapur beralaskan semen tanpa keramik, beratap seng, dan bertembok semen. Di dalam dapur terdapat tungku untuk memasak. Keluarga ini tidak memiliki fasilitas MCK. Untuk keperluan MCK keluarg ini menggunakan sumber air berupa air yang ditampung dalam wadah semen yang dialirkan melalui pipa. Kegiatan MCk dilakukan di ladang di belakang pondokan tanpa menggunakan jamban.
Selain itu terdapat pula bak air untuk menampung air hujan yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di halaman pekarangan rumah terdapat 1 ekor
ayam jago yang kadang-kadang digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung yang dipelihara oleh anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan. Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu. 1.3 Rumusan masalah kesehatan dalam keluarga ini yang memiliki masalah kesehatan adalah istri KK. Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya.
Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang.
Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu megakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan.
Sehingga bias disimpulkan bahwa ibu memiliki beberapa faktor risiko terjadinya nyeri sendi yang dialami ibu yakni factor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Factor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin perempuan, adanya riwayat penyakit yang sama pada ibunya. Sedangkan factor risko yang dapat dimodifikasi yang dijumpai pada ibu adalah pekerjaan ibu yang sering membawa beban berat langsungseperti hasil panen, diet yakni kebiasaan ibu yang suka makan makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti Kacang-kacangan dan jeroan, serta kurangnya pemahaman ibu akan penyakitnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan memberikan KIE kepada Luh Kima tentang rematik akan meningkatkan pegetahuan dan kesadaran ibu akan penyakitnya sehingga mampu mengurangi kekambuhan penyakitnya.
BAB II KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN 2.1 Promosi kesehatan Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai factor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin. KIE yang diberikan yakni: a. Keluarga I Kadek Dana KIE yang diberikan yakni memberi pemahaman mengenai penyakitya dan terhadap factor risiko yang dapat dimodifikasi. Bahwasanya penyakit rematik ini merupakan penyakit kronik dan merupakan suatu proses penuaan, sehingga sangat penting untuk mengontrol penyakitnya. Saran yang diberikan pada ibu adalah mengurangi beban pekerjaan terutama pada sendi yang sakit, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti Kacang-kacangan dan jeroan, serta pentingnya mencari pengobatan ketika penyakitnya kambuh.
b. H 2.2 Hasil kegiatan Ibu Luh Kima saat ini telah mengurangi beban pekerjaannya menyesuaikan dengan kemampuan fisiknya. Ia juga sudah menghindari konsumi jeroan dan mengurangi konsumsi Kacang-kacangan. Ibu juga sudah mulai mengerti akan penyakitnya dan mengataka bahwa ia akan mencari pengobatan bila sakitnya kambuh.
BAB III PENANGGULANGAN PENYAKIT 3.1 Latar belakang kasus Kasus bernama Luh Kima, 35 tahun. Ia merupakan istri dari KK I Kadek Dana. Ia tinggal bersama dengan suami dan anak-anaknya di banjar Serai, Desa Serai, Kintamani. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap keluarga ini diketahui bahwa ia sering menderita nyeri pada daerah persendian. Profil keluarga 1. Kepala keluarga Nama : I Kadek Dana Umur : 33 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : tamat SD Pekerjaan : petani 2. Istri KK (kasus) Nama : Luh Kima Umur : 35 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SD kelas 5 Pekerjaan :petani 3. Anak I Nama : Made Arta Umur : 18 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : SD kelas 2 Pekerjaan :buruh 4. Anak II Nama : Komang Yuda Umur : 17 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : tamat Sd Pekerjaan :buruh 5. Anak III Nama : Ketut Minggu Umur : 11 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SD kelas 5 Pekerjaan :pelajar
Di bawah ini merupakan silsilah keluarga dari I Kadek Dana:
Keterangan: = laki-laki 1 2 5 4 3
= perempuan
RIWAYAT KASUS a. Perjalanan Penyakit dan Riwayat Pengobatan Istri KK mengeluh mengalami nyeri pada persendiannya. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya.
Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang.
Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu megakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan.
b. Status kesehatan saat ini
Saat ini keluhan nyeri pada persendian masih dirasakan oleh Luh Kima sehingga membatasi pekerjaan ibu. Nyeri terutama dirasakan di deerah lutut dan pundak. Nyeri juga disertai dengan bengkak dan kemerahan pada daerah sendi lutut. Ia tidak mengonsumsi obat-obatan karena merasa masih mampu beraktivitas dengan sendi tersebut. Keluhan nyeri dan bengkak pada sendi pada ruas jari pertama kanan sudah tidak dirasakan lagi oleh ibu.
Analisis situasi keluarga kasus Aspek lingkungan fisik keluarga binaan KK beserta keluarganya tinggal di pondokan yang berada di sebelah ladang mereka. Di pondokan tersebut hanya terdapat 2 buah bangunan Utama, yakni, 2 buah kamar tidur untuk KK, istri dan ketiga anaknya, serta bangunan lainna merupakan dapur. KK tidak memiliki kamar mandi atau tempat MCK. Bangunan yang dimiliki merupakan bangunan permanen. Sumber listrik berasal dari PLN. Sedangkan untuk sumber air berasal dari air yang berasal dari hutan yang ditampung di belakang rumah. Bangunan Utama pertama berukuran 6 x 7 m dan terdiri dari 2 kamar tidur dan teras di depannya. Bangunan kamar tidur beralaskan semen tanpa keramik, beratapkan seng, bertembok semen tanpa dicat. Keadaan di dalam kamar terlihat berantakan dan kotor. Untuk masing-masing kamar terdapat 1 buah kasur dan pada salah satu kamarnya terdapat satu buah televisi. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak-acakan dan jarang sekali diganti. Penerangan di dalam kamar hanya berupa lampu kecil berwarna kuning. Tidak terdapat ventilasi pada kedua area kamar. Untuk bangunan dapur berukuran sekitar 6 x 5 meter, beralaskan tanah, beratap seng, dan bertembok semen. Di dalam dapur terdapat tungku untuk memasak. Kondisi di bagian dalam dapur tampak gelap dan temboknya tertutup jelaga berwarna hitam. Sehari-hari keluarga memasak dengan menggunakan kayu bakar. Tidak ada penerangan di dalam dapur, begitu pula untuk ventilasi terbatas. Keluarga ini tidak memiliki fasilitas MCK. Untuk keperluan MCK keluarg ini menggunakan sumber air berupa air yang ditampung dalam wadah semen yang dialirkan melalui pipa. Kegiatan MCk dilakukan di ladang di belakang pondokan tanpa menggunakan jamban.
Di pekarangan rumah terdapat bak air untuk menampung air hujan yang digunakan untuk menyiram tanaman jeruk di ladang. Di halaman pekarangan rumah terdapat 3 ekor ayam jago yang kadang-kadang digunakan untuk matajen oleh KK, 2 ekor burung yang dipelihara oleh anak terkecil, serta 3 ekor anjing peliharaan yang berkeliaran di sekitar rumah. Keluarga ini juga memelihara 2 ekor sapi di belakang rumah mereka. Pekarangan berupa tanah dengan pagar berupa tanaman perdu. Sampah yang ada di rumah biasanya dikumpulkan untuk dibakar dan sebagian sampah organic dimanfaatkan untuk pupuk ladangnya. Aspek social ekonomi keluarga binaan Keluarga I Kadek Dana termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke bawah. Kepala keluarga saat ini bekerja sebagai petani jeruk di ladang yang dimiliki oleh orang lain, begitu pula dengan istrinya. Kedua anaknya bekerja sebagai buruh yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak memiliki pekerjaan tetap sedangkan anak terakhir masih berstatus sebagai pelajar. Pendapatan yang diterima oleh KK yakni sebesar 10 juta per tahun dan setelah dikurangi biaya pupuk dan obat untuk tanaman, pendapatan bersih yang diterima yakni sekitar 3 juta per tahun. KK mengatakan pengeluaran yang dilakukan adalah untuk biaya makan sehari-hari, listrik, dan upacara yakni sekitar 35 ribu per hari. Untuk sumber air berasal dari sumber mata air yang diambil dari hutan yang dialirkan melalui pipa, sehingga KK tidak perlu membayar biaya air lagi. Menurut KK, uang yang didapatkannya tersebut bila dibandingkan dengan pengeluarannya termasuk kurang. Aspek social budaya keluarga binaan Keluarga I Kadek Dana termasuk aktif dalam Kehidupan bermasyarakat. Meskipun tinggal di pondokan yang letaknya cukup jauh dari balai banjar, keluarga ini Tetap mengikuti kegiatan di banjar. Keluarga ini Selalu mengikuti kegiatan keagamaan yang ada desa, seperti persembahyangan yang diadakan di pura Kahyangan Tiga. Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat di sekitar juga dikatakan baik dan tidak pernah memiliki masalah berarti. Aspek social psikologis keluarga binaan Hubungan antar sesame anggota keluarga Dikatakan baik. tidak pernah terjadi perselisihan berarti diantara mereka. Setiap anggota keluarga saling membantu dan mendukung. Seperti misalnya saat sang ibu mengalami keluhan nyeri di persendiannya, KK akan meminta istrinya untuk beristirahat dari pekerjaannya. Demikian pula dengan anak-anaknya, sampai saat ini sudah bekerja walaupun tidak tetap. Rumusan masalah dan solusi kasus 2.2.1 Permasalahan Kesehatan Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga dampingan adalah pada istrinya yakni Luh Kima, perempuan usia 35 tahun yang mengalami keluhan nyeri pada pesendiannya sejak 2 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan mendadak awalnya pada kedua lutut kemudian menyebar ke daerah pundak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut. Nyeri dirasakan memberat saat cuaca dingin dan apabila menggunakan lututnya untuk bekerja seperti menaiki tangga, serta mengangkat beban. Keluhan dirasakan membaik setelah ia berobat ke dokter di daerah Penulisan dan diberikan pil namun ia lupa nama pilnya. Keluhan dirasakan membaik, sehingga setelah pil tersebut habis ia tidak melanjutkan pengobatan. Beberapa kali keluhan tersebut kambuh namun ia tidak minum obat untuk mengurangi keluhannya. Keluhan tersebut menyebabkan ibu tidak mampu bekerja di ladang sehingga ia harus beristirahat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Selain nyeri, ibu juga mengeluh bengkak dan kaku pada daerah kedua lututnya. Sekitar 1 bulan yang lalu ibu mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari pertama setelah makan jeroan ayam, nyeri dirasakan selama 2 hari dan setelah itu menghilang tanpa pengobatan. Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan ini juga mengganggu pekerjaan ibu di ladang. Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga mengalami keluhan serupa, namun tidak menjalani pengobatan apapun. Ibu mengakui bahwa dirinya Memang senang mengonsumsi Kacang-kacangan dan jeroan hewan. Ketika ditanya mengenai penyebab keluhannya tersebut ibu mengaku tidak tahu, namun saat berobat di dokter ia disarankan untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan.
2.2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada keluarga ini, budaya hidup sehat bersih dan sehat masih termasuk kurang. Kegiatan menyikat gigi dilakukan 3 kali sehari pada pagi, sore hari, dan malam hari. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air yang ditampung, tapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang jeruknya tanpa menggunakan jamban. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur yang dipetik dari ladang, kadang berisi tahu atau tempe, jarang sekali makan daging kecuali saat terdapat upacara. Menu makanan ini masih memiliki nilai gizi yang sangat kurang karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna. Dalam keluarga ini, I Kadek Dana dan anak pertamanya diketahui memiliki kebiasaan merokok. Dalam sehari biasanya ia mampu menghabiskan setengah bungkus rokok. 3.1.1 promosi kesehatan dan deteksi dini Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai factor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan penulis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan yang dialami ibu adalah memberikan komunikasi, informasi , serta edukasi (KIE) mengenai factor risiko, penyebab penyakit yang dialami oleh ibu, serta cara untuk mengurangi kekambuhan yang dialami, dan pentingnya pengobatan dan pemeriksaan rutin. Salah satu bentuk deteksi dini terhadap penyakit yang diderita Luh Kima yakni melakukan pengecekan terhadap kadar asam urat dan didapatkan hasil 5,2. Jaminan kesehatan yang sudah dimiliki dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga ia tidak hanya memberikan manfaat dalam bidang kesehatan namun juga mampu menekan pengeluaran keluarga. 3.1.2 memberikan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan hal yang penting untuk dijadikan kebiasaan sehari-hari karena mampu menghindarkan diri dari risiko terjangkit penyakit terutama penyakit infeksi. Selain memberikan efek kesehatan bagi tubuh dengan kebiasaan ini juga diharapkan mampu mengurangi pengeluaran keluarga terhadap penyakit infeksi. Adapun nasihat-nasihat yang diberikan yakni mengenai cara menajga kebersihan diri dengan cara menggosok gigi, mencuci tangan, mandi serta MCK dengan cara yang benar, cara mengelola sampah dengan baik dan benar, serta pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna.