Anda di halaman 1dari 0

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE

PROBLEM SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI


( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang )









Oleh

ZUBAIDAH
102016023875




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M


LEMBAR PENGESAHAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE PROBLEM
SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI
( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang )

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh
Zubaidah
NIM : 102016023875

Pembimbing



Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si
NIP. 19540310 198803 1001




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M














LAMPIRAN





SURAT KETERANGAN
Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah MTs Negeri Cipondoh
Tangerang menerangkan bahwa :
Nama : Zubaidah
NIM : 102016023875
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 18 April 1980
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi : Pendidikan Biologi

Telah melakukan penelitian di MTs Negeri Cipondoh Tangerang pada
tanggal 3 Maret sampai tanggal 24 Maret 2007. Dalam rangka menyelesaikan
skripsi dengan judul : Penguasaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem
Solving.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Tangerang, April 2007
Mengetahui,
a.n Wakil Kurikulum


Drs. Mukhodzin
NIP.




LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Penguasaan Konsep oleh Siswa Melalui Metode Problem
Solving Pada Konsep Sistem Respirasi yang disusun oleh : Zubaidah, NIM :
102016023875, telah diujikan pada tanggal 26 Agustus 2010 dan telah diterima dan
disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
HIdayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi
Biologi.
Jakarta, 17 September 2010
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Baiq Hana Susanti, M.Sc .......................... ............................
Nip. 19700209 200003 2 001

Sekertaris( Sekertaris Jurusan )

Nengsih Juanengsih, M.Pd ........................... ...........................
Nip. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd ............................ ............................
Nip 19681228 200303 1 004

Penguji II

Ahmad Sofyan, M.Pd ............................ ...........................
Nip. 19650115 198703 1 020

Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Prof.Dr. Dede Rosyada,M.A
Nip. 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : ZUBAIDAH
NIM : 102016023875
Jurusan : Pendidikan IPA Biologi
Judul Skripsi : Penguasaaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem solving.

No Judul dan Halaman Buku/Referensi
Paraf
Pembimbing

1.


BAB I
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306


2. Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di
intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah
Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2000). h.25

3. Ibid, h.26
4. Ibid, h. 26-27
5. Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir,
(Cianjur : FKIP,2001), h.21

6. Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori
dan Penelitin, (Malang : FIPUNM, 2000), No.2, h.74


7. Ibid, h. 74
8. Muhibin Syah, Opcit, h.123


9. Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya
dalam interaksi kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan
: 2000), h.172


1. BAB II
Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan
Lokus Kendali Siswa terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan
Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40


2. Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching,
(Padang, PT. Ciputat Press, 200 ), h.3



3. Ibid, h. 3-16
4. Ibid, h. 52
5. Ibid, h. 53-67
6. Martinis Yamin, Stategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2005), h. 58-64


7. Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22-25
8. Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada
Mahasiswa D
2
-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi,
Jurnal Gema Pendidikan, (Jambi : 2000), No.7, Tahun IV, h.29


9. Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem
Solving Ability : Profiles In Aplication Documents Of Research
Assistants, Journal Of Environmental Education; Summer97,
Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.


10. Agus Susanto dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada
Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4, No.1,
hal.15


11. Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?, http://www-
gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solvi
ng.html


12. Cassady, Problem Solving,
http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.ht
ml.


13. N. Sudirman, Ilmu pendidikan, (Bandung : Remaja Karya,
2000), h.146


14. Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( Jakarta : Raja Grafindo
persada, 2004 ), cet 3, h.127


15. Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
Matematika, Jurnal Teknologi Pembelajaran, (Desember :
2000), Th. 6, No.3, h.145


16. J. Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika,
Jurnal Pendidikan, (November : 2004), vol. 1, No.2, h. 161



17. Nana Sudjana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar,
(Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 85 86

18. Nizel Huda, Op. Cit, h.30


19. Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144


20. Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Solving dan Problem Posing untuk meningkatkan Aktivitas
Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49
50


21. Cassady, op.cit.


22. http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.htm
l.


23. Agus Susanto dan Rusdi, Op. cit, h.15


24. J. Purmiassa Pical, Op. cit, h. 162


25. Akbar Sutawijaya, Loc.Cit. h. 145
26. Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) denga Tugas Analisis Foto
Kejadian Fisika (AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan
Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei,
2005), No.054, h. 327


27. Edogogia, Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif, (2004),
vol.1, No.1, h.23


28. Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya
dalam Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal
Pendidikan, (Medan, 2000), h.173


29. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), cet.3, h.23


30. Betty Marisi Tunip, Op. Cit., h.173
31. Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82


32. Ibid, h.83
33. Sutarto, Op. Cit, h.332


34. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
(Ciputat : Gaung Persada Press, 2005 ), h. 27-29


35. Aim Abdulkarim, Memahami Hakikat Berpikir, Jurnal FKIP,
(Cianjur : 2000), h.21


36. Ida Bagus Putu Aryana, Pengaruh Penerapan Strategi
Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran IKIP Negeri Singaja, (Juli : 2006) No.3, Th.
XXXIX, h. 498 - 499


37. Aim Abdulkarim, Op. cit, h.21-22


38. Ibid, hal. 25


39. Ibid, hal. 26



1.
BAB III
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan
Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 60


2. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-13, h. 245


3. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h.100


4. Ibid., h. 208


5. Ibid., h. 210


6. Ibid., h. 213


7. Ibid., h. 218


8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003 ) , h. 280-281



1.
BAB IV
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching,
(Padang, PT.Ciputat Prees, 2005), h.24



2. Sutarto, Buku Ajar Fisiika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto
Kejadian Fisika ( AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan
Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei,
2005), No.054,h.327




3. Ibid, h.332


4. Ahmad Sabri,Op.Cit, h.24


5. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004 ), cet.3, h. 127







Pembimbing I



Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si
NIP. 19540310 198803 1001
















ABSTRAK

Zubaidah. Penguasaan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem Solving pada
Konsep Sistem Respirasi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penguasaan
konsep oleh siswa antara penggunaan metode problem solving dengan metode ceramah.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret sampai 24 Maret 2007 yang bertempat di
MTs Negeri Cipondoh Tangerang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sampel diambil dengan
teknik random sampling, dengan sampel 30 siswa untuk kelompok metode problem solving
(X) dan 30 siswa untuk kelompok metode ceramah (Y).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran biologi dapat ditarik kesimpulan
bahwa guru dalam mengajar masih menggunakan metode ekspositori yaitu menyampaikan
pembelajaran secara klasikal, terutama menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari
masih rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penguasaan konsep dan masih
rendahnya hasil belajar siswa pada semester 1.

Pada penelitian ini siswa diberikan post-test sebelum menggunakan penggunaan metode
problem solving dan pre-test sesudah penggunaan metode problem solving. Hal ini untuk
mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan.

Dalam metode problem solving terdapat 4 langkah. 4 langkah problem solving yaitu:
perumusan masalah, pelaksanaan pemecahan masalah, membuat rencana penyelesaian, dan
evaluasi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji t diperoleh harga t
hitung
< t
tabel

yaitu 1,24 < 2,01. Dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil
belajar biologi siswa yang menggunakan metode problem solving dengan metode ceramah.

Kata Kunci : Metode Problem Solving, Penguasan Konsep Siswa.









i
ABSTRACT


Zubaidah. Mastery of Concepts By Students Through Problem Solving Methods in
Respiratory System Concept. Thesis, Department of Natural Science Education (Science),
Biology Education Studies Program, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah,
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta .

This study aims to determine whether there are differences in the mastery of concepts by
students between the use of problem solving methods with lecture method. The research
was conducted on March 3 until March 24, 2007, which took place in Tangerang Cipondoh
MTs.

The method used in this study is an experiment. Samples were taken by random sampling
technique, with a sample of 30 students for group problem solving method (X) and 30
students for lecture method group (Y).

Based on the observation of biological learning can be concluded that the teacher in
teaching are still using the expository method of delivering classical learning, especially
using the lecture method. This is evident from the low student involvement in learning,
mastery of concepts and the low student learning outcomes in semester 1.

In this study, students are given post-test before using problem solving methods and use of
pre-test after the use of problem solving methods. This is to know the students mastery of
concepts before and after treatment. In method of problem solving there are 4 steps. 4 steps
problem solving are : problem formulation, implementation problem solving, plan
completion, and evaluation.

Based on calculations using the test "t" is obtained tcount price <ttable namely 1.24 <2.01.
From these results demonstrate that there is no biological difference in learning outcomes
of students who use the method of problem solving with lecture method.


Keywords: Method of Problem Solving, Student Concept dominance.








ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala karunia, hidayah serta pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan, dengan judul Penguasan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem
Solving (Sebuah Esperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang pada bulan Maret
2007) pada Konsep Sistem Respirasi.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Srata
Satu ( S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbagai kendala baik internal maupun eksternal merupakan suatu hambatan besar
yang harus penulis jalani, namun atas berkat karunia-Nya dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Kepala Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Ir.H. Mahmud M Siregar, M.Si Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukkan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Ahmad Sopyan, M.Pd Pembimbing Akademik
5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya selama ini.
6. Bapak H. Moehdiar, S.Ag Kepala Sekolah MTsN Cipondoh Tangerang yang telah
memberikan tempat kepada penulis untuk melaksanakan penelitian hingga selesai.
7. Bapak Drs. Mukhodzin Wakil Kepala Sekolah, serta semua dewan guru beserta para
staf MTsN Cipondoh Tangerang.
8. Ibu Rosmani, S.Pd Guru Bidang Studi Biologi serta siswa MTsN Cipondoh khususnya
kelas VIII C dan VIII D.
iii
9. Orang tua tercinta dan keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa, dorongan, dan
motivasi sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.
10. Suami tercinta yang selalu mendampingi, terima kasih atas waktu dan perhatiannya.
11. Teman-temanku : Sumi, Diana, Iyam, Almh. Mimi, Dida, Lilis, Intan, Heti, Yani dan
teman-teman Biologi angkatan 2002, terima kasih atas supportnya.
12. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang lebih baik dan setimpal
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.


Jakarta, Agustus 2010


Penulis


iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.. v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah....................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
F. Kegunan Hasil Penelitian................................................................ 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis............................................................................ 10
1. Hakikat Strategi Pembelajaran ................................................ 10
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ...................................... 10
b. Komponen Strategi Pembelajaran .. 10
v
c. Hal Pokok dalam Strategi Pembelajaran ............................ 11
d. Pengertian Metode Pembelajaran ....................................... 12
e. Macam-Macam Metode Pembelajaran ............................... 12
f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran 14
g. Pola-pola Belajar Siswa . 14
2. Hakikat Problem Solving.......................................................... 16
a. Pengertian Problem Solving ............................................... 16
b. Jenis Masalah...................................................................... 19
c. Langkah Langkah Problem Solving ................................ 20
d. Pendekatan Pengajaran Problem Solving 23
e. Usaha Meningkatkan Kemampuan Problem Solving .. 24
f. Kelebihan Problem Solving... 26
g. Kelemahan Problem Solving. 26
h. Hasil Belajar Problem Solving 26
3. Hakikat Penguasaan Konsep .. . 27
a. Pengertian Konsep 27
b. Perolehan Konsep . 29
c. Analisis Konsep 29
d. Tingkat Tingkat Penguasaan Konsep . 31
e. Penguasaan Konsep 32
B. Penelitian yang Relevan.................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir........................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37
vi


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ............................................................................ 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 38
C. Metode dan Desain Penelitian ........................................................ 38
D. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 39
F. Prosedur Penelitian ......................................................................... 40
G. Instrumen Penelitian ....................................................................... 42
H. Uji coba Instrument Penelitian ....................................................... 43
I. Teknik Analisa Data ....................................................................... 48
J. Hipotesis Statistik 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data ................................................................................. 52
B. Analisi Data .................................................................................... 57
C. Hasil Penelitian .. 60
D. Pembahasan..................................................................................... 61

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 68
B. Saran .. ... 68
vii


DAFTAR PUSTAKA.... 69
LAMPIRAN . 72



















viii

DAFTAR TABEL


1. Hasil Angket Belajar Siswa 7
2. Instrumen Test Hasil Belajar Biologi .......... 42
3. Analisi Uji Taraf Kesukaran . 47
4. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi
Kelompok Eksperimen . 53
5. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Eksperimen 53
6. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok
Kontrol . 54
7. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Kontrol ... 54
8. Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi
Kelompok Eksperimen ... 55
9. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Eksperimen .. 56
10. Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi
Kelompok Kontrol . 56
11. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Kontrol . 57
12. Hasil Uji Normalitas .. 58
13. Hasil Uji Homogenitas .. 59
14. Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar Biologi .. 85
15. Skor Uji Reliabilitas .. 92
16. Perhitungan UJi Coba Validitas Instrumen ... 94
17. Skor Instrumen yang Valid 95
18. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai
Pre-test Kelompok Eksperimen (X) . 103
ix


19. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen .. 104
20. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai
Post-test Kelompok Eksperimen (X) .. 105
21. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Eksperimen .. 106
22. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai
Pre-test Kelompok Kontrol (Y) .. 107
23. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Kontrol .. 108
24. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai
Post-test Kelompok Kontrol (Y) . 109
25. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Kontrol . 110
26. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok X .... 112
27. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok X ... 113
28. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok Y . 114
29. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok Y 115
30. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen .. 116
31. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol 118
32. Perhitungan T-test pada Kelompok Eksperimen ... 120
33. Perhitungan T-test pada Kelompok Kontrol . 123
34. UJi Hipotesis .. 126
35. Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah .... 128
36. Analisis Penguasaan Konsep . 130
37. Analisis Pemecahan Masalah 132
38. Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi .. 133
39. Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi . 141



x

DAFTAR GAMBAR


1. Langkah Problem Solving 22

2. Pendekatan Umum Problem Solving 22

3. Bagan Kerangka Berpikir . 36



xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Cara Belajar Siswa 72
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................ 73
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi............................................ 85
4. Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Biologi.................................................. 86
5. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ........................................................... 91
6. Skor Uji Reliabilitas.................................................................................... 92
7. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen................................................. 93
8. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen........................................ 94
9. Skor Instrumen Yang Valid ........................................................................ 95
10. Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen 96
11. Instrumen Penelitian ................................................................................... 97
12. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian.......................................................... 100
13. Perhitungan Nilai dan Daftar Distribusi Frekuensi.................................... 102
14. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Pre Test Kelompok Eksperimen (X).................................................. 103

15. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Post Test Kelompok Eksperimen (X) ................................................ 105

16. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Pre Test Kelompok Kontrol (Y) ........................................................ 107

17. Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Post Test Kelompok Kontrol (Y)....................................................... 109

18. Perhitungan Uji Normalitas ........................................................................ 111
19. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok X........................... 112
xii
xiii

20. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok X.......................... 113
21. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok Y.......................... 114
22. Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok Y.......................... 115
23. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen............................... 116
24. Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol.. 118
25. Perhitungan t-test pada kelompok eksperimen 120
26. Perhitungan t-test pada kelompok Kontrol. 123
27. Uji Hipotesis ............................................................................................... 126
28. Perhitungan Uji-t. 127
29. Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah.. 128
30. Analisis Penguasaan Konsep... 130
31. Analisis Pemecahan Masalah.. 132
32. Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi 133
33. LKS Kelas Eksperimen Sistem Respirasi 136
34. Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi 141
35. LKS Kelas Kontrol Sistem Respirasi.. 144









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Siswa merupakan obyek yang akan menerima pelajaran di sekolah.
Mutu dari pendidikan yang berjalan akan dicerminkan oleh adanya hasil
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). KBM ini ditentukan oleh berbagai faktor.
Faktor ini dikelompokan menjadi faktor internal dan eksternal.
Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi siswa dan
rohani siswa.
b. faktor Eksternal (faktor diluar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
c. faktor Pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
1

Faktor di atas saling mempengaruhi. J ika ketiga faktor tersebut
terpenuhi maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Tetapi
dalam pelaksanaannya tidak mungkin terpenuhi semuanya. Salah satunya
adalah penggunaan metode pengajaran.
Kenyataan selama ini, pembelajaran masih banyak yang
menggunakan metode tradisional, yang lebih dikenal dengan metode ceramah.
Tek seperti dikutip dalam Lufri berpendapat bahwa kebanyakan anak didik
mengalami kebosanan dalam pendidikan sains, sebagian besar karena faktor
didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Selanjutnya
Waidi dalam lufri menambahkan bahwa sistem pendidikan kita sekarang ini
umumnya menerapkan pola satu arah. Pengajaran seperti ini cenderung

1
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( J akarta : Raja Grafindo Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306

1
2
menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan memasung kreatifitas atau
kemerdekaan berpikir anak didik.
2

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran yang lebih didominasi
oleh guru dapat menyebabkan anak jadi tergantung dengan guru. Mereka tidak
dapat mengemukakan pendapat dan mengembangkan kreatifitas berfikir. J ika
hal ini berlarut-larut maka siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam
belajar. Mereka akan selalu menerima apa yang disampaikan oleh guru
sehingga mereka menguasai suatu pelajaran hanya dengan hafalan belaka
tanpa memahami pelajaran tersebut. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi
siswa yang kuat dalam menghafal tapi bagi siswa yang tidak kuat hapalannya
akan menjadi masalah.
Belajar bukan hanya sekedar mengingat, melainkan lebih luas dari itu
yakni memahami dan hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan tingkah laku. Sedangkan pengajar merupakan
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pengajaran adalah
memilih atau menetapkan strategi pengajaran yang sesuai dengan kondisi yang
diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Seperti dikutip dalam Lufri, pembelajaran dalam bidang biologi akan
menjadi hidup dan menarik jika pembelajaran dapat menggerakkan atau
mengaktifkan daya pikir siswa. Pelajaran biologi akan membosankan jika
hanya disajikan dalam bentuk hafalan kata-kata atau istilah-istilah. Hal ini
didukung oleh hasil wawancara Mason dengan anak didik bahwa kebanyakan
mereka menganggap sains itu membosankan, karena merupakan daftar kata-
kata dan fakta, menakutkan, dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.
3

Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting
kedudukannya karena menyangkut kehidupan tentang kehidupan termasuk di
dalamnya adalah tentang manusia itu sendiri. Sebenarnya tidak sulit dalam
mempelajari biologi, namun jika tidak digunakan metode belajar yang tepat ,

2
Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep
pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2004). h.25
3
Ibid, h.26
3
pelajaran ini akan terasa sulit untuk dipelajari dikarenakan anggapan sebagai
pelajaran yang membosankan.
Pembelajaran yang melibatkan anak aktif berpikir adalah sangat
penting sehingga perlu dibudayakan, dan pembelajaran yang menyebabkan
anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan atau paling tidak dikurangi. Menurut
teori kerucut belajar Dare dalam lufri, yang dikemukakakn oleh Woods,
pembelajaran yang membuat siswa pasif, kecenderungan mereka bisa
mengingat materi hanya 50%, tapi kalau pembelajaran yang menuntut siswa
aktif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi yang telah dipelajari
sebanyak 70 % - 90 %.
4

Pembelajaran yang mengikutsertakan siswa didalamnya akan sangat
bermakna bagi siswa itu dendiri. Siswa merasa menjadi bagian dari
pembelajaran dan ikut menemukan pengetahuan baru yang melibatkan
kemampuan berpikir mereka. Hal ini akan mempermudah siswa dalam
mengingat materi yang telah dipelajari. J ika siswa hanya berperan sebagai
pendengar saja dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan kebosanan
dalam diri mereka. Mereka menganggap pelajaran itu tidak menarik untuk
diikuti.
Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir melibatkan suatu bentuk
aktivitas mental. Aktivitas tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas yang
dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi mental ini terdiri atas
dua bentuk umum, yaitu operasi kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif
terdiri dari operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan dan
membangun makna. Operasi metakognitif terdiri dari operasi yang digunakan
untuk mengarahkan dan mengontrol strategi dan keterampilan menemukan
atau membuat makna.
5

Berfikir merupakan manipulasi operasi mental terhadap berbagai input
indera dan data yang dipanggil dalam memori untuk diolah, diformulasikan,
dan dinilai sehingga diperoleh suatu makna. Walaupun merupakan proses

4
Ibid, h. 26
5
Aim Abdulkarim, J urnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir, (Cianjur : FKIP,2001),
h.21
4
yang kompleks, namun berpikir bukanlah proses yang misterius atau magis.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pikiran bekerja
untuk membuat makna sebagai produk berfikir. Setiap proses berpikir
melibatkan kombinasi atau gabunga operasi-operasi yang dirancang untuk
menghasilkan makna ( operasi kognitif ) dan untuk mengarahkan bagaimana
makna itu dihasilkan.
Hasil belajar pemecahan masalah merupakan kapabilitas yang paling
tinggi dalam keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan
intelektual. Dengan demikian tujuan pendidikan di sekolah bukan hanya
meningkatkan perolehan pengetahuan, akan tetapi harus dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, karena kemampuan
memecahkan masalah merupakan aktivitas mental yang paling tinggi.
6

J ika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang
tidak sekedar dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi diharpkan
dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
Gagne seperti dikutip Wasis, menyatakan bahwa kapabilitas adalah
hasil belajar. Ia menyusun kategori kapabilitas belajar menjadi lima jenis,
yaitu : (1) informasi verbal, (2) keerampilan intelektual, (3) strategi kognitif,
(4) sikap, (5) keterampilan motorik. Kapabilitas pemecahan masalah berada
pada hierarki keterampilan intelektual.
7

Keterampilan intelektual merupakan pusat perhatian yang penting
dalam kegiatan belajar di sekolah. Dengan keterampilan intelektual, individu
dapat merespon lingkungan belajarnya melalui simbol-simbol, misalnya
bahasa, angka, dan gambar.
Berdasarkan Gagne dan Bloom terdapat kesamaan pandangan bahwa
hasil belajar keterampilan intelektual merupakan suatu hierarki dari mulai
yang sederhana menuju ke kompleks. Kapabilitas belajar yang paling komplek
adalah pemecahan masalah. Karena kapabilitas ini memerlukan berbagai
prasyarat konsep dan kaidah sebagai sub-ordinat. Demikian pula dalam

6
Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori dan Penelitin, (Malang :
FIPUNM, 2000), No.2, h.74
7
Ibid, h. 74
5
taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
mengandung unsur pemecahan masalah.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama
yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang
berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan bagaimana ( how ) dan mengapa ( why ).
Dalam berfikir rasional siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk
menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan
bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-
ramalan. Dalam berfikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji kedalaman gagasan pemecahan masalah dan
mengatasi kesalahan atau kekurangan.
8

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok Sains mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki
struktur keilmuwan dan metode pembelajaran tersendiri serta terdapatnya
produk-produk keilmuwan seperti konsep, teori, postulat dan lain-lain.
Pada kenyataannya, hasil belajar konsep siswa, masih rendah. Salah
satu di antaranya adalah penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa
terjadi karena kesempatan memformulasikan konsep, rendahnya asumsi awal
dan kesalahan deduksi.
9

Berbagai informasi tentang penguasaan konsep Biologi diperlukan
sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan upaya apa yang
paling efisien yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap konsep Biologi.
Salah satu metode yang dapat digunakan pada mata pelajaran Biologi
adalah metode Problem Solving. Melalui proses problem solving ini, Edwards.
L Pizzini yakin bahwa para siswa akan menjadi pemikir yang handal dan
mandiri. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksprorel, disainer,
pengembangan keputusan, dan sebagai komunikator.

8
Muhibin Syah, Opcit, h.123
9
Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di
SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan : 2000), h.172
6
Siswa-siswi di MTsN Cipondoh Tangerang kesulitan dalam
memahami konsep-konsep Biologi. Mereka lebih cenderung diberikan
konsep-konsep dengan pendekatan cara lama dimana guru menjelaskan
pelajaran sejelas-jelasnya dan siswa mencatat dan menghafalkan. J adi konsep-
konsep yang diinginkan siswa adalah yang langsung diberikan guru tanpa
mereka sendiri yang menemukannya. Akibatnya siswa hanya sekedar
mengetahui konsep-konsep tersebut tanpa memahaminya secara mendalam,
menjelaskan keterkaitan konsep yang satu dengan yang lain.
Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan dalam belajar masih
dalam metode tradisional yaitu ceramah sehingga siswa tidak mempunyai
kreatifitas berpikir dalam memecahkan masalah pelajaran Biologi. Sehingga
penguasaan konsep oleh siswa MtsN Cipondoh masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil semester 1.
Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa didapatkan hasil
(Tabel 1) sebagai berikut : 69 % siswa kadang-kadang membaca buku Biologi
sebelum pelajaran biologi, 85,7 % siswa sering mengerjakan tugas yang
diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya, 47,6 % siswa kadang-kadang
tertarik memperhatikan penjelasan guru, 76,2 % siswa kadang-kadang
berdiskusi dengan teman-teman tentang pelajaran biologi, 71,4 % siswa sering
mencatat materi pelajaran biologi yang dijelaskan guru, 42,9 % siswa kadang-
kadang bersemangat mengikuti pelajaran biologi, 50 % siswa kadang-kadang
bertanya kepada guru bila tidak mengerti, 42,9 % siswa kadang-kadang
merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi,73,8 % siswa sering mengikuti
kegiatan dalam pembelajaran biologi, dan sebanyak 71,4 % siswa kadang-
kadang kurang memperhatikan penjelasan guru biologi.






7
Table 1
Hasil Angket Cara Belajar siswa
No Pernyataan Sering Kadang-
Kadang
Tidak
Pernah
1 Membaca buku biologi sebelum pelajaran
biologi
26,2 % 69 % 4,8 %
2 Mengerjakan tugas yang diberikan guru
biologi dengan sebaik-baiknya
85,7 % 14,3 % -
3 Tertarik memperhatikan penjelasan guru 45,2 % 47,6 % 7,2 %
4 Berdiskusi dengan teman-teman tentang
pelajaran pelajaran biologi
14,3 % 76,2 % 9,5 %
5 Mencatat setiap materi biologi yang
dijelaskan guru
71,4 % 26,2 % 2,4 %
6 Bersemangat mengikuti pelajaran biologi 38,1 % 42,9 % 19 %
7 Bertanya kepada guru bila tidak mengerti 42,9 % 50 % 7,1 %
8 Merasa senang jika tidak ada pelajaran
biologi di kelas
19 % 42,9 % 38,1 %
9 Mengikuti setiap kegiatan dalam
pembelajaran biologi di kelas
73,8 % 16,7 % 9,5 %
10 Kurang memperhatikan penjelasan guru
biologi
14,3 % 71,4 % 14,3 %
Rata-rata 43,09% 45,72 % 11,19 %

Konsep di kelas 2 pada umumnya memerlukan penguasaan konsep.
J ika siswa salah mengartikan suatu konsep maka akan sangat fatal. Konsep
tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya
siswa tidak memahami fungsi dari darah maka mereka akan kesulitan untuk
memahami proses pencernaan dan respirasi. Fungsi darah adalah mengangkut
oksigen dan sari-sari makanan. Makanan dibakar oleh oksigen yang diperoleh
dari pernapasan. Hasil pembakaran ini akan menghasilkan energi yang
8
digunakan manusia untuk menjalankan aktifitasnya. Apabila siswa tidak
menguasai konsep tersebut maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya.
Oleh sebab itu peneliti memilih konsep sistem respirasi pada penelitian
ini karena materi ini masih berhubungan dengan konsep sistem pencernaan
dan peredaran darah. Metode yang digunakan peneliti adalah problem
solving. Karena metode ini berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep oleh
siswa dengan metode pembelajaran sangat berhubungan erat. Namun belum
diketahui seberapa besar hubungan itu, oleh sebab itu penulis bermaksud
melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan penguasaan konsep oleh
siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :
1. Bagaimanakah penguasaan konsep oleh siswa terhadap pembelajaran
Biologi pada konsep sistem respirasi ?
2. Bagaimanakah metode problem solving mempengaruhi penguasaan
konsep siswa ?
3. Bagaimanakah pembelajaran Biologi dengan metode problem solving di
Mts N Cipondoh Tanggerang ?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh
metode pembelajaran problem solving terhadap penguasaan konsep oleh
siswa pada konsep sistem respirasi.

9

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah Pengaruh Penguasaan Konsep Sistem Respirasi oleh Siswa
melalui metode Problem Solving?

E. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui bagaimana metode pengajaran problem solving dapat
mempengaruhi penguasaan konsep siswa.
b. Mengetahui penguasaan konsep siswa melalui metode problem solving.
c. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa.
d. Mengetahui penguasaan konsep pembelajaran biologi di MTs N Cipondoh

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Secara teoritis, dapat menambah khazanah pengetahuan dalam bidang
pendidikan.
b. Guru dapat menemukan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep
yang akan dipelajari.
c. Mengetahui pengaruh metode problem solving terhadap penguasaan
konsep siswa.
d. Meningkatkan penguasaan konsep Biologi pada siswa kelas VIII MTS N
Cipondoh Tangerang.
e. Informasi bagi penulis khususnya dan pada pembaca umumnya tentang
penguasaan konsep siswa melalui metode problem solving.


BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah gambaran komponen materi dan
prosedur atau cara yang digunakan untuk memudahkan siswa belajar.
1

Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya
upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran
berhasil guna. Guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara
umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga
terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran dimaksud.
b. Komponen Strategi Pembelajaran
Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Ahmad
Sabri, strategi meliputi empat masalah :
1) Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadiaan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif .
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan /
kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

1
Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali Siswa
terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40

10
11
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
pembelajaran.
2

c. Hal Pokok dalam Strategi Pembelajaran
Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, ada tiga hal pokok
yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :
1) Tahapan mengajar
Terdiri dari tahapan pemula ( pra Instruksional ), tahapan
pengajaran ( Instruksional ), dan tahapan penilaian dan tindak
lanjut.
3

2) Penggunaan model atau pendekatan mengajar
Beberapa model atau pendekatan mengajar diantaranya adalah :
Pendekatan Ekspositori / model informasi
Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan
pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara
lisan, yaitu dikenal dengan istilah kuliah / ceramah / lecture.
Pendekatan Inquiry / Discovery
Metode mengajar yang biasa digunakan adalah metode diskusi
dan pemberian tugas.
Pendekatan Interaksi Sosial
Metode mengajar yang biasa digunakan adalah diskusi,
problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok dan
pendekatan lain ysng menunjang berkembangnya hubungan
sosial siswa.
Pendekatan tingkah laku ( Behavior Models )
Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan pada tahapan
intruksional.
4




2
Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching, ( Padang, PT. Ciputat
Press, 2005 ), h.3
3
Ibid, h.3
4
Ibid, h.10
12
3) Penggunaan prinsip mengajar.
Prinsip mengajar yang digunakan disesuaikan dengan pendekatan
yang digunakan pada saat proses belajar mengajar.
Ketiga hal tersebut saling berhubungan tahapan mengajar
disesuaikan dengan pendekatan mengajar yang digunakan pada saat
proses belajar mengajar.
d. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau tehnik penyajian
bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan
bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.
5

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
e. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Beberapa metode pembelajaran diantaranya adalah :
1) Metode Ceramah ( Lecture )
Adalah metode yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan
pelajaran di dalam kelas. Interaksi guru dan siswa banyak
menggunakan bahasa lisan.
2) Metode Tanya J awab
Adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Sebab pada
saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
3) Metode Diskusi
Diskusi suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu
masalah dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama
yang lebih teliti tentang sesuatu atau untuk merampungkan
keputusan bersama.


5
Ibid, h. 52
13
4) Metode Tugas Belajar dan Resitasi
Metode ini merangsang siswa aktif belajar baik secara individual
maupun secara kelompok.
5) Metode Kerja Kelompok
Mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan ( kelompok ) tersendiri atau dibagi atas
kelompok-kelompok kecil ( sub-sub kelompok ).
6) Metode Demontrasi dan Eksperimen
adalah metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses
terjadinya sesuatu.
7) Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan cara
bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran
menekankan permainan peranan di dalam mendemontrasikan
masalah-masalah sosial.
8) Metode Problem Solving
Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya kepada menarik
kesimpulan.
9) Metode Sistem Regu ( Team Teaching )
Adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa
orang.
10) Metode Latihan ( drill )
Pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan
atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
11) Metode Karya Wisata
Adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dan membawa siswa
mengunjungi objek yang akan dipelajari.
6


6
Ibid, h. 53
14
Dalam proses pembelajaran biasanya digunakan lebih dari satu
macam metode. kadang-kadang di dalam proses pembelajaran guru kaku
dengan menggunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode
itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang
pernah ia baca. Metode pembelajaran merupakan cara menyampaikan,
menyajikan, memberi latihan, dan memberikan contoh pelajaran kepada
siswa. Dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman.
Metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kita tidak
boleh monoton dalam suatu metode.
f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh pengajar
dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat, adalah :
1) Tujuan Instruksional
2) Pengetahuan awal siswa
3) Bidang studi / pokok bahasan
4) Alokasi waktu dan sarana penunjang
5) J umlah siswa.
7

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu. Dalam memilih metode yang tepat, diperlukan
pertimbangan-pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat
berjalan.
g. Pola-Pola Belajar Siswa
Gagne seperti dikutip Ahmad Sabri mengolongkan pola-pola
belajar siswa ke dalam tujuh tipe dimana yang satu merupakan pra syarat

7
Martimis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi, (J akarta : Gaung Persada
Press, 2005), h.58
15
bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Tipe-tipe tersebut
adalah:
1) Signal Learning ( belajar isyarat )
Merupakan tipe yang paling dasar namun merupakan tingkat yang
harus dilalui untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal Learning
dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar prilaku
bersifat involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya )
2) Stimulus Respon Learning ( belajar merangsang tanggapan )
Belajar ini termasuk ke dalam instrumental Condition atau belajar
dengan trial dan eror.
3) Chaining ( mempertautkan ) dan 4 tipe Verbal Association
Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara
lain secara internal anak sudah menguasai sejumlah satuan pola S-R.
baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan,
pengulanggan, dan reinforment tetap penting bagi berlangsungnya
proses chaining dan association.
4) Discrimination Learning ( belajar membedakan )
Kondisi utama dalam proses belajar ini adalah siswa mempunyai
kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman.
5) Concept Learning ( belajar pengertian )
Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan
objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian / konsep utama yang
diperlukan yaitu kemahiran deskriminasi dan proses kognitif
fundamental sebelumnya.
6) Rule Learning ( belajar membuat generalisasi, hukum dan kaidah )
Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal ( induktif, deduktif,
analysis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi dan kausalitas ),
sehingga siswa dapat memberikan kesimpulan tertentu yang mungkin
selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan.

16
7) Problem Solving ( belajar memecahkan masalah )
Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah,
memberikan respon terhadap rangsang yang menggambarkan /
membangkitkan situasi problematika, mempergunakan berbagai kaidah
yang dikuasainya.
8

Guru dapat mengidentifikasi tahap belajar / tipe belajar yang telah
dijalaninya dengan proses pengidentifikasian hasil kegiatan mengajar yang
tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material- subtansial,
struktur fungsional, maupun secara behavioral.

2. Hakikat Problem Solving
a. Pengertian Problem Solving
Secara umum pengertian masalah adalah suatu hambatan dalam
mencapai tujuan dan apabila tidak diatasi atau diselesaikan akan
mengganggu orang yang mempunyai masalah tersebut. Winkel seperti
dikutip Nizel Huda menyatakan bahwa masalah adalah suatu yang
menghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya
mencapai sesuatu.
9

J adi suatu pertanyaan akan merupakan masalah jika seseorang
tidak mempunyai aturan / hukum tertentu yang segera dapat
digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Menurut Radfors dan Burton dalam Goldin suatu masalah
adalah suatu situasi dengan hasil akhir tidak dapat dengan segera
dicapai. Sedangkan menurut Newel dan Simon dalam Goldin,
seseorang berhadapan dengan suatu masalah apabila ia ingin sesuatu
dan tidak mengetahui dengan segera rangkaian tindakan yang dapat
dilakukan untuk mendapatkannya.

