Anda di halaman 1dari 6

Ekonomi Syariah: Sang Raksasa yang Tertidur sebagai Kunci Mewujudkan Komitmen Pancasila

Welcome to The Jungle Sambutan hangat untuk kita semua, segenap pelaku ekonomi bangsa, segenap penduduk Indonesia. Anda telah mendarat dalam rimba kehidupan di tanah Indonesia. Anda akan merasakan kebebasan mobilitas dan interaksi yang semakin nyata, arus perkembangan informasi dan teknologi yang semakin cepat, serta keterikatan dan ketergantungan dengan penduduk dunia yang semakin kuat. Persiapkan diri anda dengan baik. Kompetisi siap dimulai. Welcome to The Jungle!. Suatu kata yang sengaja kami pilih untuk menggambarkan bagaimana keadaan kita sekarang. Di sinilah kita benar-benar akan memasuki dunia rimba globalisasi. Hukum alam semakin berlaku. Siapa yang kuat dia yang menang. Selama ini mungkin kita mendapat kabar gembira tentang peran Indonesia sebagai singa muda di kancah rimba global yang menunjukkan berbagai prestasi di bidang ekonomi, yaitu dengan pertumbuhan ekonomi nasional diatas 5% selama sepuluh tahun terakhir, ketahanan Indonesia terhadap krisis 2008, rating investasi terpercaya pada poin BBB-, serta masuknya Indonesia pada negara dengan perekonomian terbesar di dunia, G20. Bahkan lembaga riset Amerika Serikat, McKinsey Global Institute menyebutkan bahwa pada tahun 2025 Indonesia akan menjadi negara maju dan pada tahun 2030 Indonesia akan bergabung dalam tujuh negara terbesar di dunia. Namun sepakat dengan pendapat guru besar kami Prof. Erani Yustika bahwa prestasi-prestasi Indonesia dalam hal ekonomi di atas belumlah sehat, dalam artian meski kinerja makroekonomi tumbuh bagus (dengan segala prestasinya) namun dibarengi juga

permasalahan-permasalahan klasik perekonomian: pengangguran (7.39 juta jiwa (BPS, 2013)), kemiskinan (>24 juta jiwa) dan hampir miskin (>70 juta jiwa) (Komite Ekonomi nasional, 2013), dan ketimpangan di Indonesia semakin nyata (dengan koefisien gini mencapai 0.4 dan merupakan rekor terburuk sepanjang sejarah. Akumulasi total kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia setara dengan 77 juta penduduk paling miskin di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun terakhir 60% disumbang oleh pulau Jawa). Fenomena ini menunjukkan sebuah ironi dibalik berita gembira perekonomian Indonesia. Implikasi masalah ini sebagaimana dikemukakan oleh entrepreneur besar Ir. Ciputra a d a l a h adanya lingkaran setan sebagai dampak kemiskinan yang bersifat berputar. Fenomena kemiskinan dapat melahirkan begitu banyak permasalahan sosial lain yang jahat di kalangan masyarakat. Sehingga benar apa yang dikatakan beliau bahwa tidaklah sulit menemukan kaitan antara kemiskinan dan kriminalitas, kemiskinan dan terorisme, kemiskinan dan imigran gelap, kemiskinan dengan global warming dan sebagainya. Lalu pertanyaannya mau dibawa kemanakah ekonomi Indonesia ke depannya? Jawabnya sederhana namun sangat sulit untuk dilaksanakan. Yaitu kembali menegakkan komitmen Pancasila yang selama ini hanya didengungkan, diucapkan, dan diperingati secara rutin tanpa dimengerti dan diimplementasikan dalam kehidupan. Pancasila yang katanya merupakan jati diri bangsa seolah hanya menjadi coretan tanpa makna dalam kehidupan bangsa ini, termasuk di dalam kehidupan ekonomi. Ekonomi Pancasila atau dalam makna lain disebut ekonomi kerakyatan seolah telah kabur dan dianggap sebagai argumen tanpa dasar yang telah dikhianati. Semangat dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat berbasiskan gotong royong hilang manakala imperialisme modern dalam wajah neo-liberal semakin menggurita dan mencekram kedaulatan ekonomi serta menjauhi kepentingan rakyat kebanyakan. Hal ini sungguh ironis. Atas nama rakyat maka tak jarang rakyat jugalah yang dikorbankan. Ekonomi Syariah dan Komitmen Pancasila Berbicara mengenai komitmen Pancasila dalam bidang ekonomi maka sepakat dengan pendapat Prof.Dr.Ir. San Afri Awang, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM), bahwa untuk mempraktikan komitmen ekonomi Pancasila maka bicaralah dengan para pelaku ekonomi rakyat itu sendiri, tidak perlu sampai jauh ke pelosok daerah yang sulit dijangkau. Apabila anda bersedia untuk bersimpati dan berempati sedikit saja dengan perjuangan hidup mereka, maka sebenarnya tidak sulit untuk menemukan fakta-

