Anda di halaman 1dari 54

BAB I PENDAHULUAN

Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia ( !O" menyebutkan bahwa se#ak tahun 2$$$%2$$3 asfiksia menempati urutan ke%&, yaitu sebanyak '%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan ( #uta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas #angka pan#ang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan bela#ar. )enurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2$$*, tiga penyebab utama kematian perinatal di +ndonesia adalah gangguan pernapasan,respiratory disorders (3-,.%", prematuritas (32,/%" dan sepsis neonatorum ((2.$%" !ipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. 0enilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menun#ukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. !al ini dibuktikan oleh Drage dan 1erendes ((.&&" yang mendapatkan bahwa skor 2pgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. !aupt ((.*(" memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. 2sidosis, gangguan kerdio3askular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini akan sering berlan#ut men#adi sindrom gangguan pernafasan pada hari%hari pertama setelah lahir. 0enyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrho4e dan 2makawa ((.*(" menun#ukkan nekrosis berat dan difus pada #aringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di kemudian hari. 5ntuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut di atas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasional sesuai dengan perubahan yang mungkin ter#adi pada penderita asfiksia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Pengertian Asfiksia Neonatorum

1eberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda 6 (. +katan Dokter 2nak +ndonesia 2sfiksia neonatorum adalah kegagalan napas se4ara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. 2. !O 2sfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas se4ara spontan dan teratur segera setelah lahir. 3. 27O8 dan 220 :ilai 2pgar menit kelima $%3 2danya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (p!;*.$" 8angguan neurologis (misalnya6 ke#ang, hipotonia atau koma" 2danya gangguan sistem multiorgan (misalnya6 gangguan kardio3askular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal". 9eorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut6

II.2.

Etio ogi Asfiksia Neonatorum 0engembangan paru bayi baru lahir ter#adi pada menit%menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. 1ila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke #anin, akan ter#adi asfiksia #anin atau neonatus. 8angguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. !ampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelan#utan asfiksia #anin, karena itu penilaian #anin selama masa kehamilan dan persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. 8angguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia, hipoksia #anin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. Pen!e"a" kegaga an #ernafasan #a$a "a!i% a$a a&' (. <aktor +bu !ipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia #anin dengan segala akibatnya. !ipoksia ibu ini dapat ter#adi kerena hipo3entilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam. 8angguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan #anin. !al ini sering ditemukan pada keadaan = gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain%lain. 2. <aktor 0lasenta 0ertukaran gas antara ibu dan #anin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. 2sfiksi #anin akan ter#adi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain%lain.

3.

<aktor <etus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan #anin. 8angguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara #anin dan #alan lahir dan lain%lain.

/.

<aktor :eonatus Depresi pusat pernafasan pada 11L dapat ter#adi karena= pemakaian obat anastesi, analgetika yang berlebihan pada ibu se4ara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan #anin, traoma yang ter#adi pada persalinan mosalnya perdarahan intra 4ranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain%lain.

II.(.

Patogenesis Asfiksia Neonatorum (. 1ila #anin kekurangan O2 dan kadar 7O2 awalnya akan ter#adi rangsangan dari ner3us 3agus sehingga #antung #anin men#adi lambat. 1ila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka ner3us 3agus tidak dapat dipengaruhi lagi. >imbulah kini rangsangan dari ner3us simpatikus. D?? men#adi lebih 4epat, akhirnya irregular dan menghilang. 2. Kekurangan O2 #uga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda #anin dalam hipoksia6 ?ika D?? normal dan ada mekonium maka #anin mulai hipoksia. ?ika D?? @ (&$ A, menit dan ada mekonium maka #anin sedang hipoksia. ?ika D?? ; ($$ A, menit dan ada mekonium maka #anin dalam keadaan gawat.

3.

?anin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. 1ronkus tersumbat dan ter#adi atelektasis, bila #anin lahir a3eoli tidak berkembang.

II.).

Prinsi# Dasar Asfiksia Neonatorum 1ayi dapat mengalami apnea dan menun#ukan upaya pernafasan yang tidak 4ukup untuk kebutuhan 3entilasi paru%paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran 7O2. 0enyebab depresi bayi pada saat lahir ini men4akup6 (. 2. 3. /. -. &. 2sfiksia intra uterin. 1ayi kurang bulan. Obat%obat yang diberikan, diminum oleh ibu. 0enyakit neuromuskular bawaan. 7a4at bawaan. !ipoksia intra partum.

2sfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan 7O2 dan asidosis. 1ila proses ini berlangsung terlalu #auh dapat mengakibatkan kerusakan otak, kematian. 2sfiksia #uga mempengaruhi organ 3ital lainnya. 0ada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan ter#adi pernafasan yang 4epat dalam periode yang singkat. 2pabila asfiksia berlan#ut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut #antung #uga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang se4ara berangsur%angsur dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal dengan nama apnea primer. 0erlu diketahui bahwa pernafasan yang megap%megap dan tonus otot yang #uga turun ter#adi akibat obat%obat yang diberikan pada ibunya. 1iasanya pemberian rangsangan dan oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang ter#adinya pernafasan spontan. 2pabila asfiksia berlan#ut bayi akan menun#ukan megap%megap yang dalam, denyut #antung terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid". 0ernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea sekunder, selama apnea sekunder ini denyut #antung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah (0aO2" terus menurun. 1ayi sekarang tidak bereaksi terhadap

&

rangsangan dan tidak akan menun#ukan upaya pernapasan se4ara spontan. Kematian akan ter#adi ke4uali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.

II.*.

Tan$a $an +e,a a K inis Asfiksia Neonatorum 0ada asfiksia tingkat lan#ut akan ter#adi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya6 (. 2. !ilangnya sumber glikogen dalam #antung akan mempengaruhi fungsi #antung. >er#adinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel #aringan termasuk otot #antung sehingga menimbulkan kelemahan #antung. 3. 0engisian udara al3eolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan. 1ayi yang mengalami kekurangan O2 akan ter#adi pernafasan yang 4epat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlan#ut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut #antung #uga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang se4ara barangsur%angsur dan memasuki periode apnea primer. 8e#ala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan 4epat, pernafasan 4uping hidung, sianosis, nadi 4epat. 8e#ala lan#ut pada asfiksia6 (. 2. 3. /. -. &. *. '. 0ernafasan megap%magap dalam. Denyut #antung terus menurun. >ekanan darah mulai menurun. 1ayi terlihat lemas (flaccid". )enurunnya tekanan O2 darah (0aO2". )eningginya tekanan 7O2 darah (0aO2". )enurunnya 0! (akibat asidosis respiratorik dan metabolik". Dipakainya sumber glikogen tubuh anak untuk metabolisme anaerob.

'

..

>er#adinya perubahan sistem kardio3askular.

II.-.

K asifikasi Asfiksia Neonatorum Kondisi bayi baru lahir dapat dibagi men#adi6 (. Vigorus baby. 9kor 2pgar *%($. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang". 9kor 2082B /%& pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi #antung @ ($$A, menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3. Severe asphyxia (asfiksia berat" berat skor 2082B $%3. 0ada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi #antung kurang dari ($$ A, menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang%kadang pu4at, refleks iritabilitas tidak ada. 2sfiksia berat dengan henti #antung, dimaksudkan dengan henti #antung adalah keadaan 6 1unyi #antung fetus menghilang tidak lebih dari ($ menit sebelum lahir lengkap. 1unyi #antung bayi menghilang post partum.

Ta"e 1. Peni aian A#gar S.ore Tan$a S.ore / 2pperan4e (warna kulit" 0ulse (Denyut nadi" 8rima4e (refleks" 24ti3ity Lumpuh 8erakan lemah 8erakan aktif ($ >idak ada 8erakan sedikit 8erakan kuat dan menagis >idak ada 1iru pu4at 1 >ubuh 2 kemerahan, >ubuh dan ekstremitas

ekstremitas biru C($$ A,i

kemerahan D ($$ A,i

(tonus otot" Bespiratory (usaha bernafas" >idak ada Lambat >eratur, menangis kuat

II.0.

Penata aksanaan Asfiksia Neonatorum 0ada kasus asfiksia ringan bayi dapat terke#ut atau sangat waspada dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau 4epat. >emuan ini biasanya berlangsung selama 2/%/' #am sebelum sembuh se4ara spontan. 0ada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. 1ayi dapat mengalami episode apnia kadang%kadang dan atau kon3ulsi selama beberapa hari. )asalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. 0ada kasus asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Kon3ulsi dapat ter#adi selama beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya ter#adi. 1ayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. ?ika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.

?ika asfiksia ringan ?ika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. ?ika bayi mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan 29+ dengan metode pemberian makan alternatif.

?ika asfiksia sedang atau berat 0asang selang +E dan berikan hanya 4airan +E selama (2 #am pertama. 1atasi 3olume 4airan sampai &$ ml, Kg 11 selama hari pertama dan pantau urin. ?ika bayi berkemih kurang dari & kali, hari atau tidak menghasilkan urin #angan meningkatkan 3olume 4airan pada hari berikutnya, ketika #umlah urin mulai meningkat tingkatkan 3olume 4airan +E harian sesuai dengan kema#uan 3olume 4airan. >anpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia / hari, lan#utkan dari &$ ml, Kg sampai '$ ml, Kg sampai ($$ ml, Kg #angan ((

langsung (2$ ml, Kg pada hari pertama. Ketika kon3ulsi terkendali dan bayi menun#ukan tanda%tanda peningkatan respon. +#inkan bayi mulai menyusui. ?ika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan 29+ dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. 1erikan perawatan berkelan#utan. >indakan 5mum 1ersihkan #alan nafas 6 kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam. Bangsang reflek pernafasan 6 dilakukan setelah 2$ detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan 4ara memukul kedua telapak kaki menekan tanda a4hiles. )empertahankan suhu tubuh. 7020 6 bantuan pernapasan dengan 4ara meningkatkan tekanan pulmoner se4ara artifisial pada saat fase ekspirasi pada bayi yang bernapas se4ara spontan. +ntermittent 0ositi3e 0ressure Eentilation (+00E" atau +ntermittent )andatory 0ressure Eentilation (+)E" 6 pernapasan bayi diambil alih sepenuh nya oleh mesin 3entilator mekanik dan meningkatkan tekanan pulmoner baik pada fase inspirasi maupun ekspirasi. +ndikasi 7020 8angguan napas sedang atau berat dengan retraksi dan grunting 2pnu berulang 0aO2 ; &$ torr dengan <iO2 @ $.& (&$%" dengan head boA. 7020 gagal maka harus segera diberikan bantuan napas dengan Eentilator mekanik. >indakan khusus 2sfiksia berat 1erikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. >ekanan O2 yang diberikan tidak 3$ 4m ! 2$. 1ila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message #antung dengan ibu #ari yang menekan pertengahan sternum '$ F($$ A,menit. 2sfiksia sedang,ringan 0asang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri" selama 3$%&$ detik. 1ila gagal lakukan pernafasan kodok (<rog breathing" (%2 menit yaitu 6 kepala bayi

(2

ektensi maksimal beri O2 (%2 (,mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas%bawah se4ara teratur 2$A,menit. 0enghisapan 4airan lambung untuk men4egah regurgitasi.

(3

(/

II.1.

Pen.ega&an Asfiksia Neonatorum Pen.ega&an Se.ara Umum 0en4egahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Dera#at kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. 5paya peningkatan dera#at kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu inter3ensi sa#a karena penyebab rendahnya dera#at kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, keper4ayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. 5ntuk itu dibutuhkan ker#asama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan ker#asama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. 0erlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat ter#adi pada persalinan. 9etiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. 0ada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru #anin. Antisi#asi Dini Per un!a Di akukan 2esusitasi #a$a Ba!i !ang Di.urigai 3enga ami De#resi Perna#asan untuk 3en.ega& 3or"i$itas $an 3orti itas Le"i& Lan,ut 0ada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul se4ara tiba%tiba. Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung #awab pada perawatan bayi baru lahir. >enaga tambahan akan diperlukan pada kasus%kasus yang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks. Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan.

(-

II.4 Kom# ikasi Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi 6 7erebral palsy Betardasi mental 8angguan bela#ar

2pabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.

HIPE2BILI2UBINE3IA PENDAHULUAN !iperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari '-% bayi 4ukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh hiperbilirubinemia. !iperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, atau dikenal dengan istilah ikterus. +kterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena menumpuknya bilirubin tak terkon#ugasi pada #aringan. +kterus biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum @ - mg,dL. +kterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan masalah, dan yang paling ditakuti adalah ensefalopati bilirubin. 1erbagai upaya dilakukan untuk terapi hiperbilirubinemia. >erapi antara lain fototerapi, transfusi tukar, dan sebagainya (Kosim, 2$($". DE5INISI !iperbilirubinemia adalah ter#adinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar de3iasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil .$ (Kosim, 2$($". Definisi lain menyebutkan bahwa hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah @(3 mg,dL ()ansoer, 2$$$".

(&

ETI6L6+I 7 5AKT62 2ESIK6 0eningkatan kadar bilirubin umumnya ter#adi pada setiap bayi baru lahir, karena hemolisis yang disebabkan oleh #umlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek. 9e4ara umum ada / penyebab ikterus (0ri4e, 2$$*" 6 a. Pro$uksi !ang "er e"i&an !emolisis yang disebabkan oleh #umlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek. !emolisis biasanya ter#adi inkompatibilitas Bh, 21O, golongan darah lain, defisiensi 8&0D, piru3at kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

". +angguan $a am #roses u#take $an kon,ugasi &e#ar 8angguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk kon#ugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enGim glukorinil transferase (9indrom 7riggler%:a##ar". 0enyebab lain adalah defisiensi protein H dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.

.. +angguan trans#ortasi (*

1ilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. +katan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfaraGole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

$. +angguan $a am eksresi 8angguan ini dapat ter#adi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. 0eningkatan kadar bilirubin yang berlebih dapat dipengaruhi oleh faktor dibawah ini 6 <aktor maternal Bas atau kelompok <aktor perinatal +nfeksi (bakteri, 3irus, protoGoa" <aktor neonatus 0rematuritas <aktor genetik Obat%obatan Bendahnya 29+ !ipoglikemia hipoalbuminemia 2supan

etnik tertentu Komplikasi kehamilan (D), +nkompatibilitas 21O dan Bh" 29+

1erdasarkan waktu timbulnya ikterus, penyebab ikterus dapat diklasifiksikan seperti dibawah ini ()ansoer, 2$$$" 6 8aktu 2/ #am pertama Pen!e"a" +nkompatibilitas darah 21O dan Bh +nfeksi intra uterine (3irus, toAoplasma, bakteri" Defisiensi 8&0D

('

2/ #am sampai C *2 #am

1iasanya ikterus fisiologis 0olisitemia !emolisis karena perdarahan tersembunyi Dehidrasi asidosis

Lebih dari *2 #am 1iasanya karena sepsis sampai minggu pertama Dehidrasi asidosis Defisiensi 8&0D Obat F obatan

KLASI5IKASI >erdapat 2 #enis ikterus yang dikenal yaitu yang fisiologis dan patologis. Ikterus fisio ogis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi. Kadar bilirubin tak terkon#ugasi pada minggu pertama @ 2mg,dL. 2dapun tanda% tanda ikterus fisiologis adalah sebagai berikut (9arwono, 2$$(" 6 (. >imbul pada hari kedua dan ketiga 2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi ($ mg% pada neonatus 4ukup bulan. 3. Ke4epatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi -% per hari. /. Kadar bilirubin direk tidak melebihi ( mg%. -. +kterus menghilang pada ($ hari pertama. &. >idak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis. +kterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin men4apai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. 2dapun tanda%tandanya sebagai berikut 6 (. +kterus ter#adi dalam 2/ #am pertama. 2. Kadar bilirubin melebihi ($ mg% pada neonatus 4ukup bulan atau melebihi (2,-% pada neonatus kurang bulan. 3. 0engangkatan bilirubin lebih dari - mg% per hari. /. +kterus menetap sesudah 2 minggu pertama. (.

-. Kadar bilirubin direk melebihi ( mg%. &. )empunyai hubungan dengan proses hemolitik. Dalam buku saku pelayanan neonatal esensial, ikterus diklasifikasikan seperti dalam tabel dibawah ini.

PAT65ISI6L6+I 1ilirubin adalah produk akhir dari penguraian hemoglobin. 9ebagian besar ('-%.$%" ter#adi dari penguraian hemoglobin dan sebagian ke4il (($%(-%" dari senyawa lain seperti mioglobin. 9e4ara umum ada empat tahapan pembentukan bilirubin (0ri4e, 2$$*". a. 0roduksi 9el darah merah yang sudah habis masa hidup nya atau eritrosit yang mengalami kelainan akan dihan4urkan oleh sistem retikuloendotelial. 9el retikuloendotelial menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Kemudian ter#adi peme4ahan hemoglobin men#adi heme dan globin. 8lobin akan kembali ke depo protein untuk kemudian digunakan kembali, sedangkan heme akan melalui beberapa proses penguraian. !eme akan dipe4ah melalui proses oksidasi%reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah pembentukan bili3erdin dengan bantuan enGim heme oksigenase. 0ada reaksi itu #uga terbentuk besi yang akan kembali digunakan untuk pembentukan hemoglobin. 1ili3erdin kemudian akan direduksi men#adi bilirubin oleh enGim bili3erdin reduktase. 1ilirubin yang terbantuk merupakan bilirubin tidak terkon#ugasi,indirect yang sifatnya tidak larut dalam air.

2$

b. >ransportasi 5ntuk dapat sampai ke hati melalui peredaran darah, bilirubin tak terkon#ugasi harus berikatan terlebih dahulu dengan albumin. Kadar albumin pada bayi baru lahir terkadang belum 4ukup banyak, sehingga banyak bilirubin yang tak terkon#ugasi tidak dapat dibawa ke hati. Kadar albumin #uga dipengaruhi oleh obat F obatan. +katan albumin dengan bilirubin #uga terkadang masih lemah sehingga banyak bilirubin tak terkon#ugasi yang beredar bebas.

4. Kon#ugasi 0roses kon#ugasi bilirubin ter#adi di dalam hati. 0ada saat kompleks bilirubin% albumin men4apai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. 1ilirubin kemudian ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein H", mungkin #uga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. 9etelah itu terbentuklah bilirubin terkon#ugasi,direct yang sifatnya larut di dalam air. 1erkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkon#ugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis. 1ilirubin yang tak terkon#ugasi dikon3ersikan ke bentuk bilirubin kon#ugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enGim uridine diphosphate glu4oronosyl transferase (5D08%>". 1ilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu, 9edangkan satu molekul bilirubin yang tak terkon#ugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekon#ugasi berikutnya

d. Ikskresi 9etelah mengalami proses kon#ugasi, bilirubin akan diekskresi ke dalam empedu kemudian akan masuk saluran 4erna dan di ekskresikan melalui feses. 9etelah 2(

berada dalam usus halus, bilirubin terkon#ugasi tidak langsung dapat diresorbsi, ke4uali #ika diubah kembali men#adi bentuk tak terkon#ugasi oleh enGim beta% glukoronidase yang memang terkandung dalam usus halus dan feses bayi baru lahir. Besorbsi kembali bilirubin dari saluran 4erna dan kembali ke hati untuk dikon#ugasi disebut sirku asi entero&e#atik

!iperbilirubinemia dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat tahapan tersebut atau kombinasi dari beberapa faktor. 0embentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk mengekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak" untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam #umlah normal menyebabkan ter#adinya hiperbilirubinemia. >anpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati #uga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. 0ada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan #ika konsentrasinya men4apai nilai tertentu (sekitar 2%2,-mg,dl", senyawa ini akan berdifusi ke dalam #aringan yang kemudian men#adi kuning. Keadaan ini disebut

22

ikterus atau #aundi4e. Daerah yang paling mudah ter#adi timbunan bilirubin adalah sklera, dan kulit (0ri4e, 2$$*". !iperbilirubinemia yang signifikan dalam 3& #am pertama biasanya disebabkan karena peningkatan produksi bilirubin (terutama karena hemolisis", karena pada periode ini hepati4 4learan4e #arang memproduksi bilirubin lebih dari ($ mg,dL. 0eningkatan penghan4uran hemoglobin (% akan meningkatkan kadar bilirubin / kali lipat (2Gis, 2$$&". 0ada hiperbilirubinemia fisiologis bayi baru lahir, ter#adi peningkatan bilirubin tidak terkon#ugasi @2 mg,dl pada minggu pertama kehidupan. Kadar bilirubin tidak terkon#ugasi itu biasanya meningkat men#adi & sampai ' mg,dl pada umur 3 hari dan akan mengalami penurunan. 0ada bayi kurang bulan, kadar bilirubin tidak terkon#ugasi akan meningkat men#adi ($ sampai (2 mg,dl pada umur - hari. Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila ter#adi saat 2/ #am setelah bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum @$,- mg,dl setiap #am, ikterus bertahan setelah ' hari pada bayi 4ukup bulan atau (/ hari pada bayi kurang bulan, dan adanya penyakit lain yang mendasari (muntah, letargi, penurunan berat badan yang berlebihan, apnu, asupan kurang". DIA+N6SIS 1. Anamnesis 1eberapa hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah se#ak kapan bayi mulai terlihat kuning, pada usia berapa hari mulai kuning, adakah ke#ang, dan bagaimana warna feses bayi tersebut. 9elain itu perlu #uga ditanyakan riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat%obatan, ibu D), gawat #anin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal", riwayat persalinan dengan tindakan,komplikasi, riwayat ikterus,terapi sinar,transfusi tukar pada bayi sebelumnya, riwayat inkompatibilitas darah, serta riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa.

2. Pemeriksaan fisik 9e4ara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa hari. 2mati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang 4ukup. +kterus akan terlihat lebih #elas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan

23

penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap. 0enilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. 9alah satu 4ara memeriksa dera#at kuning pada neonatus se4ara klinis, mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer. 7aranya dengan #ari telun#uk ditekankan pada tempat%tempat yang tulangnya menon#ol seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain%lain. >empat yang ditekan akan tampak pu4at atau kuning. 0enilaian kadar bilirubin pada masing%masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.

(. Pemeriksaan #enun,ang 0emeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek" harus dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. >erutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi%bayi yang tergolong resiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat. 0emeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk e3aluasi menentukan penyebab ikterus antara lain adalah golongan darah dan J7oombs testK, darah lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit, skrining 8&0D dan bilirubin direk. 0emeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap /%2/ #am tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin #uga harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi tukar ()ans#oer, 2$$$". 8aktu !ari ke%( Diagnosis "an$ing 0enyakit hemolitik +nkompatibilitas darah(Bh,21O" 9ferositosis. 2nemia hemolitik nonsferositosis(defisiensi 8&0D" An,uran Pemeriksaan Kadar bilirubin serum berkala !b, !t, retikulosit,sediaan hapus darah golongan darah ibu,bayi, u#i 7oomb

2/

!ari ke%2 s.d ke%-

Kuning pada bayi prematur Kuning fisiologik, 9epsis Darah ekstra3askular, 0olisitemia 9ferositosis kongenital

!ari ke%- s.d ke%($

!ari ke%($ atau lebih

!itung #enis darah lengkap 5rin mikroskopik dan biakan urin, 0emeriksaan terhadap infeksi bakteri, golongan darah ibu,bayi, u#i 7oomb 9epsis, Kuning karena 29+ 5#i fingsi tiroid, 5#i tapis Defisiensi 8&0D, !ipotiroidisme enGim 8&0D, 8ula dalam 8alaktosemia, Obat%obatan urin 0emeriksaan terhadap sepsis 2tresia biliaris, !epatitis neonatal 5rin mikroskopik dan biakan Kista koledokusm, 9epsis(terutama 5#i serologi >OB7!, 2lfa infeksi saluran kemih", 9tenosis pilorik fetoprotein, alfa(antitripsin, Kolesistografi

TATALAKSANA 0ada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut (220, 2$$/"6 a. 9timulasi proses kon#ugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini ker#anya lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang ter#adi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah #arang dipakai lagi. b. )enambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya menambahkan glukosa pada hipoglikemi" atau (menambahkan albumin untuk memperbaiki transportasi bilirubin". 0enambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia. 0enambahan albumin #uga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin #aringan ke dalam plasma. !al ini menyebabkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan albumin. 2lbumin diberikan dengan dosis tidak melebihi (g,kg11, sebelum maupun sesudah terapi tukar. 4. )engurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini d. )emberi terapi sinar hingga bilirubin diubah men#adi isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air. e. )engeluarkan bilirubin se4ara mekanik melalui transfusi tukar. 0ada umunya, transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut6 2-

0ada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek C2$mg% Kenaikan kadar bilirubin indirek yang 4epat yaitu $,3%(mg%,#am 2nemia yang berat pada neonatus dengan ge#ala gagal #antung 1ayi dengan kadar hemoglobin tali pusat ;(/mg% dan u#i 7oombs dire4t positif. f. )enghambat produksi bilirubin. )etalloprotoporfirin merupakan kompetitor inhibitif terhadap heme oksigenase. +ni masih dalam penelitian dan belum digunakan se4ara rutin. g. )enghambat hemolisis. +mmunoglobulin dosis tinggi se4ara intra3ena(-$$% ($$$mg,Kg +E@2" sampai 2 hingga / #am telah digunakan untuk mengurangi le3el bilirubin pada #anin dengan penyakit hemolitik isoimun. )ekanismenya belum diketahui tetapi se4ara teori immunoglobulin menempati sel <4 reseptor pada sel retikuloendotel dengan demikian dapat men4egah lisisnya sel darah merah yang dilapisi oleh antibodi.

Tera#i Sinar Pa$a Ikterus Ba!i Baru La&ir !ang $i 2a9at $i 2uma& Sakit Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai berikut 6 (. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi. 2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan 4ahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi. 3. 1ayi diletakkan ' in4i di bawah sinar lampu. ?arak ini dianggap #arak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal. /. 0osisi bayi sebaiknya diubah%ubah setiap (' #am agar bagian tubuh bayi yang terkena 4ahaya dapat menyeluruh. -. 9uhu bayi diukur se4ara berkala setiap /%& #am.

2&

&. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang%kurangnya tiap 2/ #am. *. !emoglobin harus diperiksa se4ara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis. 9inar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam kapiler%kapiler superfisial dan ruang%ruang usus men#adi isomer yang larut dalam air yang dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lan#ut oleh hati. 1ila fototerapi menyinari kulit, akan memberikan foton%foton diskrit energi, sama halnya seperti molekul%molekul obat, sinar akan diserap oleh bilirubin dengan 4ara yang sama dengan molekul obat yang terikat pada reseptor. )olekul%molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan mengalami reaksi fotokimia yang relatif 4epat men#adi isomer konfigurasi, dimana sinar akan merubah bentuk molekul bilirubin dan bukan mengubah struktur bilirubin. 1entuk bilirubin /L, (-L akan berubah men#adi bentuk /L,(-I yaitu bentuk isomer nontoksik yang bisa diekskresikan. +somer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam empedu tanpa mengalami kon#ugasi atau membutuhkan pengangkutan khusus untuk ekskresinya. 1entuk isomer ini mengandung 2$% dari #umlah bilirubin serum. Iliminasi melalui urin dan saluran 4erna sama%sama penting dalam mengurangi muatan bilirubin. Beaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi melalui proses yang 4epat. <ototerapi #uga menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai &% dari total bilirubin serum. Lumirubin diekskresikan melalui empedu dan urin. Lumirubin bersifat larut dalam air. <ototerapi diindikasikan pada kadar bilirubin yang meningkat sesuai dengan umur pada neonatus 4ukup bulan atau berdasarkan berat badan pada neonatus kurang bulan, sesuai dengan rekomendasi 2meri4an 24ademy of 0ediatri4s (220".

2*

Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana ter#adi peningkatan kadar bilirubin direk yang disebabkan oleh penyakit hati atau obstru4ti3e #aundi4e.

alaupun fototerapi digunakan se4ara luas untuk pengobatan hiperbilirubinemia, fototerapi #uga terbukti memiliki beberpa efek samping. Ifek samping fototerapi terangkum dalam tabel berikut (Kosim,2$($" 6 E5EK SA3PIN+ Peru"a&an su&u PE2UBAHAN SPESI5IK $an 0eningkatan suhu lingkungan dan tubuh 0eningkatan konsumsi oksigen 0eningkatan la#u respirasi 0eningkatan aliran darah ke kulit Peru"a&an kar$io:asku ar 0erubahan sementara 4urah #antung dan penurunan

meta"o ik ainn!a

2'

4urah 3entrikel kiri Status .airan 0eningkatan aliran darah perifer 0eningkatan Insensible Water Loss 5ungsi sa uran .erna 0eningkatan #umlah dan frekuensi buang air besar <eses 4air berwarna hi#au ke4oklatan 0enurunan waktu transit usus 0enurunan absorbsi, retensi nitrogen, air dan elektrolit 0erubahan akti3itas laktosa dan ribofla3in Peru"a&an aktifitas Peru"a&an "erat "a$an Letargis%gelisah 0enurunan nafsu makan 0enurunan pada awalnya namun terke#ar dalam 2%/ minggu Efek oku er 0aparan sinar disinyalir merusak retina 1elum ada penelitian pada manusia tetapi dapat dibandingkan efek dengan atau tanpa penutup mata. Peru"a&an ku it Tanning Rashes Peru"a&an en$okrin Peru"a&an &emato ogi urns ron!e baby syndrome

0erubahan kadar gonadotropin serum 0eningkatan turno3er trombosit 7edera sel darah merah dengan penurunan kalium

2.

dan peningkatan akti3itas 2>0 Per&atian ter&a$a# #eri aku +solasi #siko ogis 0erubahan perilaku status organisasi dan mana#emen

K63PLIKASI Komplikasi yang dikhawatirkan apabila kadar bilirubin terus menerus naik adalah kern ikterus atau bilirubin ensefalopati. Keadaan yang tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir disebut dengan akut bilirubin ensefalopati. Kern ikterus ter#adi akibat penumpukan bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basalis dan beberapa nu4leus batang otak. Kern ikterus menyebabkan perubahan neuropatologis, yang se4ara klinis tampak kronis dengan sekuele permanen (Kosim, 2$$$". )anifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati dan kern ikterus dapat dilihat pada tabel berikut ini (Kosim, 2$$$" 6 )anifestasi 2kut bilirubin ensefalopati 0ada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak letargis, hipotoni, dan refleks hisap buruk. 0ada fase intermediet akan ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas dan hipertoni (4ontoh 6 opistotonus" 9elan#utnya bayi akan demam, high-pitched 4ry,

kemudian akan men#adi drowsiness dan hipotoni. Kern ikterus 0ada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang masih bertahan hidup akan berkembang men#adi athetoid 4erebral palsy yang berat, gangguan pendengaran, displasia dental enamel dan paralisis upward gaGe.

3$

Berat Ba!i La&ir 2en$a& ;BBL2< Definisi 1ayi berat lahir rendah (11LB" adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2-$$ gram tanpa memandang usia gestasi. 1erat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam ( (satu" #am setelah lahir. 11LB dapat ter#adi pada bayi kurang bulan (; 3* minggu" atau pada bayi 4ukup bulan (intrauterine gro"th restriction#I$%R". K asifikasi 11LB dapat digolongkan sebagai berikut 6 a. 0rematuritas murni 2dalah masa gestasinya kurang dari 3* minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok 11LB ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang. b. Dismaturitas 2dalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. 1erarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang ke4il untuk masa kehamilannya.

3(

!al ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau giGi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri. E#i$emio ogi 9ampai saat ini 11LB masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal.0re3alensi 11LB masih 4ukup tinggi terutama di negara%negara dengan sosio%ekonomi rendah.9e4ara statistik menun#ukkan .$% ke#adian 11LB didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 3- kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir @ 2-$$ gram. 2ngka ke#adian di +ndonesia sangat ber3ariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara .%3$%.9e4ara nasional berdasarkan analisa lan#ut 9DK+, angka 11LB sekitar *,- %. 2ngka ini lebih besar dari target 11LB yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan giGi menu#u +ndonesia 9ehat 2$($ yakni maksimal *%. Ke#adian 11LB yang tinggi menun#ukkan bahwa kualitas kesehatan dan kese#ahteraan masyarakat itu masih rendah. 5ntuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka ke#adian 11LB agar kualitas kesehatan dan kese#ahteraan men#adi meningkat. Ke#adian 11LB ini bisa di4egah bila kita mengetahui faktor%faktor penyebabnya. Etio ogi 0enyebab terbanyak ter#adinya 11LB adalah kelahiran prematur. <aktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain%lain. <aktor plasenta seperti penyakit 3askuler, kehamilan kembar,ganda, serta faktor #anin #uga merupakan penyebab ter#adinya 11LB. ((" <aktor ibu a. 0enyakit 6 9eperti malaria, anemia, sipilis, infeksi >OB7!, dan lain%lain b. Komplikasi pada kehamilan 6 Komplikasi yang te#adi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre%eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. 4. 5sia +bu dan paritas 6 2ngka ke#adian 11LB tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu%ibu dengan usia (; 2$ tahun atau @/$ tahun" d. <aktor kebiasaan ibu 6 <aktor kebiasaan ibu #uga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pe4andu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2" <aktor ?anin 32

0rematur, hidramion, kehamilan kembar,ganda (gemeli", kelainan kromosom. (3" <aktor Lingkungan Hang dapat berpengaruh antara lain= tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio% ekonomi dan paparan Gat%Gat ra4un. Kom# ikasi Komplikasi langsung yang dapat ter#adi pada bayi berat lahir rendah antara lain 6 -

!ipotermia !ipoglikemia 8angguan 4airan dan elektrolit !iperbilirubinemia 9indroma gawat nafas 0aten duktus arteriosus +nfeksi 0erdarahan intra3entrikuler &pnea of 'rematurity 2nemia )asalah #angka pan#ang yang mungkin timbul pada bayi%bayi dengan berat lahir

rendah (11LB" antara lain 6 8angguan perkembangan 8angguan pertumbuhan 8angguan penglihatan (Betinopati" 8angguan pendengaran 0enyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis )enegakkan diagnosis 11LB adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam #angka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penun#ang.
1. Anamnesis

33

Biwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan men4ari etiologi dan faktor%faktor yang berpengaruh terhadap ter#adinya 11LB6 5mur ibu Biwayat hari pertama haid terakir Biwayat persalinan sebelumnya 0aritas, #arak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil 2kti3itas 0enyakit yang diderita selama hamil Obat%obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan 5isik

Hang dapat di#umpai saat pemeriksaan fisik pada bayi 11LB antara lain 6 1erat badan ;2-$$ gr >anda%tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan" >ulang rawan telinga belum terbentuk. )asih terdapat lanugo. Befleks masih lemah. 2lat kelamin luar= perempuan6 labium mayus belum menutup labium minus= laki%laki6 belum ter#adi penurunan testis M kulit testis rata. >anda bayi 4ukup bulan atau lebih bulan (bila bayi ke4il untuk masa >idak di#umpai tanda prematuritas. Kulit keriput. Kuku lebih pan#ang
3. Pemeriksaan #enun,ang

kehamilan".

- 0emeriksaan penun#ang yang dapat dilakukan antara lain - 0emeriksaan skor ballard - >es ko4ok (shake test", dian#ur untuk bayi kurang bulan - Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.

3/

- <oto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur ' #am atau didapat,diperkirakan akan ter#adi sindrom gawat nafas. - 598 kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih Penata aksanaan= tera#i
1. 3e$ikamentosa

0emberian 3itamin K( 6 +n#eksi ( mg +) sekali pemberian, atau 0er oral 2 mg sekali pemberian atau ( mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3%($ hari, dan umur /%& minggu"
2. Diatetik

1ayi prematur atau 11LB mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. 5ntuk bayi demikian sebaiknya 29+ dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara 29+ yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang ke4il yang menempel pada puting. 29+ merupakan pilihan utama 6 2pabila bayi mendapat 29+, pastikan bayi menerima #umlah yang 4ukup dengan 4ara apapun, perhatikan 4ara pemberian 29+ dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. 2pabila bayi sudah tidak mendapatkan 4airan +E dan beratnya naik 2$ g,hari selama 3 hari berturut%turut, timbang bayi 2 kali seminggu. 0emberian minum bayi berat lahir rendah (11LB" menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut6 a. Berat a&ir 10*/ > 2*// gram Ba!i Se&at 1iarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. +ngat bahwa bayi ke4il lebih mudah merasa letih dan malas minum, an#urkan bayi menyusu lebih sering (4ontoh= setiap 2 #am" bila perlu. 0antau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. 2pabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan 29+ peras dengan menggunakan salah satu alternatif 4ara pemberian minum.

3-

Ba!i Sakit 2pabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan 4airan +E, berikan minum seperti pada bayi sehat. 2pabila bayi memerlukan 4airan intra3ena6 1erikan 4airan intra3ena hanya selama 2/ #am pertama )ulai berikan minum per oral pada hari ke%2 atau segera setelah bayi stabil. 2n#urkan pemberian 29+ apabila ibu ada dan bayi menun#ukkan tanda%tanda siap untuk menyusu. 2pabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (4ontoh= gangguan nafas, ke#ang", berikan 29+ peras melalui pipa lambung 6 1erikan 4airan +E dan 29+ menurut umur 1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= 3 #am sekali". 2pabila bayi telah mendapat minum (&$ ml,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan 29+ setiap kali minum. 1iarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menun#ukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. ". Berat a&ir 1*//?10)4 gram Ba!i Se&at 1erikan 29+ peras dengan 4angkir,sendok. 1ila #umlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan 4angkir,sendok atau ada resiko ter#adi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak", berikan minum dengan pipa lambung. Lan#utkan dengan pemberian menggunakan 4angkir, sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela (%2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari ( minggu" 1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (misal setiap 3 #am". 2pabila bayi telah mendapatkan minum (&$,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan 29+ setiap kali minum. 2pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir, sendok, 4oba untuk menyusui langsung. Ba!i Sakit 1erikan 4airan intra3ena hanya selama 2/ #am pertama 1eri 29+ peras dengan pipa lambung mulai hari ke%2 dan kurangi #umlah 4airan +E se4ara perlahan. 3&

1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= tiap 3 #am". 2pabila bayi telah mendapatkan minum (&$,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan 29+ setiap kali minum.

Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir, sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak 2pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir, sendok, 4oba untuk menyusui langsung.

.. Berat a&ir 12*/?1)44 gram Ba!i Se&at 1eri 29+ peras melalui pipa lambung 1eri minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= setiap 3 #am". 2pabila bayi telah mendapatkan minum (&$ ml,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan 29+ setiap kali minum Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir, sendok. 2pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir, sendok, 4oba untuk menyusui langsung. Ba!i Sakit 1eri 4airan intra3ena hanya selama 2/ #am pertama. 1eri 29+ peras melalui pipa lambung mulai hari ke%2 dan kurangi #umlah 4airan intra3ena se4ara perlahan. 1eri minum ' kali dalam 2/ #am (setiap 3 #am". 2pabila bayi telah mendapatkan minum (&$ ml,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan 29+ setiap kali minum Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir, sendok. 2pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir, sendok, 4oba untuk menyusui langsung. $. Berat a&ir @ 12*/ gram ;ti$ak tergantung kon$isi< 1erikan 4airan intra3ena hanya selama /' #am pertama 1erikan 29+ melalui pipa lambung mulai pada hari ke%3 dan kurangi pemberian 4airan intra3ena se4ara perlahan. 1erikan minum (2 kali dalam 2/ #am (setiap 2 #am". 2pabila bayi telah mendapatkan minum (&$ ml,kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan 29+ setiap kali minum 3*

Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir, sendok. 2pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir, sendok, 4oba untuk menyusui langsung.

Su#ortif !al utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3"6 8unakan salah satu 4ara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother 4are, peman4ar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petun#uk. ?angan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin 5kur suhu tubuh dengan berkala Hang #uga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah 6 ?aga dan pantau patensi #alan nafas 0antau ke4ukupan nutrisi, 4airan dan elektrolit 1ila ter#adi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (4ontoh= hipotermia, ke#ang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia" 1erikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya 2n#urkan ibu untuk tetap bersama bayi. 1ila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkun#ung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui. Pemantauan ;3onitoring< 1<. Pemantauan saat $ira9at a. >erapi 1ila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan 0reparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu 0antau berat badan bayi se4ara periodik 1ayi akan kehilangan berat badan selama *%($ hari pertama (sampai ($% untuk bayi dengan berat lahir D(-$$ gram dan (-% untuk bayi dengan berat lahir ;(-$$ 1ila bayi sudah mendapatkan 29+ se4ara penuh (pada semua kategori berat lahir" dan telah berusia lebih dari * hari 6 >ingkatkan #umlah 29+ dengan 2$ ml,kg,hari sampai ter4apai #umlah ('$ ml,kg,hari

b. >umbuh kembang

3'

>ingkatkan #umlah 29+ sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar #umlah pemberian 29+ tetap ('$ ml,kg,hari 2pabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan #umlah pemberian 29+ hingga 2$$ ml,kg,hari 5kur berat badan setiap hari, pan#ang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2<. Pemantauan sete a& #u ang Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan men4egah, mengurangi kemungkinan untuk ter#adinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut 6 9esudah pulang hari ke%2, ke%($, ke%2$, ke%3$, dilan#utkan setiap bulan. !itung umur koreksi. 0ertumbuhan= berat badan, pan#ang badan dan lingkar kepala. >es perkembangan, Den3er de3elopment s4reening test (DD9>". 2wasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBL2 Kematian perinatal pada bayi 11LB ' kali lebih besar dari bayi normal.0rognosis akan lebih buruk bila 11 makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. 1ila hidup akan di#umpai kerusakan saraf, gangguan bi4ara, +N rendah. Pen.ega&an 0ada kasus bayi berat lahir rendah (11LB" pen4egahan, pre3entif adalah langkah yang penting. !al%hal yang dapat dilakukan 6 )eningkatkan pemeriksaan kehamilan se4ara berkala minimal / kali selama kurun kehamilan dan dimulai se#ak umur kehamilan muda. +bu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi 11LB harus 4epat dilaporkan, dipantau dan diru#uk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

3.

0enyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan #anin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat men#aga kesehatannya dan #anin yang dikandung dengan baik

!endaknya ibu dapat meren4anakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (2$%3/ tahun" 0erlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status giGi ibu selama hamil.

>anda ke4ukupan pemberian 29+6 12K minimal & kali, 2/ #am. 1ayi tidur lelap setelah pemberian 29+. 11 naik pd * hari pertama sebanyak 2$ gram, hari. 7ek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap 29+ akan menetes dari payudara yg lain. +ndikasi bayi 11LB pulang6 9uhu bayi stabil. >oleransi minum oral baik terutama 29+. +bu sanggup merawat 11LB di rumah.

7ara menghangatkan bayi Aara Petun,uk #enggunaan Kontak kulit 5ntuk semua bayi 5ntuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (32%3&,/ o7" apabila 4ara lain tidak mungkin dilakukan. K)7 5ntuk menstabilkan bayi dgn berat badan ;2.-$$ g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelan#utan bayi dengan berat badan ;(.'$$ g. >idak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat" >idak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. 0eman4ar panas 5ntuk bayi sakit atau bayi dengan berat (.-$$ g atau lebih. 5ntuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi. +nkubator 0enghangatan berkelan#utan bayi dengan berat ;(.-$$ g yang tidak dapat dilakukan K)7. Buangan hangat 5ntuk merawat bayi dengan berat ;2.-$$ g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan. >idak untuk bayi sakit berat. /$

?umlah 4airan yang dibutuhkan bayi (ml,Kg" 1erat (g" @(-$$ ;(-$$ ( &$ '$ 2 '$ ($$ 5mur (hari" 3 ($$ (2$ / (2$ (/$ -O (-$ (-$

?umlah 29+ untuk bayi sehat berat (2-$%(/.. 0emberian ?umlah 29+ tiap 3 #am (ml,kali" ( ($ 2 (5mur (hari" 3 / (' 22 2& & 2' * 3$

Kebutuhan 4airan elektrolit bayi (ml,kg" Berat "a$an ;g< @1/// 1/// ? @1*// 1*// > 2*// B2*// !ari + (2$ 44 D-% ($$ 44 D*,-% '$ 44 D($% '$ 44 D($% !ari ++ (/$ 44 D-% (2$ 44 D*,-% ($$ 44 D($% .$ 44 D($% !ari +++ (*$ 44 D-% (3$ 44 D*,-% (($ 44 D($% ($$ 44 D($% !ari @+E 2$$ 44 (/$%(-$ 44 (3$%(-$ 44 (2$%(-$ 44 0embuatan 4airan D*,-% P .3 44 (D-%" O * 44 (D/$%" P ($$ 44 D*,-%.

BAB III LAP62AN KASUS IDENTITAS PASIEN :ama Lengkap 5mur ?enis kelamin 2lamat 9tatus dalam keluarga :ama 5mur 0endidikan 0eker#aan )asuk B9 tanggal 6 1y. :y. ) 6 - !ari 6 Laki % laki 6 1atu :gale, 0raya >engah, Lombok >engah 6 2nak Kandung 2yah 1apak 9 2- >ahun 9)2 9wasta +bu +bu ) 2. >ahun 9)2 +B> 6 2$ ?uli 2$(3 >empat dan >anggal Lahir 6 )ataram, 2$ ?uli 2$(3

/(

Diagnosis masuk B9 >angggal keluar B9 Diagnosisi keluar

6 11LB O 2sfiksia 9edang O !ipotermia 6 3$ ?uli 2$(3 6 171 K)K O 11LB O 2sfiksia 9edang O 9yndrome 0ost )aturitas 8rade + O !ipotermia O !iperbilirubinemia O Dehidrasi

Lama perawatan Keadaan saat keluar B9 :o. B)

6 ($ hari 6 9embuh 6 -('$-.

ANA3NESIS (>anggal 2- ?uli 2$(3, !eteroanamnesis dari +bu pasien dan 1idan yang merawat" Ke u&an Utama 6 1ayi tidak bernapas spontan 2i9a!at Pen!akit Sekarang 0asien merupakan anak pertama, lahir 97 (9abtu, 2$ ?uli 2$(3" pukul (-.($ +>2, di OK 58D B950 :>1, dibantu Dokter 9pesialis Obgin, post date, dan tidak langsung menangis. 29 6 & F '. 9aat lahir badan pasien biru. 0asien masuk :+75 dengan kondisi sedang, berat badan lahir 2.2$$ gram, pan#ang badan lahir /& 4m, lingkar kepala 6 32 4m. 2nus (O", kelainan kongenital (%". 0asien sempat di rawat gabung bersama ibunya saat pasien berusia 3 hari, namun keesokan harinya pasien masuk :+75 karena pasien dikeluhkan lemah, #arang menangis, dan kulitnya kuning. Kuning ter#adi mulai dari wa#ah kepala hingga kaki pasien. 0asien tidak dikeluhkan panas maupun ke#ang. +bu pasien mengaku tidak memberi 29+ anaknya semen#ak di rawat gabung hingga sampai di bawa ke :+75 lagi. 121 di pampers, ( kali,hari, sedikit%sedikit, konsistensi lembek, berwarna 4oklat kehitaman, tidak berbusa, berbau busuk, berlendir, maupun berdarah. 12K di pampers 2 kali,hari, warna kuning #ernih, tidak disertai darah, bau busuk, dan busa.

/2

2i9a!at Pen!akit Da&u u % % Biwayat sakit #antung se#ak lahir (%" Biwayat kelainan kongenital (%"

2i9a!at Pen!akit Ke uarga % % % Biwayat sakit ken4ing manis di keluarga tidak ada Biwayat sakit #antung bawaan di keluarga tidak ada Biwayat sakit darah tinggi di keluarga tidak ada

2i9a!at Pengo"atan Biwayat E>0 dan B?0 (%". +n#eksi 3itamin K dan salep mata diberikan setelah lahir.

2i9a!at Ke&ami an $an Persa inan 9elama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan (2:7" di posyandu, ibu pasien melakukan 2:7 lebih dari / kali, saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami demam, batuk, sesak, ataupun sakit lain, riwayat rontgen selama hamil tidak pernah, ibu tidak pernah 598, riwayat minum obat atau #amu%#amuan selama hamil tidak ada. +bu mengatakan !0!> nya tanggal ((2,($,2$(2". 1ayi lahir 97 dengan indikasi 8(0$2$!$ /$ F /( minggu >,!,+5 O Iklamsia

2i9a!at Nutrisi 9e#ak lahir sampai saat diperiksa pasien dipuasakan.

/3

2i9a!at Sosia Ekonomi $an Lingkungan % % 2yah beker#a sebagai pegawai swasta dan ibu rumah tangga. 0enghasilan keluarga sekitar Bp. (.-$$.$$$ , bulannya.

2i9a!at Imunisasi' 0asien belum diimunisasi

Pemeriksaan 5isik (2- ?uli 2$(3" Kesan umum 6 Lemah Kesadaran 879 Cita Sign :adi 0ernapasan 7B> Status +iDi 1erat 1adan 0an#ang 1adan 5mur 6 2.2$$ gram 6 /& 4m 6 2 hari 6 (-& A,menit, lemah, irama teratur 6 -& A,menit, ireguler tipe abdominotorakal 6 ; 3 detik 6 2patis 6 I2E2)/

>emperature 6 3&,( o 7

Lingkar Kepala 6 32 4m Status +enera ' Ke#a a $an Le&er ' (. 2. 1entuk ubun terbuka 4ekung (O". Bambut 6 hitam, lurus, distribusi merata, dan tidak mudah di4abut. 6 :ormo4ephali4, bulat, 4hepal hematoma (%", ubun%

//

3.

)ata 6 9imetris, mata 4owong (%", air mata (%", pupil isokor OQO, refleks 4ahaya langsung OQO, refleks 4ahaya tidak langsung OQO ,eksoftalmus (%", enoftalmus (%", palpebra normal, kon#ungti3a 6 anemia %Q%, sklera 6 ikterik OQO, lensa 6 kekeruhan %Q%, fisura palpebral normal, lipatan epikantus bilateral (%".

/. >elinga !idung -.

>!> 6 9truktur dan ukuran telinga normal, otorhea (%" 6 :apas 4uping hidung (%", rinorhea (%" )ulut 8igi 6 belum tumbuh. 6 >rismus (%", mukosa mulut 6 kering (O", oral trush

>enggorokan 6 <aring hiperemis (%", tonsil tidak membesar (%", gusi 6 warna merah muda, radang (%", lidah 6 normal, lidah warna merah muda,

&.

Leher pembesaran K81 aksiler (%".

6 )assa (%",

0embesaran K81 superfi4ial leher

bagian ser3ikal, mastoideal dan parotideal (%", pembesaran K81 9uprakla3ikula (%",

T&oraE ' +nspeksi 6 0ergerakan dinding dada simetris, Betraksi sub4ostal (%,%", retraksi suprasternal (%", kulit ikterus (O". 0alpasi 6 8erakan simetris, thrill (%"= i4tus 4ordis 6 i4tus 4ordis teraba pada sela iga garis midka3ikuler kiri. 0erkusi 6 0ulmo 6 9onor pada kedua lapang paru 7or 6 1atas atas 6 +79 2 1atas bawah 6 +79 1atas Kanan 6 8aris parasternal kanan 1atas kiri 6 8aris mid4la3i4ularis kiri Kesan 6 :ormal 2uskultasi6 0ulmo 6 1ronko3esikuler (O,O" , ronkhi (%,%", wheeGing (%,%". 7or 6 9(92 tunggal reguler, murmur (%", gallop (%"

/-

A"$omen ' +nspeksi kulit ikterus (O", anus (O". 2uskultasi 6 15 (O" : 0erkusi 0alpasi 6 >impani 6 :yeri tekan (%", hepar tak teraba, lien tak 6 )assa (%", distensi (%", tali pusat layu (O",

teraba, ren tak teraba, turgor kulit kembali lambat namun masih ; 2 detik. Anggota +erak' >ungkai 2tas Kanan Kiri O O % % % % O O % % % % >ungkai 1awah Kanan Kiri O O % % % % O O % % % %

2kral hangat Idema 0u4at +kterus Kelainan bentuk 0embengkakan 9endi 0embesaran K81 2ksiler 2Ailla +nguinal Kekuatan otot Ku it

% % % >DI

% % % >DI

% % % >DI

% % % >DI

' Kulit tampak keriput (O", kering (O", kulit mengelupas (O", warna kulit

me4oneal staining (%", +kterus (O" kramer 3, pustula (%", peteki (%" , flushing (%", miliaria (%" Urogenita ' <lank mass (%", :yeri tekan (%", genital normal Certe"rae ' >idak tampak kelainan

Pemeriksaan Penun,ang Pemeriksaan a"oratorium

/&

Dara& Lengka# (2/ 2gustus 2$(3" 17 B17 !81 !7> )7E )7! )7!7 0L> 8D9 6 (/,-' A ($3,L (: P /A($3 F ((A($3,L" 6 -,.' A ($&,L 6 22,( g,dl 6 &-,3 % 6 ($.,2 fL 6 3*,$ pg 6 33,' g,dl 6 (-( A ($3,L (: P 3,-A($& F -,$A($&,L" (: P (2 F (& g,dl" (: P 3* F /'%" (: P '2 F .- fL" (: P 2* F 3( pg" (:P 32 F 3&%" (: P (-$A($3 F /$$A($3,L"

6 *( mg,dl (: P ;(&$ mg,dl"

1ilirubin total 6 (-,3' mg % 1ilirubin direk 6 2,&- mg % 8olongan Darah 6 1 (Bh O"

2esume 1ayi perempuan usia - hari dikeluhakan tidak bernapas spontan, lahir 97 dengan indikasi eklamsia, post date, lahir tidak langsung menangis. 29 6 & F '. 9aat lahir badan pasien biru. 0asien masuk :+75 dengan kondisi sedang, berat badan lahir 2.2$$ gram. 0asien sempat di rawat gabung saat pasien berusia 3 hari, namun keesokan harinya pasien masuk :+75 lagi karena pasien dikeluhkan lemah, #arang menangis, dan kulitnya kuning. 0asien tidak dikeluhkan panas maupun ke#ang. +bu pasien mengaku tidak memberi 29+ anaknya semen#ak di rawat gabung hingga sampai di bawa ke :+75 lagi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum 6 lemah, kesadaran 6 apatis 3ital

sign dalam batas normal, ubun%ubun terbuka 4ekung (O", sklera 6 ikterik OQO, mukosa bibir 6 kering (O", tali pusat layu (O", anus (O", turgor kulit kembali lambat namun masih ; 2 detik. Kulit tampak keriput (O", kering (O", kulit mengelupas (O". Dari pemeriksaan penun#ang didapatkan bilirubin total 6 (-,3' mg %, bilirubin direk 6 2,&- mg %.

Diagnosis Ker,a

/*

171 K)K O 11LB O 2sfiksia 9edang O 9yndrome 0ost )aturitas 8rade + O !ipotermia O !iperbilirubinemia O Dehidrasi

2en.ana Tera#i A9a P aning Tera#i % % % % % % % % Bawat inkubator O2 ( lpm Behidrasi +E<D BL 22 44 dalam ($ menit )aintenan4e +E<D D($% (2 tpm +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg +n#. 8entamisin 2 A ($ mg 29+ sonde ad lib <oto terapi setelah dehidrasi teratasi

P anning Diagnostik % % % 7ek 28D 7ek elektrolit 7ek bilirubin post fototerapi

Prognosis ' Dubia ad bonam

56LL68 UP Tangga 2*=0=2/1( Su",e.t ?arang menangis, 9esak (%", kulit kuning (O", demam (%", gerakan aktif kurang, minum 29+ (O". 6",e.t K5 6 lemah Kesadaran 6 apatis :adi 6 (-& A,menit 0ernapasan 6 -& A,menit >emperature 6 3&,( o 7 5bun%ubun terbuka 4ekung (O", sklera 6 ikterik OQO, mukosa bibir 6 kering (O", tali pusat layu (O", anus (O", turgor kulit kembali Assesment - 171 K)K O 11LB O 2sfiksia 9edang O 9yndrome 0ost )aturitas 8rade + O !ipotermia O !iperbilirubi nemia O P anning % Bawat inkubator % O2 ( lpm % Behidrasi +E<D BL 22 44 dalam ($ menit % )aintenan4e +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg

/'

2-=0=2/1(

lambat namun masih ; 2 Dehidrasi detik. Kulit tampak keriput (O", kering (O", kulit mengelupas (O". Dari pemeriksaan penun#ang didapatkan bilirubin total 6 (-,3' mg %, bilirubin direk 6 2,&mg %. ?arang K5 6 lemah - 171 K)K O menangis, Kesadaran 6 apatis 11LB O 9esak (%", kulit :adi 6 (/' A,menit 2sfiksia kuning (O", 0ernapasan 6 -2 A,menit 9edang O o demam (%", >emperature 6 3&,* 7 9yndrome gerakan aktif 5bun%ubun terbuka datar 0ost kurang, minum (O", sklera 6 ikterik OQO, )aturitas 29+ (O". mukosa bibir 6 kering (%", 8rade + O tali pusat layu (O", turgor !ipotermia O kulit kembali baik. Kulit !iperbilirubi tampak keriput (O". nemia O Dehidrasi )enagis adekuat, sesak (%", kulit kuning (O", demam (%", gerakan aktif (O", minum 29+ (O". K5 6 lemah - 171 K)K O Kesadaran 6 7ompos 11LB O mentis 2sfiksia :adi 6 (// A,menit 9edang O 0ernapasan 6 -2 A,menit 9yndrome >emperature 6 3&,' o 7 0ost 5bun%ubun terbuka datar )aturitas (O", sklera 6 ikterik OQO, 8rade + O mukosa bibir 6 kering (%", !ipotermia O tali pusat layu (O", turgor !iperbilirubi kulit kembali baik. Kulit nemia O tampak keriput (O". Dehidrasi K5 6 lemah Kesadaran 6 7ompos mentis :adi 6 (/$ A,menit 0ernapasan 6 -' A,menit >emperature 6 3&,' o 7 5bun%ubun terbuka datar (O", sklera 6 ikterik OQO, - 171 K)K O 11LB O 2sfiksia 9edang O 9yndrome 0ost )aturitas 8rade + O

% +n#. 8entamisin 2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib % <oto terapi setelah dehidrasi teratasi % % Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin 2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib % <oto terapi % Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin 2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib % <oto terapi % Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin

20=0=2/1(

21=0=2/1(

)enagis adekuat, sesak (%", kulit kuning (%", demam (%", gerakan aktif (O", minum 29+ (O".

/.

mukosa bibir 6 kering (%", tali pusat layu (O", turgor kulit kembali baik. Kulit tampak keriput (O".

!ipotermia O !iperbilirubi nemia O Dehidrasi

2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib % <oto terapi

21=0=2/1(

)enagis adekuat, sesak (%", kulit kuning (%", demam (%", gerakan aktif (O", minum 29+ (O".

K5 6 lemah - 171 K)K O Kesadaran 6 7ompos 11LB O mentis 2sfiksia :adi 6 (/' A,menit 9edang O 0ernapasan 6 /' A,menit 9yndrome o >emperature 6 3&,& 7 0ost 5bun%ubun terbuka datar )aturitas (O", sklera 6 ikterik OQO, 8rade + O mukosa bibir 6 kering (%", !ipotermia O tali pusat layu (O", turgor !iperbilirubi kulit kembali baik. Kulit nemia O tampak keriput (O". Dehidrasi K5 6 lemah - 171 K)K O Kesadaran 6 7ompos 11LB O mentis 2sfiksia :adi 6 (-/ A,menit 9edang O 0ernapasan 6 -& A,menit 9yndrome o >emperature 6 3&,* 7 0ost 5bun%ubun terbuka datar )aturitas (O", sklera 6 ikterik OQO, 8rade + O mukosa bibir 6 kering (%", !ipotermia O tali pusat layu (O", turgor !iperbilirubi kulit kembali baik. Kulit nemia O tampak keriput (O". Dehidrasi K5 6 lemah - 171 K)K O Kesadaran 6 7ompos 11LB O mentis 2sfiksia :adi 6 (/$ A,menit 9edang O 0ernapasan 6 (// A,menit 9yndrome o >emperature 6 3&,' 7 0ost 5bun%ubun terbuka datar )aturitas (O", sklera 6 ikterik OQO, 8rade + O mukosa bibir 6 kering (%", !ipotermia O

% Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin 2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib % <oto terapi % Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin 2 A ($ mg % 29+ sonde ad lib

24=0=2/1(

)enagis adekuat, sesak (%", kulit kuning (%", demam (%", gerakan aktif (O", minum 29+ (O".

(/=0=2/1(

)enagis adekuat, sesak (%", kulit kuning (%", demam (%", gerakan aktif (O", minum 29+ (O".

% Bawat inkubator % O2 ( lpm % +E<D D($% (2 tpm % +n#. 2apisilin 2 A ($$ mg % +n#. 8entamisin 2 A ($ mg -$

tali pusat layu (O", turgor kulit kembali baik. Kulit tampak keriput (O".

!iperbilirubi nemia O Dehidrasi

% 29+ sonde ad lib

BAB IC PE3BAHASAN

-(

2sfiksia neonatorum adalah kegagalan napas se4ara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. 0embagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar s4ore yaitu 6 (. 2sfiksia berat 2pgar s4ore $%3, bayi memerlukan resusitasi segera se4ara aktif dan pemberian O 2 terkendali. 2. 2sfiksia sedang 2pgar s4ore /%& memerlukan resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas normal kembali. 3. 1ayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar *%($". Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 0ada kasus diatas 29 & F ', maka pasien dapat didiagnosis dengan asfiksia sedang. Diagnosis ini ditun#ang dari anamnesis dimana didapatkan pasien tidak bisa bernapas spontan, saat lahir kulit pasien berwarna biru, dan terdapat faktor resiko #anin yaitu adanya tanda sindrom post maturitas grade + dimana tali pusat pasien layu kulit mengelupas dan keriput. 9indrom post maturitas ini akan mun4ul bila bayi sudah lewat bulan atau post date dimana pada pasien usia kehamilan ibu /$ F /( minggu. >ali pusat yang sudah layu akan membuat aliran darah ke #anin men#adi kurang adekuat sehingga bayi dapat mengalami asfiksia intranatal. Didapatkan faktor resiko ibu dimana ibu mengalami eklamsia. 9aat ter#adi eklamsia maka ter#adi insufisiensi aliran darah ke #anin melalui plasenta dan tali pusat akibat tekanan darah yang tinggi. >ekanan darah yang tinggi akan menyebabkan arteri dan 3ena umbilikalis men#adi berkonstriksi sehingga dapat pula menyebabkan aliran darah ke bayi menurun dan dapat menyebabkan asfiksia intranatal dan post natal. 1ayi kuning seperti pada kasus mengarahkan pada ter#adinya suatu ikterus. <aktor resiko pada bayi ini adalah berat badan lahir rendah pada pasien yaitu 2.2$$ gram dan adanya dehidrasi pada pasien. 1ayi yang dehidrasi akan menyebabkan pasase feses terhambat dan meningkatkan resorbsi bilirubin. Kombinasi dari faktor faktor tersebut menyebabkan ikterus. +kterus yang ter#adi pada bayi dalam ini ter#adi pada usia / hari. Kondisi ini termasuk dalam ikterus patologis karena bilirubin total pasien 6 (-,3' mg,dl dimana kadar ini lebih tinggi dari kisaran normal bilirubin total yaitu ; ',' mg,dL. +kterus patologis pada pasien -2

ini #uga didukung oleh adanya 11LB dan dehidrasi pada pasien. sehingga pasien memerlukan terapi fototerapi. 1ilirubin direk pada pasien adalah 6 2,&- mg %, dimana angka ini masih dalam kisaran normal yaitu ; 2$ % dari bilirubin total (bila bilirubin total @ - mg,dl". Dari hasil laboratorium tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini ter#adi hiperbilirubinemia tak terkon#ugasi (bilirubin tak terkon#ugasi @'-% bilirubin total". !al ini #uga sesuai dengan teori yang mengatakan ikterus yang disebabkan oleh bilirubin tak terkon#ugasi akan memberikan tampakan kuning yang lebih #elas dibandingkan dengan ikterus oleh karena bilirubin terkon#ugasi. 0ada pasien #uga tidak ada keluhan berupa feses pu4at, serta didapatkan sehingga semakin menun#ang ke arah hiperbilirubinemia tak terkon#ugasi. !iperbilirubinemia tak terkon#ugasi dapat disebabkan oleh 6 (. 9eptikemia,+9K () reast mil* +aundice

3. !ipotiroidisme /. !emolisis karena defisiensi 8&0D atau sferositosis kongenital -. 8alaktosemia 0ada pasien ini belum dapat ditentukan dengan pasti apa penyebab ikterus yang ter#adi. 2pabila ditemukan hiperbilirubinemia tak terkon#ugasi maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penun#ang seperti tes fungsi tiroid pemeriksaan urine, pemeriksaan hapusan darah tepi, kultur darah, serta pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya. >erapi untuk ikterus pasien adalah foto terapi atau terapi sinar. >erapi ini diberikan untuk membantu ekskresi bilirubin tak terkon#ugasi. <ototerapi menyebabkan isomerisasi pada bilirubin tak terkon#ugasi, sehingga dengan mudah bilirubin yang sudah terisomerisasi ini dapat dikeluarkan dari tubuh, dan tidak ter#adi hiperbilirubinemia. 9etelah fototerapi bayi perlu di e3aluasi. I3aluasi meliputi kuning pada tubuh bayi, serta pemeriksaan bilirubin ulang.

DA5TA2 PUSTAKA -3

1.

orld !ealth OrganiGation. 1asi4 :ewborn Besus4itation6 2 0ra4ti4al 8uide% Be3ision. 8ene3a6 orld !ealth OrganiGation= (.... Diunduh dari6 www.who.int,reprodu4ti3e%health,publi4ations,newbornRresusR4itation,indeA.html.

2. +D2+. 2sfiksia :eonatorum. Dalam6 9tandar 0elayanan )edis Kesehatan 2nak. ?akarta6 1adan 0enerbit +D2+= 2$$/.h. 2*2%2*&. (le3el of e3iden4e +E". 3. 2meri4an 24ademy of 0ediatri4s dan 2meri4an !eart 2sso4iation. 1uku panduan resusitasi neonatus. Idisi ke%-. ?akarta6 0erinasia= 2$$&. /. 0arer ?>. <etal 1rain )etabolism 5nder 9tress OAygenation, 24id%1ase and 8lu4ose. 2$$'. Diunduh dari6 http6,,www.ni4hd.nih.go3,publi4ations,pubs,a4ute,a4ute.4fm. -. Kosim, 9holeh. 2$$'. 1uku 2#ar :eonatologi, edisi pertama. +katan Dokter 2nak +ndonesia. ?akarta &. 0oesponegoro, !ardiono, dr. 9p.2(K". 2$$-. 9tandar 0elayanan )edis Kesehatan 2nak. +katan Dokter 2nak +ndonesia. ?akarta. *. 2meri4an 24ademy of 0ediatri4. 2$$/. ,linical 'ractice %uideline- Management of .yperbilirubinemia in the /e"born Infant 0 12 Wee*s of %estation) 0ediatri4. 2meri4a '. 2Gis, 2bdul Latief. 2$$&) 'edoman 3iagnosis dan Terapi agian#SM4 5esehatan &na*6 edisi III. B95 Dokter 9utomo. 9urabaya .. Kementrian kesehatan B+. 2$($. Kementrian Kesehatan B+. ?akarta ($. Kosim, 9holeh. 2$($) u*u &+ar /eonatologi6 edisi pertama) +katan Dokter 2nak +ndonesia. ?akarta ((. )ans#oer, 2= Kuspu#i >= Bahmi 9= dkk. 2$$$. 5apita sele*ta *edo*teran. )edia 2es4ulapius. ?akarta. (2. 0ri4e, 9= ilsons. 2$$*. u*u a+ar patofisiologi, 3olume 2. I78. ?akarta. (3. 9arwono. 2$$/. Ilmu 5ebidanan dan 'enya*it 5andungan. 1ina 0ustaka 9arwono 0rawirohar#o. ?akarta. u*u Sa*u 'elayanan /eonatal 7sensial.

-/

Anda mungkin juga menyukai