Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (Wikipedia, 2013). Modal kerja merupakan salah satu hal yang penting bagi kelangsungan sebuah usaha, termasuk usaha kelompok tani. Modal dipakai untuk memproduksi, menjalankan, serta mengelola keberlangsungan sebuah usaha. Modal bisa berasal dari perbankan, koperasi, modal ventura, modal individu, keluarga ataupun lainnya. Dari perbankan, kredit usaha tani ini disediakan untuk petani yang tergabung dalam kelompok tani-nelayan melalui Koperasi Unit Desa (KUD) untuk memberikan fasilitas permodalan bagi petani yang belum mampu dan benar-benar memerlukan untuk membiayai usaha taninya. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Aceh tersisa 644.782 unit lagi atau menyusut sebanyak 54.588 unit dibanding angka empat tahun lalu. Penurunan ini tak lepas dari maraknya alih fungsi lahan pertanian yang terjadi khususnya kawasan perkotaan (Mardira, 2013). Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan perekonomian Indonesia, termasuk penyaluran modal usaha yaitu kredit. Pertumbuhan ekonomi harus

diarahkan

untuk

meningkatkan

pendapatan

masyarakat

serta

mengatasi

ketimpangan ekonomi dengan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan masyarakat, perlu diberikan perhatian bagi usaha-usaha untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta golongan ekonomi lemah (Resti, 2013). Setiap lembaga perbankan mempunyai tujuan masing-masing dalam hal pelayanan dan produk. Walaupun demikian, mereka beroperasi dengan efisiensi dan efektivitas yang sama dalam hal aktivitas penyaluran kredit. Agar mencapai tujuan mereka dan untuk mengontrol resiko yang didapat dari proses operasi, perbankan perlu mengadopsi sistem kontrol internal terhadap kegiatan yang dikerjakan dari unit usaha terkait. Adapun terdapat 4 tahap proses kredit nasional yaitu perencanaan dan pengawasan manajemen, pendanaan, pengawasan, dan peninjauan kembali manajemen. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat antara lain dalam bentuk kredit. Seiring dengan perjalanan waktu sesudah kredit direalisasikan, bank akan dihadapkan pada permasalahan resiko, yaitu resiko kredit bermasalah. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko kredit (Nasution, 2011). Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melakukan analisis prinsip pemberian kredit 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of Economy, dan Collateral) terhadap nasabah. Pemberian kredit kepada seorang

calon debitur harus memenuhi persyaratan yang termasuk di dalam prinsip 5C tersebut. Adapun tujuan bank dalam hal menyalurkan kredit adalah pertama untuk mencari keuntungan. Pemberian kredit merupakan upaya untuk memperoleh hasil dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan profit. Kedua, membantu usaha nasabah yang memerlukan dana untuk mengembangkan usahanya. Ketiga, membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin banyak usaha yang akan berkembang, sehingga meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak. Keempat, membantu masyarakat, menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat semakin meningkat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil. Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim Sukamakmur sebagian besar nasabahnya adalah pedagang dan petani. Dalam rangka ini perlu adanya perhatian untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional dan golongan ekonomi lemah pada umumnya. Pemerintah berusaha mewujudkan usaha tersebut dengan cara menggunakan fasilitas pelayanan perbankan yaitu dalam memberikan kredit kepada masyarakat. Bank Perkreditan Rakyat dalam hal ini menyediakan pelayanan Kredit Kelompok Pertanian. BPR menyediakan Kredit kelompok Pertanian ini bertujuan untuk menyediakan pembiayaan mikro pertanian untuk meningkatkan masyarakat sehingga kesejahteraan

kesejahteraan masyarakat dalam membina usaha mikro bersifat bankable yang

mengimplementasikan visi dan misi BPR Mustaqim serta berperan nyata dalam program Pemerintah Aceh untuk mengentaskan kemiskinan. Dalam hal pemberian kredit, BPR menggunakan prinsip 4C yaitu Character, Capacity, Capital dan Condition of Economy tanpa menerapkan prinsip Collateral (jaminan) di dalamnya. Hal ini dikarenakan program Kredit Kelompok pertanian ini menerapkan sistem tanpa agunan/jaminan dalam penyalurannya. Sehingga, aktivitas penyaluran kredit ini harus sangat diperhatikan untuk menghindari adanya kredit macet/bermasalah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, baik dalam hal menghindari resiko kredit bermasalah maupun aktivitas kredit usaha mikro pertanian, menarik untuk dilakukan penelitian mengenai hubungan antara aktivitas penyaluran kredit usaha pertanian dengan prinsip pemberian kredit perbankan (studi kasus BPR Mustaqim Sukamakmur).