fakta penerapan asas-asas ekonomi Pancasila ini dihampir segala cabang kegiatan ekonomi seperti pertanian, perikanan, industry dan kerajinan, dan bidang jasa. Rakyat yang dimaksud dalam pembicaraan ekonomi Pancasila adalah mereka (rakyat kebanyakan) subjek ekonomi Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) yang mencapai 99,9% dari total unit usaha (dengan sumbangan PDB sebesar 57.60% dan penyedia lapangan kerja terbesar mencapai 97.24%) yang merupakan penggerak utama sektor riil yang memiliki peran penting dalam menopang kehidupan perekonomian terutama jika terjadi krisis, dan hal ini telah terbukti pada krisis 1998 dan 2008. Pendekatan kerakyatan pada ekonomi Pancasila yang memperhatikan sektor riil ini sangat mirip dengan ekonomi syariah, dimana salah satu semangat ekonomi syariah yang sesuai QS Al-Hasyr:7 merupakan jawaban atas fenomena dunia yang mengkhawatirkan dimana uang selama ini 99% hanya beredar pada sektor finansial yang semu dan hanya dimiliki 5% dari total penduduk dunia, sektor riil hanya kebagian 1% atau total penduduk dunia. Supaya harta itu tidak beredar di kalangan orang-orang kaya di antara kamu (QS 59:7). Senada dengan ayat di atas, Joseph Stiglitz, ekonom peraih nobel juga pernah mengatakan, The financial sector is supposed to serve the economy not vice versa. We have been confusing ends and mean. Jadi sektor keuangan tidak boleh dibiarkan eksis untuk membiakkan diri (dan kerakusannya) sendiri. Sebab hal itu tergolong praktik kejahatan ekonomi yang sulit dimaafkan. Praktik-praktik ekonomi Pancasila yang moralistik, demokratis, dan mandiri dalam ekonomi bangsa ini juga sangat cocok dengan nilai-nilai ekonomi syariah yang menuntut adanya etika dalam menjalankan aktifitas ekonomi. Ekonomi Pancasila adalah ekonomi yang cerdas melindungi perekonomian bangsa ini; sebagaimana penerapan ekonomi syariah salah satunya adalah praktik pengenaan pajak internasional di masa Umar ibn Khatab untuk melindungi perkonomian dalam negeri atas barang yang juga dikenakan pajak oleh negara mitra. Ekonomi Pancasila sebagaimana dengan Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang anti korupsi dan mengutamakan prinsip kesederhanaan (tidak tamak). Ekonomi Pancasila adalah ekonomi yang dinamis: mengantisipasi perubahan. Sama dengan ekonomi syariah yang bersifat universal dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal menarik lain adalah pendapat yang diungkapkan oleh Ir. Adiwarman Karim (Praktisi Ekonomi Syariah) bahwa maqasid syariah (yaitu suatu bentuk penggambaran dan diperebutkan oleh 95% dari

keuntungan kemakmuran dan manfaat yang telah Allah terapkan dalam hukum syariaah Nya; yang selama ini diterapkan sebagai pengukuran dalam sistem ekonomi syariah) sangat mirip dengan Pancasila, bahkan dapat dikatakan Pancasila adalah maqasid syariah tafsiran Indonesia. Maqasid syariah mengandung lima hal, yaitu melindungi agama yang dalam Pancasila disebut Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, melindungi jiwa yang dalam Pancasila disebut Perikemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, melindungi keutuhan keluarga besar yang dalam Pancasila disebut Persatuan Indonesia. Keempat, melindungi akal pendapat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kelima, melindungi hak atas harta yang dalam Pancasila disebut Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sang Raksasa yang Tertidur ..... Raksasa Indonesia yang tadinya pingsan seolah tidak bernyawa, raksasa Indonesia itu sekarang berusaha berdiri tegak dan sudah memasang tenaga. Setiap kali ia mendapat hantaman, setiap kali ia rebah, tetapi selalu saja ia tegak kembali. Seperti mempunyai kekuatan rahasia, sebagai mempunyai keukatan penghidup, sebagai mempunyai aji pancasona dan cakrabirawa, ia tidak dapat dibunuh dan malah makin lama makin tak terbilang pengikutnya. (Soekarno, dalam pledoi Indonesia Menggugat 1930) Gugatan Soekarno pada tahun 1930 tersebut patut didengungkan kembali manakala melihat kondisi ekonomi indonesia saat ini di rimba globalisasi. Sama dengan yang kami jabarkan sebelumnya tentang kemiripan ekonomi syariah dan ekonomi pancasila, maka kami bersimpul bahwa memilih dan menerapkan ekonomi syariah dalam kehidupan ekonomi berarti juga memenuhi komitmen pancasila itu tersendiri. Ekonomi syariah sekarang sudah bukan lagi suatu alternatif melainkan solusi bahkan bisa dibilang keharusan yang harus dijalankan bangsa ini. Pada bangsa ini, ekonomi syariah memiliki kekuatan penghidup yang luar biasa bagaikan sang raksasa yang siap membuat bangsa Indonesia menjadi raksasa. Kehadiran ekonomi syariah sebagaimana diungkapkan oleh CEO Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam acara yang kami handle, Sekolah Pasar Modal Syariah (SPMS) 30 Desember 2013 kemarin adalah wujud dari kebutuhan masyarakat. Berbeda dengan negara lain, di Indonesia ekonomi syariah berkembang dimulai dari masyarakatnya (bottom-up) atau beliau menyebutnya dengan istilah society driven. Disini kami percaya bahwa pada waktu itu (pasca 1998) ekonomi syariah muncul karena sejatinya masyarakat telah gelisah akan penerapan praktik

ekonomi neo-liberal dan rindu akan perwujudan komitmen Pancasila yang telah mengakar sebagai jati dirinya, ditandai dengan lahirnya intitusi-institusi keuangan syariah di Indonesia. Kekuatan bak sang raksasa yang patut diperhitungkan itu antara lain: Pertama, ekonomi syariah bersifat universal (rahmatan lil alamin) berasal dari dan dijamin oleh Allah sehingga bisa diterapkan dalam berbagai kondisi dan waktu di semua kalangan umat untuk mencapai falah (kesejahteraan dunia-akherat) Kedua, Pancasila sebagai wujud jati diri bangsa berarti telah memiliki akar yang kuat dalam kehidupan dari setiap elemen masyarakatnya, sehingga menerapkan ekonomi syariah berarti menghidupkan kembali nilainilai luhur dan budaya Pancasila yang semakin tergerus. Ketiga, ekonomi syariah sebagaimana ekonomi Pancasila sangat dekat dengan sektor riil terutama pada UMKM, sebagai sektor yang harus dikembangkan. Keempat, Indonesia memiliki jumlah masyarakat Muslim terbesar di dunia sekitar 206 juta jiwa dengan penduduk middle class sebesar 102.72 juta jiwa lebih. Kelima, prinsip ekonomi syariah yang melarang riba dan menerapkan zakat serta perhatian bagi kaum marjinal merupakan kunci menghadapi permasalahan klasik perekonomian. Tak dapat dipungkiri potensi belum tergali Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan Wakaf (ZISWAF) di Indonesia sangatlah besar yang mencapai Rp 217 trilun lebih setiap tahunnya sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Bazda Kabupaten Tenggamus, Akmadi Sumaryanto. Disisi lain hal ini menunjukkan bagaimana sikap Pancasila masyarakat Indonesia sangatlah besar dalam hal charity. Keenam, Industri keuangan syariah terus menunjukkan tren pertumbuhan positif yang mulai menuju ke arah sektor produktif. Maka sudah saatnya kita membangunkan ekonomi syariah dengan sempurna, sang raksasa yang saat ini masih tertidur. Setiap permasalahan harus diselesaikan. Nilai-nilai ekonomi syariah harus dikembangkan tidak hanya pada sektor keuangan yang saat ini berkembang. Sang raksasa ini merupakan kunci dalam mewujudkan komitmen pancasila menuju ekonomi yang sehat; membentuk kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil, dan makmur di rimba globalisasi. Ekonomi Syariah saat ini sudah surplus teori, tetapi defisit aksi -

Jumlah Karakter Oleh: Mohammad Fariz Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang. Angkatan 2011

: 9456

Mira Kusuma Wati Mahasiswa Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang. Angkatan 2012

Dimas Andaru Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang. Angkatan 2013

Text Available On:


http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/12/05/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang-tertidursebagai-kunci-mewujudkan-komitmen-pancasila-613916.html http://farissyah.blogspot.com/2013/12/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang.html http://mira-kusumaa.blogspot.com/2013/12/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang.html https://www.facebook.com/notes/faris-syah/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang-tertidur-sebagaikunci-mewujudkan-komitmen-pan/10151834820761903 https://www.facebook.com/notes/fossei-nasional/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang-tertidursebagai-kunci-mewujudkan-komitmen-pan/700734836605603

Anda mungkin juga menyukai