Anda di halaman 1dari 11

RAYAP 1.

Pendahuluan Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Serangga ini termasuk dalam Ordo Isoptera. Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana mereka memiliki sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap belakang yang sama. Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu dan

mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber makanan bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, wallpaper, dll. Diungkapkan lebih lanjut dari seluruh jenis rayap yang sudah dikenal yaitu kurang lebih sekitar 2000 jenis, yang terbagi dalam 2 famili, 15 sub famili dan 200 jenis tidak semuanya bertindak sebagai hama perusak. Yang merupakan perusak hanya sekitar 100 jenis, yang masuk dalam kategori jenis rayap perusak ganas ada 47 jenis yaitu 6 jenis dari famili Kalotermitidae (rayap kayu kering); dan famili Rhinotermitidae (rayap kayu basah) ada 25 jenis ; 1 jenis dari famili Mastotermitidae dan 15 jenis dari famili Termitidae /rayap tanah. 2. Pembahasan Rayap merupakan serangga sosial yang memiliki pembagian tugas yang dinyatakan dalam kasta. Kasta rayap terbagi menjadi ratu, pekerja, dan prajurit. Tugas utama dari pekerja adalah mengumpulkan dan mendegradasi makanan yang berupa selulosa (Krishna 1969). Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu: a) Kasta reproduktif. Kasta ini terdiri atas individu-individu fertil yaitu betina (ratu)

dengan ciri-ciri abdomen yang membesar yang tugasnya bertelur dan jantan (raja), tugasnya hanya membuahi ratu. Jantan fertil tidak harus selalu membuahi betina fertil. Betina fertil memiliki kantung yang dapat menyimpan sperma dari jantan fertil. Ukuran ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10 dari ukuran ratu. Telurnya mencapai 36000 sehari bila koloninya sudah berumur 5 tahun. Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih (Prasetyo, 2005).

Gambar 1. Ratu dan raja subteran

Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Pasangan ini disebut sebagai pasangan reproduktif primer. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja. Jika raja dan ratu mati, koloni akan membentuk betina dan jantan fertil baru dari individu lain, biasanya dari kasta pekerja. Pasangan baru ini disebut sebagai pasangan reproduktif suplementer atau neoten. Abdomen dari betina reproduktif suplementer tidak sebesar abdomen betina pada reproduktif primer (Tarumingkeng, 2005). bersayap dan merupakan pendiri koloni. Richard dan Devies (1996) dalam Rismayadi dan Arinana (2007) menyatakan bahwa neoten muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni. Selanjutnya, neoten menggantikan fungsi kasta reproduktif primer untuk perkembangan koloni.

b)

Kasta prajurit. Kasta prajurit jumlahnya 15% dari seluruh anggota koloni. Kasta ini

ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerjapekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacammacam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes

memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro)

Gambar 2. Rayap prajurit Macrotermes gilvus

c)

Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari

80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Kasta pekerja berfungsi mencari makan, merawat telur, membuat serta memelihara sarang. Mereka berperan dalam mengatur efektivitas koloni dengan jalan membunuh dan memakan individuindividu yang lemah atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat kanibalisme seperti ini umum pada setiap jenis rayap dan sering berhubungan erat dengan perilaku lainnya yang disebut Trofalaksis, yakni saling menjilat tubuh sesamanya sekaligus memakan lapisan kutikulapada stomodaeum atau proktodaeum yang dikeluarkan pada proses ganti kulit (ecdysis). Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

Gambar 2.3. Rayap pekerja Macrotermes gilvus

A.

Jenis-jenis Rayap Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat

digolongkan dalam tipe-tipe berikut :

1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati (Tectona grandis). 2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermesspp., famili Kalotermitidae). 3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan dilantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering. 4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, seperti tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah, namun perbedaannya bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. 5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan.

Di Indonesia beberapa jenis rayap tanah yang paling berbahaya adalah dari kelompok genus coptotermes. Rayap tanah coptotermes merupakan jenis yang paling sukses hidup dilingkungan perkotaan. Serangga ini dapat membentuk koloni dalam jumlah yang besar dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Tidak mengherankan apabila dibandingkan dengan jenis rayap lainnya, rayap coptotermes lebih berbahaya menyerang bangunan gedung. Bahkan sarangnya tidak terbatas pada tipe bangunan sederhana tetapi juga mampu menyerang obyek-

obyek serangan yang tinggi pada bangunan-bangunan bertingkat jauh diatas permukaan tanah.

