Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SIKLAMAT DENGAN METODE KCKT

ANGGOTA KELOMPOK :

Vidya Nur Agustina Aisyah Putriani Oktaviana Prasetya Hijrofayanti

( G1F011048 ) ( G1F011050 ) ( G1F011052 ) ( G1F011054 )

PENDAHULUAN
Penggunaan bahan sintetik semakin diminati di berbagai lapisan masyarakat,termasuk kalangan industri. Tingkat kemanisan serta harga yang ekonomis menjadipenyebab berbagai kalangan lebih tertarik menggunakan pemanis sintetik tersebutdibandingkan pemanis alami yang cenderung lebih mahal.Siklamat merupakan pemanis sintetis non-kalori yang paling besar jumlahnyadikonsumsi di Indonesia. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,penggunaannya hanya diperbolehkan untuk pasien diabetes ataupun orang yangmembutuhkan makanan berkalori rendah (Farida, 1989). Tetapi pada kenyataannyapenggunaan siklamat semakin meluas pada berbagai kalangan dan beragam produk(Winarno dan Birowo, 1988).Penggunaan siklamat sempat dilarang dibeberapa Negara di dunia seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris pada tahun 1970an. Alasan pelarangan didasarkanatas dugaan adanya sifat karsinogenik yang disebabkan oleh hasil uraiannya berupa sikloheksamin.

Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid chromatography, HPLC)


merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detector serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatogram memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa

HPLC
KELEBIHAN
Mampu memisahkan molekulmolekul dari suatu campuran dengan daya memisah yang tinggi. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis. Dapat digunakan bermacanmacam detektor dengan kepekaan yang tinggi. Kolom dapat digunakan kembali. Waktu analisa cukup singkat.

KEUTUNGAN
HPLC dengan prinsip kromatografi banyak digunakan pada industri farmasi dan pestisida. Zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair. Asam-asam nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapis zat berpori. Morfin, heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin ZipaxSAX.

PREPARASI SAMPEL
Sebelum memasuki prosedur kerja, percobaan ini diawali dengan preparasi sampel. Pertama-tama sampel agar-agar harus diencerkan 5 kali. Pengenceran dilakukan dengan mengambil 2,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Selanjutnya, ditambahkan aquabidestilata sampai tanda dan disaring. Pengenceran dilakukan agar sampel yang berbentuk agar-agar dapat mengandung banyak air sehingga saat penyaringan, air agar-agar yang mengandung siklamat dapat diambil dalam jumlah yang banyak untuk dilkukan pengujian menggunakan KCKT.

PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja diawali dengan pembuatan berbagai larutan diantaranya fase gerak, larutan stok siklamat baku, dan larutan baku siklamat. Fase gerak dibuat dengan mencampurkan metanol dan air dengan perbandingan 30 : 70 (v/v). Larutan stok siklamat baku: Ditimbang 100 mg baku siklamat kemudian dilarutkan dalam aquabidestilata sampai volume 100 mL. Pembuatan larutan untuk baku siklamat: dari larutan stok dipipet 1,0; 2,0; 40; 6,0; 8,0; dan 10,0 mL masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL lalu ditepatkan volumenya dengan aquabidestilata sehingga diperoleh konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/mL. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.

Kemudian dilakukan uji ketelitian dengan cara disiapkan lima larutan baku siklamat 0,5 mg/mL dan disuntikkan ke KCKT, uji ketelitian ini dimaksudkan agar sampel yang akan diuji akan menghailkan nilai yang valid dan akan dicatat luas area dan waktu retensi masingmasing puncak untuk kemudian dihitung koefisien variasinya. Uji ketepatan dilakukan dengan metode addisi yaitu dengan menghitung persentase recovery. Uji recovery dilakukan dengan memasukkan 1,0 mL larutan baku siklamat 0,5 mg/mL ke dalam 2,0 mL larutan sampel. Pengukuran kadar sampel dilakukan dengan cara menyiapkan sampel yang telah disaring pada proses preparasi. Selanjutnya, menginjeksikan sampel ke KCKT. Luas area yang diperoleh dicatat untuk menghitung kadar siklamat dalam sampel agar-agar dengan menggunakan persamaan kurva baku.

HASIL
Dengan menggunakan kurva baku siklamat yang telah dibuat, luas area puncak siklamat dalam sampel digunakan untuk menghitung kadar siklamat dalam sampel. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar siklamat dalam sampel sebesar 1,99 7,7.10-4 mg/mL (KV=0,35%). Siklamat aman dikonsumsi asalkan sesuai dengan batas maksimum menurut ADI (acceptable daily intake). LOD dan LOQ ditentukan dengan perhitungan statistik dari kurva baku. Diperoleh nilai LOD dan LOQ berturut-turut sebesar 6,5 x 10-3 dan 0,022 mg/mL. Berdasarkan uji ketelitian diperoleh nilai koevisien variasi (KV) = 0,31 %. Menurut Snyder et al. (1997), nilai KV yang dapat diterima adalah 2%. Dengan nilai KV yang memenuhi persyaratan menunjukkan bahwa ketelitian metode ini dikatakan baik sehingga keterulangan hasil pengukuran dapat dipercaya. Akan tetapi, analisis penetapan kadar siklamat secara KCKT ini belum mampu memberikan hasil yang akurat karena tidak memberikan % recovery yang dapat diterima (80% - 120%). Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya kesalahan sistematik yang berkontribusi terhadap ketepatan hasil analisis.

Anda mungkin juga menyukai