1. 2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang penelitian tersebut maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit kelompok pertanian? 2. Bagaimana penerapan prinsip pemberian kredit perbankan usaha mikro? 3. Seberapa besar hubungan antara aktivitas penyaluran kredit kelompok pertanian dengan prinsip pemberian kredit perbankan?

1. 3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit kelompok pertanian. 2. Untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip pemberian kredit perbankan usaha mikro. 3. Hubungan antara aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian dengan prinsip pemberian kredit perbankan.

1. 4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis, penulisan skripsi ini berguna untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala dan sebagai pengetahuan tambahan tentang bagaimana kondisi dan aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian. 2. Bagi lembaga pendidikan, berguna sebagai masukan bagi yang tertarik untuk meneruskan penelitian ini. 3. Bagi pihak debitur serta perbankan, yaitu sebagai masukan dalam hal hubungan antara prinsip penyaluran kredit perbankan dengan aktivitas penyaluran kredit kelompok pertanian.

1. 5 Kerangka Pemikiran 1. 5. 1 Aktivitas Penyaluran Kredit Kelompok Pertanian 1. Kontrol Perencanaan Dalam fase ini yang mana dimiliki oleh proses kredit tradisional, seluruh kegiatan yang berhubungan dengan produksi kredit dan penyaluran yang ditampilkan. Kegiatan ini harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang mana pengembangan kebijaksanaan dengan resiko pengembalian tujuannya disetujui oleh manajemen tingkat atas sejak program kredit sering digunakan. Fase ini dibandingkan dengan kredit tradisional, tidak hanya dipengaruhi oleh tujuan dan kebutuhan operasional dari institusi, tetapi juga strategi yang didapatkan dari kebijakan pengembangan dalam skala nasional dan internasional. Perbedaannya halnya fase distribusi, sifat asli dari mikrokredit, khususnya ketika ditawarkan kepada penduduk yang tinggal didaerah pedesaan, sering

membutuhkan implementasi dari jaringan distribusi yang sangat membutuhkan perencanaan hati-hati dan organisasi. Akhirnya selama perencanaan dan kontrol manajemen, sistem perangkat lunak accounting dan sistem pengawasan sangat dibutuhkan.

2. Pendanaan Fase ini terujuk kepada pengenalan dan evaluasi dari permintaan kredit, persetujuan atau penolakan resolusi disajikan dari bahan spesial yang dalam program mikrokredit diidentifikasikan ke dalam komite kredit. Fase perencanaan mencakup empat fase dalam proses kredit tradisional. Evaluasi adalah kombinasi

dari aktivitas yang disempurnakan untuk mengesahkan keuntungan dari kredit fitur kualitas dan kuantitas dari peminjam evaluasi dalam keadaan sejarah dan pandangan ke depannya (perspektif). Dengan mengumpulkan informasi dari pelanggan yang bersangkutan dalam program mikrokredit, kegiatan ini umumnya didapatkan dari kreditor dengan cara wawancara atau kunjungan ke pinjamanpinjaman yang berpotensi. Kreditor membantu keuntungan pelanggan di masa depan di dalam mengisi penggunaan kredit; kemudian kreditor menaksirkan opini pribadi yang akan mempengaruhi komite kredit di dalam penyelesaian kredit, habis pembayaran dan evaluasi ulang pengembangan prinsip yang sama dalam keuangan tradisional. Dalam program pengembangan kerjasama, kredit yang sudah lunas dapat dipercayakan pada pihak ketiga biasanya adalah rekan lokal.

3. Pengawasan Dalam fase ini mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk mengontrol aliran uang kredit yang ditekankan pada waktu pembayaran dan manajemen yang tepat dengan posisi yang benar, banyak manajemen bergantung pada kemampuan untuk mengantisipasi peristiwa yang biasa terjadi dengan cara akuntansi yang memadai dan pengawasan harian, karena itu perlu untuk memiliki sistem laporan dan informasi manajemen dalam seluruh organisasi. Dalam mikrokredit perhatian khusus diberikan kepada posisi berdasarkan keakraban kelompok, karena efek yang berlipat ganda dari yang bisa didapatkan bisa memberikan resiko yang tinggi, karena itu informasi yang menyangkut grup-grup ini harus selalu diperbaharui ketika kredit dibantu oleh jaminan fisik, biasanya seperti properti

yang menguntungkan dan sebagainya (televisi, kulkas, dll). Kreditor harus melihat kondisi barang jaminan selama saat dia berkunjung.

4. Peninjauan Kembali Manajemen Dalam fase ini menitik-beratkan kepada posisi yang diakui tidak dapat diperbarui, dalam kasus ini perundang-undangan lokal dari teori-teori target daerah yang disetujui memiliki peranan yang besar. Kemungkinan dari perbaikan adalah faktanya, tergantung kepada tekanan dan campur tangan dari badan lainnya, seperti pengadilan yurisdiksi (yang berhak). Strategi keluaran adalah salah satu dari fase khusus lainnya dalam program mikrokredit, khususnya yang termasuk dalam proses pengembangan kerjasama. Hal ini terujuk kepada strategi jalan keluar pada akhir program, faktanya pada fase jalan keluar institusi yang mendukung harus yakin bahwa uang yang diberikan kepada mikrokredit harus cukup berkembang untuk menjamin kegiatan pendukung setelah masalah dari program mikrokredit dan jalan keluar dari mikrofinansial. Dalam fase, tujuan etika sosial menjadi sangat penting, mikrokredit harus mencoba mekanisme tinggi dan mencoba perputaran ekonomi yang sesuai dalam setiap jangka waktu, tidak hanya ketika masa program dalam fase ini, contohnya tujuan dan fungsi dari uang dan sisa perputaran uang harus diprogram kembali. Celah dari bekerja dengan cara sistem pelayanan dengan staf operasi yang khusus dapat direncanakan; biaya alternatif harus disediakan. Dalam skenario baru harus menyajikan tujuan akhir dari program dalam hal pertahanan untuk masa depan.

1. 5. 2 Prinsip Pemberian Kredit Perbankan Kredit berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan, yang merupakan landasan dari pemberian kredit. Tanpa kepercayaan maka tidak akan ada pemberian kredit ataupun sebaliknya, tidak akan ada nasabah yang menyepakati perjanjian kredit, sebab pemberian kredit oleh bank mempunyai nilai ekonomi kepada nasabah perorangan atau badan usaha (Taswan, 2006). Definisi menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian tersebut, maka kredit dapat berupa uang atas tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang dan timbul akibat adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur). Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon debitur. Di sisi pihak bank, khususnya AO (Account Officer) dituntut objektif dan konsisten atas hasil analisa dengan berpegang pada prinsip-prinsip kelayakan kredit. Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economy, dan Collateral. Tapi, BPR Mustaqim Sukamakmur hanya menganalisa 4C saja, tanpa pinjaman (Collateral), karena pelayanan kredit usahatani ini diterapkan dengan sistem tanpa agunan/pinjaman.

10

1. Character (watak) AO (Account Officer) harus mencari tahu sifat-sifat dari calon debitur. Hal ini terutama berhubungan dengan kemauan dari calon debitur untuk melakukan kewajiban-kewajibannya. Bank selalu ingin kredit yang diberikannya dapat kembali (dilunasi) pada waktunya. Bank akan berusaha memberi kredit hanya kepada debitur yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap persetujuan yang dibuat. Analisis ini lebih cenderung merupakan analisa kualitatif yang tidak terbaca dengan angka-angka yang disajikan. Tanpa mengetahui itikad yang baik dari debitur lebih baik kredit tidak diberikan. Untuk memperoleh informasi tersebut seorang AO (Account Officer) dapat melakukannya dengan mencari informasi melalui: a. Sesama Account Officer baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda. Seringkali nasabah bercerita tentang pihak lain yang

berhubungan kepada AO yang memegang account-nya (riwayat pinjaman nasabah. b. Nasabah bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon debitur. Misalnya sama-sama petani, pedagang mobil bekas, perusahaan tekstil dan lain-lain. c. Supplier atau mitra dagang dari pemohon. Dengan mencari informasi dari supplier AO dapat mengetahui sistem pembelian yang diperoleh pemohon dan ketetapan membayar dari calon debitur. Dengan demikian AO dapat mengetahui sejauh mana calon debitur mampu memenuhi kewajibannya.

11

2. Capacity (kapasitas) Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen mengoperasikan usahanya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank secara rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil dari usahatani untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya. Sebagian aspek ini dapat dibaca dari laporan keuangan yang disediakan perusahaan seperti kondisi likuiditas (kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun solvabilitas atau kebutuhan jangka panjang yang jatuh tempo), rentabilitas (kemampuan perusahaan untuk mencapai laba dari hasil operasinya), dan aspek keuangan lain yang merupakan refleksi kemampuan manajemen. Di samping angka-angka, aspek kapasitas ini juga harus dianalisis secara kualitatif, yaitu kemampuan manajemen meliputi umur, pengalaman di bidangnya, dan pendidikan. Untuk mengukur kemampuan ini maka sering kali AO meminta daftar riwayat hidup dari calon debitur atau manajemennya apabila calon debitur adalah perusahaan.

3. Capital (modal) Analisis aspek kapital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangancadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan usaha. Besarnya modal sendiri ini menunjukkan tingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam pembiayaan suatu proyek.

12

4. Condition of Economic (kondisi ekonomi) Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon debitur. Permasalahan mengenai condition of economy erat kaitannya dengan faktor politik, peraturan perundang-undangan negara dan perbankan pada saat itu serta keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir dsb. Sebagai contoh beberapa saat yang lalu terjadi gejolak ekonomi yang bersifat negatif dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sangat rendah, hal ini menyebabkan perbankan akan menolak setiap bentuk kredit investasi maupun konsumtif.

1. 5. 3 Penggunaan Kredit Perbankan oleh Usaha Kelompok Pertanian Kredit Usaha Tani (KUT) adalah pemberian kredit kepada petani-nelayan oleh lembaga perbankan yang telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. KUT diberikan bertujuan agar petani dapat meningkatkan produksi tanaman padi, palawija dan beberapa tanaman hortikultura, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan serta memperkuat peranan dan fungsinya dalam perekonomian di pedesaan. Dalam menyalurkan Kredit Usaha Tani, BPR memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku. Adapun persyaratannya adalah: 1. Cakap untuk melakukan tindakan hukum menurut undang-undang. 2. Memiliki usaha mikro pertanian.

13

3. Berpenghasilan Rp 800.000 Rp 3.000.000 atau total aset tidak lebih dari 100 juta. 4. Penduduk tetap dibuktikan dengan KTP. 5. Saling mengenal antar sesama kelompok. 6. Menetap di desa yang sama dalam satu kelompok. 7. Dalam satu rumah hanya satu anggota. 8. Tidak memiliki pinjaman lain yang belum lunas. 9. Bersedia mematuhi aturan Kredit Pertanian. 10. Membentuk kelompok tani. 11. Seluruh anggota 100% hadir tiap pertemuan. 12. Pelunasan 100% dan tepat waktu. 13. Bersedia menabung sebelum diberi pinjaman. Terdapat dua tahapan dalam hal pencairan dana Kredit Usaha Pertanian. Pertama yaitu pencairan biaya garap lahan, biaya benih, biaya tanam dan biaya rawat. Lalu yang kedua adalah pencairan kredit untuk biaya pupuk dan biaya obatobatan. Adapun ketentuan-ketentuan anggota Kelompok Tani dalam hal penggunaan kredit yaitu: 1. Batas maksimum plafon kredit sesuai dengan luas lahan pertanian 2. Jangka waktu kredit sesuai dengan masa sekali panen 3. Angsuran Grace Periode (total angsuran pokok dan bunga dilunaskan sekaligus saat jatuh tempo bulan terakhir) 4. Premi asuransi jiwa ditanggung debitur

14

5. Wewenang pemberian kredit sesuai ketentuan yang berlaku 6. Masing-masing anggota kelompok diberikan pinjaman yang sama besarnya 7. Tanpa agunan 8. Ketua kelompok sebagai penanggung jawab terhadap dirinya dan anggotanya Disiplin kelompok yang diterapkan BPR terhadap Kelompok Usaha Tani dalam hal pengawasan didalam jangka waktu penggunaan kredit yaitu setiap anggota mengerti tanggung jawabnya, selalu hadir di setiap pertemuan, pinjaman digunakan sesuai kesepakatan bersama, ada garansi dari ketua kelompok, dan sistem absensi disupervisi oleh AO (Account Officer).

1. 5. 4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan prinsip pemberian kredit dan aktivitas penyaluran kredit perbankan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rangga Januar Irawan (2012) yang berjudul Hubungan Antara Kecukupan Kredit Perbankan Dengan Kualitas Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro. Dalam penelitiannya, Rangga Januar Irawan membahas informasi akuntansi, yaitu mengenai aktivitas penyaluran kredit pada usaha mikro. Penelitian lainnya berhubungan dengan variabel prinsip pemberian kredit perbankan yang dilakukan oleh Ria Resti dan Ruzikna (2013) yang berjudul Evaluasi pelaksanaan Penyaluran Kredit Usaha Kecil (Kasus Bank Perkreditan

15

Rakyat Rokan Hilir). Penelitian Ria Resti dan Ruzikna tersebut bertujuan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan penyaluran kredit usaha kecil kepada debitur dan untuk menilai benar-benar layak atau tidak kredit tersebut diberikan.

1. 6 Hipotesis Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Mudrajad Kuncoro, 2003). Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian cukup maksimal. 2. Penerapan prinsip pemberian kredit perbankan usaha mikro belum maksimal. 3. Prinsip aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian berhubungan dengan prinsip pemberian kredit perbankan.

Anda mungkin juga menyukai