Sifat-sifat rayap yang utama meliputi : 1. Sifat trofalaksis yaitu sifat saling memberi makan. Trofalaksis adalah perilaku berkerumun di antara anggota-anggota koloni, dan saling "menjilat" anus dan mulut. Dengan perilaku ini protozoa dapat ditularkan kepada individu-individu yang memerlukannya. Penyebaran

feromon dasar juga diduga terlaksana melalui perilaku trofalaksis . 2. Sifat crylobiotik yaitu sifat untuk selalu menjauhi cahaya 3. Sifat grooming yaitu sifat yang selalu senang berkumpul 4. Sifat necrofasic yaitu sifat yang selalu memakan anggota koloni yang sakit atau mati.

B.

Peranan Rayap Rayap merupakan organisme yang mampu tetap bertahan pada perubahan ekosistem

alami menjadi ekositem-ekosistem pertanian, perkebunan dan agroekosistem, bahkan pada ekosistem yang sepenuhnya dikendalikan oleh manusia (urban ekosistem). Pada lingkungan urban inilah rayap menjadi masalah yang mengganggu keandalan bangunan gedung. Tidak ada bagian dari lingkungan urban di Indonesia yang steril dari serangan rayap. Rayap adalah binatang yang memiliki kemampuan untuk memakan kayu sehingga pondasi rumah bisa-bisa menjadi keropos sehingga Banyak sekali kerugian yang bisa ditimbulkan oleh rayap terutama kerugian yang nyata pada investasi rumah kita, yakni pastinya rumah yang terbuat dari bahan kayu. Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (1996) di dalam Nandika et al. (2003) tercatat bahwa kerugian ekonomis akibat infestasi rayap pada bangunan perumhan di indonesia telah mencapai angka 1,67 triliyun rupiah. Rayap pada saat ini tidak hanya populer menyerang kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan rumah tinggal sederhana, tetapi telah merambah menyerang gedunggedung bertingkat tinggi yang dari segi konstruksi hampir-hampir aneh terserang rayap, karena dilengkapi dengan basement dengan lantai slob beton bertulang dan sangat minimal menggunakan kayu sebagai komponen struktural bangunan. Pada bangunan bertingkat tinggi itu rayap menyerang komponen-komponen kayu sebagai bagian dari ornamen bangunan atau pelengkap isi bangunan seperti furniture, kitchen set dan lain-lain. Bahkan dapat kita temukan beberapa kasus serangga rayap menghabiskan dokumen perkantoran yang sangat penting digedung bertingkat tersebut, juga menghancurkan wallpaper, merusak parquite dan bahan bangunan baru lainnya, seperti : gipsum.

C.

Morfologi Rayap Secara morfologi rayap memiliki tiga bagian utama yang meliputi : kepala, toraks dan

abdomen. Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lain. Ukuran tubuh rayap bervariasi sesuai dengan jenisnya yaitu sekitar 4 - 11 mm (Tarumingkeng, 2001). Di beberapa negara sub-tropika rayap dikenal sebagai semut putih (white ant) karena secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang hampir sama. Padahal terdapat beberapa perbedaan antara rayap dan semut yang meliputi (Pearce, 1997) : a. Abdomen semut bagian tengah mengecil, sementara rayap tidak. b. Semut memiliki sepasang sayap, dengan ukuran salah satu sayap lebih kecil dari sayap yang lain. Rayap memiliki sepasang sayap yang sama besar ukurannya. c. Antena semut bersiku sementara antena rayap lurus D. Siklus Hidup Rayap Siklus hidup rayap dimulai dari stadium telur, telur akan menetas menjadi nimfa

setelah kurang lebih 5 hari, kemudian nimfa dapat berkembang menjadi kasta reproduktif, pekerja, prajurit. Kasta reproduktif yang memiliki sayap disebut laron. Laron akan keluar dari sarang pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Sepasang laron akan jatuh dan melepaskan sayapnya dan mencari tempat untuk membentuk koloni baru. Secara bertahap perut laron betina akan membesar sehingga berukuran lebih besar dari kepalanya. Laron betina tersebut kemudian bertugas sebagai ratu dan sepanjang hidupnya hanya bertelur.

E.

Perilaku Rayap Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang

memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang

diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan Batubara, 2007). Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, menghancurkan plastik, kabel, dan penghalang fisik lainnya . Rayap mampu menembus lubang terbuka atau celah sekecil 0,4 mm sehingga bisa menyerang bangunan dengan berbagai macam cara, seperti: - kayu yang berhubungan langsung dengan tanah - retakan-retakan pada dinding dan pondasi - membentuk liang-liang kembara pada permukaan kayu,beton, pipa, dll.

Sekali rayap mampu mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian-bagian yang tinggi dengan membuat sarang-sarang antara di dalam bangunan yang jauh dari tanah (sarang utama) dan memanfaatkan sumber-sumber kelembapan yang tersedi dalam bangunan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk rayap tanah yang hidupnya mutlak bergantung dari adanya air dan tanah yang merupakan sumber utama bagi kehidupan rayap. Rayap kayu kering memiliki kemampuan hidup pada kayu-kayu kering di dalam bangunan gedung. Rayap ini tidak membangun sarang atau liang-liang kembara pada tempattempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Adanya serangan rayap seringkali baru diketahui setelah kayu yang diserang menjadi keropos tanpa adanya pecahan pada permukaannya. Serangan rayap kayu kering dapat dikenali dari eksremen-eksremen berupa butiran kecil, lonjong, berwarna coklat muda. Rayap kayu kering biasanya mencapai sasaran melalui dua cara: - Laron yang bersialang datang ke obyek sasaran dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup (misalnya: cat pelindung yang toksik, kayu tidak diawetkan, dll). - Obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang sudah terserang dan letak kedua obyek tersebut berdekatan.

F.

Strategi Pengendalian

Pengendalian rayap pada bangunan selama ini mengenal dua metode:

a.
b.

Pra-Konstruksi : Bahan Kimia dan Tanpa BahanKimia (Penghalang Fisik) Pasca Konstruksi : Injeksi (Suntik) dan Baiting (Pengumpanan). Saat ini penelitian

pengendalian rayap semakin berkembang tidak hanya dengan bahan kimia tetapi dengan bahan alam, penggunaan jamur entomopatogen, nematoda entomopatogen, serta penggunaan gelombang elektromagnetik. Langkah utama dalam pegendalian rayap pada bangunan adalah melakukan inspeksi secara menyeluruh pada bangunan. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan pengendalian rayap dimulai dari pengamatan atau monitoring secara menyeluruh. Hal ini disebab kan karena rayap tidak mudah dideteksi, kesalahan deteksi bisa berakibat pengeluaran biaya tinggi (bagi perusahaan maupun konsumen) dan inspeksi yang tepat dapat mengurangi keluhan atau kunjung ulang. Kegiatan inspeksi dilakukan untuk menentu kan lokasi aktivitas rayap, titiktitik masuk rayap pada bangunan, area potensial serangan rayap, tempat-tempat potensial sarang rayap dan area-area yang sulit dijangkau perlakuan.

a. Pra Konstruksi Perlakuan Pra Konstruksi ditujukan untuk mencegah masuknya rayap ke dalam bangunan gedung. Secara umum tindakan penanggulanagan bahaya rayap pra-konstruksi dapat dilakukan dengan: - Pendekatan rancang bangunan gedung tahan rayap. - Penggunaan pengawet kayu untu kayu-kayu yang akan digunakan. - Pemberian perlakuan tanah dengan penghalang kimia (Chemically Treated Soil Barriers) - Penggunaan penghalang fisik di bagian pondasi untuk mencegah serangan rayap, seperti penggunaan lapisan kawat baja (termi-mesh) supaya tidak dapat ditembus oleh rayap dan penggunaan pasir dengan ukuran partikel tertentu sehingga tidak dapat ditembus oleh rayap. Sementara itu, perlakuan tanah pra-konstruksi merupakan teknik pemberian perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida. Pendekatan rancang bangun ditujukan untuk menciptakan bangunan gedung yang secara fisik sukar ditembus oleh rayap serta menciptakan kondisi bangunan gedung yang tidak disukai oleh rayap. Pengawetan kayu dapat dilakukan dengan pelaburan bahan pengawet pada kayu atau perendaman kayu di dalam bahan pengawet. Penggunaan penghalang fisik yang telah digunakan secara komersil adalah penggunaan lapisan kawat baja (termi-mesh) pada bagian pondasi yang tidak dapat ditembus oleh ryap dan penggunaan pasir

dengan ukuran partikel tertentu sehingga tidak dapat ditembus oleh rayap (Shelton et al, 2007). Sementara itu, perlakuan tanah pra konstruksi merupakan teknik pemberian perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida dengan tekanan rendah pada proses pembangunan konstruksi. Perlakuan tanah dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan tipe konstruksi bangunan gedung. Cara perlakuan kimia tanah diterapkan pada bangunan yang pondasinya tidak dilengkapi dengan sloof beton bertulang adalah sebagai berikut : A. Perlakuan Pada Pondasi a. Setelah parit pondasi selesai digali, dasar parit disemprot larutan termitisida dosis 5 liter larutan termitisida per meter panjang pondasi. b. Setelah pondasi tersusun dan pengurugan mencapai setengahnya dilakukan penyemprotan tanah urugan (back fill) di kedua sisi pondasi. Jumlah larutan semprot pada masing-masing sisi 5 liter larutan termitisida per panjang pondasi. c. Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug, pada kedua sisinya disemprot kan larutan termitisida dengan dosis 5 liter per meter. B. Tanah yang akan ditutup lantai a. Penyemprotan tanah yang akan ditutup lantai dilaksanakan secara merata dengan dosis 5 liter per meter persegi tanah permukaan. b. Segera setelah selesai penyemprotan, tanah harus terlindung dari hujan atau paparan sinar matahari langsung. c. Tidak dibolehkan mengurug kembali tanah yang telah diberi perlakuan, jika terpaksa diperlukan tanah urugan harus diberi perlakuan terlebih dahulu. C. Komponen Bangunan Lain a. Bagian pipa saluran instalasi dan drainase yang masuk dan keluar bangunan yang ditanam di bawah tanah, harus diselubungi tanah anti rayap, agar tidak di pergunakan sebagai jalan masuk rayap ke dalam bangunan dengan dosis 7,5 liter per meter persegi.

b. Tanah yang bersentuhan dengan bagian teras dan tangga masuk diberi perlakuan tanah dengan dosis 5 liter permeter persegi. b. Pasca Konstruksi Pelaksanaan penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi hendaklah diawali dengan kegiatan pemeriksaan serangan rayap untuk menentukan intensitas serangan yang terjadi, jenis rayap perusak bangunan, dan volume pekerjaan yang akan dilakukan.Hasil pemeriksaan tersebut diperlukan untuk menentukan teknik penanggulangan bahaya rayap yang terbaik. Penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi dapat dilakukan dengan cara perlakuan tanah, teknik pengumpanan, perlakuan kayu, dan perbaikan elemen bangunan yang mengalami kerusakan. A. Penanggulangan dengan Cara Perlakuan Tanah Pada Bangunan a. Pengeboran pada lantai Lantai sepanjang kedua sisi dinding sejauh 0,15 meter dari dinding dibor dengan jarak antar lubang 0.40 meter. b. Pengeboran pada dinding Perlakuan pada dinding diberikan apabila tanah yang seharusnya diberi perlakuan terdapat sumber air dan jaringan pipa saluran air kotor yang sulit diketahui serta pada dinding yang berhimpitan dengan bangunan lain. c. Pengeboran pada retakan struktur Semua retakan dan lubang serangga pada struktur atau pada bagian yang diduga merupakan jalan masuknya rayap di-bor. d. Pelaksanaan injeksi Dengan injektor yang sesuai ukurannya larutan termitisida diinjeksikan lewat lubang-lubang bor dengan tekanan sedang sampai volume yang ditentukan terpenuhi atau sampai larutan keluar dari lubang berikutnya.

B. Penanggulangan dengan Cara Pengumpanan Pengumpanan merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Teknologi ini sesungguhnya telah dikenal sejak lama, Esenther dan Coppel (1964) menggunakan umpan beracun untuk mengendalikan rayap tanah, kemudian beberapa peneliti mengadopsi teknologi umpan tersebut untuk melakukan monitoring dan pengendalian. Bahan

aktif yang digunakan adalah bahan kimia yang menghambat pertumbuhan khitin rayap (Chitin synthesis inhibitors) seperti hexaflumuron, diflubenzuron, dll. Metode pengumpanan pada prinsipnya mengguna kan sifat biologis rayap yaitu sifat tropalaksis dan grooming dalam mendistribusi kan racun pada anggota koloninya. Oleh karena bahan aktif yang digunakan haruslah bersifat slow action sehingga menjamin tersebarnya racun kepada seluruh anggota koloni. Pelaksanaan pengumpanan pada bangunan gedung dilakukan dengan peralatan umpan rayap yang meliputi stasiun tempat umpan rayap, umpan rayap untuk di luar ruangan dan umpan rayap untuk di dalam ruangan. Metode Pengumpanan mensyaratkan monitoring secara berkala untuk memastikan koloni rayap telah dapat dieliminasi secara menyeluruh pada bangunan.

DAFTAR PUSTAKA Hadijono, Slamet. 2007. Analisis Pengembangan Strategi Jasa Termite Control Di Indonesia. http://azamamrullah.blogs.ukrida.ac.id/JKUNUKR/jou/FEMA/2007/jkunukr-ns-jou2007-na00000167-968-termite_control-resource2.pdf. Diakses 7 oktober 2013. Sentricon. 2010. Biologi Rayap. http://termite-killer.blogspot.com/. Diakses 7 oktober 2013. Tarumingkeng, Rudy C. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. Diakses 7 oktober 2013. Waryono, Tarsoen. 2009. Ekosistem Rayap Dan Vektor Demam Berdarah Di Lingkungan Permukiman. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008. http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/33-ekosistem-rayap.pdf. Diakses 7 oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai