ACEH 26-DES-2001
PTSD
Posttraumatic Stress Disorder
Gangguan psikiatri setelah trauma berat (korban bencana, perkosaan, perampokan, penganiayaan dll). 60% pria dan 50% wanita seumur hidupnya paling tidak mengalami 1 kali kejadian traumatik yang berat. Tidak semua orang yang mengalami kejadian traumatik berat berkembang menjadi PTSD. PTSD berbeda dengan Acute Stress Disorder yang memiliki gejala mirip namun gejala timbul dan hilang hanya dalam rentang waktu 4 minggu.
TYPE OF DISASTER
NATURAL DISASTER: EARTHQUAKE, FLOOT, MOUNTAIN, MUD MOUNTAIN MAGMATIC/VULCANIC TSUNAMI FIRE MAN MADE DISASTER: WAR TERORISM RAPE, VIOLENCE MURDER,TORTURE,MUTILATION ABUSE TRANSPORTATION ACCIDENT
MEDIUM Aberfan
LARGE
Managua earthquak
PENGUNGSI
INTERNALLY DISPLACED PERSON (IDP) Antar lokasi di dalam negeri Lokal/Nasional/Internasional
REFUGEE Lintas negara Internasional
Tindak Kekerasan
Kejahatan seksual, termasuk perkosaan. Kekerasan fisik. Kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan pada anak. Perampokan. Penodongan, Penculikan atau penyanderaan.
Kecelakaan transporatasi. Didiagnosa penyakit yang mengancam jiwa. Bencana alam atau buatan
Kebakaran, banjir, gempa, tsunami.
Perang
Pertempuran, serangan teroris, penyiksaan tawanan.
KEJADIAN LAIN
NORMAL MEMORY
From beginning of an infants life, the mind/brain is organizing experiences & stimuli & attempting to make sense out of them. (Flavell et al,1993; Siegel, 1995) Is able to perceive a stimulus, encode elements, store these for later retrieval. Its reconstructive (not reproductive), influence by active mental models / schemata which link together perceptual biases, associated memories, emotions & prior learning.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup (DSM IV): 8%. National Comorbidity Survey (NCS): Wanita 10,4% Pria 5%.
1. 2. 3.
RE-EXPERIENCING /INTRUSION
Teringat kembali peristiwa traumatik yang di alami. Bisa berupa ingatan yang berulang-ulang atau mimpi yang berulang-ulang mengenai detil peristiwa tersebut. Penderita merasa kembali mengalami peristiwa tersebut.
AVOIDANCE/NUMBING
Penderita mencoba menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan mengenai peristiwa traumatik yang dialami. Penderita juga menghindari aktifitas, situasi atau orang-orang yang dapat mengingatkannya pada peristiwa tersebut. Menghilangnya respon terhadap dunia luar, sering disebut juga psychic numbing atau emotional anesthesia.
HYPERAROUSAL
Gejala kecemasan atau respon berlebihan yang tidak ada sebelum trauma diantaranya: Gangguan tidur. Waspada berlebihan. Mudah terkejut. Mudah tersinggung dan marah. Sulit konsentrasi dan menyelesaikan tugas. Selain 3 kumpulan gejala di atas ada juga yang disebut Associated Symptoms atau Survivors Guilt dimana penderita merasa bersalah karena telah selamat dari suatu peristiwa traumatik (berfikir lebih baik mati saja pada saat kejadian).
FAKTOR RESIKO
Beratnya trauma. Durasi Kedekatan individu.
PERJALANAN PENYAKIT
Gejala biasanya muncul pada 3 bulan pertama pasca trauma, namun dapat juga muncul setelah bertahun-tahun. Akut: Durasi gejala <3 bulan. Kronik: Durasi gejala > 3 bulan. Dengan onset tertunda: minimal 6 bulan setelah peristiwa. 50% sembuh dalam 3 bulan, namun banyak juga yang menetap sampai bertahun-tahun kemudian.
KOMORBIDITAS
Major Depressive Disorder Penyalahgunaan Zat. Gangguan Anxietas Lain.
B.
Penderita mengalami kejadian traumatik dimana (1) dan (2) terpenuhi: 1. Penderita mengalami, menyaksikan atau menemui kejadian atau kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kematian atau ancaman kematian atau cedera serius, atau ancaman fisik pada dirinya atau orang lain. 2. Respon penderita berhubungan dengan rasa takut yang amat sangat, ketidakberdayaan atau kengerian. Catatan: Pada anak-anak dapat berupa kelakuan yang kacau atau agitasi. Kejadian traumatik tersebut kembali dialami (reexperience) melalui 1 atau lebih keadaan berikut: 1. Ingatan yang berulang dan sangat mengganggu mengenai peristiwa tersebut, termasuk bayangan, pikiran atau persepsi. Catatan: Pada anak kecil permainan yang berulang bisa merupakan ekspresi dari kejadian traumatik.
Terus menghindar dari stimulus yang berhubungan dengan trauma dan tidak berespon (numbing) pada hal yang biasa direspon (tidak ada sebelum trauma), ditandai dengan 3 atau lebih dari kriteria berikut: 1. Berusaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. 2. Berusaha untuk menghindariaktifitas, tempat, atau orang yang membangkitkan ingatan akan trauma. 3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma. 4. Kehilangan minat atau partisipasi pada aktifitas yang bermakna. 5. Perasaan menarik diri dan asing. 6. Afek yang terbatas (mis. Tidak memiliki rasa cinta). 7. Merasa tidak punya masa depan (mis karir, pernikahan, anak, atau kehidupan normal).
ETIOLOGI
Defisiensi serotonin di celah sinaps. Fungsi hippocampus yang abnormal karena adanya pelepasan cortisol. Kelainan fungsi amygdala. Peningkatan aktifitas sistem noradrenergik. Peningkatan dopaminnumbing & hyperarousal. Peningkatan cortisol respon anxietas. Diawali peningkatan endorfin anti nyeri
PENANGANAN PTSD
FARMAKOTERAPI Antidepresan: Fluoxetine, Paroxetine, Fluvoxamine, Citalopram Benzodiazepine TCA (Amitriptyline, maprotiline, Imipramine, dll.). MAOIs. Antikonvulsan Naltrexon Antipsikotik Psychotherapy (Konseling, Cognitive Behavioral Therapy/CBT, dll) Eye Movement Desensitisation Reprocessing (E.M.D.R.) rTMS (repetitive Transcutaneus Magnetic Stimulation) Hypnotism, Teknik Relaksasi, Meditasi
MELATIH RELAWAN
SOCIAL WORK
PRE-CRISIS CRISIS IMMEDIATE POST-CRISIS (T-Stage) SHORT-TERM POST-CRISIS LONG-TERM POST-CRISIS
5.
6. 7. 8. 9. 10.
TALK TEARS TOUCH TISSUES TELEPHONE TOILET TEA TRANSPORT TABLET TIME
POST-CRISIS
SCHOOL IN DISASTERS MENTAL EMPOWERMENT ORGANIZING PSYCHOSOCIAL RESPONSES PRE-CRISIS TRAINING VOLUNTEER LEGAL ISSUES: PSYCHIATRIC INJURY
PRAKIRAAN LUAS LUBERAN LUMPUR 5 TAHUN YAD (KOMPAS SABTU 2 DES 06)
TAHUN KE
1 2
RADIUS
5,5 8,2
LUAS/Km2
95,9 210,1
VOL/Juta m3 47,9
105
3
4 5
10,2
11,8 13,2
324
437,8 551,7
162
218,9 275,9