Anda di halaman 1dari 7

Intisari

Sifat Dasar dari Pemikiran Kreatif Sebuah pandangan mengatakan bahwa pemikiran kreatif adalah sebuah pemikiran bercabang, kemampuan untuk menghasilkan sebuah solusi yang bervariasi dari suatu masalah yang terkadang aneh dan tidak biasa. Pemikiran bercabang ini berbeda dengan pemikiran terpusat, kemampuan menghasilkan solusi yang baik bagi suatu masalah. Mengingat instruksi sangat menhargai pemecahan masalah secara pemikiran kreatif maka, anak-anak yang kreatif cenderung terabaikan. Pemikiran bercabang mempunyai empat buah fitur, yaitu : (1) kefasihan, kemampuan menghasilkan aneka respon, tanpa interusi eksternal, terhadap sebuah stimulus atau masalah. (2) fleksibilitas, kemampuan untuk mendekati suatu masalah dari berbagai sudut tanpa terpaku pada sebuah sudut tertentu. (3) orisinalitas, kemampuan menciptakan sebuah respon unik dan tidak lazim. (4) keluasan, kemampuan menambahkan kekayaan atau aneka detail terhadap sebuah respon. Para ahli mencoba mengadakan tes tentang kegunaan batu bata, seseorang bisa menyarankan berbagai kegunaan dari objek tersebut sebagai berikut: untuk membuat tembok, bahan pembuat dinding, penahan pintu, penindih kertas, sebuah senjata bahkan hadian untuk teman. Dari masalah tersebut tingkat kefasihannya adalah jumlah kegunaan yang ia pikirkan untuk objek tersebut, fleksibelitasnya adalah ada empat kategori kegunaan objek tersebut yang merujuk pada daya berat yang ia pikirkan, orisinalitasnya adalah seberapa unik dan tidak lazimnya respon yang ia berikan yaitu untuk senjata atau hadiah untuk teman. Beberapa tes kreatifitas berusaha menetapkan norma atau informasi yang dibutuhkan dalam menciptakan perbandingan dalam sebuah kelompok yang besar. Mengukur tingkat orisinalitas memiliki hambatan tertentu bagipara ahli psikologi karena orisinalitas yang digunakan dalam tes-tes psikologi hanya merujuk pada seberapa sering gagasan itu muncul dalam sekelompok besar orang. Sedangkan orisinalitas personal, dirujukan seberapa unik dan tidak lazimnya sebuah gagasan bagi individu tertentu, terlepas dari gagasan tersebut tidak lazim dan unik bagi orang lain. Menganjurkan Kreatifitas kepada Para Siswa Para guru dapat menganjurkan kreatifitas kepada siswa dengan menyadari keberadaan kreatifitas tersebut setiap kali ia muncul. Dengan menggunakan teknik-teknik khusus semisal

pengilhaman dan dengan menggunakan program-program komersial yang membantu perkembangan kreatifitas. Sebuah Studi Kasus Sebuah studi kasus dilakukan untuk melihat seberapa baik sesorang mengolah sebuah informasi. Ada beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang dewasa secara tepat, padahal pemecahan masalah tersebut tidaklah membutuhkan pengetahuan khusus. Tetapi, pemecahan masalah tersebut hanya perlu ketrampilan dalam mengilah informasi yang ada.

Membuat Instruksi Menjadi Lebih Efektif


Guru mempunyai tantangan dalam mengajar dikelas yaitu guru harus mampu menciptakan serangkaian hasil-hasil umum dan disesuaikan dengan singkatnya waktu yang dimiliki antara guru dan murid. Adabeberapa cara yang dapat digunakan oleh guru, yaitu: PERENCANAAN INSTRUKSIONAL DENGAN TUJUAN-TUJUAN YANG BERORIENTASI PADA PERILAKU Keuntungan darI Tujuan-tujuan yang Berorientasi pada Perilaku Tujuan yang berorientasi pada perubahan perilaku-perilaku spesifik yang harus ditunjukan oleh para siswa disebut juga tujuan-tujuan behavioral. Karena sifatnya yang ambigi, tujuan umum terkadang menghambat perencanaan dan keberhasilan instruksi. Dalam tujuan behavioral terdapat adanya penekanan yang jelas tentang tujuan apakah yang diharapkan. Keuntungan dari adanya tujuan behavioral adalah mencegahterjadinya kebingungan atau ambiguitas, serta memfokuskan para guru dan murid terhadap apa yang sesungguhnya dilakukan oleh siswa ketika mereka sedang belajar, bukannya apa yang dilakukan oleh guru ketika mereka sedang mengajar.

Beberapa elemen dari Tujuan-tujuan Behavioral yang Baik


Mager menjelaskan tiga buah kriteria berikut:

1. Tujuan-tujuan behavioral harus menspesifikasikan apa yang harus dilakukan atau dikatakan oleh para siswa dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut. Biasanya tujuan behavioral menekankan kata-kata seperti: gambarkan, tunjukkan, tuliskan dan sejenisnya. 2. Tujuan-tujuan behavioral harus menyatakan tingkatan minimal dari sebuah perilaku yang diharapkan. Contohnya seperti siswa harus menyebutkan 4 alasan dikembangkannya fusi nuklir. Pertanyaan dalam bentuk hitungan atau jumlah akan membantu siswa lwbih jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan diselesaikan. 3. Tujuan behavioral harus menyatakan kondisi dimana yang diharapkan harus ditampilkan. Dalam hal ini guru harus mampu menegaskan kapan perilaku yang diharapkan harus ditampilkan, apakah tugas dirumah atau tugas disekolah. Kritik terhadao Tujuan-tujuan Behavioral Pernyataan yang Terlalu Detail Menyatakan tujuan dengan terlalu detail tentu saja juga bisa menimbulkan dampak yang terlalu jauh. Karena ada beberapa asumsi yang sebenarnya memang sudah sama-sama diketahui baik oleh guru maupun oleh siswa jadi penyampaian pernyataan yang terlalu detail rasanya akan sangat mengganggu. Para pendukung pendekatan behavioral ini berpendapat bahwa para guru terlalu banyak berasumsi, jadi penjelasan mengenai pendekatan behavioral akan sangat membantu membatasi asumsi-asumsi tersebut. Tujuan yang Kaku Para guru berhak untuk peduli terhadap para anak didiknya sudah memahami hamper semua, sebagian atau semua elemen pada topic tersebut. Namun apakah guru akan tetap peduli jika standar pemahaman yang dibutuhkan 80 persen dan hasil pemahaman yang dipahami siswa hanya 79 persen? Secara umum, menspesifikasikan sebuah standar juga menyertakan sebuah tanggung jawab untuk tetap bersikap masuk akal. Tujuan yang Sepele Penggunaan ketelitian yang tegas terkadang banyak mengundang krutik dengan beberapa alasan lain. Terkadang guru sering menganalisa atau menguraikan suatu bahasan dalam bs=ahasa perilaku dan analisa-analisa tersebut berimplikasi pada tujuan-tujuan behavioral yang spesik.

Hilangnya Fleksibilitas dan Spontanitas Bekerja dengan sebuah daftar yang berisikan tujuan-tujuan spesifik seringkali mencegah fleksibilitas, karena daftar tersebut terlalau memfokuskan mereka pada perencanaan yag mereka susun.

TRANSFER PENGETAHUAN Seorang guru bukan hanya memberi materi pengetahuan pada siswa tetapi juga harus bisa bagaimana caranya agar pengetahuan yang diberikan kepada siswa dapat diaplikasikan oleh siswa tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Hal demikian disebut juga sebagai transfer pengetahuan. Teori Transfer Secara historis, teori transfer terpusat pada dua sudut pandang, masing-masing dengan implikasinya dalam pembelajaran. Teori Disiplin Formal Teori awal dari transfer adalah doktrin tentang disiplin formal. Dalam sudut pandang ini, pikiran manusia dari beberapa fakultas atau kemampuan umum, yang bisa dilatih dengan mempelajari materi-materi dari mata pelajaran tertentu. Edward L. Thorndike pernah menentang teori transfer karena dalam pengujian yang ia lakukan tentang disiplin formal dengan membandingkan nilai IQ dalam mata pelajaran formal. Thorndike menemukan bahwa hanya sedikit, kalaupun ada, perolehan angka IQ yang bisa dilacak dalam setiap mata pelajaran disekolah. Para siswa yang mengambil mata pelajaran tertentu khususnya ilmu pengetahuan alam, bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dalam mata pelajaran lain dikemudian hari, namun sejak awal mereka juga menunjukan kemampuan yang lebih tinggi bagi semua mata pelajaran. Teori Elemen Identik Penemuan Thorndike di atas melahirkan sebuah teori transfer yang lebih terbatas yaitu elemen identik. Dalam pandangan teori ini, transfer hanya muncul pada tingkatan dimana aspek-aspek atau elemen-elemen, dari proses belajar mengajar diidentikan dengan aspekaspek dimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan.

Teori Prinsip-prinsip Umum Sebuah proses transfer menawarkan sejumlah generalisasi yang relevan yang mungkin bisa diaplikasikan dalam beberapa tugas-tugas baru dikemudian hari. Dalam sebuah aktivitas pemecahan masalah, pelajar membawa banyak aturan umum yang harus mereka aplikasikan pada tugas yang baru dan serupa. Terkadang proses transfer tidak terjadi secara otomatis dan tugas para guru adalah membimbing para siswa untuk menemukan prinsip-prinsip tersebut.

Aplikasi Transfer Instruksional Kesamaan elemen Para guru harus sebanyak mungkin mencoba membuat situasi dalam proses belajar mengajar serupa dengan situasi masa depan dimana pembelajaran itu sekiranya kan digunakan. Berusaha untuk membuat situasi dalam sebuah proses belajar semirip mungkin dengan situasi aplikasinya akan membantu para guru dalam memastikan transfer positif, aplikasi yang tepat dari perilaku-perilaku baru yang di pelajari. Transfer negative adalah sebuah generalisasi repon yang tidak tepat. Transfer negative sangat mungkin akan muncul ketika masala-masalah atau situasi-situasi dalam sebuah proses belajar terlihat mirip dengan situasi aplikasi, namun pada kenyataannnya masih membutuhkan respon yang berbeda dengan alsan yang tidak kentara. Pembelajaran yang berlebihan Sebuah kecakapan akan mengalami pembelajaran yang berlebihan ketika latihan terhadap kecakapan tersebut tidak membawa dampak perkembangan yangs segera. Manfaat dari latihan yang berlebihan memang akan dating dalam jangka pangjang. Akan tetapi, bagi para siswa, jangka panjang bisa jadi berarti ratusan tahun lagi. Organisasi materi Proses pembelajaran akan lebih mudah ditransfer jika informasi yang harus di pelajari ara siswa di presentasikan dalam sebuah cara yang terorganisasi. Nilai dari materi yang terorganisasikan akan beraplikasi dalam seluruh tahap pendidikan di sekolah. Prinsip dasar dalam mengorganisasikan materi bisa digunakan bersama beberapa metode pengajaran lain.

Penjelasan lanjutan Penejelasan lanjutan jauh lebih umum dibandingkan dengan sekedar kesimpulan umum, bisa dipergunakan untuk membantu memperkenalkan materi-materi baru dan mengklarifikasikan hubungan antara materi-materi yang sudah di pelajari dan materi-materi baru. Penejelasan lanjutan, kesimpulan dan gambaran umum memiliki beberapa kesamaan pada kualitaskualiatas tertentu. Ketiga-tiganya sama-sama mampu membantu para siswa menyusun sebuah bentuk system arsip mental tentang hal-hal yang sudah mereka pelajari.

INGATAN TERHADAP PENGETAHUAN Teori tentang lupa Lupa sebagai sebuah motif Teori psikodinamis menunjukan fakta bahwa kita cendrung lupa akan beberapa hal tertentu untuk tujuan tertentu, meskipun kita sangat mungkin melakukannya tanpa sadar. Lupa sebagai sebuah gangguan Menurut sebuah pendpat yang secara umum sudah di yakini kebenarannya, sikap lupa lebih merupakan hasil dari gangguan antara ingatan baru drngan ingatan lama, ketimbang hilangnya ingatan lama. Lupa sebagai sebuah perubahan dalam persepsi Menurut pandangan ini, ingatan dapat disamakan dengan persepsi, dan bukan sekedar asosiasi verbal sebagaimana dikatakan oleh teori gangguan diatas. Sama seperti pola-pola visual tertentu yang saling memiliki satu sama lain, ingatan dan gagasan tertentu juga sangat mungkin membentuk sebuah kesatuan yang saling terkait, ingatan dan gagasan tersebut akan lebih mudah di ingat jika mampu membentuk kesatuan yang sedemikian.

Beberapa metode untuk membantu penyimpanan pengetahuan Sampai pada titik ini, seharusnya sudah menjadi jelas bagi kita semua bahwa proses pembelajaran, proses transfer dan ingatan manusia merupakan proses yang saling terkait.

Seorang psikolog, Rothkopf, bahkan menciptakan istilah aktivitas mathamagenic yaitu tindakan-tindakan tertentu dari para siswa yang menyebabkan mereka belajar. Pembelajaran dan transfer Materi yang tidak dipelajari dengan baik tidak akan pernah bisa dipertahankan dan materi yang bisa ditransfer dengan baik tampaknya akan lebih mungkin untuk diingat.

Anda mungkin juga menyukai