Anda di halaman 1dari 35

Fenomena Pengalihan Fungsi Hutan di Kal-Bar Menjadi Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Irma Sri Rezky


Eka Pratama Kurniawan Ayu Arini

D141 12 025
D141 12 026 D141 12 027

Rezky Akbar
Dwi Farastika

D141 12 028
D141 12 029

Definisi Hutan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.

Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.

Jenis-Jenis Hutan Berdasarkan Fungsinya


Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Hutan konservasi terdiri atas :


Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru.

Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonversikan (HPK).

Manfaat Hutan
Manfaat Ekonomi
Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi. Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.

Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.

Manfaat Klimatologis

Hutan dapat mengatur iklim

Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi kehidupan.

Manfaat Hutan
Manfaat Hidrolis Dapat menampung air hujan di dalam tanah Mencegah intrusi air laut yang asin Menjadi pengatur tata air tanah

Manfaat Ekologis Mencegah erosi dan banjir Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah Sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

Hutan di Kal-Bar
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribu kotakan Pontianak serta terkenal dengan provinsi seribu sungai. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km (7,53% luas Indonesia) merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sebagai provinsi yang geografisnya terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis serta topografi yang luas, perkembangan sektor perkebunan di Kalimantan Barat dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dalam skala perkebunan besar, produksi terbesar di Kalimantan Barat adalah tanaman kelapa sawit, dan untuk perkebunan rakyat, karet adalah komoditas utama yang menjadi primadona.
Karet dan kelapa sawit merupakan bentuk usaha yang dipilih karena hasil yang sangat menjanjikan. Sekitar 60% lahan yang ada di Kalimantan Barat kini telah beralih fungsi menjadi perkebunan. Lahan terluas yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat yaitu di kabupaten Sanggau dengan luas lahan 63.238 Ha, untuk peringkat kedua yaitu di kabupaten Ketapang dengan luas lahan 49.936 Ha, dan untuk terluas ketiga yaitu kabupaten Sekadau dengan luas lahan 24.634 Ha.

Dampak Positif dari Perkebunan Kelapa Sawit

Menyerap tenaga kerja Menambah pendapatan negara

Dampa Negatif dari Perkebunan Kelapa Sawit


Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.

Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan akibat lain seperti menyebabkan penyakit pernafasan bagi penduduk sekitar.
Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.

Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.

Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.

Hilangnya budaya masyarakat di sekitar hutan khususnya di Kalimantan Barat.


Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Praktek konversi hutan alam untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan konversi berubah menjadi lahan terlantar berupa semak belukar dan/atau lahan kritis baru, sedangkan realisasi pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak sesuai dengan yang direncanakan.

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KONFLIK YANG MENYERTAINYA

Berdasarkan data Kasdam XII Tanjungpura bahwa konflik lahan yang ada di Kalimantan Barat cukup kencang saat ini sudah ada 84 kasus yang menyangkut lahan perkebunan. Dari 84 kasus tersebut, biasanya yang paling sering terjadi yaitu masyarakat adat dengan perkebunan, pemilik lahan dengan pemerintah, perusahaan dengan pemerintah, masyarakat dengan masyarakat dan karyawan dengan perusahaan. Salah satu contoh kasus yaitu persoalan di Kawasan Hutan adat Seruat Dua Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat mengenai konflik antara masyarakat dan perusahaan kelapa sawit. Karena masyarakat resah akan lahan yang telah dirambah untuk perkebunan sawit. Hal ini menjadikan mereka akan kesulitan mendapatkan air tawar pada saat kemarau datang setelah hutan itu gundul dikarenakan hutan itu adalah sumber air tawar bagi masyarakat.

Hal yang paling dikritisi adalah pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan skala besar. Misalnya saja, target untuk luasan pembukaan perkebunan kelapa sawit yaitu 1,5 juta Ha. Kebun yang sudah ditanam dan telah dikelola mencapai 900 ribu hektar. Tetapi faktanya proses perizinan kini sudah mencapai 4,8- 4,9 juta Ha. Luas perkebunan yang masih dalam proses perizinan yang jauh lebih luas dari target itu akan kembali merusak hutan di Kalbar. Target yang 1,5 juta hektar itu sebenarnya prioritas untuk lahan kritis dan tidak produktif. Tetapi jika izin nanti melebihi target, bisa dipastikan jika yang diambil itu bukan hanya lahan kritis. Pasti di dalamnya ada tanah yang masih punya hutan, ada hutan produksi, dan lahan gambut. Wilayah yang dikelola masyarakat menjadi semakin sempit.

KASUS KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN BARAT

Di Kalimantan Barat Sinar Mas memperluas operasinya di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum - sebuah situs lahan basah yang diakui secara internasional. Penilaian yang dilakukan oleh Flora dan Fauna Internasional (FFI) mengungkapkan bahwa pada tahun 2009 Sinar Mas telah membangun kanal-kanal saluran di wilayah areal perkebunan untuk mengeringkan rawarawa gambut dan menggantinya dengan perkebunan kelapa sawit.

KASUS KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN BARAT

Menurut Kepala Taman Nasional, mengusik dan mencemari lahan basah akan sangat merusak dan mempengaruhi kualitas Sungai Kapuas yang menjadi sumber dari 70% air bersih Kalimantan Barat, suplai ikan di mana masyarakat sekitar menggantungkan kehidupannya.Penyelidikan Greenpeace telah mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Sinar Mas telahnterus-menerus melanggar hukum dan peraturan kehutanan Indonesia dalam pembukaan lahan hutan untuk sejumlah perkebunan kelapa sawit. Greenpeace merilis bukti tersebut pada akhir tahun 2009 yang menunjukkan bahwa Sinar Mas telah gagal mematuhi peraturan Departemen Kehutanan dalam beberapa kasus dan gagal untuk mengajukan permohonan izin yang dikenal sebagai Izin pemanfaatan (IPK), sebelum pembukaan hutan di sejumlah areal perkebunan Taman Nasional Danau Sentarum di Kalimantan Barat.

Prinsip dalam mengeksploitasi hutan


Maximum sustaianable yiedls : menggunakan biaya seminimal mungkin untuk hasil tertentu tanpa merusak kelestarian Tiap periode tidak terjadi penurunan atau kekosongan produksi Memperhatikan penyelamatan tanah dan air

Mengutamakan perlindungan alam

Pengaturan penebangan
Pengaturan batas diameter Rotasi tebang Etat (jumlah yg dibenarkan untuk ditebang pada tiap periode) tebang : Volume & Luas

Pengaturan sempurna (fully regulated) konsep manajemen hutan Yaitu distribusi areal menurut kelas umur dan umur yang paling tua adalah umur rotasi (areal kelas umur paling tua digantikan oleh kelas umur dibawahnya

Penentuan Waktu Rotasi Optimal ditentukan oleh :


Biaya penanaman Harga kayu yang ditebang Tingkat diskonto Pola pertumbuhan kayu yang dihubungkan dengan variabel usianya

Gambar Areal perkebunan kelapa sawit menurut kepemilikan, 1985-1999

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Casson (2000)

METODE PEMBUKAAN LAHAN


Sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejarah deforestasi. Praktek pembersihan lahan : Jutaan hektar hutan di buka dan diambil kayunya. Pohon-pohon yang kecil beserta ilalang kemudian dibakar sehingga menimbulkan kebakaran api sarana yang paling cepat & murah. Penegakan hukum lemah puluhan perusahaan menggunakan api untuk melakukan pembersihan lahan termasuk peningkatan pH tanah Pada tahun 2001, Manager PT Adei Plantation berkebangsaan Malaysia dihukum 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Kampar tahun 2001 karena terbukti memerintahkan pembakaran lahan untuk menaikkan ph tanah menjadi 5- 6 agar dapat ditanami kelapa sawit

1. METODE PEMBAKARAN (Metode tidak konservatif)

2. TANPA PEMBAKARAN
(Metode konservatif)
Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah yang memiliki topografi yang berbeda-beda

Bekas ladang berpindah yang ditinggalkan daerah bekas alang-alang, atau bekas perkebunan
Yang perlu diperhatikan

tetap terjaganya lapisan olah tanah urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya
identifikasi vegetasi
ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual mekanis atau secara mekanis

2. TANPA PEMBAKARAN
(Metode konservatif)
Pada daerah alang-alang:

mekanis membajak dan menggaru khemis menyemprot alang-alang dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate
Konversi : membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain
Pembukaan lahan tanpa bakar cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan

Keuntungan metode pembukaan lahan tanpa bakar :


mempertahankan kesuburan tanah,

menjamin pengembalian unsur hara,


mencegah erosi permukaan tanah, dan membantu pelestarian lingkungan.

Tidak terjadi pelepasan karbon hasil pembakaran ke atmosfer sehingga menahan terjadi global warning dan perubahan iklim (climate changes)

SOLUSI
pemerintah daerah perlu ekstra hati-hati dalam menerbitkan ijin konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit rujukan utama dalam pengambilan keputusan: Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. S.599/Menhut-VII/2005 tertanggal 12 Oktober 2005 tentang Penghentian/Penangguhan Pelepasan Kawasan pemerintah perlu memberikan sanksi yang tegas dan jelas terhadap pihak pelaku kegiatan konversi hutan yang tidak bertanggung jawab

menghentikan konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit mengganti hutan alam dengan lahan kritis/terlantar
perencanaan tata ruang yang tepat dan perencanaan praktikpraktik perkebunan yang lestari dan bertanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai