Anda di halaman 1dari 15

Mengenal Induksi Pada Persalinan

Written by Revina Category: Proses Persalinan

7 Share

Share Share Share

Artikel Popular

Cara Cepat Hamil Tanda-Tanda Kehamilan Proses Melahirkan Perkembangan Janin Menghitung Masa Subur Perkembangan Bayi Kanker Serviks Dongeng Anak Keputihan Makanan Bayi Masa Subur Wanita Proses Kehamilan Nama Bayi Arti Nama

Setiap ibu hamil tentu menginginkan ketika saatnya persalinan nanti tiba semuanya berjalan lancar dan normal. Kemudian bayi yang dikandung selama sembilan bulan dapat terlahir dengan selamat dan sempurna. Namun, adakalanya persalinan normal yang diharapkan terjadi karena salah satunya dibantu oleh tindakan induksi. Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.

Alasan Induksi
Dari sisi medis ada beberapa alasan, yaitu : Kondisi medis ibu : tekanan darah tinggi (preeklamsia) dan diabetes gestasional (kadar gula darah tidak terkontrol) adalah kondisi yang membuat ibu harus di induksi segera. Kelahiran merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Selain itu pada keadaan ibu dengan penyakit herpes, jika persalinan sudah hampir tiba, dan ibu menginginkan persalinan pervaginam, maka keadaan ini boleh di induksi. Persalinan pervaginam dengan herpes yang aktif sangat berbahaya bagi bayi. Ibu hamil tidak

merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat). Pertimbangan bayi : Ada keadaan yang mengancam keselamatan janin jika terlalu lama didalam kandungan, diantaranya oligohidramnion (air ketuban sediki), IUGR (Intrauterine Growth Retardation-hambatan pertumbuhan janin), atau janin lewat waktu. Selain itu,Jika Anda merasakan pergerakan janin yang lemah, dan itu disadari pula oleh dokter, meski beberapa pemeriksaan normal, kadang tetap akan melakukan induksi. Selaput ketuban telah pecah : sekitar 10% kehamilan akan mengalami pecah ketuban sebelum kontraksi. Jika itu terjadi, ibu dan bayi beresiko terhadap infeksi. Belum ada kesepakatan berapa lama induksi harus dilakukan setelah ketuban pecah, tergantung dari kebijakan rumah sakit masing-masing. Namun, usahakan bayi segera lahir setidaknya 24 jam setelah ketuban pecah. Janin lewat waktu : setelah kehamilan berusia 41 minggu (atau 7 hari melebihi waktu seharusnya), akan meningkatkan resiko komplikasi pada bayi. Maka dari itu, induksi dibutuhkan. Sedangkan jika kehamilan sudah 42 minggu, atau 14 hari setelah waktu seharusnya, kemungkinan bayi meninggal semakin besar. Karena pada saat itu plasenta sudah tidak berfungsi. Plasenta memiliki waktu sampai akhir minggu ke-42 untuk berfungsi dengan baik. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah induksi dibolehkan pada kehamilan 40-42 minggu ? Jawabannya tergantung keadaan, riwayat kehamilan, dan keputusan dokter secara pribadi. Jika kehamilan Anda lewat waktu, dokter akan melakukan pemeriksaan non-invasif dan profil biofisika untuk mengetahui apakah janin dalam keadaan stres atau tidak. Apabila keadaan janin baik, Anda dapat meneruskan kehamilan Anda sampai kelahiran spontan. Namun jika selama menanti kelahiran spontan itu terjadi masalah, misalnya pergerakan janin melemah akibat kurangnya cairan ketuban, maka induksi akan di lakukan. Catatan : Keadaan penipisan dan pembukaan mulut rahim saat induksi akan dilakukan merupakan faktor penting yang menentukan apakah prosentase keberhasilan induksi.

Teknik Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk melalui proses induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan hormon prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.Secara kimia, Anda akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara diminum, dimasukkan ke dalam vagina, diinfuskan. Bisanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, Anda akan merasakan datangnya kontraksi. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan metode stripping, pemasangan balon keteter, (oley chateter) dimulut rahim, serta memecahkan ketuban saat persalinan sedang berlangsung.

Resiko Induksi
Resiko induksi persalinan adalah : - Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika Anda merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi,kemudian akan dilakukan operasi caesar. -Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (fetal disterss). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan memantau gerak janin melalui CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi akan dihentikan.

- Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada yang sebelumnya pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal. - Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu atau paru-paru. Bila terjadi dapat merenggut nyawa ibu seketika. Jika pada kehamilan tua Anda sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin segera melahirkan dengan cara diinduksi, maka keadaan mulut rahim menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan. Induksi akan bermanfaat ketika mukut rahim telah menipis sekitar 50 persen dan berdilatasi 3-4 cm. Hal ini karena tubuh Anda telah siap untuk menghadapi proses persalinan. Selain itu, secara statistik fase ini lebih aman untuk melahirkan pervaginam. Namun, jika mulut rahim belum cukup menipis dan berdilatasi, itu tandanya tubuh belum siap untuk melahirkan. Melakukan induksi dan melahirkan pervaginam bukan hal yang tepat pada keadaan demikian, karena kemungkinan besar persalinan akan diubah menjadi caesar. Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan diinduksi, menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita tidak tahu keadaan janin, mulut rahim berada pada fase apa, apakah ada kemungkinan terjadi perubahan posisi pada janin atau tidak, maka melakukan induksi adalah hal yang beresiko. Kita hanya mengganggu proses alami suatu persalinan. Sebagai akibatnya, bayi mungkin belum berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata belum siap untuk melahirkan. Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar pada kehamilan yang diinduksi.

Sumber : Mengenal Induksi Pada Persalinan http://bidanku.com/mengenal-induksi-padapersalinan#ixzz2l3XXvVhH

Induksi Persalinan
KONSEP UMUM INDUKSI PERSALINAN ELEKTIF Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko persalinan yang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial). Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan sectio caesar. Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio caesar 2 3 kali lipat. Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak dilakukan secara rutin mengingat bahwa tindakan sectio caesar dapat meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out come maternal termasuk kematian. Induksi persalinan eletif yang dirasa perlu dilakukan saat aterm ( 38 minggu) perlu pembahasan secara mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.

INDUKSI PERSALINAN ATAS INDIKASI Tindakan induksi persalinan dilakukan bila hal tersebut dapat memberi manfaat bagi ibu dan atau anaknya. INDIKASI:
1. Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis 2. Pre eklampsia berat 3. Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan 4. Hipertensi 5. Gawat janin 6. Kehamilan postterm KONTRA INDIKASI: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
o

Cacat rahim ( akibat sectio caesar jenis klasik atau miomektomi intramural) Grande multipara Plasenta previa Insufisiensi plasenta Makrosomia Hidrosepalus Kelainan letak janin Gawat janin Overdistensi uterus : gemeli dan hidramnion Kontra indikasi persalinan spontan pervaginam:

Kelainan panggul ibu (kelainan bentuk anatomis, panggul sempit) o Infeksi herpes genitalis aktif o Carcinoma cervix uteri PEMATANGAN SERVIK PRA INDUKSI PERSALINAN Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan BISHOP SCORE yang dapat dilihat pada tabel 13.1 Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang tidak favourable ( Skoring Bishop < 4 ) untuk dilakukannya induksi persalinan. Tabel 10.1 Sistem Skoring Servik BISHOP yang digunakan untuk menilai derajat kematangan servik

METODE PEMATANGAN SERVIK MEDIKAMENTOSA Prostaglandine E2 Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator khusus intraservikal dengan dosis 0.5 mg. Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil). Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin. Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 12 jam pasca pemberian prostaglandine E2. Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 5% kasus yang mendapat prostaglandine suppositoria. Prostaglandine E1 Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 g. Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 g pada fornix posterior dan dapat diulang pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat. Bila dengan dosis 2 x 25 g masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 g. Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum adalah 4 x 50 g ( 200 g ). Dosis 50 g sering menyebabkan :
Tachysystole uterin Mekonium dalam air ketuban Aspirasi Mekonium Pemberian per oral: Pemberian 100 g misoprostol peroral setara dengan pemberian 25 g per vaginam

METODE PEMATANGAN SERVIK MEKANIS 1. Pemasangan kateter transervikal 2. Dilatator servik higroskopik ( batang laminaria )

3. stripping of the membrane Pemasangan kateter Foley transervikal. Tidak boleh dikerjakan pada kasus perdarahan antepartum, ketuban pecah dini atau infeksi. Tehnik: Pasang spekulum pada vagina Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui servik dengan menggunakan cunam tampon. Pastikan ujung kateter telah melewati osttium uter internum Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air Gulung sisa kateter dan letakkan dalam vagina Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau maksimal 12 jam Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya dan kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin. Dilatator servik higroskopik Dilakukan dengan batang laminaria. Dilakukan pada keadaan dimana servik masih belum membuka. Pemasangan laminaria dalam kanalis servikalis. 12 18 jam kemudian kalau perlu dilanjutkan dengan infus oksitosin sebelum kuretase.

Gambar10-1: 1. Pemasangan laminaria didalam kanalis servikalis 2. Laminaria mengembang 3. Ujung laminaria melebihi ostium uteri internum (pemasangan yang salah) 4. Ujung laminaria tidak melewati ostium uteri internum (pemasangan yang salah) Stripping of the membrane Metode efektif dan aman untuk mencegah kehamilan Menyebabkan peningkatan kadar Prostaglandine serum.

posterm.

INDUKSI & AKSELERASI PERSALINAN Dilakukan dengan menggunakan oksitosin sintetis. Induksi persalinan dan akselerasi persalinan dilakukan dengan cara yang sama tapi dengan tujuan yang berbeda. Induksi Persalinan (induction of labour): merangsang uterus untuk mengawali proses persalinan. Akselerasi Persalinan (augmented of labour) : merangsang uterus pada proses persalinan untuk meningkatkan frekuensi durasi dan kekuatan kontraksi uterus [HIS]. Pola persalinan yang BAIK adalah bila terdapat 3 HIS dalam 10 menit dengan masing-masing HIS berlangsung sekitar 40 detik. Bila selaput ketuban masih utuh, dianjurkan bahwa sebelum melakukan induksi atau akselerasi persalinan terlebih dahulu dilakukan Pemecahan Selaput Ketuban (ARM ~ Artificial Rupture of Membranes atau amniotomi) AMNIOTOMI Pecahnya selaput ketuban (spontan atau artifisial ) akan mengawali rangkaian proses berikut:
Cairan amnion mengalir keluar dan volume uterus menurun; Produksi prostaglandine, sehingga merangsang proses persalinan; HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat ( bila sudah inpartu) Tehnik :

Perhatikan indikasi CATATAN : Pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pertahankan selaput ketuban selama mungkin untuk mengurangi resiko penularan HIV perinatal Dengar dan catat DJJ Baringkan pasien dengan tungkai fleksi dan kedua tungkai saling menjauh dan kedua lutut terbuka Gunakan sarung tangan steril, lakukan VT dengan tangan kanan untuk menilai konsistensi posisi dilatasi dan pendataran servik Masukkan amniotic hook kedalam vagina Tuntun amniotic hook kearah selaput ketuban dengan menyusuri jari-jari dalam vagina Dorong selaput ketuban dengan jari-jari dalam vagina dan pecahkan selaput ketuban dengan ujung instrumen Biarkan cairan amnion mengalir perlahan sekitar jari dan amati cairan amnion yang keluar Setelah pemecahan ketuban, dengarkan DJJ selama dan setelah HIS Bila DJJ < 100 atau > 180 dpm : dugaan terjadi GAWAT JANIN .

Bila persalinan diperkirakan TIDAK TERJADI DALAM 18 JAM berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi kemungkinan infeksi GBS pada neonatus: Penicillin G 2 juta units IV; atau Ampicillin 2 g IV, tiap 6 jam sampai persalinan; Bila tidak ditemukan gejala infeksi pasca persalinan, hentikan pemberian antibiotika Bila setelah 1 jam tidak nampak tanda-tanda kemajuan persalinan MULAILAH PEMBERIAN OKSITOSIN INFUS Bila indikasi induksi persalinan adalah PENYAKIT MATERNAL IBU YANG BERAT ( sepsis atau eklampsia) mulailah melakukan infuse oksitosin segera setelah amniotomi. Komplikasi amniotomi: 1. Infeksi 2. Prolapsus funikuli 3. Gawat janin 4. Solusio plasenta TEHNIK PEMBERIAN OKSITOSIN DRIP 1. Pasien berbaring di tempat tidur dan tidur miring kiri 2. Lakukan penilaian terhadap tingkat kematangan servik. 3. Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut jantung janin 4. Catat semua hasil penilaian pada partogram 5. 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau PZ) dan diberikan dengan dosis awal 10 tetes per menit. 6. Naikkan jumlah tetesan sebesar 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai kontraksi uterus yang adekuat. 7. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali kontraksi per 10 menit) hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan pemberian: 1. Terbutalin 250 mcg IV perlahan selama 5 menit atau 2. Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan RL 10 tetes permenit 8. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit: 9. Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose 5% (atau PZ) dan sesuaikan tetesan infuse sampai 30 tetes per menit (15mU/menit) 10. Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai kontraksi uterus menjadi adekuat atau jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit. Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi tersebut maka: Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar. Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu : o 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit o Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai kontraksi uterus adekuat. o Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak adekuat maka induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.

Jangan berikan oksitosin 10 Unit dalam 500 ml Dextrose 5% pada pasien multigravida dan atau penderita bekas sectio caesar Rujukan : 1. Bujold E, Blackwell SC, Gauthier RJ: Cervical ripening with transervical foley catheter and the risk of uterine rupture. Obstet Gynecol 103:18, 2004 2. Culver J, Staruss RA,Brody S, et al: A randomized trial comapring vaginal misoprostol versus Foley catheter with concurrent oxytocin for labor induction in nulliparous women. Am J Perinatol 21:139, 2004 3. Cunningham FG (editorial) : Induction of labor in William Obstetrics 22nd ed p 536 545 , Mc GrawHill Companies 2005 4. Guinn DA et al : Extra-amniotic saline infusion, laminaria, or prostaglandine E2 gel for labor induction with unfavourable cervix: A randomized trial. Obstet Gynecl 96:106, 2000 5. HoffmanMK, Sciscione AC : Elective induction with cervical ripening increase the risk of caesarean delivery in multiparous women. Obstet Gynecol 101:7S, 2003 6. Saiffudin AB (ed): Induksi dan Akselerasi persalinan dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal YBPSP,Jakarta, 2002 7. Smith KM, Hoffman MK, Sciscione A: Elective induction of labor in nulliparous women increase the risk of caesarean delivery. Obstet Gynecol 101, 45S, 2003

Induksi Persalinan
DEFINISI Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.

ETIOLOGI Induksi persalinan dilakukan karena: Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan : Pertumbuhan Terjadi Air Saat ketuban persalinan janin perubahan berkurang janin lebih makin metabolisme dan mudah makin mengalami melambat. janin. kental. asfiksia.

Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu

mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.

Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius, atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi awal kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi diabetik sebelumnya. Meliputi: kehamilan). dan eklamsi. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu Hipertensi Hidramnion. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat serius karena dapat menyebabkan yang paling peningkatan besar resistensi karena insulin resistansi dan insulin ketoasidosis. meningkat. Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan Mempunyai dini infeksi riwayat setelah ketuban ruptur. hipertensi. akibat

Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya. Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam

minggu Indikasi Induksi 1. a. Syarat

pascapartum pokok

juga

diklasifikasikan untuk

sebagai induksi terbagi

hipertensi

kronis. persalinan: atas: Medis oksitosin

persalinan Secara Infus syarat pemberian

infuse

oksitosin

Agar infuse oksitosin berhasil dalm menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat syarat sebagai berikut : A. B. C. D. Janin Ukuran Tak dalam Kehamilan panggul ada presentasi aterm normal CPD kepala

E. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

SKOR SKOR Pembukaan Pendataran Penurunan Konsistensi Posisi Teknik 1. 2. 3. 4. Infus Semalam sebelum Pagi oksitosin Disiapkan cairan jarum abocath serviks serviks serviks kepala

PELVIK 0 0 0 diukur serviks kebelakang infus drip oksitosin, dilakukan 500 cc harinya hendaknya RL Searah dari 1 30% bidang 40 H Keras sumbu 1 2

MENURUT 2 3 III 50% (cm) jalan -3 60 -2 Sedang lahir Kearah 4 -1 5 70% 0

BISHOP 3 +1 6 80% +2 Lunak depan berencana: sudah observasi tidur yang 5 pulas baik IU G bawah diberi pencahar sintosinon 18

oksitosin hendaknya penderita pagi yang hari diisi penderita dengan dengan no vena dibagian

5. Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infus dengan 6. Jarum abocath dipasang pada volar

7. Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal

diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan. 8. Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda tanda gawat janin. 9. bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi jam kuat b. Pemberian atau sesudah dan sementara lahirnya dihentikan. plasenta. adekuat. Prostaglandin Prostaladin 10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah

Prostagladin dapat merangsang otok otot polos termsuk juga otot-otot rahim.Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin c. Pemberian Cairan cairan cukup hipertonik hipertonik intra efektif. uteri intrauterin

Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20 , urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin dan 2. a. untuk memperkuat gangguan Secara rangsangan pada otot-otot rahim. darah. manipulatif Amniotomi Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi pembekuan

Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus ( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dapat dalam Beberapa lebih merangsang teori kuat timbulnya mengemukakan untuk kontraksi bahwa membuka rahim. : serviks

- Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim - Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim. - Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya

terdapat

banyak

syaraf

syaraf

yang

merangsang

kontraksi

rahim

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan Prolapsus Gawat inpus oksitosin Infeksi funikuli janin Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit penyulit sebagai berikut :

- Tanda tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ). Tehnik amniotomi

Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir

b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the membrane) 1. Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap 2. a. b. c. c. Bila Bila Beberapa cukup hambatan Serviks didapatkan kepala efektif yang yang persangkaan belum Pemakaian dalam dihadapi belum plasenta cukup dalam letak turun merangsang melakukan rendah, dalam dapat dilalui tidak timbulnya tindakan ini, oleh boleh rongga his. ialah : jari. dilakukan. panggul. listrik

rangsangan

Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

d.

Rangsangan

pada

puting

susu

(breast

stimulation

1. Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang putting susu. 2. Pada salah satu putting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat jam 1 jam, kemudian istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudaraan bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara cara ini baik sekali untuk melakukan INDIKASI 1. A. B. C. 2. A. B. 3. A. B. C. D. E. F. G. H. Distensi rahim Grande Cacat yang Malposisi Plasenta Kehamilan Kehamilan Indikasi kontra Disproporsi Insufisiensi dan Kehamilan Ketuban Janin Indikasi lewat dengan drip Indikasi lewat pecah Janin waktu dini mati ibu waktu hipertensi induksi sefalopelvik plasenta malpresentasi previa Gemelli berlebihan multipara rahim pematangan serviks pada kasus kasus kehamilan lewat waktu.

1. Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan. 2. Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa ibu.

Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas), inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia

berat. PATOFISIOLOGI Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen KLINIK

MANIFESTASI

Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar. Komplikasi Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.

Anda mungkin juga menyukai