Anda di halaman 1dari 32

EPILEPSI

Dimas Arief Destiyono DM Ilmu Penyakit Saraf RSUP dr. Soedono Madiun

IDENTITAS
Nama

Usia
Alamat Pekerjaan No RM

: An. A : 12 tahun : Balerejo, Madiun : Pelajar : 0301289

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 28 September 2013.

ANAMNESIS
Keluhan Utama : kejang

RPS : pasien datang ke poli saraf RSUP dr.

Soedono Madiun pada 28/9/2013 diantar oleh ibunya dengan keluhan tiga hari yang lalu kejang, pasien kejang seluruh badan, tidak sadar diri ketika kejang, sampai keluar air liur, menurut ibunya pasien kejang kurang dari 1 menit, bulan ini pasien hanya satu kali kejang, pasien mengaku kalau kecapaian sering timbul kejang, pasien rutin minum obat dari dokter. Keluhan lain seperti mual, muntah, dan pusing disangkal.

ANAMNESIS SISTEM

KELUHAN

CEREBROSPINAL CARDIOVASKULAR
RESPIRASI GASTROINTESTINAL UROGENITAL INTEGUMENTUM MUSKULOSKELETAL

Kejang (-), penurunan kesadaran (-), demam(-), nyeri kepala (-) Sesak (-) Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
Sesak (-) batuk (-) Mual (-), muntah (-), BAB cair (-) BAK normal, mengompol (-) Tak ada keluhan Kelemahan gerak (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Mulai kejang sejak umur 5 tahun. Pernah kejang demam ketika umur 1 tahun. Dahulu lahir prematur. Riwayat trauma kepala disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak ada yang menderita kejang-kejang. Keluarga tidak ada riwayat asama ataupun alergi.

Kebiaaan dan lingkungan


Pasien jarang berolah raga. Makan cukup 3x sehari. Tidak merokok ataupun mengkonsumsi minuman

beralkohol.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik

Kesadaran : GCS E4 V5 M6
Sikap tubuh : baik Vital sign:

TD 110/70 mmHg; Nadi 80 x/m; RR 18 x/m.


Kepala/Leher:

conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), cyanosis (-), linfonodi leher tidak teraba

Thorax

inspeksi palpasi kuat angkat perkusi auskultasi

: ictus cordis terlihat di SIC V : ictus cordis teraba di SIC V,


: batas-batas jantung dbn : S1 S2 reguler, bising (-)

P inspeksi : gerakan simetris, tidak ada ketinggalan gerak palpasi : simetris, massa (-), nyeri tekan (-) auskultasi : SDV +/+,rhonki -/-,wheezing -/-

Abdomen:

inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada auskultasi : BU (+) normal, bising aorta (-) perkusi : timpani (+) palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas: edema (-), akral hangat.

PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Motorik

: Atas 4/4 Bawah 5/5 Sensibilitas : Normal Reflek :


Refleks Fisiologis
Biseps Brachioradialis Patella Achiles

Dextra/Sinistra
+ N/ +N + N / +N + N / +N + N / +N

Refleks Patologis Babinski

Ekstremitas Dextra -

Ekstremitas Sinistra -

Chaddock
Openheim Gordon Schaeffer Hoffman Tromer

Pemeriksaan klonus Paha kaki

Ekstremitas Dextra -

Ekstremitas Sinistra -

NERVUS HASIL PEMERIKSAAN CRANIALIS n. I normal n. II normal n. III, IV, VI Refleks pupil direct +/+, indirect +/+, ptosis (-/-), gerakan bola mata normal n. V Normosthesia n. VII Normal , lagoftalmus (-) n. VIII Tuli (-) n. IX, X Deviasi uvula (-) n. XI Sulit di evaluasi n. XII Deviasi lidah (-)

Tanda Rangsang Selaput Otak Kaku kuduk : (-) Kernig test : (-) Brudzinsky I : (-) Brudzinsky II : (-)

DIAGNOSIS
EPILEPSI

TERAPI
Dilantin

3 x 120 Depacote 2 x 500 Vit B6 1x1

PEMBAHASAN

gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala
kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan)

Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit cerebrovaskular Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th

pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi. pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th).

PATOGENESIS
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitori

Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (benzodiazepin)

Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

DIAGNOSIS

Pasien didiagnosis epilepsi jika memiliki kejang berulang, spontan/tiba-tiba, dan singkat.
Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
EEG CT-scan MRI

KLASIFIKASI

Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi :


kejang umum (generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersamasama kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak

LANJ..
Kejang umum terbagi atas:

Tonic-clonic convulsion = grand mal merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur

LANJ...

Abscense attacks = petit mal jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari Myoclonic seizure biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal Atonic seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered

LANJ...
Kejang parsial terbagi menjadi :

Simple partial seizures pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh Complex partial seizures pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

TERAPI
Kejang Umum (generalized seizures) Kejang parsial Drug of choice Tonic-clonic Abscense Etosuksimi d Valproat Clonazepa m Lamotrigin Myoclonic, atonic Valproat

Karbamazepi Valproat n Karbamaze Fenitoin pin Valproat Fenitoin Lamotrigin Lamotrigin Gabapentin Topiramat Topiramat Primidon Tiagabin Fenobarbita Primidon l Fenobarbital

Alternativ es

Klonazepa m Lamotrigin Topiramat Felbamat

PRINSIP TERAPI

Monoterapi. Hindari penggunaan AED sedatif. Apabila dengan non sedatif kurang maksimal, bisa ditambahkan yang sedatif. Berikan terapi sesuai jenis epilepsinya. Penggunaan obat sehemat mungkin, bila perlu penggunaan dalam jangka pendek.

LANJ...
mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien penting : kepatuhan pasien ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi) lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien

ALGORITMA TATALAKSANA EPILEPSI

Diagnosa positif Mulai pengobatan dg satu AED Pilih berdasar klasifikasi kejang dan efek samping Sembuh ? Tidak Efek samping dapat ditoleransi ?
Ya Tidak
Turunkan dosis Tambah AED 2

Ya Efek samping dapat ditoleransi ?


Ya Tidak

Kualitas hidup optimal ?


Ya
Lanjutkan terapi

Turunkan dosis
Pertimbangkan, Atasi dg tepat

Tingkatkan dosis

Tidak

Hentikan AED1 Tetap gunakan AED2

Sembuh?
Ya Tidak

lanjut

lanjut

lanjutan Lanjutka n terapi Tidak kambuh Selama > 2 th ? ya tidak Tidak sembuh

Efek samping dapat ditoleransi ?


Tidak
Hentikan AED yang tdk efektif, Tambahkan AED2 yang lain Sembuh ? Y a Lanjutkan terapi Tidak

Ya

Tingkatkan dosis AED2, cek interaks Cek kepatuhan

Hentikan Kembali ke pengobatan Assesment awal

Rekonfirmasi diagnosis, Pertimbangkan pembedahan Atau AED lain

WASSALAMUALAIKUM WR. WB.


Terima kasih, semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai