Anda di halaman 1dari 16

1

SISTEM KEBUT SEMALAM DI KALANGAN MAHASISWA FKIP MATEMATIKA UNSYIAH

I.

LATAR BELAKANG Mahasiswa sebagai bagian generasi muda dan sebagai manusia dewasa, pada umumnya dianggap sebagai panutan para pelajar, pemuda, masyarakat dan tumpuan harapan orangtua serta kelompok pembaharu (agent of change) tetapi seiring majunya era globalisasi masih saja ada gaya hidup mahasiswa yang suka menundanunda tugas. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebutan akademis untuk siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Pada umumnya kebiasaan menunda ini timbul karena menghindari melakukan hal yang tidak menarik, tidak menyenangkan atau tidak penting. Penudaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering kali dilakukan mahasiswa dalam pengerjaan tugasnya. Kerap sekali mahasiswa menunda tugasnya untuk sesuatu yang tidak produktif dan tidak bermanfaat. Untuk menghilangkan kebiasaan ini perlu adanya perubahan sikap mengenai pentingnya dan tujuan diberikannya tugas kepada mahasiswa. Kadang kadang kompleksitas dan ukuran tugas yang menjadi penyebab menghindari dan menunda mengerjakannya. Seharusnya dapat dibagi-bagi tugas menjadi beberapa bagian yang dapat diselesaikan. Ada kalanya penundaan terjadi karena takut mengalami kegagalan sehingga menghindari untuk memulai mengerjakannya. Ada juga orang yang menunda karena ingin memperoleh hasil yang sempurna dengan standar yang terlalu tinggi untuk dicapai.

SKS alias Sistem Kebut Semalam ini seringkali menjadi alternatif utama mahasiswa ketika menghadapi tugas. Mereka mengerjakan tugas hanya ketika tugasnya telah menumpuk. muncullah istilah Sistem Kebut Semalam. Oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan pengamatan lebih lanjut pada mahasiswa yang menggunakan Sistem Kebut Semalam tersebut.

II.

TUJUAN 1. Mengetahui respon subjek saat mendapatkan tugas. 2. Mengetahui motivasi subjek dalan mengerjakan tugas. 3. Mengetahui cara cara yang digunakan subjek untuk menyelesaikan tugas. 4. Mengetahui pandangan subjek terhadap Sistem Kebut Semalam. 5. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari Sistem Kebut Semalam pada diri subjek.

III.

DASAR TEORI Gaya hidup (lifestyle) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang secara kasat mata, yang menandai sistem nilai, serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam

pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu (Piliang, 2007). Gaya hidup juga merupakan istilah yang digunakan Alfred Adler yang mengacu pada warna kehidupan seseorang. Ini mencakup tujuan pribadi, 2

konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah produk dari interaksi hereditas, lingkungan, dan daya kreatif pribadi (Feist, 2006). Gaya Hidup dipengaruhi oleh: a. Sikap Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. b. Pengalaman dan pengamatan Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek. c. Kepribadian Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. d. Konsep diri Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku. e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif.

f. Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. Menurut Susantoro, mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik dan rasional. Kartono (1985) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggotaa masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain: 1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. 2. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. 3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. 4. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional. Ditinjau dari kepribadian individu mahasiswa merupakan suatu kelompok individu yang mengalami proses menjadi orang dewasa yang dipersiapkan atau mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan keahlian tertentu.

Berdasarkan tahap perkembangan mahasiswa termasuk dalam masa dewasa awal atau dewasa dini karena secara umum seseorang yang menyandang predikat mahasiswa berada dalam rentang usia antara 18 tahun sampai habis masa studinya berdasarkan keahlian tertentu. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa awal merupakan metode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru maka tak jarang kebanyakan mahasiswa terjerumus dalam pengambilan keputusan hidup yang salah karena kurangnya kematangan pribadi dalam diri. Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Sistem Kebut Semalam adalah suatu sistem dimana kita belajar atau mengerjakan tugas semalam suntuk untuk ujian atau tugas hari besoknya. Sistem Kebut Semalam menjadi cara yang belajar yang paling diminati. Kita hanya belajar, bila esok hari ada ujian. Laksana air bah, otak dipaksa menerjang penghalang dan rintangan. Laksana air bah, otak dipaksa menyimpan seluruh materi dan persoalan (Kamdhi, 2001). Teknik teknik tertentu biasa digunakan dalam Sistem Kebut Semalam ini misalnya : menyingkat, mengasosiasikan dengan benda/ kejadian yang akrab ditemui, membuat ringkasan sehingga bisa dapat membuat kita hafal materi yang sedang kita pelajari. Cara belajar ini cocok untuk materi materi hafalan yang memiliki banyak istilah atau tanggal. Untuk gampangnya, kita dapat menghafal tahun- tahun di mata pelajaran sejarah dengan menyamakannya dengan tahun kelahiran nenek kita, atau menghafal istilah istilah yang sulit dalam Bahasa Inggris sambil mengingat ingat istilah yang sulit dalam lagu berbahasa asing favorit kita. Karena 5

hanya membantu kita menghafal, maka, bahan bahan yang kita pelajari akan menguap dengan cepat (Khalida, 2008). Masyarakat kita sekarang telah banyak terkena virus sikap penyakit jalan pintas. Mahasiswa pun dalam belajar terkena virus Sistem Kebut Semalam. Cara semacam ini sifatnya jangka pendek dan semu. Sistem Kebut Semalam benarbenar sudah mendarah daging bagi seorang mahasiswa. Mahasiswa dengan segudang aktivitas kampus, aktivitas di luar kampus sehingga memanfaatkan sistem belajar ini. Bagi mahasiswa, belajar dengan SKS terkadang menjadi solusi yang tepat untuk mata kuliah tertentu. Tidak terkecuali Mahasiswa Fkip Matematika USK. Penyebab seorang mahasiswa menggunakan sistem ini adalah karena mahasiswa kurang mampu memahami tujuan pendidikan atau pembelajaran. Biasanya, mereka menganggap bahwa tujuan pembelajaran hanyalah mencapai nilai maksimal bukan menuntut ilmu. Selain itu, penyebab lain dari penggunaan metode ini adalah mahasiswa cenderung sering menunda mengerjakan tugas dan menunda belajar, sehingga tanpa disadari ujian sudah di depan mata dan mau tidak mau harus belajar semalam suntuk untuk mengerjakan tugas atau belajar. Perilaku mahasiswa yang suka menundanunda untuk memulai mengerjakan atau menyelesaikan tugas disebut Prokrastinasi (Nugrasanti,2006). waktu adalah berkah Tuhan yang paling adil dan konsisten. Setiap insan di bumi ini diberkahi waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu (Sumardi, 2007) Sistem Kebut Semalam ini tidak pernah lepas dari prokrastinasi. Berbagai hasil penelitian menemukan aspek-aspek pada diri individu yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self control), self consciuous, rendahnya self esteem, self efficacy, dan kecemasan sosial. Setiap individu

memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku, yaitu kontrol diri (self control). Menurut Goldfried & Marbaum dalam Muhid (2009), kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Self efficacy didefinisikan sebagai suatu pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini berhubungan dengan situasi yang dihadapi oleh seseorang tersebut dan menempatkannya sebagai elemen kognitif dalam pembelajaran sosial (Muhid,2009). Akibat dari Sistem Kebut Semalam adalah tugas yang kita kerjakan menjadi kurang maksimal, terkesan seadanya. Sedangkan untuk materi pelajaran yang kita pelajari akan cepat menguap begitu saja, sehingga hasil ujian pun menjadi kurang memuaskan.

IV.

SUBJEK / RESPONDEN a) Nama b) Usia c) Jenis Kelamin d) Domisili : Febriza Andhini : 20 tahun : Perempuan : Banda Aceh

V.

SETTING a) Lokasi Observasi & Wawancara : di Jl. Rawasakti timur, Banda Aceh b) Waktu Observasi & Wawancara : Rabu, 17 mei 2013

VI.

RANCANGAN WAWANCARA a) METODE Metode yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur yaitu metode yang dilakukan secara bebas, peneliti tidak menggunakan 7

pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman yang digunakan hanya garis garis besar permasalahan dan peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan. b) ASPEK 1. Respon subjek saat mendapatkan tugas. 2. Cara cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas. 3. Pandangan terhadap Sistem Kebut Semalam. 4. Efek yang ditimbulkan dari Sistem Kebut Semalam.

c) PERTANYAAN 1. Respon Subjek setelah mendapatkan tugas. a. Bagaimana perasaan subjek setelah mendapatkan tugas? b. Kapan subjek menyelesaikan tugasnya? c. Apa yang dilakukan subjek setelah mendapatkan tugas? d. Bagaimana ekspresi subjek setelah mendapatkan tugas? 2. Cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas a. Apa planing yang akan anda lakukan untuk mengerjakan tugas tersebut? b. Bagaimana cara anda untuk menyelesaikan tugas agar tepat waktu yang singkat? c. Hal apa saja yang anda lakukan untuk mendukung menyeesaikan tugas tersebut? d. Bagaimana proses-proses yang anda lakukan dalam mengerjakan tugas? e. Hambatan apa yang anda hadapi dalam mengerjakan tugas? 3. Motivasi dalam mengerjakan tugas a. Kenapa Mengerjakan tugasnya? 8

4. Mengetahui pandangan subjek terhadap Sistem Kebut Semalam. a. Seberapa sering Anda mengerjakan tugas dengan SKS? b. Apakah Anda setuju dengan SKS ? Mengapa? c. Menurut Anda SKS ini lebih banyak segi positif atau negatifnya? Mengapa? d. Apakah SKS ini lebih efektif dari pada mengerjakan secara bertahap? Mengapa? e. Apakah SKS ini memberatkan Anda? 5. Efek yang ditimbulkan dari Sistem Kebut Semalam. a. Berapa lama jam tidur yang Anda korbankan untuk mengerjakan tugas atau belajar dengan SKS? b. Apakah SKS merubah siklus tidur Anda? c. Apakah pengerjaan tugas dengan SKS Anda mempengaruhi kondisi tubuh pada hari berikutnya? d. Apakah SKS yang Anda lakukan berdampak pada kegiatan di esok harinya? e. Apakah perasaan Anda setelah tugas tersebut terselesaikan?

VII.

RANCANGAN OBSERVASI

a) METODE PENGAMATAN Metode yang dilakukan dalam pengamatan ini adalah metode sampling, yaitu mengetahui sistem SKS dari seorang mahasiswa. b) METODE PENCACATAN Hasil dari pengamatan tersebut dicatat dikertas dengan

mementingkan garis-garis besarnya.

VIII. HASIL WAWANCARA 1. Respon subjek saat mendapatkan tugas 9

aduh tugas lagi,tugas lagi. (S1D1Q3) Respon subjek atas perasaannya setelah mendapatkan tugas dari dosennya adalah kesal hal ini bisa dilihat pada : Ya mau gak mau harus dikerjain, kalau nggak nilainya turun Ekspresi yang ada pada diri subjek ketika mendapat tugas adalah kaget, hal ini dapat dilihat pada pernyataan :

Hal yang dilakukan subjek ketika mendapat tugas adalah biasanya merencanakan kapan subjek akan mengerjakan tugas, jadi sujek meyesuaikan antara tugas dan kegiatan yang subjek jalanin. Ini dapat diketahui dari pernaytaan : Biasanya sih dari awal udah ku planningin buat kapan ya bakal ngerjain nih, misalkan dari hari Kamis kira-kira aku ada kegiatan apa, Jumat kira-kira bakal ada kegiatan apa ya caricari waktu kosong buat ngerjain tugasnya. (S1D1Q4)

2.

Motivasi dalam mengerjakan tugas Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa motivasi subjek dalam mengerjakan tugas hanya dikarenakan nilai dan tidak ingin mengulang karena dengan mengulang mata kuliah tersebut subjek merasa waktunya akan tersita banyak dan mempertahankan indeks prestasinya, oleh karena itu subjek ingin nilainya agar tetap bagus,, ini dapat dilihat dari: ya minimal B lah, kalau dapat A Alhamdulillah. Makanya ini buat tugas juga biar ada nilai tambahannya.

10

Subjek juga mengerjakan tugas karena ingin nilainya bagus dan ingin bisa memanajemenkan waktunya dengan baik, hal ini diakui dalam pernyataannya : Pengen kalau dapat tugas langsung kerjain, itulah, kenapa ya berat kali.

3.

Cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas Planning subjek untuk mengerjakan tugsanya ialah dengan cara handal dalam membagi waktu, dengan cara mengerjakan tugas disela kegiatankegiatan yang dilakukan subjek. Hal ini tertuang dalam: Pande-pande bagi waktu, kalau misalnya sore gak ada kegiatan, mulai aja kerjain tugasnya. Cara yang digunakan oleh subjek untuk menyelesaikan tugas tepat waktu adalah dengan lembur,begadang dan mengorbankan waktu tidur subjek. Hal ini diakui subjek dalam pernyataan: mau gak mau begadang, biar hasil maksimal,kadang-kadang enggak tidur, atau tidur jam setengah 6, bangunnya jam 7 pagi. Proses yang dilakukan oleh subjek dalam menghadapi tugas adalah membuat planning terlebih dulu pada saat tugas tersebut dibagikan. Hal tersebut dilakukan oleh subjek agar subjek sudah dapat mempertimbangkan pembagian waktu yang akan digunakan untuk berorganisasi dan untuk mengerjakan tugas: planningnya ada, tapi pas mau dikerjain, jadi malas. Hambatan yang dialami subjek dalam mengerjakan tugas adalah waktu yang terlalu sempit dan kondisi tubuh yang sudah lelah karena kegiatannya. Dijelaskan dalam kalimat ini: tugas buat rpp gtu, gak susah, Cuma buat capeknya minta ampun 11

4. Pandangan terhadap Sistem Kebut Semalam Pandangan subjek terhadap SKS yang memberatkan dirinya adalah ketika subjek memiliki kegiatan dalam organisasinya yang menguras banyak tenaga fisik dan ketika pada saat yang sama tugas sudah mendekati deadline. Penjelasan tersebut tercantum pada: Kadang, waktu luangnya tu sering kepake untuk jalan-jalan karena udah selesai tugas satunya, padahal masih banyak tugas lainnya, tapi ya bela-belain jalan-jalan. Subjek tidak membenarkan apabila SKS adalah cara terbaik dalam mengerjakan tugas, tapi kondisi yang menuntun untuk melakukan demikian, ini dapat dilihat pada : gak setuju, tapi yam au gak mau harus kayak gitu, biar maksimal hasilnya. Efek yang ditimbulkan dari Sistem Kebut Semalam Subjek mengakui bahwa siklus tidur subjek terganggu akibat mengerjakan tugas dengan Sistem Kebut Semalam. Biasanya subjek mengorbankan banyak waktu tidur untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Subjek hanya tidur 1-2 jam untuk mengerjakan tugas dengan Sistem Kebut Semalem hal ini diakui dari pernyataan subjek : adeh, sering gak tidur malah, kalau tidur pun paling Cuma 1 jam atau 2 jam. Pengerjaan tugas dengan menggunakan SKS bisa membuat fisik subjek tidak fit dikemudian harinya. Akibat dari berkurangnya waktu istirahat. Hal ini dijelaskan pada: bela-belain datang kuliah yang masuk jam 8. Ya karena semalam udah begadang, jadi pas masuk, ngantuk berat.

5.

12

Subjek mengatakan bahwa dengan SKS yang subjek lakukan berdampak terhadap kegiatan yang harus subjek jalanin diesok harinya, hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan: Sangat-sangat merubah, apalagi tidurnya. Perasaan yang dialami subjek ketika tugas terselesaikan adalah lega, dapat dilihat dari kutipan berikut ini : senang lah, tapi ya itu. Cuma sebentar senangnya, nanti tugasnya ada lagi

IX.

HASIL OBSERVASI Observasi dilakukan selama subjek mengerjakan tugas yaitu tugas laporan praktikum proyektif. Lama waktu observasi adalah 60 menit. Pengerjakan tugas laporan praktikum ini oleh subjek dimulai pukul 14.00 15.00 WIB. Dari observasi yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Dapat dilihat bahwa subjek menunjukkan perilaku Sistem Kebut Semalam (SKS) dalam pengerjaan tugas mata kuliahnya. Subjek

menggunakan SKS dikarenakan dipenuhi oleh berbagai kesibukan sehingga subjek suka menunda-nunda tugas yang harus dikerjakannya hingga waktu yang deket dengan deadline. Karena observasi kali ini dilakukan dengan metode sampling, selama observasi dilakukan, observer hanya mencatat perilaku satu orang saja. Subjek menggunakan baju berwarna pink dengan rock dan kerudung berwarna pink.

X.

HASIL ANALISIS Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan observasi dan wawancara didapatkan hasil yang sesuai antara perilaku dan ucapannya, terdapat keselarasan antara observasi dan wawancara yang dilakukan. Tidak ditemukan adanya keganjilan.

13

Dari hasil observasi, subjek sedang melakukan SKS dikarenakan tugas yang sedang dikerjakannya dikumpulkan esok hari. Subjek cenderung melakukan SKS dikarenakan kebiasaan subjek menunda-nunda tugas dikarenakan berbagai kesibukannya. Dalam pengerjaan tugas kali ini subjek disibukkan oleh tugas membuat games untuk pembelajaran disekolah. Subjek terlihat duduk santai sembari mengerjakan tugas. Dari hasil wawancara mengenai subjek dengan SKS, respon subjek saat mendapatkan tugas, subjek melakukan SKS karena mengesampingkan tugas dan sibuk dilain hal. Subjek banyak punya rencana untuk mengerjakan tugasnya tetapi karena sering menunda-nunda akhirnya kondisi waktu dan keadaan membuat subjek melakukan SKS. Motivasi subjek untuk melakukan tugas hanya dikarenakan tidak ingin mengulang mata kuliahnya dan mendapatkan nilai minimal B.Cara subjek mengerjakan tugas diwaktu yang mepet adalah dengan lembur hingga pagi hari atau bahkan tidak tidur. Subjek tergolong cukup sering melakukan SKS. Dikarenakan sering melakukan SKS, efek yang ditimbulkan SKS itu sendiri adalah merubah pola tidur subjek dan kondisi tubuh subjek dikeesokan harinya.

XI.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulan : Gaya hidup (lifestyle) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu (Piliang, 2007). Mahasiswa sendiri merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik dan rasional (Susantoro). Terdapat banyak gaya hidup dikalangan mahasiswa, salah satunya adalah mengerjakan tugas dengan Sistem Kebut Semalam. Sistem Kebut Semalam adalah suatu sistem dimana kita belajar atau mengerjakan tugas semalam suntuk untuk ujian atau tugas hari besoknya 14

(Kamdhi, 2001). Telah ditemukan adanya perilaku Sistem Kebut Semalam dalam pengerjaan tugas subjek . Ini dapat dilihat dari cara dan proses subjek dalam pengerjaan tugas, subjek positif melakukan Sistem Kebut Semalam. Mahasiswa yang melakukan SKS biasanya memulai perilakunya dengan tujuan awal ingin melakukan tugasnya tepat waktu tetapi dikarena banyak kegiatan dan hal lainnya seperti kegiatan yang menganggu, perilaku tersebut terus berlanjut sehingga menjadi kebiasaan, sehingga sulit untuk dihilangkan. Motivasi yang digunakan dalam pengerjaan tugas hanya sekedar mendapatkan nilai dengan cara yang sesederhana dan semudah mungkin. Sistem Kebut Semalam tidak pernah lepas dari Prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self control), self consciuous, rendahnya self esteem, self efficacy, dan kecemasan sosial. Mahasiswa yang telah terbiasa melakukan SKS, meskipun telah mengetahui lebih banyak dampak negatif dari SKS, bahkan telah merasakan sendiri dampak negatif tersebut pada dirinya, tetap saja mengerjakan tugas dengan SKS. Kegiatan Organisasi yang cukup menyibukan merupakan faktor yang memegang peranan penting subjek dalam hal pengerjaan Sistem Kebut Semalam. Dikarenakan terbiasa menunda tugas subjek merasa SKS adalah opsi terakhir yang mau ga mau harus dilakukan dalam pengerjaaan tugas. SKS membawa dampak terhadap siklus tidur dan perubahan kondisi tubuh dikesokkan harinya, tubuh terasa lelah dan kurangnya tidur mengganggu kegiatan diesok harinya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara Suciati dkk, Teori Belajar dan motivasi, 2001, proyek pengembangan UT Ditjen, PT. Dep. Pendidikan Nasional. Susanto, A.B. (2001).Potret-potret gayahidup & citra metropolis. Jakarta: Kom-pas www,google.com www. Scribd.com http://id.wikipedia.org/

16

Anda mungkin juga menyukai