8
Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22
9
Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Pada Mahasiswa D
2
-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi, Jurnal
Gema Pendidikan, (J ambi : 2000), No.7, Tahun IV, h.29
17
Masalah menurut Granham dan Oakhil seperti dikutip Roland W.
Scholz adalah:
A problem is charaterized by an intial state, a desired target state, and a
barrier that prevents an immediate, direct, or routine transition from the
initial to the target state.
10

Berdasarkan pendapat di atas sebuah masalah adalah sesuatu
yang mempunyai karakteristik kuat yang didalamnya terdapat target
yang harus diselesaikan dengan segera dan langsung melalui
perpindahan yang rutin sehingga target yang dimaksud dapat tercapai.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
masalah adalah suatu pertanyaan atau soal yang dihadapi siswa atau
dihadapkan kepada siswa dan sesuai dengan tingkat kognitifnya,
namun siswa tersebut tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat
digunakan dengan segera untuk mendapatkan jawabannya.
Smith, menyatakan bahwa pengajaran yang baik mempunyai
dua tujuan pokok : (1) mengembangkan pemahaman yang mendalam
terhadap materi dan (2) meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Metode yang memerlukan kedua pengajaran tersebut adalah problem
solving.
Pemecahan masalah menurut Agus Susanta dan Rusdi adalah
suatu proses penerapan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
sebelumnya pada situasi yang baru dan asing.
11

Menurut Michael E. Martinez, problem solving adalah :
Problem Solving is the procces of moving toward a goal when the past to
that goal is uncertain.
12



10
Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem Solving Ability :
Profiles In Aplication Documents Of Research Assistants, Journal Of Environmental Education;
Summer97, Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.
11
Agus Susanta dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada Pemecahan Masalah
dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4,
No.1, hal.15
12
Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?, http://www-
gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solving.html.
18
Menurut Martinez problem solving adalah suatu proses
perubahan tujuan kedepan ketika tujuan dimasa lalu tidak pasti. J adi
problem solving merupakan suatu proses perubahan yang
menghendaki adanya perbaikan dan digunakan ketika sesuatu hal tidak
dapat diselesaikan.
Beberapa definisi Problem solving menurut Dr.Cassady adalah:
a. Problem solving is the ability to formulate new answers. Going
beyond the simple application of previously learned rules to create
a new solution.
b. Probem solving is also process in the which we perceive and
resolve a gap between a present situation and desired goal, whit the
path to the goal blocked by known or unknown obstacles.
c. Problem solving is the process of moving toward a goal when the
path to goal is uncertain.
13

Proses yang dimulai dengan masalah yang telah dibuat dan
diakhiri dengan penyelesaian menggunakan informasi yang diberikan.
Masalah tak harus ditutup ataupun mempunyai solusi tunggal, tetapi
dapat terbuka / dicoba diselesaikan dengan berbagai cara.
Metode problem solving menurut N. Sudirman adalah cara
penyajian bahan pengajaran yang menjadi masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari
pemecahan atau jawaban oleh siswa.
14

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,
logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, luas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam

13
Cassady, Problem Solving, http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html.
14
N. Sudirman, Ilmu pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 2000), h.146
19
menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta
insight (tilikan akal) amat diperlukan.
15

Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving ini,
juga dapat merangsang kemampuan berpikir secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan
proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam mencari pemecahannya. Apabila guru mengajarkan problem
solving dengan menciptakan lingkungan kelas yang menyenangkan
dan mendukung, siswa dapat merasakan kepuasan mencari
penyelesaian yang kreatif dan benar dari problem problem dalam hal
ini problem Biologi.
b. Jenis Masalah
Suydam seperti dikutip Akbar sutawidjaja memperoleh suatu
daftar ciri pemecahan masalah yang baik sebagai berikut : (a)
kemampuan memahami konsep-konsep dan istilah, (6) kemampuan
melihat kesamaan, perbedaan dan analogi, (c) kemampuan untuk
mengenali unsure-unsur kritis dan memilih data dan prosedur yang
benar, (d) kemampuan untuk melihat rincian yang tidak relevan, (8)
kemampuan untuk membuat estimasi dan analisis, (f) kemampuan
untuk memvisualkan dan menginterpretasi fakta kuantitatif / spasial
dan hubungan, (g) kemampuan membuat generalisasi berdasar pada
beberapa contoh, (h) kemampuan berpindah metode, (i) percaya diri
dan mempunyai skor rendah pada tes kecemasan.
16

Hudoyo dan Sutawidjaja seperti dikutip J . Purmiassa Pical
menguraikan jenis masalah sebagai berikut :
1. Masalah translasi merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari
dan untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke

15
Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( J akarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), cet 3,
h.127
16
Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal
Teknologi Pembelajaran, (Desember : 2000), Th. 6, No.3, h.145
20
bentuk matematika, dengan derajat translasi dari sederhana ke
kompleks.
2. Masalah aplikasi memberikan kesempatan bagi siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan bermacam
keterampilan dan prosedur.
3. Masalah proses untuk menyusun langkah-langkah merumuskan
pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.
4. Masalah teka teki dimaksudkan untuk rekreasi sebagai alat yang
bermanfaat mencapai tujuan afektif dalam pengajaran.
17

c. Langkah Langkah Problem Solving
Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Menurut Nana
Sudjana langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
4. Menarik kesimpulan.
18

Polya dalam bukunya How To Solve It sepertri dikutip
Nizel Huda menguraikan secara rinci empat langkah dalam
memecahkan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2)
merencanakan atau mencari alternatif pemecahan, (3) melaksanakan
rencana atau perhitungan dan (4) memeriksa atau menguji kebenaran
perhitungan.
19


17
J . Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Jurnal Pendidikan,
(November : 2004), vol. 1, No.2, h. 161
18
Nana Sudjana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Sinar Baru
Algensindo, 2000), h. 85
19
Nizel Huda, Op. Cit, h.30
21
Selanjutnya Bell seperti dikutip Akbar Sutawidjaja
mengemukakan bahwa menyelesaikan masalah biasanya melibatkan
empat langkah yaitu : (a) menyatakan masalah dalam bentuk yang
umum, (b) menyatakan kembali dalam definisi yang lebih operasional,
(c) merumuskan hipotesis dan prosedur yang dipilih yang merupakan
alat yang cocok untuk menyelesaikan masalah, (d) mentes hipotesis
dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh penyelesaian atau
himpunan penyelesaian, dan (e) menentukan penyelesaian mana yang
sesuai atau benar tidaknya suatu penyelesaian.
20

Sedangkan langkah-langkah pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Witting dan Williams seperti dikutip Ketut Sukarma
adalah : (1) merumuskan masalah, (2) pengolahan dan penyelesaian,
dan (3) mengevaluasi penyelesaian. Selanjutnya Ruseffendi
mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah : (1)
menyatakan masalah dalam bentuk operasional, (2) menyusun
hipotesis alternatif dan prosedur kerja dalam memecahkan masalah, (3)
mengetes hipotesis dan melakukan kerja, dan (4) memeriksa
k i.
21

Langkah
embal
problem solving dapat digambarkan melalui singkatan
solve the problem
L - Look back and evaluate the outcome.
22


IDEAL, yaitu :
I - Identify the problem
D - Define and reprensent the problem
E - Explore possible strategies to
A - Act on the chosen strategy




20
Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144
21
Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem
Posing untuk meningkatkan Aktivitas Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49
22
Cassady, op.cit.
22




Gambar 1. Langkah Problem Solving
umum problem solving juga dapat digambarkan
ebagai berikut :
23

No


s

Gambar 2. Pendekatan Umum Problem Solving



Identify the problem Represent the problem Select a strategy

Implement the problem Evaluate the Result

Pendekatan
s

Identify the problem


Generate solutions


Evaluante solution choose best
option action


Is
Pr
So
oblem
lved

Ye
Exit

Proses yang telah dikemukakan para ahli dalam memecahkan
masalah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga langkah utama, yaitu
: (1) merepresentasikan masalah, (2) mencari berbagai alternatif solusi
tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, dan (3) evaluasi

23
http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.html.


23
atas solusi yang sudah dilakukan. Apabila masalah tersebut belum
terpecahkan, proses pemecahan masalah dapat kembali melakukan
prese
ti menyimpulkan bahwa langkah-
alam soal
ecahan
n prosedur
mengevaluasi langkah-langkah pengerjaan
d.
swa dalam membangun pemahaman yang
endal
l, menjelaskan ada tiga pendekatan dalam pemecahan
asalah, yaitu :

re ntasi masalah atau mencari solusi baru, demikian seterusnya.
Dari uraian diatas, peneli
langkah Problem Solving adalah :
1) Perumusan masalah yaitu mengidentifikasi unsur-unsur d
dan menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
2) Pelaksanaan pemecahan masalah yaitu pelaksanaan pem
yang sesuai dengan yang telah dibuat.
3) Membuat rencana penyelesaian yaitu pembentukan model,
membuat beberapa alternative pemecahan, dan menyusu
kerja untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah.
4) Peninjauan kembali hasil pemecahan masalah yaitu interpretasi
jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa jawaban dan
permasalahannya dan
secara keseluruhan.
Pendekatan Pengajaran Problem Solving.
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah menurut Cobe seperti
dikutip Agus Susanta dan Rusdi, guru memberikan masalah yang
cukup jelas, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasikan, dan
mencoba mengkonstruksi satu atau beberapa proses penyelesaiannya.
Dalam pendekatan pemecahan masalah guru sebagai fasilitator,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah, dan bertukar
gagasan dengan siswa dalam proses pemecahannya, sehingga guru
berperan membantu siswa-si
m am dan prosesnya.
24

Thomas Scroeder dan Frank Lester, Ir Kennedy seperti dikutip
J . Purmiassa Pica
m


24
Agus Susanta dan Rusdi, Op. cit, h.15
24

1.
nggunakan strategi yang bervariasi dan bersumber
2.
tuk memperkenalkan
aru.
3.
Anak diajak berpikir
unt
aiknya dipakai oleh guru, sebab akan
e.
dur yang efektif bagi siswa
suatu
h pernyataan masalah sebagian untuk mencatat konsep yang
ganisasikan
antar siswa, masalah itu dipecahkan dengan menggunakan langkah-

Mengajarkan Pemecahan Masalah
Digunakan guru dengan cara menjelaskan suatu proses pemecahan
masalah dan me
dari buku teks.
Mengajarkan melalui pemecahan masalah
Guru menggambarkan situasi dunia nyata melalui proses
pemecahan masalah dan strateginya un
konsep-konsep dan kemampuan yang b
Mengajar melalui pemecahan masalah
Masalah dinilai tidak hanya sebagai suatu tujuan untuk belajar
tetapi sebagai alat untuk mengerjakannya.
uk memecahkan masalah secara logika.
25

Dari ketiga pendekatan tersebut, pendekatan yang ketiga ini
merupakan pendekatan yang seb
memberikan hasil yang maksimal.
Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Barnet mengemukakan prose
untuk memahami masalah seperti berikut :
1) Bacalah pernyataan masalah secara lengkap untuk memperoleh
ide umum dari situasi dan memvisualisasikan situasi tersebut.
2) Bacala
sulit.
3) Bacalah pernyataan masalah untuk membantu mengor
langkah-langkah utama untuk kemungkinan pemecahan.
Menurut Akbar Sutawidjaja, cara lain untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah adalah dengan cara
guru menyampaikan materi baru. Materi baru dikemas dalam bentuk
masalah. Kemudian melalui diskusi antara guru dan siswa serta diskusi

25
J . Purmiassa Pical, Op. cit, h. 162
25
langkah di atas. Cara ini dikenal dengan nama belajar mengajar melalui
pemecahan masalah.
26

Stacey dan Southwell memberikan petunjuk untuk guru
dalam mengerjakan pemecahan masalah, yang garis besarnya sebagai
berikut :
1) Berikan suatu masalah yang dapat dinikmati dan dari pengalaman
yang menarik.
2) Adakalanya perlu ditunjukkan kepada siswa bagaimana mengerjakan
masalah itu dan arahkan perhatiaan mereka pada keterampilan
pemecahan masalah dan strategi yang dapat digunakan.
3) Anjurkan kepada siswa untuk menentukan suatu langkah permulaan,
sekalipun pendekatan mereka harus diperbaiki kemudian. Anjurkan
pula agar melihat kembali metode yang tidak berhasil dikerjakan dan
mencoba membandingkannya.
Oleh sebab itu, pemecahan suatu masalah jangan diajarkan
sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi siswa untuk
selanjutnya dapat memecahkan sendiri masalah-masalah yang mungkin
dijumpainya sekarang maupun kelak di sekolah, rumah, maupun di
masyarakat.
Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya dapat
berlangsung kalau proses-proses belajar fundalis lainnya telah dimiliki
dan dikuasai . Kepada anak didik hendaknya :
1) Diberikan stimulus ( rangsangan ) yang dapat menimbulkan situasi
bermasalah dalam diri anak didik.
2) Diberikan kesempatan untuk berlatih mencari alternative
pemecahannya.
3) Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakan pemecahan dan
pembuktiannya.



26
Akbar Sutawijaya, Loc.Cit. h. 145
26
f. Kelebihan Problem Solving
Beberapa kebaikan metode Problem Solving dibandingkan
metode lainnya berdasarkan uraian diatas, yaitu antara lain :
1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil.
3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh.
4) Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
g. Kelemahan Problem Solving
Di samping beberapa kebaikan terdapat pula kelemahan
metode ini yang dapat disimpulkan dari uraian diatas. Diantaranya :
1) Kurangnya persiapan yang matang.
2) Kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru.
3) Perumusan masalah yang kurang baik, sehingga batas-batas
masalah tidak jelas.
4) Anak-anak tidak terlatih atau tidak dipersiapkan untuk aktifitas-
aktifitas belajar yang semacam ini.
5) Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada
tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.
6) Metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan frustasi di
kalangan siswa, lantaran masing-masing siswa belum dapat
menemui solusinya dari proses yang dilakukannya.
h. Hasil Belajar Problem Solving
Adapun hasil belajar dari penggunaan metode Problem Solving
ini antara lain :
27
1) Terbiasa untuk berfikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif.
2) Siswa memperoleh pengalaman lebih banyak dalam upaya
menemukan cara-cara efektif dalam menyelesaikan masalah.
3) Siswa merasa memiliki keberanian untuk bertanya dan
mengemukakan ide serta gagasannya.

3. Hakikat Penguasaan Konsep
a. Pengertian Konsep
Konsep menurut Sutarto adalah kategori yang diberikan pada
stimulus - stimulus lingkungan oleh karena itu dalam pengkonsepan
selalu ada kejadian (sebagai stimulus) dalam penyajian verbal, yang
sering disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengonsepan
adalah hal yang tidak mudah.
27

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Biologi merupakan
ilmu yang tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah
penguasaannya perlu berpijak pada cara bagaimana mempermudah
dalam menguasai konsep-konsep yang ada dalam Biologi tersebut.
Carin mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan yang
digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu yang relevan.
Atas gagasan Bruner tentang belajar konsep, J oyce mengemukakan
bahwa fokus dari belajar konsep adalah pada bagaimana subjek secara
bertahap memperoleh dan menggunakan informasi tentang suatu
konsep melalui pengkategorisasian (Categorizing), yaitu
mengidentifikasi dan menempatkan objek-objek atau kejadian-kejadian
ke dalam kelas-kelas berdasarkan kriteria tertentu.
28

Berdasarkan aktivitas pengkategorisasian ini akan terjadi
pembentukan konsep, dan perolehan konsep.

27
Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF)
Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005),
No.054, h. 327
28
Edogogia, Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif, (2004), vol.1, No.1, h.23
28
Konsep menurut Betty Marisi Tunip adalah kategori
pengalaman yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan yang berisi
atribut dan label. Atribut ialah karakteristik pembeda yang dapat
dipakai untuk menentukan apakah sesuatu merupakan contoh bukan
contoh suatu konsep.
29

Kemampuan memberikan contoh yang memiliki semua ciri
pembeda suatu konsep disebut contoh positif, sedangkan yang tidak
sesuai dengan ciri pembeda disebut contoh negatif. Pernyataan yang
tidak memuat semua ciri pembeda suatu konsep dianggap salah.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa atribut adalah kata kunci dalam
pengertian suatu konsep.
Dalam pendidikan sains, konsep (pengetahuan dasar) adalah
faktor yang mempengaruhi belajar, seperti dikatakan oleh Clipton dan
Slowaczek sebagaimana dikutip Muhibin Syah bahwa kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengingat informasi penting
bergantung pada apa yang mereka telah ketahui dan bagaimana
pengetahuan tersebut diatur.
30

Manurut Betty Marisi Tunip dilihat dari pengertian tentang
konsep, sebenarnya pengajaran IPA, pada tahapan tertentu merupakan
pembentukan, penarikan (generate) dan pengakumulasian konsep.
Kegiatan ini merupakan kegiatan intelek manusia. Kegiatan ini diawali
dari pengamatan terhadap fakta atau apa saja yang dialami dimana
hasil pengamatan di proses dengan persepsi (perception), penalaran
inductif (inductive reasoning) dan kepenemuan (inventiveness).
31

J adi dapat disimpulkan bahwa konsep adalah kategori
pengalaman yang diawali dari pengamatan terhadap fakta yang
dirumuskan dalam bentuk ungkapan kemudian diproses dengan
persepsi, penalaran induktif, dan kepenemuan.

29
Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam Interaksi Kelas di
SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal Pendidikan, (Medan, 2000), h.173
30
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, h.23
31
Betty Marisi Tunip, Op. Cit., h.173
29
b. Perolehan Konsep
Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara,
yaitu formasi konsep (Concept Formation) dan asimilasi konsep
(concept assimilation). Formasi konsep terutama merupakan bentuk
perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Formasi
konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep menurut
Gagne. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh
konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.
Formasi konsep merupakan proses induktif. Pembentukan
konsep mengikuti pola contoh / aturan atau pola eg-rule ( eg =
example =contoh ).
32

Pada aturan ini anak yang belajar dihadapkan pada sejumlah
contoh-contoh dan non contoh dari konsep tertentu. Melalui proses
diskriminasi dan abtraksi, ia menetapkan suatu aturan yang
menentukan kriteria untuk konsep itu.
Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi,
orang yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari
konsep-konsep itu. Sesudah definisi dari konsep disajikan, konsep itu
dapat diilustrasikan dengan memberikan contoh-contoh atau deskripsi-
deskripsi verbal dari contoh-contoh. Ini biasanya disebut belajar
konsep sebagai aturan / contoh, atau rule-eg .
33

Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif,
pembentukan konsep lebih memakan waktu daripada asimilasi konsep.
c. Analisis Konsep
Volker seperti dikutip Betty Marisi Tunip merekomendasikan
analisis konsep yang dikembangkan oleh Klausmeir- Frayer sebagai
analisis konsep yang baik mengukur penguasaan konsep. Analisis yang
dilakukan oleh Klausmeir Frayer mengungkapkan bahwa konsep
memiliki delapan dimensi yang berbeda-beda, yaitu : (1) nama konsep,

32
Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82
33
Ibid, h.83
30
(2) atribut kriteria , (3) atribut tidak relevan, (4) contoh konsep, (5)
bukan contoh, (6) definisi konsep, (7) koordinat konsep, (8) subordinat
konsep.
34

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan
untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran
bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisisi konsep, guru
hendaknya memperhatikan hal-hal di bawah ini :
1) Nama konsep
Siswa dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada
konsep konsep itu, terutama pada tingkat kongkret dan tingkat
identitas.
2) Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep
Atribut atribut criteria dari suatu konsep adalah cirri-ciri konsep
yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-
contoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan
suatu contoh dari konsep.
Atribut-atribut variabel konsep adalah ciri-ciri yang mungkin
berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam
kategori konsep itu. Guru-guru dapat mengubah-ubah atribut-
atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan dalam mengajar.
3) Definisi konsep
Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep
dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar
konsep itu.
4) Contoh-contoh dan noncontoh-contoh
Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep
pengembangan konsep-konsep dan nonkonsep-konsep dapat
diperlancar.



34
Betty Marisi Tunip, Loc.cit, h.174
31
5) Hubungan konsep pada konsep-konsep lain
Untuk sebagian besar konsep-konsep itu, kita dapat
mengembangkan suatu hierarki dari konsep-konsep yang
berhubungan yang memperhatikan bagaimana suatu konsep terkait
pada konsep-konsep lain.
d. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Klausmeier seperti dikutip Sutarto menghipotesiskan, bahwa
ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu :
1. Tingkat konkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat
konkret, apabila orang itu telah mengenal suatu benda yang telah
dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkret,
siswa harus dapat memperhatikan benda itu, dan dapat
membedakan benda itu dari stimulus-stimulus yang ada di
lingkungannya. Selanjutnya ia harus menyajikan benda itu sebagai
suatu gambaran mental, dan menyimpan gambaran mental itu.
2. Tingkat Identitas. Pada tingkat ini individu telah dapat merespon
rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis
yang telah dikenal sebelumnya.
3. Tingkat klasifikatoris. Pada tingkat ini individu akan tampak telah
dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda
dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu belum dapat
menentukan kriteria atribut atau menentukan nama konsep
rangsangan tersebut.
4. Tingkat formal. Pada tingkat ini individu sudah memiliki
kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi
konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka
mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut
atribut dan mengevaluasi rangsangan.
35

Klausmeier menerapkan tingkatan-tingkatan ini hanya pada
konsep-konsep yang mempunyai lebih dari satu contoh, yang

35
Sutarto, Op. Cit, h.332
32
mempunyai contoh-contoh yang dapat diamati, atau wakil-wakil dari
contoh-contoh, dan konsep-konsep lain yang mungkin mempunyai
hanya sebagian dari kualitas-kualitas ini, jadi mungkin konsep-konsep
itu mengikuti pola pencapaian yang berbeda,. Tetapi, konsep-konsep
yang diajarkan di sekolah pada umumnya memenuhi persyaratan yang
dikemukakan oleh Klausmeir.
e. Penguasaan Konsep
Menurut definisi konseptual, penguasaan konsep IPA adalah
kemampuan guru untuk mengatasi konsep-konsep dasar IPA pada
ranah kognitif sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu :
1. Tingkat pengetahuan ( knowledge )
Pada level ini menuntut siswa untuk mengingat ( recall ) informasi
yang telah diterima sebelumnya.
2. Tingkat pemahaman ( comprehension )
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan ( application )
Kemampuan untuk menggunakan / menerapkan informasi yang
telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis ( analysis )
Kemampuan untuk mengidentifikasikan, memisahkan dan
membedakan komponen-komponen / elemen, suatu fakta, konsep,
pendapat asumsi, hipotesis / kesimplan, dan memeriksa setiap
komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
5. Tingkat sintesis (synthesis )
Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

33
6. Tingkat evaluasi (evaluation )
Mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk dengan menggunakan
kriteria tertentu.
36

Definisi operasional penguasaan konsep IPA adalah yang
diukur melalui penguasaan kurikulum konsep IPA sesuai tingkatannya.
Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi
yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan
yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Piaget pertumbuhan
intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinu yang
menunjukkan equilibrium, sehingga akan tercapai tingkat
perkembangan intelektual yang lebih tinggi
J adi penguasaan konsep meliputi keseluruhan suatu materi
karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan teori yang ada, diduga pengaruh penguasaan konsep oleh
siswa dengan menggunakan metode problem solving akan mengalami
peningkatan atau menjadi lebih baik.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Susanta dan
Rusdi, berdasarkan hasil pengamatan dan yang terjadi pada proses
penyelesaian masalah menunjukan bahwa siswa yang mampu menerapkan
langkah penyelesaian masalah, maka siswa tersebut juga mampu
menyelesaikan persoalan dengan sukses. Sebaliknya jika siswa kurang bisa
menerapkan langkah penyelesaian masalah , maka tidak begitu sukses
menyelesaikan masalah.
37

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nizel Huda, hasil belajar
yang diajar dengan menggunakan model pengajaran pemecahan masalah lebih

36
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat : Gaung
Persada Press, 2005 ), h. 27-29
37
Agus Susanta dan Rusdi, Loc.cit, h.21
34
baik daripada hasil belajar yang diajar tanpa menggunakan model pengajaran
pemecahan masalah.
38

Menurut hasil penelitian Naswan Suharsono, berdasarkan hasil analisis
varian satu jalur menunjukan bahwa pembelajaran pemecahan masalah
terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir, baik pada taraf signifikansi
0,05 maupun 0,01.
39

Menurut hasil penelitian Lufri, peningkatan kualitas pembelajaran melalui
aktifitas bekerja dan berpikir, seperti problem solving akan meningkatkan
interaksi, sikap dan perilaku maupun proses kognitif, yang akhirnya akan
dapat meningkatkan hasil belajar.
40

Menurut Betty Marisi Tunip, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa guru
dalam mengajarkan konsep selalu memberitahu secara langsung beberapa
dimensi konsep tanpa menyuruh siswa untuk mencari dimensi lain. Bahkan
tidak jarang dijumpai bahwa guru selalu berpesan kepada siswa agar mereka
selalu menghafal konsep yang diajarkan.
41


C. Kerangka Berpikir
Biologi sebagai salah satu pelajaran kelompok sains mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki
struktur keilmuan dan metode pembelajaran tersendiri dari terdapatnya
produk-produk keilmuan seperti konsep, teori, postulat, dan lain-lain.
Biologi juga berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami akan
secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan proses penemuan.
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa
perubahan yang menetap dalam tingkah laku seseorang, diantaranya adalah

38
Nizel Huda, Loc.cit, h. 37
39
Naswan Suharsono, Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk
mengembangkan kemampuan Berpikir dan bernalar mahasiswa, (Singaraja, 1998), h. 54
40
Lufri, Pembelajaran Problem Solving yang Diintervensih dengan Peta Konsep Pada
Mata Kuliah Perkembangan Hewan, (Padang : FPMIPA,2004), h.40
41
Betty Marisi Tunip, loc.cit, h. 179
35
perubahan dalam cara berpikir siswa sekolah sebagai jenjang pendidikan
formal sangat diharapkan peranannya dalam membentuk sumber daya
manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Namun bidang pendidikan ternyata lebih menekankan kepada
pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-
soal yang diberikan. Proses proses pemikiran tinggi termasuk berpikir
kreatif jarang dilatihkan. Pendekatan seperti ini dapat menimbulkan kekacauan
dalam berpikir dan kurang luas dalam meninjau suatu masalah, akibatnya
kreatifitas siswa dapat terhambat.
Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri seperti motivasi, minat, intelektual, bakat dan sikap. Faktor
eksternal berasal dari luar siswa seperti sarana, alat, waktu belajar, dan guru.
Faktor pendekatan belajar meliputi stategi dan metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar seperti pendekatan interaksi sosial dengan metode
yang biasa digunakan misalnya metode problem solving.
Salah satu tolak ukur kepandaian seorang siswa banyak ditentukan
oleh kemampuan memecahkan masalah, karena itu dalam proses belajar
mengajar siswa perlu diberi soal-soal yang menjadi masalah baginya agar
siswa peka terhadap masalah. Kepekaan masalah dapat timbul jika siswa
dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan masalah.
Untuk memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah, siswa perlu
melakukan kegiatan mental (berfikir) yang lebih kompleks daripada kegiatan
mental ketika siswa menyelesaikan soal rutin. Pengajaran berlandaskan
permasalahan atau pemecahan masalah (problem solving) merupakan
pendekatan yang sangat efektif untuk mengajarkan proses berpikir.
Penguasaan konsep merupakan suatu kegiatan yang berhubungan
dengan ranah kognitif yang sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam
taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi
mengandung unsur pemecahan masalah.
36
Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar konsep
adalah pengalaman penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa
terjadi karena keterbatasan kesempatan memformulasikan konsep, rendahnya
asumsi awal, dan kesalahan deduksi.
J adi belajar konsep biologi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan atau pemecahan tentang konsep dalam biologi
melalui pengalaman-pengalaman tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran melalui
metode problem solving mempengaruhi penguasaan konsep siswa.



















Pembelajaran
Biologi
Faktor ekternal
Metode Problem
Solving
Kemampuan
Berpikir siswa
Faktor internal
Pemecahan masalah
Pembuatan keputusan
Berpikir kritis
Berpikir kreatif
analisis Aplikasi Pemahaman Pengetahuan
Tingkat
identitas
Tingkat
klasifikatoris
Tingkat
formal
Tingkat
kongkret
Sintesis evaluasi
Penguasaan konsep

Gambar 3 . Bagan kerangka berpikir

37

D. Hipotesis Penelitian
Dari deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di muka, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1.Ho = Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode problem solving
terhadap penguasaan konsep.
2.Ha = Terdapat pengaruh penggunaan metode problem solving
terhadap penguasaan konsep.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa kelas II di MTsN
Cipondoh.
2. Mengetahui pengaruh pembelajaran yang berbasis problem solving
terhadap berpikir dan penguasaan konsep siswa.
3. Mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap pembelajaran dengan
metode problem solving.

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di MTs Negeri Cipondoh Jl. K.H Hasyim
Ashari Gg. H. Sainin Kec. Pinang Kota Tangerang. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran 2006/2007
yakni pada bulan April sampai Mei 2007.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan memberi perlakuan
(X) terhadap satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Perlakuan
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Problem Solving untuk
kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol. Selain metode
tersebut peneliti juga menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas pada
kedua kelompok.Sebelum diberi perlakuan kelompok tersebut diberi pre-test.
Dan setelah diberi perlakuan kelompok tersebut diberi post-test. Hasil kedua
tes itu dibandingkan untuk menguji apakah perlakuan memberi pengaruh.
Rancangan percobaan dapat digambarkan sebagai berikut :
E X
1
T
1
K X
2
T
2
38
39
Keterangan :
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
X
1
= Perlakuan ( metode problem Solving ) pada kelompok eksperimen
X
2
= Perlakuan ( metode ceramah ) pada kelompok kontrol
T
1
= hasil perlakuan setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen
T
2
= hasil perlakuan setelah diberi perlakuan pada kelas control

D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan untuk memperoleh sampai dalam penelitian ini
adalah random sampling. Sebelum menentukan sampel, terlebih dahulu
diketahui populasi dalam penelitian ini :
1. Populasi Target
Seluruh siswa MTsN Cipondoh yang terdaftar tahun ajaran 2006 / 2007
2. Populasi Terjangkau
Seluruh siswa kelas II MTs N Cipondoh Tanggerang
3. Sampel
Sampel yang diambil adalah siswa kelas 2C dan 2D MTsN Cipondoh
Tangerang sebanyak 30 orang siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :
a. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah nilai yang
diambil dari pre-test dan post-test hasil belajar setelah berlangsung proses
belajar mengajar dengan metode problem solving untuk kelas ekperimen
dan metode ceramah untuk kelas kontrol.
Data diperoleh dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda
dengan empat alternatif jawaban dengan jumlah soal 35 butir pada pokok
bahasan sistem pernapasan pada manusia dan vertebrata. Sebelum
40
berlangsung peristiwa belajar mengajar diberikan pre-test. Dari skor pre-
test ini akan dilakukan pengujian korelasi antara pre-test dan post tes dari
masing-masing kelompok (x dan y).
b. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah;
Variabel bebas (X) : Metode problem solving
Variabel Terikat (Y) : Penguasaan konsep siswa


F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII MTs Negeri Cipondoh
Tangerang yaitu kelas VIII C dan VIII D pada materi semester II Bab 6 yaitu
tentang sistem pernapasan pada manusia dan vertebrata. Adapun metode
belajar yang digunakan adalah problem solving, ceramah, diskusi, praktikum
dan LKS.
1. Tahap Perencanaan
a. Pembuatan acuan program pembelajaran sesuai dengan Kurikulum
KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) yang telah disesuaikan
dengan materi yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, terdiri
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta pembuatan media
pembelajaran yang terdiri dari media gambar, transparansi, artikel dan
LKS.
b. Pembuatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada setiap sub pokok bahasan
c. Pembuatan tes hasil belajar biologi pada materi sistem pernapasan
pada manusia dan vertebrata.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
problem solving, ceramah, diskusi, praktikum dan LKS. Adapun strategi
mengajar yang dilakukan guru dibagi atas 4 tahap, yatiu :
a. Mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.
41
b. Memberikan informasi baru dengan menghubungkan teori yang
dipelajari siswa.
c. Memberikan LKS untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran yang diberikan guru kepada siswanya
dalam proses belajar mengajar.
d. Memberikan tes hasil belajar biologi pada materi sistem pernapasan
pada manusia dan vertebrata.
Sebelum dilaksanakan eksperimen, siswa kelompok X dan
kelompok Y diberikan tes biologi tentang sistem pernapasan pada manusia
dan vertebrata. Tes ini disebut pre-test, tujuan tes ini untuk mengetahui
bahwa siswa berangkat dari kemampuan awal yang sama. Setelah
diberikan pre-tes, maka penelitian dilanjutkan kembali yaitu dengan
memulai kegiatan belajar mengajar dengan diberikan perlakuan yang
berbeda.
Adapun materi tentang sistem pernapasan pada manusia dan
vertebrata, dibagi menjadi tiga sub pokok bahasan yaitu (1) pengertian
pernapasan meliputi alat-alat pernapasan pada manusia dan mekanisme
pernapasan, (2) kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan meliputi
bahaya merokok bagi kesehatan, dan (3) sistem pernapasan pada
vertebrata.
Untuk kelompok eksperimen, setiap pembelajaran mengunakan
LKS (Lembar Kerja Siswa). Siswa berkelompok untuk melakukan
percobaan kemudian mendiskusikannya. Setelah itu setiap kelompok
mempersentasikan hasil diskusi mereka. Dari hasil tersebut dibuatlah
kesimpulan.
Untuk kelompok kontrol, siswa diberikan LKS (Lembar Kerja
Siswa) setelah siswa mendapatkan materi dari guru. Guru membimbing
siswa dalam mengisi LKS. Kemudian membuat kesimpulan dari soal yang
telah dikerjakan.


42
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah
Lembar Kerja Siswa yang diberikan setiap pembelajaran dan tes hasil belajar
dalam bentuk pilihan ganda pada akhir penelitian pada konsep sistem
pernapasan pada manusia dan vertebrata yang disusun berdasarkan ruang
lingkup materi pelajaran kelas VIII. Di mana semua tes yang diberikan
mengukur ranah kognitif yang meliputi aspek ingatan, pemahaman, dan
aplikasi.
Tabel 2. Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi

No Materi Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir
Sistem Pernapasan Pada Manusia dan
Vertebrata
C1 C2 C3
Sistem Pernapasan Pada Manusia
1.1 Pengertian pernapasan 1
1.2 Alat-alat pernapasan pada manusia 2 3
1.3 Mekanisme pernapasan 8 7
1.4 Kapasitas paru-paru 13 14
1.5 Kelainan & penyakit pada sistem
pernapasan
17
1.
1.6 Bahaya merokok bagi kesehatan 20 19 21
Sistem Pernapasan Pada Vertebrata
2.1 Pernapasan pada ikan 22, 24
2.2 Pernapasan pada amfibi 27 28, 29
2.3 Pernapasan pada reptil 31 30
2.
2.4 Pernapasan pada burung 34 35





43
H. Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian ini dapat
digunakan dalam penelitian maka semua instrumen penelitian diuji cobakan
terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk pemantapan validitas dan reliabilitas
instrumen sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Pada tes ini
dihitung juga taraf kesukaran dan daya pembeda yang diuraikan sebagai
berikut:
1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen baru dapat digunakan dalam penelitian bilamana
dinayatakan valid. Validitas adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur
apa yang hendak diukur.
1
Untuk mengetahui bahwa tes tersebut telah
sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang telah diberikan. Pengujian
validitas instrumen ini menggunakan uji validitas butir soal. Pengukuran
validitas instrumen ini menggunakan rumus Point Biseral Korelasi, yaitu:
2

r
pbi
=
q
p
SD
M M
t
t p


Keterangan :
r
pbi :
Angka indeks Korelasi Point Biseral
M
p :
Mean skor yang dicapai oleh siswa yang menjawab benar

M
t
: Mean skor total
SD : Deviasi standar total
t

p : Proporsi siswa yang menjawab benar
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
Langkah-langkah korelasi point biseral adalah sebagai berikut :
1. Menentukan proporsi menjawab benar (p) dengan persamaan :
N
X
p =

1
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 60
2
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003), Cet ke-13, h. 245
44
2. Menentukan nilai q yang merupakan selisih bilangan 1 dengan p,
yaitu:
q = 1 - p
3. Menentukan skor total dengan persamaan :
M
p
= Jumlah skor total
Jumlah siswa

4. Menetukan skor soal peserta tes yang menjawab benar dengan
persamaan:
M
p
= Jumlah skor total peserta yang menjawab benar
Jumlah skor tertinggi

5. Menentukan standar deviasi dengan persamaan:
SD =
2
2
N
X
N
X


6. Menentukan validitas dengan persamaan :
r
pbi
=
q
p
SD
M M
t
t p


7. Untuk mennetukan valid atau tidaknya butir soal, r
pbi
dibandingkan
dengan r
tabel
pada taraf signifikan 5 % dengan terlebih dahulu mencari
db dengan persamaan :
db = N nr
db = Derajat bebas
N = Jumlah responden
nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
8. Menentukan kriteria pengujian :
Jika r
pbi
> r
tabel
maka soal tersebut valid
Jika r
pbi
< r
tabel
maka soal tersebut tidak valid

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan r
pbi
= 0,443 dan r
tabel
=
0,335. soal dikatakan valid jika r
pbi
> r
table.
45
Instrument penelitian yang valid yaitu pada no butir 1, 2, 3, 7, 8,
13, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 27, 28, 29, 30, 31,34, dan 35.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas artinya dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. Analisis
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui soal yang sudah disusun dapat
memberikan hasil yang tetap atau tidak tetap. Hal ini berarti apabila soal
dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka
hasil akan tetap atau relatif sama. Instrumen disebut reliabel mengandung
arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap
data yang bisa dipercaya. Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan
rumus Kuder dan Richardson 20 ( K-R 20).
3

r
11
=

2
2
SD
pq SD
) 1 n
n

Keterangan :
r
11
= Reliabilitas secara keseluruhan
n = Banyaknya item soal
p = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah
pq = Jumlah perkalian p dan q
SD
2
= Standar deviasi kuadrat

Langkah-langkah reliabilitas sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah soal yang benar (X)
2. Menentukan jumlah soal yang benar dikuadratkan (X
2
)
3. Menentukan jumlah perkalian p dan q (pq)
4. Menentukan standar deviasi dengan persamaan :
SD =
2
2
N
x
N
X




3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005),
h.100
46
5. Menentukan reliabilitas (K-R 20) dengan persamaan :
r
11
=

2
2
SD
pq SD
) 1 n
n

6. Mengklasifikasikan koefisien reliabilitas menurut Guilford, yaitu :
r
11
= 0,91 1,00 = Korelasi Sangat Tinggi
r
11
= 0,71 0,90 = Korelasi Tinggi
r
11
= 0,41 0,70 = Korelasi Cukup/Sedang
r
11
= 0,21 0,40 = Korelasi Rendah
r
11
= <0,20 = Tidak Ada Korelasi
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,63. oleh karena itu reliabilitas tergolong dalam klasifikasi cukup.
3. Indeks Taraf Kesukaran
Cara melakukan analisis untuk menentukan taraf kesukaran soal
dengan menggunakan rumus
4
:
P =
JS
B


Dimana : P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Suharsimi Arikunto, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut :
5

Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,30 sampai 0,700 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,70 sampai 1 ,00 adalah soal mudah

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut :


4
Ibid., h. 208
5
Ibid., h. 210
47
Tabel 3. Analisis Uji Taraf Kesukaran
No Soal B JS P =
JS
B
Keterangan
1. 33 36 0,92 Mudah
2. 8 36 0,22 Sukar
3. 27 36 0,75 Mudah
4. 13 36 0,36 Sedang
5. 27 36 0,75 Mudah
6. 6 36 0,17 Sukar
7. 23 36 0,64 Sedang
8. 2 36 0,05 Sukar
9. 25 36 0,70 Sedang
10. 25 36 0,70 Sedang
11. 29 36 0,80 Mudah
12. 27 36 0,75 Mudah
13. 14 36 0,40 Sedang
14. 20 36 0,55 Sedang
15. 25 36 0,70 Sedang
16. 26 36 0,72 Mudah
17. 4 36 0,11 Sukar
18. 26 36 0,72 Mudah
19. 15 36 0,42 Sedang
20. 15 36 0,42 Sedang

4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pandai (berkemampuan rendah). Maka penelitian ini dipandang perlu
48
untuk mengadakan uji daya pembeda. Rumus pengujian daya pembeda
yaitu
6
:
D =
B A
B
B
A
A
P P
J
B
J
B
=
Dimana : D = Indeks diskriminasi
J = Jumlah peserta tes
J
A
= Banyak peserta kelompok atas
J
B
= Banyak peserta kelompok bawah
B
A
= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
B
= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
P
A
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P
B
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Menurut Suharsini Arikunto, klasifikasi daya pembeda adalah
7
:
D = 0,00 0,20 : jelek
D = 0,20 0,40 : cukup
D = 0,40 0,70 : baik
D = 0,70 1,00 : baik sekali
D= negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja

I. Teknik Analisis Data
a. Pengorganisasian Data
Pada dasarnya data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data
yang masih mentah, sehingga akan menemukan kesukaran dalam menarik
suatu gambaran yang berarti dari hasil penelitian tersebut.
Guna memperoleh gambaran yang sederhana, jelas dan sistematis,
serta sifat-sifat yang penting dan bentuk penyebaran dari data tersebut
dapat dengan mudah diketahui dan diinterpretasikan, serta untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini, maka data yang dikumpulkan dari

6
Ibid., h. 213
7
Ibid., h. 218
49
penelitian, diselidiki dengan analisa statistik yang disusun ke dalam bentuk
distribusi frekuensi. Yaitu suatu cara atau bentuk penyusunan yang teratur
mengenai sejumlah data.
Untuk membuat distribusi frekuensi dengan panjang kelas sama,
akan dilakukan sebagai berikut :
a. Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi data terkecil.
b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan (k).
c. Tentukan panjang kelas interval (p)
d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama.
e. Memulai dengan data yang lebih kecil dari data terkecil.
b. Hipotesa Penelitian
Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diberi
perlakuan metode problem solving dengan metode ceramah.
H
0
:
x
-
y = 0

H
a
:
x
-
y > 0
Keterangan :
H
0
: Tidak ada perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diberi
perlakuan metode problem solving dengan metode ceramah.
H
a
: Terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diberi
perlakuan metode problem solving dengan metode ceramah.

x
: Rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diberi soal pernapasan
pada manusia dan vertebrta sebelum diberi perlakuan problem
solving dengan metode ceramah.

y
: Rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diberi soal melalui
metode problem solving dengan metode ceramah pada konsep
sistem pernapasan pada manusia dan vertebrta.



50
c. Uji Persyaratan Analisa Data
a. Uji Normalitas
Teknik yang digunakan untuj uji normalitas pada penelitian
ini adalah dengan uji Lilliefors, yaitu meenguji kenormalan data yang
digunakan.Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors (Lo) pada taraf
signifikan 5 % ( = 0,05).
L
hitung
< L
tabel
: Berdistribusi normal
L
hitung
> L
tabel
: Tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan
antar dua keadaan atau populasi. Pengajuan homogenitas dilakukan
dengan uji homogenitas dua varian, rumus uji homogenitas yang
dilakukan adalah uji Fisher, yaitu :
F =
2
2
2
1
S
S
S
2
=
) 1 (
) (
2 2


n n
X X n

Keterangan :
F = homogenitas
S
1
2
= Varian terbesar atau data pertama
S
2
2
= Varian terkecil atau data kedua
F
hitung
< F
tabel
= Sample homogen
F
hitung
> F
tabel
= Sampel tidak homogen
d. Pengujian Hipotesa
Untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil, pada
penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan Uji-t dengan persamaan
sebagai berikut :
8

t =

+
+


Y X Y X
Y X
N N N N
y x
M M
1 1
2
2 2

Keterangan :

8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Bumi
Aksara, 2003 ) , h. 280-281.
51
t = hasil perhitungan
MX = Mean skor kelompok metode problem solving
MY = Mean skor Kelompok metode ceramah
X = Deviasi setiap kelompok metode problem solving nilai
pre-test dan post-test
Y = Deviasi setiap kelompok metode ceramah nilai pre-test
dan post-test
N = Jumlah sample kelompok metode problem solving dan
ceramah

J. hipotesis Statistik
1. Hipotesis Nol
Ho = A = B
2. Hipotesis Alternatif
Ha = A >B
Keterangan :
A = Mean dari peningkatan penguasan konsep sistem respirasi yang
menggunakan metode problem solving.
B = Mean dari peningkatan penguasan konsep sistem respirasi yang
menggunakan metode ceramah





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini meliputi dua variabel, variabel bebas yaitu metode
pembelajaran yaitu problem solving dan variabel terikat penguasaan konsep
sistem respirasi. Dalam penelitian yang dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan, penulis memberikan perlakuan yang berbeda kepada dua kelas
yaitu kelas VIII C dan kelas VIII D di Mts N Cipondoh Tangerang tahun
ajaran 20062007 yang telah dipilh sebagai sampel penelitian. Kelas VIII C
sebagai kelas eksperimen (metode problem solving) dan Kelas VIII D sebagai
kelas kontrol (metode ceramah).
Dalam penelitian ini penulis memberi pre-test dan post-test dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana penguasaan konsep sistem respirasi
sebelum dan sesudah yang mengunakan metode problem solving dan metode
ceramah.
Di bawah ini terdapat dua data yaitu data siswa sebelum dan sesudah
mengunakan metode problem solving dan metode ceramah. Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Nilai PreTest Penguasaan Konsep Sistem Respirasi pada Kelompok
Eksperimen (Metode Problem Solving) dan Kelompok Kontrol
(Metode Ceramah)
1.1 Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi pada
kelompok Eksperimen (Metode Problem Solving)
Dari hasil perhitungan, dalam penelitian ini data nilai pre-
test penguasaan konsep sistem respirasi pada kelompok eksperimen
(Lampiran 14) dapat dilihat pada tabel di bawah ini



52


53
Tabel 4. Deskripsi Nilai Pre-Test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Eksprerimen
Deskripsi Nilai
Nilai Maksimun
Nilai Minimun
Range
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
55
20
36
35,8
34,72
30
8,37

Distribusi frekuensi nilai pre-test kelompok eksperimen
(Lampiran 14) adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan
Konsep Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen
frekuensi
No
Interval
Kelas
Titik
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1
2
3
4
5
6
20 25
26 31
32 37
38 43
44 49
50 - 55
22,5
28,5
34,5
40,5
46,5
52,5
19,5
25,5
31,5
37,5
43,5
49,5
25,5
31,5
37,5
43,5
49,5
55,5
4
9
3
6
7
1
13,33%
30 %
10 %
20 %
23,33 %
3, 33 %
30
26
17
14
8
1
4
13
16
22
29
30
Jumlah N = 30 100 %








54
1.2 Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi pada
Kelompok Kontrol (Metode Ceramah)
Dari hasil perhitungan, dalam penelitian ini data nilai pre-
test penguasaan konsep sistem respirasi (lampiran 16) pada kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Deskripsi Nilai Pre-Test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Kontrol
Deskripsi Nilai
Nilai Maksimun
Nilai Minimun
Range
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
55
20
36
38,33
43,67
40
9,60

Distribusi frekuensi nilai pre-test kelompok kontrol
(lampiran 16) adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pre-test Penguasaan Konsep
Sistem Respirasi Kelompok Kontrol
frekuensi
No
Interval
kelas
Titik
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1
2
3
4
5
6
20 25
26 31
32 37
38 43
44 49
50 - 55
22,5
28,5
34,5
40,5
46,5
52,5
19,5
25,5
31,5
37,5
43,5
49,5
25,5
31,5
37,5
43,5
49,5
55,5
5
4
5
6
3
7
16,67 %
13,33 %
16,67 %
20 %
10 %
23,33 %
30
25
21
16
10
7
5
9
14
20
23
30
Jumlah N = 30 100 %



55
2. Nilai Post test Penguasaan konsep Sistem Respirasi pada kelompok
Ekperimen (Metode Problem Solving) dan Kontrol (Metode
Ceramah)
2.1 Nilai Post-test Penguasaan konsep Sistem Respirasi pada
Kelompok Ekperimen (Metode Problem solving)
Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-
test penguasaan konsep sistem respirasi (lampiran 15) pada kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Deskripsi Nilai Post-Test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok Eksperimen
Deskripsi Nilai
Nilai Maksimun
Nilai Minimun
Range
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
70
40
31
56
59,1
55
8,30

Distribusi Frekuensi nilai post-test kelompok eksperimen
(lampiran 15) adalah sebagai berikut :










56
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Post-test Penguasaan Konsep
Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen
frekuensi
No
Interval
kelas
Titik
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1
2
3
4
5
6
40 - 45
46 - 51
52 - 57
58 - 63
64 - 69
70 - 75
42,5
48,5
54,5
60,5
66,5
72,5
39,5
45,5
51,5
57,5
63,5
69,5
45,5
51,5
57,5
63,5
69,5
75,5
6
3
10
4
3
4
20%
16,66 %
30 %
13,33 %
6,66 %
13,33 %
30
24
21
11
7
4
6
9
19
23
26
30
Jumlah N = 30 100 %


2.2 Nilai Post-test Penguassan Konsep Sistem Respirasi pada
kelompok Kontrol (Metode Ceramah)
Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini data nilai post
test penguasaan konsep sistem respirasi pada kelompok kontrol
(Lampiran 17) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10. Deskripsi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem
Respirasi Kelompok kontrol.
Deskripsi Nilai
Nilai Maksimun
Nilai Minimun
Range
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
75
35
41
55,5
71,9
70
12,20



57
Distibusi Frekuensi nilai post-test kelompok kontrol
(lampiran 17) adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep
Sistem Respirasi Kelompok Kontrol
frekuensi
No
Interval
kelas
Titik
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1
2
3
4
5
6
35 41
42 48
49 55
56 62
63 69
70 - 76
38
45
52
59
66
73
34,5
41,5
48,5
55,5
62,5
69,5
41,5
48,5
55,5
62,5
69,5
76,5
5
4
7
4
3
7
16,67%
13,33%
23,33 %
13,33 %
10 %
23,33 %
30
25
21
14
10
7
5
9
16
20
23
27
Jumlah N = 30 100 %

B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa
peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi pada kelompok ekperimen
berbeda dengan penguasaan konsep sistem respirasi kelompok kontrol.
Peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi yang menggunakan metode
problem solving memiliki skor rata-rata sebesar 20,16 sedangkan peningkatan
penguasaan konsep sistem respirasi yang menggunakan metode ceramah
memiliki skor rata-rata sebesar 17,16.
Apakah perbedaan skor rata-rata kedua kelompok tersebut terjadi
karena kebetulan saja atau perlakuan, maka perlu dilakukan analisis dengan
mengunakan ujit. Sebelum uji-t dilakukan diadakan persyaratan analisis
terlebih dahulu.
a) Uji normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan mengunakan uji Lilifors,
hasil yang didapatkan untuk uji normalitas kelompok eksperimen pre-test
dan post-test adalah sebagai berikut :


58
Merumuskan hipotesis :
Ho = Data sampel dari populasi yang berdistribusi normal
Ha = Data sampel dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Hasil yang didapat untuk uji normalitas pre-test dan posttest
kelompok eksperimen (lampiran 19 dan 20) adalah sebagai berikut :
L
o
( L
hitung
) Pre-test = 0,1603
L
o
( L
hitung
) Post-test = 0,1511
L
t
( L
tabel
) pada L = 0,05 = 0,161
n
e
= 30
Oleh karena L
o
pre-test dan post-test < L
t
, maka hipotesis nol (Ho)
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen yang
diuji berdistribusi normal .
Hasil yang didapat untuk uji normalitas pre-test dan post-test
kelompok kontrol (Lampiran 21 dan 22) adalah sebagai berikut :
L
o
( L
hitung
) Pre-test = 0,1078
L
o
( L
hitung
) Post-test = 0,1537
L
t
( L
tabel
) pada L = 0,05 = 0,161
n
k
= 30
Oleh karena L
o
Pre-test dan post test < L
t
, maka hipotesis nol (Ho)
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok kontrol
yang diuji berdistribusi normal.
Table 12. Hasil Uji Normalitas
L
o

kelompok
eksperimen
kelompok control

Pre-test Post-test Pre-test Post-test
L
t
Kesimpulan
0,05 0,1603 0,1511 0,1078 0,1537 0,161 Ho diterima

b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas atau uji kesamaan dua varians dilakukan
dengan mengunakan rumus fisher . Hasil yang didapat untuk uji


59
homogenitas pre-test dn post-test kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol adalah sebagai berikut :
Ho = Sampel tidak mempunyai varian yang berbeda, dalam arti sampel
homogen
Ha = Sampel mempunyai varian yang berbeda, dalam arti sampel tidak
homogen

F
hitung
kelompok eksperimen = 0,98 (lampiran 23)
F
hitung
kelompok kontrol = 1,61 (lampiran 24)
F 0,05 ( 29;29 ) = 1,86

Oleh karena F
hitung
< F
tabel
, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok sampel tesebut mempunyai varian yang sama.

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas
kelompok N F
hitung
F
tabel
Kesimpulan
pre-test kelompok
eksperimen pos-test
0,98
pre-test kelompok
kontrol pos-test
1,61
1,86 Ho diterima


2.Pengajuan Hipotesis
Setelah diketahui data hasil penelitian ini berdistribusi normal dan
homogen maka kedua kelompok tersebut selanjutnya dianalisis dengan uji-t.
Dalam pengujian didapatkan data sebagai berikut
Ho = tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi
yang mengunakan metode problem solving dan metode ceramah
Ha = terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi yang
mengunakan metode problem solving dan metode ceramah



60
t
hitung
= 1,24 (Lampiran 28)
t
tabel
= 2,01

db = 30+30 2 = 58
Oleh karena t
hitung
< t
table
pada taraf signifikasi 0,05 maka Ho diterima.
Berarti tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem
respirasi yang mengunakan metode problem solving dan metode ceramah.

C. Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungn uji normalitas dari kelompok eksperimen
didapat L
o
pre-test dan post-test sebesar 0,1603 dan 0,1511 dan kelompok
kontrol didapat L
o
pre-test dan post test sebesar 0,1078 dan 0,1537 dan L
t

sebesar 0,161. Oleh karena L
o
< L
t
, maka hipotensis nol (Ho) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel tersebut dalam
sebaran normal.
Dan dari hasil perhitungan uji homogenitas kelompok eksperimen
dibagi Fh 0,98 dan kelompok kontrol di dapat Fh sebesar 1,61 dan L
t
sebesar
1,86. Oleh karena F
hitung
< F
tabel
, maka hipotesis nol ( Ho ) diterima pada taraf
siginifikansi = 0,05m (5 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok sampel tersebut bersifat homogen.
Dan dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai penguasaan konsep
sistem respirasi sebelum dan sesudah diberi perlakuann kelompok eksperimen
mempunyai skor rata-rata sebesar 20,16 (lampiran 25) sedangkan kelompok
kontrol mempunyai skor rata-rata sebesar 17,16 (lampiran 26) . Hal tersebut
belum dapat membuktikan adanya perbedaan penguasaan konsep sistem
respirasi sebelum dan sesudah pemberian pelakuan pada kelompok eksperimen
dan kontrol .
Kemudian perbedaan yang ada, dianalisis dengan mengunakan uji-t dari
hasil perhitungan didapat harga t
hitung
sebesar 1,24. Sedangkan harga t
tabel
sebesar
2,01. Setelah t
hitung
dibandingkan dengan harga t
tabel
, ternyata harga t
hitung
lebih
kecil dari pada harga t
tabel
pada taraf signifikasi 5 % . Dengan demikian maka


61
t
hitung
= 1,24 < t
tabel
= 2,01, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho)
diterima .
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
peningkatan penguasaan konsep sitsem respirasi yang mengunakan metode
problem solving dan metode ceramah .

D. Pembahasan
1. Pembelajaran Biologi dengan Metode Problem Solving di Mts N
Cipondoh Tanggerang
Siswa kesulitan ketika pembelajaran biologi menggunakan metode
problem solving. Metode problem solving merupakan suatu metode berpikir
yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode-metode lainnya untuk dapat
menarik kesimpulan dari pembelajaran biologi. Dari proses pembelajaran
menunjukan siswa tidak biasa belajar dengan memecahkan masalah. Hal ini
terlihat dari cara siswa memahami masalah dan cara siswa bekerja
menyelesaikan masalah. Dalam memahami masalah dan menyelesaikannya
dapat terlihat dari ketergantungan siswa harus didorong dan diberikan arahan
untuk mencoba menyelesaikan masalah melalui tahapan dari cara memahami
masalah, merencanakan dan menyelesaikan masalah dengan benar.
Ketika diberikan suatu masalah siswa kesulitan dalam memahami soal
yang terletak pada bahasa tulisan ,yakni siswa tidak menjawab apa yang
ditanyakan, kurang memahami apa yang menjadi kata kunci dalam soal. Siswa
pada umumnya belum memberikan jawaban dari satu jawaban ketika dihadirkan
suatu masalah. Rata-rata jawaban siswa benar namun masih dalam bentuk
jawaban yang hampir sama sedangkan penyelesaian tersebut dapat memberikan
lebih dari satu jawaban.
Siswa juga kurang adanya keberanian untuk memberikan alasan
jawaban yang dibuat dan mengkomunikasikan jawabannya. Mereka masih
tergantung dari jawaban guru. Keaktifan siswa seperti memberikan alasan,
mengkomunikasikan jawaban, berdiskusi, menyelesaikan masalah, pada
umumnya masih perlu bantuan atau dorongan guru untuk selalu mengingatkan.


62
Demikian juga dalam melatih siswa agar bekerjasama, berpikir kreatif dan
kritis, masih perlu bantuan guru untuk selalu mengingatkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan yang terjadi pada proses
penyelesaian masalah menunjukan bahwa siswa yang mampu menerapkan
metode penyelesaian, masalah maka siswa tersebut juga mampu menyelesaikan
persoalan dengan sukses. Sebaliknya jika siswa tersebut kurang bisa
menerapkan metode penyelesaian masalah juga tidak sukses dalam
menyelesaikan persoalan.
Menurut Ratna tanjung (2001) dalam penelitiannya bahwa salah satu
cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat
diamati dari tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukannya. Sebagaimana
ditemukan Suharsono dkk. (1994) pembelajaran pemecahan masalah sangat
dipengaruhi variable karakteristik dasar masalah dan jenis masalah yang
digarap, serta ruang lingkup masalah (Muchtar, 1996) dan kondisi internal
dalam bentuk hasil-hasil belajar terdahulu yang relevan dengan topik
permasalahan yang sedang dibahas (Gagne, 1985).
Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya dapat
berlangsung kalau proses-proses belajar fundalis lainnya telah dimiliki dan
dikuasai. Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat
yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa-siswi di Mts N
Cipondoh belum sepenuhnya siap untuk menggunakan metode problem solving
dalam proses belajar mengajar. Karena mereka belum menguasai proses belajar
fundalis yang lain. Hal ini juga dapat dilihat dari tahapan-tahapan mereka
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

2. Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Pembelajaran Biologi pada
Konsep Sistem Respirasi
Berdasarkan hasil penelitian, penguasaan konsep oleh siswa tidak
ada perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
kurang dalam pengusaan konsep terhadap pembelajaran biologi pada pokok


63
bahasan sistem respirasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis penguasaan
konsep .
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil post-test siswa yang berjumlah
20 konsep. (lampiran 30).Persentase tertinggi penguasaan konsep siswa melalui
metode problem solving adalah 73,3 %. Sedangkan persentase terendahnya
adalah 43,3 %. Persentase tertinggi penguasaan konsep siswa melalui metode
ceramah adalah 66,6%. Sedangkan persentase terendahnya adalah 36,6 %.
Pada metode ceramah, frekuensi jawaban tertinggi siswa adalah 20
siswa untuk soal no 8 dan frekuensi jawaban terendah siswa adalah 11 siswa
untuk soal no 20.
Soal no 8 memuat konsep tentang penyakit pada sistem
pernapasan. Soal ini mendapat jawaban terbanyak mungkin karena soal ini
berhubungan dengan penyakit dalam kehidupan sehari- hari siswa. Siswa dapat
menjawabnya karena telah mengenal ciri-ciri penyakit ini dan pernah
mengalaminya, yaitu penyakit salesma. Sedangkan pada metode problem
solving, frekuensi jawaban soal no 8 ini hanya 19 siswa. Hal ini dikarenakan
siswa belum dapat membedakan penyakit salesma dengan influenza.
Soal no 20 memuat konsep tentang mekanisme pernapasan burung.
Soal ini mendapat jawaban terendah karena siswa belum memahami mekanisme
pernapasan burung pada saat terbang dan pada saat diam. Siswa terjebak dengan
opsi jawaban yang ditawarkan. Sedangkan pada metode problem solving,
frekuensi jawaban soal 20 ini mengalami peningkatan menjadi 15 siswa. Hal ini
karena siswa diajak langsung untuk mengamati perilaku burung pada saat
terbang dan pada saat diam.
Pada metode problem solving, frekuensi jawaban tertinggi siswa
adalah 22 siswa untuk soal no 2 dan frekuensi jawaban terendah siswa adalah 13
siswa untuk soal no 9.
Soal no 2 memuat konsep tentang alat pernapasan pada manusia.
Soal ini mendapat jawaban terbanyak mungkin karena soal ini berhubungan
dengan anggota tubuh siswa. Sedangkan pada metode ceramah, frekuensi
jawaban soal no 2 ini hanya 19 siswa.


64
Soal no 9 memuat konsep tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Soal
ini mendapat jawaban terendah karena siswa belum memahami mekanisme
pernapasan manusia. Sedangkan pada metode ceramah, frekuensi jawaban soal
9 ini hanya 12 siswa. Berarti tidak mengalami peningkatan.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang
cukup tajam antara hasil pembelajaran menggunakan metode problem solving
dengan metode ceramah. Sehingga dapat dikatakan penggunaan metode
problem solving di MTs N cipondoh kurang berhasil.
Konsep adalah kategori yang diberikan pada stimulus-stimulus
lingkungan, oleh karena itu dalam pengkonsepan selalu ada kejadian sebagai
stimulus dalam penyajian verbal, yang disebut dengan gambaran mental, dengan
ini pengkonsepan adalah hal yang tidak mudah.
1

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Biologi merupakan ilmu yang
tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah penguasaanya perlu
berpijak pada cara bagaimana mempermudah dalam menguasai konsep-konsep
yang ada dalam biologi tersebut.
Oleh sebab itu penguasaan konsep tidak mudah didapatkan begitu saja.
Dalam pendidikan sains, konsep merupakan faktor yang mempengaruhi belajar.
Dilihat dari pengertian tentang konsep, pengajaran IPA pada tahapan tertentu
merupakan pembentukan, penarikan, dan pengakumulasian konsep. Kegiatan ini
merupakan kegiatan intelek manusia yang diawali dari pengamatan terhadap
fakta atau apa saja yang dialami dimana hasil pengamatan diproses dengan
persepsi, penalaran induktif, dan kepenemuan.
Klausmeier membagi konsep menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat
konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat formal. Konsep-
konsep yang diajarkan di sekolah pada umumnya memenuhi persyaratan yang
dikemukakan oleh Klausemeier.
2


1
Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) dengan TUgas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF)
Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005),
No.054,h.327
2
Ibid, h.332


65
Menurut pengamatan peneliti, siswa di MTs N Cipondoh belum
mencapai tingkat formal. Hal ini dapat diamati ketika diadakan eksperimen.
ketika dihadirkan objek eksperimen siswa belum dapat mengkonsep,
mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut dan mengevaluasi rangsangan.
Guru harus menerangkan terlebih dahulu dari objek yang dihadirkan sehingga
siswa belum dapat mengkonsep suatu masalah. Mereka juga belum dapat
mengevaluasi hasil eksperimen.
Masalah yang disajikan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Tetapi siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang telah diterima
dalam bentuk materi dengan fakta / kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka tidak menyangka bahwa belajar biologi teryata menyenangkan setelah
digunakan metode belajar yang bervariasi dari biasanya.Sebagian besar siswa
menyatakan bahwa belajar biologi sangat sulit bila dibandingkan dengan belajar
matematika. Menurut mereka biologi terlalu banyak menghafal. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa selama ini siswa tidak memahami konsep yang ada
dalam biologi. Mereka kesulitan untuk menghubungkan materi yang satu
dengan materi yang lain. Selama ini siswa belajar biologi hanya dalm bentuk
hafalan tanpa memahami konsep.

3. Pengaruh Metode Problem Solving terhadap Penguasaan Konsep
Siswa
Berdasarkan hasil penelitian, penguasaan konsep siswa sebelum dan
sesudahperlakuan signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kurang
dalam menggunakan pemecahan masalah terhadap pembelajaran biologi pada
konsep sistem respirasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji-t.
Dari perhitungan didapatkan harga t
hitung
sebesar 1,24. sedangkan harga
t
tabel
2,68. setelah t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
, ternyata harga t
hitung
lebih
kecil dari t
tabel
pada taraf signifikansi 5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi
yang menggunakan metode problem solving dan metode ceramah.


66
Tetapi berdasarkan dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai
penguasaan konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah diberi perlakuann
kelompok eksperimen mempunyai skor rata-rata sebesar 20,16 (lampiran 25)
sedangkan kelompok kontrol mempunyai skor rata-rata sebesar 17,16 (lampiran
26) . Hal tersebut dapat membuktikan adanya perbedaan penguasaan konsep
sistem respirasi sebelum dan sesudah pemberian pelakuan pada kelompok
eksperimen dan kontrol walaupun dengan perbedaan yang tidak terlalau besar.
Metode yang ada di MTs N Cipondoh masih metode klasikal, yaitu berupa
metode ceramah. Oleh karena itu pola belajar siswa tidak berkembang. Belajar
memecahkan masalah adalah pola belajar yang paling tinggi karena pada tingkat
ini , siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon
terhadap rangsang yang mengambarkan / membangkitkan situasi problematika,
mempergunakan kaidah yang dikuasainya.
3

Hal ini juga berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Siswa akan kesulitan menggunakan metode yang belum pernah
digunakan. Karena dalam metode problem solving ini dapat menggunakan lebih
dari satu metode. Metode ini juga berpengaruh terhadap proses berpikir siswa.
Karena dengan metode problem solving, siswa mencari sendiri solusi dari suatu
masalah yang disajikan.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, luas, dan tuntas. Untuk itu menguasai
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal ) amat
diperlukan.
4

Sedangkan penguasaan konsep merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan ranah kognitif yang sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu pengetahuan ,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

3
Ahmad Sabri, OP.Cit, h.24
4
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, h.127


67
Berdasarkan penelitian, siswa belum memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, luas, dan
tuntas. Sehingga siswa belum mengalami peningkatan kemampuan penguasaan
konsep. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi ketika diadakan eksperimen.
Kurangnya penggunaan metode yang bervariasi dalam pembelajaran
biologi menyebabkan kurangnya kreatifitas berpikir siswa dalam menanggapi
suatu masalah. Siswa menjadi jenuh dalam belajar biologi. Siswa kurang diberi
kesempatan untuk berlatih melaksanakan pemecahan masalah dan
pembuktiannya. Dengan demikian siswa kurang mendapat stimulus /rangsangan
yang dapat menimbulkan situasi bermasalah dalam diri siswa.
Metode problem solving dapat dilaksanakan dengan baik jika siswa telah
berada pada tingkat yang lebih tinggi dan prestasi yang tinggi pula. Sedangkan
berdasarkan hasil observasi selama melakukan eksperimen dan dari hasil tes
yang telah diberikan, nilai hasil belajar biologi dibawah rata-rata.
Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran yang digunakan sangat
mempengaruhi kemampuan dan kecakapan kognitif siswa. Maka dapat
disimpulkan bahwa metode problem solving mempengaruhi penguasaan konsep
siswa pada penelitian ini.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan hasil analisis data melalui observasi
langsung dan tes hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode problem solving pada konsep sistem respirasi lebih tinggi daripada
metode ceramah. Tetapi perbedaan itu tidak signifikaan.


B. Saran
1.Guru hendaknya dalam pembelajaran biologi yang banyak melibatkan
penguasaan konsep bukan penghafalan materi, menemukan dan menggunakan
metode yang sesuai dengan kondisi siswa agar materi yang disampaikan dapat
dipahami.
2.Alangkah lebih baik jika sebelum pembelajaran dimulai , guru telah
menyiapakan strategi pembelajaran yang tepat, yang meliputi persiapan
mengajar seperti pembuatan Rpp, media, metode belajar, lembar kerja dan lain-
lain.
3.Diadakan penelitian lanjutan dengan perencanaan yang lebih baik dan sample
yang lebih besar untuk menyakinkan hasil penelitian yang didapat.
4.Diujicobakan juga penelitian ini untuk materi-materi biologi yang lain dengan
perencanaan yang lebih baik.

68
69

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2000. Memahami Hakikat Berpikir. Jurnal FKIP. Cianjur :
FIPUNM.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. J akarta : Bumi
Aksara

Aryana, Ida Bagus Putu. 2000. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif
pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Singaja : IKIP

Cassady.2000.PoblemSolving.http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy:393/problems
olving.html.[12 November 2006].

Dwiyogo, Wasis D. 2000. Kapabilitas Pemecahan Masalah sebagai Hasil Belajar
Kognitif Tingkat Tinngi. Jurnal Teknologi Pembelajaran. Th. 7 No. 2.

Edogogia. 2004. Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif. Volume 1 No. 1.

Gatewood, J ohn B. 2000. Intracultural Variability and Problem Solving.
http://www.culturaleconomics.atfreeweb.com/Anno/pdanyi%20problem%20s
oloving%20BJ PS%201957.html. [12 november 2006]

http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.html.

Hershey, Douglas & David A. 2001. Wals. Knowledge versus Experience in
Financial Problem Solving performance. Winter 2000 / 2001. Volume 19
Issue 4, p261, 31 p, 1 chart, 6 diagrams.
http://.ebscohost.com/login.aspx?direct=7db=An=40535446&loginpage=login
.asp7site=eshost-live&scope=site, [ 22 Desember 2006]

Huda, Nizel. 2000. Suatu Model Pengajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika pada Mahasiswa D2 PGSD Prajabatan
FKIP Universitas Jambi. Jurnal Gema Pendidikan. Jambi : FIKP Universitas
J ambi.

Kuchar, Olga Ana & J orge Reyes-Spindola. 2004. Augmented Condition for
Bioinformatics Problem Solving. Martin S. Whitman Scool Of Manajement
Syracuse University, Scyracuse, NY, 13244 mbenaroc @ syr.Edu. [ 10 Maret
2007]


70

Lufri. 2004. Pembelajaran Berbasis Problem Solving Yang Diintervensi Dengan Peta
Konsep Pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan. Padang : FPMIPA.

Mccalla, J oanne. 2004. A General Problem Solving Process.
http://pespmcl.Vub.ac.be/probsolv.html. [12 November 2006]

Martinez, E. Michael. 2000. Whath Is The Problem Solving ?. http//www-
gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/problem _solving.html. [12
November 2006]

Panjaitan, Binsar. 2000. Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali
Siswa terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika.
Medan : IKIP.

Pical, J . Purniassa. 2004. Penggunaan Langkah Pemecahan Masalah dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika. Jurnal Pendidikan. Volume I No. 2.

Roland W, schollz & Barbara Fluckiger. 2004. Journal of Environmental Education :
Environmental problem solving ability : Profile In Aplication Dociments Of
ResearchAssistants.http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ft
h&AN=40.[10 Maret 2007]

Sabri, Ahmad. 2005. Stategi pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat : Gaung
Persada Press.

.2005. Stategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching. Padang : PT. Ciputat
Press.

Styer, Dan. 2002. Solving Problem In Physics.
http://www.oberlin.edu/physics/dstyer/SolvingProblem.html. [12 November
2006]

Sudjiono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. J akarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Sudirman. 2000. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar
Baru Algesindo.

Suharsono, Naswan. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir dan Bernalar Mahasiswa.
Aneka Widya STKIP Singaraja. Singaraja : STKIP. No.2 Th.xxxI April.



71



Sukarma, Ketut. 2004. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan
Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Jurnal Pendidikan.
Volume 3 No. 1.

Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil
Tes Implementasi kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosda karya.

Susanto, Agus dan Rusdi. 2006. Model Pembelajaran Heuristik pada Pemecahan
Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan.Volume 4 No. 1.

Sutarto. 2005. Buku Ajar Fisika ( BAF ) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika
( AFKF ) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam
Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan. Jurnal Pendidikan dan
kebudayaan. Mei No. 054 h. 327.

Sutawijaya, Akbar. 2000. Pemecahan Masalah dalam pembelajaran Matematika.
Jurnal Teknologi Pembelajaran. Th.6 N0.3.

Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. J akarta : Raja Grafindo Persada.

Turnip, Betty Marisi. 2000. Penguasaan Konsep IPA dan Pajangannya dalam
Interaksi Kelas Di SD Negeri Kotamadya Medan . Medan.

Wiliams, judy. 2004. Biological Problem Solving Experiments.
http://www.accessexcellence.org/AE/ATG/data/released/0327.J udyWiliams/I
ndex.php. [27 Oktober 2009]

Yamin, Martinis. 2005. Stategi pembelajaran Berbasis kompetensi. Ciputat : Gaung
Persada Press.


.




Lampiran 2

Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar Biologi
Tahun Pelajaran 2006/2007


Nama Sekolah : MTs Negeri Cipondoh Tangerang
Mata Pelajaran : IPA Biologi
Kelas/Semester : VIII/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jumlah Soal : 35 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda


Soal
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal
Nomor Jumlah
6. Mengaitkan hubungan 6.3 Mendeskripsikan Membandingkan macam Siswa dapat mendefinisikan 1, 2, 10 3
antara struktur dan sistem pernapasan organ penyusun sistem tentang pengertian
fungsi beberapa sistem pada manusia dan pernapasan pada manusia perapasan pada manusia
organ pada manusia dan vertebrata serta Siswa dapat menyebutkan 3, 13 2
vertebrata dengan hubungannya dengan alat-alat pernapasan pada
lingkungan, teknologi, kesehatan manusia
dan masyarakat Siswa dapat membedakan 4, 5, 6,7, 5


macam Organ pernapasan 15
pada manusia
Membandingkan proses Siswa dapat menunjukkan 8 1
inspirasi dan ekspirasi proses pernapasan secara
pada proses pernapasan inspirasi pada manusia
Siswa dapat menjelaskan 9, 11,14, 5
tentang proses keluar 31, 35
masuknya udara dari dan ke
paru-paru
Siswa dapat menjelaskan 12 1
tentang pernapasan dada
Siswa dapat menuliskan 16 1
reaksi pada proses respirasi
Mendata contoh kelainan Siswa dapat mengidentifikasi 17, 20 2
Dan penyakit pada sistem bahaya-bahaya yang
Pernapasan yang biasa ditimbulkan akibat merokok
Dijumpai dalam kehidupan Siswa dapat menyebutkan 19 1
Sehari-hari dan upaya bahan-bahan kimia apa saja
mengatasinya yang terdapat dalam rokok


Siswa dapat menyebutkan 18, 21 2
penyakit yang berkenaan
dengan bahaya merokok
Siswa dapat menyebutkan 22, 26, 5
alat-alat pernapasan pada 32,33,34
hewan vertebrata
Siswa dapat menjelaskan 23, 24 2
proses pengeluaran
karbondioksida pada ikan
Siswa dapat membedakan 25,27, 4
alat-alat pernapasan pada 28, 29
burung, ikan, amfibi, dan
reptil
Siswa dapat menyebutkan 30 1
fungsi pundi-pundi udara pada
burung

Jumlah 35



KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR BIOLOGI

No Materi
Tingkat Pengetahuan dan Nomor
Butir
Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia dan Vertebrata C1 C2 C3 C4 Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia
1.1 Pengertian pernapasan 1 2, 35 10 16 5 14,3 %
1.2 Alat-alat pernapasan pada manusia 3,13, 15 4,5,6 7 7 17,5 %
1.3 Mekanisme pernapasan 11,14 12,24 8 9,31 7 17,5 %
1.4 Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan 18 21 2 5,7 %
1.
1.5 Bahaya merokok bagi kesehatan 17,19 20 3 8,6 %
Sistem Pernapasan Pada Vertebrata
2.1 Pernapasan pada ikan 26,34 32 33 23 5 14,3 %
2.2 Pernapasan pada amfibi 22 28 2 5,7 %
2.3 Pernapasan pada reptil 29 27 2 5,7 %
2.
2.4 Pernapasan pada burung 30,25 2 5,7 %
Total dan Persen 13 13 5 4 35 100 %


KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR BIOLOGI

No Materi Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia dan Vertebrata C1 C2 C3 Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia
1.1 Pengertian pernapasan 1 2, 35 10*,16* 5 14,3 %
1.2 Alat-alat pernapasan pada manusia 3,13, 15* 4*,5*,6* 7 7 17,5 %
1.3 Mekanisme pernapasan 11*,14 8,9*,24*,31 12 7 17,5 %
1.4 Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan 18* 21 2 5,7 %
1.
1.5 Bahaya merokok bagi kesehatan 19 17 20 3 8,6 %
Sistem Pernapasan Pada Vertebrata
2.1 Pernapasan pada ikan 26*,34 32* 23*,33* 5 14,3 %
2.2 Pernapasan pada amfibi 22 28 2 5,7 %
2.3 Pernapasan pada reptil 29 27 2 5,7 %
2.
2.4 Pernapasan pada burung 30,25* 2 5,7 %
Total dan Persen 12 16 7 35 100 %
Keterangan : * : soal yang tidak valid



Tabel 1
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR BIOLOGI
No. Materi Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia dan Vertebrata C1 C2 C3 Jumlah ( % )
Sistem Pernapasan Pada Manusia
1.1 Pengertian pernapasan 1* 5
1.2 Alat-alat pernapasan pada manusia 2*, 4, 6 3*
1.3 Mekanisme pernapasan 9, 10, 8*,11 7*
1.4 Kapasitas paru-paru 12, 13*, 15 14*,
1.4 Kelainan & penyakit pada sistem pernapasan 16 17* 18
1.
1.5 Bahaya merokok bagi kesehatan 20* 21* 19*
Sistem Pernapasan Pada Vertebrata
2.1 Pernapasan pada ikan 23, 25 22*, 24*,
2.2 Pernapasan pada amfibi 26, 28*, 27*, 29*
2.3 Pernapasan pada reptil 31* 30*
2.
2.4 Pernapasan pada burung 32, 34* 33, 35*
Total dan Persen
Keterangan : * : soal yang tidak valid


72
Lampiran 1
Angket Cara Belajar siswa
No Pernyataan Sering Kadang-
Kadang
Tidak
Pernah
1 Membaca buku biologi sebelum pelajaran
biologi

2 Mengerjakan tugas yang diberikan guru
biologi dengan sebaik-baiknya

3 Tertarik memperhatikan penjelasan guru
4 Berdiskusi dengan teman-teman tentang
pelajaran pelajaran biologi

5 Mencatat setiap materi biologi yang
dijelaskan guru

6 Bersemangat mengikuti pelajaran biologi
7 Bertanya kepada guru bila tidak mengerti
8 Merasa senang jika tidak ada pelajaran
biologi di kelas

9 Mengikuti setiap kegiatan dalam
pembelajaran biologi di kelas

10 Kurang memperhatikan penjelasan guru
biologi

Rata-rata











73
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MTsN Cipondoh
Kelas / Semester : VIII (delapan) / II (dua)
Mata Pelajaran : Biologi

Standar Kompetensi
Kemampuan mengkaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa
sistem organ pada manusia dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia
serta hubungannya dengan kesehatan.

Indikator
1. Membandingkan macam organ penyusun sistem pernapasan pada manusia dan
vetebrata.
2. Membandingkan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan.
3. Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari hari dan upaya mengatasinya.

Alokasi waktu : 6 jam pelajaran ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. Melakukan percobaan untuk memahami mekanisme pernapasan, kapasitas
vital paru paru, kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan, serta
mekanisme pernapasan pada vetebrata.
2. Menjelaskan mekanisme pernapasan pada manusia dan vetebrata.
3. Menjelaskan proses pertukaran gas dan kapasitas paru paru manusia.

74
4. Menghubungkan sistem pernapasan dengan kehidupan sehari hari.
5. Membedakan alat pernapasan pada manusia dan vetebrata.
6. Memberikan contoh mekanisme pernapasan pada hewan vetebrata lainnya.

B. Materi Pelajaran : Sistem Respirasi

C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan = Problem Solving
2. Metode = Eksperimen
Diskusi

D. Langkah langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan apersepsi
Mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya mengenai sistem
pencernaan.
2) Prasyarat pengetahuan
Jelaskan proses pencernaan ?
Apa fungsi makanan
Bagaimana energi dapat dihasilkan ?
3) Prasyarat Eksperimen
Siswa sudah sarapan / makan sesuatu
Siswa tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan
sistem pernapasan
Berhati hati dalam menggunakan peralatan
b. Kegiatan Inti
Melakukan pretes dengan jumlah soal 3 buah
Apa hubungan sistem pencernaan dengan sistem respirasi ?
Proses pernapasan meliputi 2 hal. Sebutkan !
Sebutkan macam macam pernapasan !


75
Melakukan diskusi
Guru membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok
diskusi dengan jumlah 5 6 siswa tiap kelompok.
Guru memaparkan bahan yang akan dijadikan permasalahan
dalam kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut :
- Proses pernapasan pada saat bernapas biasa
- Proses pernapasan pada saat beraktivitas berat
Ex. Berolah raga
- Pernapasan dada dan pernapasan perut
- Kapasitas vital paru - paru
Guru menyediakan Lembar Kerja Ssiwa (LKS) sebagai penuntun
diskusi
Peserta didik dalam kelompok melakukan eksperimen tentang
proses pernapasan pada saat biasa dan pada saat beraktivitas berat
dengan memperhatikan pernapasan dada dan pernapasan perut,
serta menghitung kapasitas vital paru paru pada masing-masing
siswa.
c. Kegiatan Penutup
Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dari hasil
eksperimen kelompok.
Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan / rangkuman
hasil belajar
Guru memberikan tugas rumah berupa membuat laporan diskusi.

2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan apersepsi
Mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya mengenai
mekanisme pernapasan
2) Prasyarat pengetahuan
Apa perbedaan pernapasan dada dan pernapasan perut ?

76
Mengapa jika kita sehabis beraktivitas berat, pernapasan
menjadi lebih cepat dan dalam ?
Berapakah kapasitas vital paru paru pada manusia ?
3) Prasyarat eksperimen
Berhati hatilah dalam menggunakan korek api
Berhati hatilah terhadap asap rokok
b. Kegiatan Inti
Melakukan pretes dengan jumlah soal 3 buah
Apakah semua jenis rokok aman dikonsumsi ?
Mengapa rokok dapat menimbulkan kecanduan pada
penghisapnya?
Penyakit apa saja yang bias timbul karena merokok ?
Melakukan diskusi
Guru membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok
diskusi dengan jumlah 5 6 siswa tiap kelompok.
Guru memaparkan bahan yang akan dijadikan permasalahan
dalam kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut :
- Perbedaan rokok kretek, rokok kretek berfilter dan rokok
putih
- Memperhatikan warna kapas pada masing masing rokok
- Penyakit yang dapat timbul karena merokok.
Guru menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai penuntun
diskusi
Peserta didik dalam kelompok melakukan eksperimen untuk
mengetahui adanya tar dalam rokok
c. Kegiatan Penutup
Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dari hasil
eksperimen kelompok
Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman hasil
belajar.
Guru memberikan tugas rumah berupa membuat laporan diskusi.


77
3. Pertemuan Ketiga
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan Apersepsi
Mengulas kembali materi sebelumnya mengenai kelainan dan
penyakit pada sistem pernapasan.
2) Prasyarat Pengetahuan
Sebutkan alat pernapasan pada manusia ?
Jelaskan mekanisme penapasan pada manusia ?
3) Prasyarat Eksperimen
Hati hati membawa ikan, katak, dan burung
Hati hati menggunakan hewan sebagai eksperimen
b. Kegiatan Inti
Melakukan Pretes dengan jumlah soal 3 buah
Apakah ada persamaan dan perbedaan alat pernapasan pada
ikan dan katak ?
Mengapa pada waktu waktu tertentu burung melayang tanpa
mengepakkan sayap ?
Ayam termasuk dalam kelas Aves, kenapa ayam tidak dapat
terbang jauh ?
Melakukan diskusi
Guru membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok
diskusi dengan jumlah 5 6 siswa tiap kelompok.
Guru memaparkan bahan yang akan dijadikan permasalahan
dalam kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut :
- Mekanisme pernapasan ikan
- Mekanisme pernapasan katak
- Mekanisme pernapasan burung
Guru menyediakan lembar kerja siswa (LKS) sebagai penuntun
diskusi
Peserta didik dalam kelompok melakukan eksperimen tentang
proses pernapasan pada vetebrata (ikan, katak, dan burung)


78
c. Kegiatan Penutup
Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dari hasil
eksperimen kelompok.
Guru bersama peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman.
Guru memberikan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui daya
serap materi yang telah dipelajari.

E. Sumber Belajar
1. Sumarwan, dkk. Sains Biologi SMP Jilid 2B Kelas VIII. G. 1-30
2. Puji Haryoko, S.Pd. Shola (Sahabat Sekolah) Kelas VIII. H. 4-14
3. Alat : Baskom atau bak plastik bundar, botol atau bejana yang volumenya
+ 5 liter, selang air ukuran + 2 meter, botol plastik, pipa kaca atau pipa
karet, Aquarium kecil.
4. Bahan : kapas, rokok kretek berfilter, rokok kretek tanpa filter, rokok
putih, ikan, katak, burung.
5. Di dalam Sekolah :
Kelas
Perpustakaan
Laboratorium
Dll
6. Di luar Sekolah :
Perpustakaan umum
Rumah
Internet
Dll

F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
2. Bentuk Instrumen
Tes Identifikasi

79
PG
Essay / uraian
3. Contoh Instrumen
Contoh tes identifikasi
Tuliskan hasil pengamatanmu dalam tabel di bawah ini !
No Nama
Siswa
Volume
Botol A
Volume
Botol B
Volume udara
yang dikeluarkan
1
2
3

Rubrik
No. Aspek Skor
1.
2.
Ketepatan mengidentifikasi perubahan volume udara
Membuat kesimpulan
2
2
Jumlah skor 4

Contoh tes PG
Pernapasan pada manusia adalah untuk :
a. memperoleh energi
b. mengambil O
2
dan mengeluarkan CO
2

c. mengeluarkan sisa metabolisme
d. menjaga keseimbangan tekanan udara paru - paru
Contoh tes uraian
1. Mengapa jika selesai berolah raga, pernapasan kita menjadi lebih
cepat dan dalam ? Jelaskan









80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL

Sekolah : MTsN Cipondoh
Kelas / Semester : VIII (delapan) / II (dua)
Mata Pelajaran : Biologi

Standar Kompetensi
Kemampuan mengkaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa
sistem organ pada manusia dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia
serta hubungannya dengan kesehatan.

Indikator
1. Membandingkan macam organ penyusun sistem pernapasan pada manusia
dan vetebrata.
2. Membandingkan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan.
3. Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari hari dan upaya mengatasinya.
Alokasi waktu : 6 jam pelajaran ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. Menjelaskan mekanisme pernapasan pada manusia dan vetebrata.
2. Menjelaskan proses pertukaran gas dan kapasitas vital paru paru
manusia.
3. Menghubungkan sistem pernapasan dengan kehidupan sehari hari.
4. Membedakan alat pernapasan pada manusia dan vetebrata.
5. Memberikan contoh mekanisme pernapasan pada hewan vetebrata lainnya.


81
B. Materi Pelajaran : Sistem Respirasi

C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan = Ceramah
2. Metode = Kepustakaan
Diskusi

D. Langkah langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan apersepsi
Mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya mengenai sistem
pencernaan.
2) Prasyarat pengetahuan
Jelaskan proses pencernaan ?
Apa fungsi makanan
Bagaimana energi dapat dihasilkan ?
b. Kegiatan Inti
Guru memberikan materi tentang mekanisme pernapasan dan
kapasitas vital paru paru.
Guru membimbing siswa untuk mengisi lembar kerja siswa (LKS)
tentang mekanisme pernapasan dan kapasitas vital paru paru
Melakukan Tanya jawab mengenai mekanisme pernapasan dan
kapasitas vital paru paru.
c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan postes, soal berbentuk soal esay berjumlah 3
soal
Proses pernapasan meliputi 2 hal. Sebutkan !
Jelaskan mekanisme pernapasan dada dan pernapasan perut !
Apa yang dimaksud dengan kapasitas vital paru paru ?



82
2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan apersepsi
Mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya mengenai
mekanisme pernapasan dan kapasitas vital paru paru.
2) Prasyarat pengetahuan
Jelaskan mekanisme pernapasan dada !
Jelaskan mekanisme pernapasan perut !
Apa yang dimaksud kapasitas vital paru paru ?
b. Kegiatan Inti
Guru memberikan materi tentang kelainan dan penyakit pada
sistem pernapasan.
Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan
mendiskusikan tentang kelainan dan penyakit pada sistem
pernapasan dengan mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS).
Melakukan Tanya jawab
c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan postes, soal berbentuk esay berjumlah 3 soal !
Penyakit apa saja yang dapat timbul karena merokok ?
Mengapa rokok dapat mengimbulkan kecanduan pada
penghisapnya !
Apakah semua jenis rokok aman dikonsumsi ?

3. Pertemuan Ketiga
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Motivasi dan Apersepsi
Mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya mengenai
kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan.
2) Prasyarat Pengetahuan
Sebutkan penyakit yang menyerang pernapasan bagian atas !
Sebutkan penyakit yang menyerang pernapasan bagian dalam !
Penyakit apa saja yang dapat timbul karena merokok ?

83
b. Kegiatan Inti
Guru memberikan materi tentang pernapasan pada vetebrata
Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan
mendiskusikan sistem pernapasan pada vetebrata dengan mengisi
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Melakukan tanya jawab
c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui daya
serap materi yang telah dipelajari.

E. Sumber Belajar
1. Sumarwan, dkk. Sains Biologi SMP Jilid 2B Kelas VIII. G. 1-30
2. Puji Haryoko, S.Pd. Shola (Sahabat Sekolah) Kelas VIII. H. 4-14
3. Di dalam Sekolah :
Kelas
Perpustakaan
4. Di luar Sekolah :
Perpustakaan umum
Rumah
Internet
Dll

F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
2. Bentuk Instrumen
Tes Identifikasi
Tes Essay
Tes PG
3. Contoh Instrumen
Contoh tes identifikasi

84
Isilah tabel di bawah ini !
No Macam-macam udara Pengertian Volume udara
1

2

3

4
Udara Pernapasan
(UP)
Udara Kompelementer
(UK)
Udara Suplemen
(US)
Udara Residu
(UR)

Volume total paru paru =

Rubrik
No. Aspek Skor
1.
2.
Ketepatan mengidentifikasi perubahan volume udara
Membuat kesimpulan
2
2

Contoh tes PG
Pernapasan pada manusia adalah untuk .
a. memperoleh energi
b. mengambil O
2
dan mengeluarkan CO
2

c. mengeluarkan sisa metabolisme
d. menjaga keseimbangan tekanan udara paru - paru
Contoh tes uraian
Apakah kapasitas vital paru paru setiap orang sama ?








85
Lampiran 3
Tabel.14
Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi

No Materi Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia
dan Vertebrata
C1 C2 C3 Jumlah (%)
Sistem Pernapasan Pada Manusia
1.1 Pengertian pernapasan 5 1* 2 5,7 %
1.2 Alat-alat pernapasan pada manusia 2*, 4, 6 3* 4 11,4 %
1.3 Mekanisme pernapasan 9, 10, 8*,11 7* 5 14,3 %
1.4 Kapasitas paru-paru 12, 13*, 15 14*, 4 11,4 %
1.5 Kelainan & penyakit pada sistem
pernapasan
16 17* 18 3 8,6 %
1.
1.6 Bahaya merokok bagi kesehatan 20* 19* 21* 3 8,6 %
Sistem Pernapasan Pada
Vertebrata

2.1 Pernapasan pada ikan 23 22*, 24*, 25 4 11,4 %
2.2 Pernapasan pada amfibi 26, 27*, 28*, 29* 4 11,4 %
2.3 Pernapasan pada reptil 31* 30* 2 5,7 %
2.
2.4 Pernapasan pada burung 32, 34* 33, 35* 4
Total dan Persen 17 14 5 35 100

Keterangan : * : soal yang valid










86
Lampiran 4
INSTRUMEN UJI COBA HASIL BELAJAR BIOLOGI

Nama : ....
Kelas : ....
Hari/Tanggal : / ..
Waktu : 2 x 45 menit
Mata Pelajaran : Biologi

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang tepat!

1. Pernapasan bagi makhluk hidup memiliki tujuan pokok yaitu
a. untuk mendapatkan oksigen c. membebaskan CO
2

b. mendapatkan energi d. menghasilkan zat-zat sisa
2. Berikut ini adalah organ-organ saluran pernapasan
1. alveolus 3. bronkus 5. laring
2. bronkiolus 4. trakea 6. rongga hidung
Urutan proses masuknya udara pernapasan manusia, yaitu :
a. 6-5-4-3-2-1 c. 6-3-4-5-2-1
b. 6-4-5-3-2-1 d.6-2-3-4-5-1
3. Fungsi selaput lendir hidung adalah untuk
a. menyesuaikan kelembaban udara c. menetralkan racun yang masuk
b. membunuh kuman yang terbawa d. memilih gas-gas yang masuk
4. Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput yang disebut
a. diafragma b. lobus c. alveoli d. pleura
5. Reaksi respirasi yang benar di bawah ini adalah
a. Sari makanan + O
2
Energi + CO
2
+ H
2
O
b. CO
2
+ H
2
O (air) Energi + O
2
+ Sari makanan
c. Sari makanan + CO
2
Energi + O
2
+ uap air
d. H
2
O (air) + oksigen Energi + Sari makanan + CO
2



87
6. Proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada manusia
berlangsung di
a. hidung b. alveolus c. trakea d. bronkus
7. Apabila kita sedang berolah raga, napas kita menjadi lebih cepat karena
a. tingginya kadar O
2
dalam darah c. rendahnya kadar CO
2
darah
b. rendahnya kadar glukosa darah d. tingginya kadar CO
2
darah
8. keluarnya udara pernapasan dari paru-paru adalah karena rongga dada
a. membesar, tekanan udara paru-paru membesar
b. mengecil, tekanan udara paru-paru mengecil
c. mengecil, tekanan udara paru-paru membesar
d. membesar, tekanan udara paru-paru mengecil
9. Pada pernapasan dada, inspirasi disebabkan karena adanya kontraksi
a. otot-otot antartulang rusuk c. tulang dada
b. diafragma d. tulang rusuk
10. Ekspirasi pada pernapasan perut terjadi karena
a. diafragma berkontraksi, rongga dada membesar
b. diafragma berkontraksi, rongga dada menyempit
c. diafragma relaksasi, rongga dada menyempit
d. diafragma relaksasi, rongga dada membesar
11. Pada ekspirasi, pada saat otot antartulang rusuk relaksasi, maka
a. tulang rusuk terangkat c. volume rongga dada membesar
b. tulang rusuk menurun d. tekanan udara menurun
12. Setelah melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara yang masih terdapat di
dalam paru-paru disebut
a. udara residu c. udara komplementer
b. udara suplementer d. udara tidal
13. Udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru setelah melakukan
inspirasi biasa disebut
a. udara tidal c. udara suplementer
b. udara komplementer d. udara residu


88
14. Kapasital vital paru-paru merupakan jumlah volume udara tersebut di
bawah ini, kecuali
a. udara tidal c. udara suplementer
b. udara komplementer d. udara residu
15. Kapasitas vital paru-paru manusia adalah
a. 3 liter b. 4 liter c. 5 liter d. 6 liter
16. Gangguan pada paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis disebut penyakit
a. TBC b. influenza c. bronchitis d. pleuritis
17. Penyempitan saluran pernapasan karena tertumpuknya mucus terjadi pada
penderita
a. TBC b. asma c. bronchitis d. tonsilitis
18. Suatu keadaan dimana hidung tersumbat, beringus, dan bersin-bersin
merupakan ciri orang yang terserang
a. flu b. selesma c. influenza d. asma
19. Gas karbon monoksida yang dihirup dari asap rokok dapat membahayakan
tubuh karena
a. dapat merusak dinding alveolus
b. gas tersebut dapat menimbulkan batuk - batuk
c. gas tersebut akan menggantikan oksigen di sel sel darah
d. dapat menimbulkan berbagai gangguan pada saluran pernapasan
20. Berikut ini yang merupakan karsinogen pada rokok tembakau adalah
a. tar b. karbon monoksida c. nikotin d. sianida
21. Kecanduan bagi perokok disebabkan oleh
a. nikmatnya rasa rokok c. bau harumnya asap rokok
b. zat nikotin dalam tembakau d. gas karbon monoksida
22. Ikan lele masih dapat bergerak aktif di dalam ember yang berisi sedikit air
karena ikan lele
a. bernapas dengan labirin c. bernapas dengan insang
b. bernapas dengan kulit d. daya tahan tubuhnya sangat kuat
23. Ikan hiu bernapas dengan menggunakan
a. insang b. paru-paru c. kulit d. labirin

89

24. Ikan mengikat oksigen di dalam tubuhnya dengan cara
a. mulut terbuka, tutup insang menutup, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
b. mulut terbuka, tutup insang membuka, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
`c. mulut tertutup, tutup insang membuka, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
d. mulut tertutup, tutup insang menutup, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
25. Contoh ikan yang memiliki tutup insang adalah
a. ikan lele b. ikan hiu c. ikan mas d. ikan gurame
26. Hewan berikut yang bernapas dengan kulit adalah
a. katak dan cacing tanah c. ikan dan buaya
b. buaya dan katak d. cacing tanah dan amoeba
27. Berudu katak yang berumur 6 hari bernapas dengan
a. insang dalam b. insang luar c. kulit d. paru-paru
28. Peranan selaput lendir pada rongga mulut katak adalah
a. untuk memasukan oksigen ke dalam insang secara difusi
b. memasukan air untuk bernapas
c. untuk memasukan oksigen ke dalam darah secara difusi
d. untuk memudahkan bersuara
29. Bagian tubuh katak yang berperan dalam mekanisme pernapasan adalah

a. otot antartulang rusuk dan sekat rongga badan
b. otot antartulang rusuk dan otot perut
c. sekat rongga badan dan otot perut
d. otot - otot rahang bawah dan otot perut
30. Selain dengan paru-paru, penyu dan kura-kura juga bernapas dengan
menggunakan
a. pulmosis b. insang c. kloaka d. permukaan kulit


90
31. Buaya bernapas dengan mengunakan
a. paru-paru b. insang c. glottis d. trakea
32. Alat bantu pernapasan burung dinamakan
a. gelembung udara c. gelembung oksigen
b. kantong udara d. kantong oksigen
33. Burung memiliki kantong udara yang berfungsi
a. menggantikan kerja paru-paru selama selama terbang
b.mengalirkan udara dari saluran pernapasan ke paru-paru
c. tempat oksigen berdifusi ke dalam darah
d.tempat udara cadangan selama terbang
34. Berikut merupakan saluran pernapasan:
1. lubang hidung 3. paru-paru 5. kantong udara
2. bronkus 4. trakea
Urutan saluran pernapasan pada burung yang benar adalah
a. 1,2,3,4,5 b. 1,4,2,3,5 c. 1,4,2,3,5 d. 1,5,2,3,4
35. Pernyataan yang benar tentang pernapasan burung adalah
a. pengambilan oksigen oleh darah hanya terjadi pada paru-paru
b. pengambilan oksigen oleh darah hanya terjadi pada kantong udara
c. pada waktu hinggap dan terbang, burung mengisi kantong udara
d.ketika mengepakkan sayapnya, burung akan mengisi kantong udara



Sel amat
Menger j akan









91

lampiran 5

Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen

1. B 11. B 21. B 31. A
2. A 12. A 22. A 32. B
3. A 13. B 23. A 33.D
4. D 14. D 24. A 34. B
5. A 15. B 25. C 35. A
6. B 16. A 26. A
7. D 17. C 27. B
8. C 18. B 28. C
9. A 19 C 29. D
10. D 20. A 30. C


















92

Lampiran 6
Tabel 15.
Skor Uji Relibialitas





























93
Lampiran 7

Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen

Menentukan skor total dengan persamaan :
Mt =
N
x


Mt = 36 , 15
36
533
=

Menentukan standar Deviasi total dengan persamaan :
SDt =
2
2


n n

=
2
36
553
36
8815


= 96 , 235 86 , 244
= 9 , 8
SDt = 2,98

Menentukan skor soal peserta tes yang menjawab benar dengan persamaan :

Jumlah skor total peserta yang menjawab benar
Jumlah skor tertinggi
Mp

=
Mp = 15 + 15 + 16 + 21 + 17 + 10 + 15 + 23 + 15 + 14 + 10 + 12 + 15 +
14 + 18 + 15 + 15 + 17 + 18 + 17 + 17 + 16 + 17 + 16 + 15 + 17 +
14 + 14 + 19 + 15 + 12 + 13 + 17

= 60 , 15
33
514
=


Menentukan validitas dengan persamaan :

r
pbi
=
q
p
SDt
Mt Mp

=
1 , 0
9 , 0
98 , 2
36 , 15 8 , 15

= 0,148 x 3
= 0,443




94
Lampiran 8

Tabel 16.
Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen





























95
Lampiran 9
Tabel 17.
Skor Instrumen yang Valid






























96
Lampiran 10

Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen

x = 390
x
2
= 4564
pq = 3,74
N = 36
n = 20
SD =
2
2


N N

=
2
36
390
36
4568


= 36 , 117 8 , 126
= 44 , 9
= 3,1

Koefisien dengan menggunakan rumus K- R 20 sebagai berikut :
r
1
=


2
2
1 SD
pq SD
n
n

=
( )
( )

2
2
1 , 3
74 , 3 1 , 3
35
36

=


61 , 9
74 , 3 61 , 9
03 , 1
= 1,03 x ( 0,611)
= 0,63

Klasifikasi koefisien reliabilitass :
11
r = 0,91 1,00 = sangat tinggi
11
r = 0,71 0,90 = tinggi
11
r = 0,41 0,70 = cukup
11
r = 0,21 0,40 = rendah
11
r = 0,21

> Dari hasil perhitungan memperoleh koefisien rehabilitas sebesar 0,63 , oleh
karena itu rehabilitas tergolong dalam klasifikasi cukup.

97
Lampiran 11
INSTRUMEN HASIL BELAJAR BIOLOGI

Nama : ..
Kelas : .
Hari/Tanggal : ..
Waktu : 2 x 45 menit
Mata Pelajaran : Biologi

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang tepat!
1. Pernapasan bagi makhluk hidup memiliki tujuan pokok yaitu
a. untuk mendapatkan oksigen c. membebaskan CO
2

b. mendapatkan energi d. menghasilkan zat-zat sisa
2. Berikut ini adalah organ-organ saluran pernapasan
1. alveolus 3. bronkus 5. laring
2. bronkiolus 4. trakea 6. rongga hidung
Urutan proses masuknya udara pernapasan manusia, yaitu :
a. 6-5-4-3-2-1 c. 6-3-4-5-2-1
b. 6-4-5-3-2-1 d.6-2-3-4-5-1
3. Fungsi selaput lendir hidung adalah untuk
a. menyesuaikan kelembaban udara c. menetralkan racun yang masuk
b. membunuh kuman yang terbawa d. memilih gas-gas yang masuk
4. Apabila kita sedang berolah raga, napas kita menjadi lebih cepat karena
a. tingginya kadar O
2
dalam darah c. rendahnya kadar CO
2
darah
b. rendahnya kadar glukosa darah d. tingginya kadar CO
2
darah
5. keluarnya udara pernapasan dari paru-paru adalah karena rongga dada
a. membesar, tekanan udara paru-paru membesar
b. mengecil, tekanan udara paru-paru mengecil
c. mengecil, tekanan udara paru-paru membesar
d. membesar, tekanan udara paru-paru mengecil


98
6. Udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru setelah melakukan
inspirasi biasa disebut
a. udara tidal c. udara suplementer
b. udara komplementer d. udara residu
7. Kapasital vital paru-paru merupakan jumlah volume udara tersebut di
bawah ini, kecuali
a. udara tidal c. udara suplementer
b. udara komplementer d. udara residu
8. Penyempitan saluran pernapasan karena tertumpuknya mucus terjadi pada
penderita
a. TBC b. asma c. bronchitis d. tonsilitis
9. Gas karbon monoksida yang dihirup dari asap rokok dapat membahayakan
tubuh karena
a. dapat merusak dinding alveolus
b. gas tersebut dapat menimbulkan batuk - batuk
c. gas tersebut akan menggantikan oksigen di sel sel darah
d. dapat menimbulkan berbagai gangguan pada saluran pernapasan
10. Berikut ini yang merupakan karsinogen pada rokok tembakau adalah
a. tar b. karbon monoksida c. nikotin d. sianida
11. Kecanduan bagi perokok disebabkan oleh
a. nikmatnya rasa rokok c. bau harumnya asap rokok
b. zat nikotin dalam tembakau d. gas karbon monoksida
12. Ikan lele masih dapat bergerak aktif di dalam ember yang berisi sedikit air
karena ikan lele
a. bernapas dengan labirin c. bernapas dengan insang
b. bernapas dengan kulit d. daya tahan tubuhnya sangat kuat
13. Ikan mengikat oksigen di dalam tubuhnya dengan cara
a. mulut terbuka, tutup insang menutup, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
b. mulut terbuka, tutup insang membuka, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang

99
c. mulut tertutup, tutup insang membuka, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
d. mulut tertutup, tutup insang menutup, oksigen yang larut dalam air
diikat kapiler insang
14. Berudu katak yang berumur 6 hari bernapas dengan
a. insang dalam b. insang luar c. kulit d. paru-paru
15. Peranan selaput lendir pada rongga mulut katak adalah
a. untuk memasukan oksigen ke dalam insang secara difusi
b. memasukan air untuk bernapas
c. untuk memasukan oksigen ke dalam darah secara difusi
d. untuk memudahkan bersuara
16. Bagian tubuh katak yang berperan dalam mekanisme pernapasan adalah

a. otot antartulang rusuk dan sekat rongga badan
b. otot antartulang rusuk dan otot perut
c. sekat rongga badan dan otot perut
d. otot - otot rahang bawah dan otot perut
17. Selain dengan paru-paru, penyu dan kura-kura juga bernapas dengan
menggunakan
a. pulmosis b. insang c. kloaka d. permukaan kulit
18. Buaya bernapas dengan mengunakan
a. paru-paru b. insang c. glottis d. trakea
19. Berikut merupakan saluran pernapasan:
1. lubang hidung 3. paru-paru 5. kantong udara
2. bronkus 4. trakea
Urutan saluran pernapasan pada burung yang benar adalah
a. 1,2,3,4,5 b. 1,4,2,3,5 c. 1,4,2,3,5 d. 1,5,2,3,4
20. Pernyataan yang benar tentang pernapasan burung adalah
a. pengambilan oksigen oleh darah hanya terjadi pada paru-paru
a. pengambilan oksigen oleh darah hanya terjadi pada kantong udara
b. pada waktu hinggap dan terbang, burung mengisi kantong udara
c. ketika mengepakkan sayapnya, burung akan mengisi kantong udara

100
Lampiran 12
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian

1. B 11. B
2. A 12. A
3. A 13. A
4. D 14. A
5. C 15. B
6. B 16. D
7. D 17. D
8. C 18. D
9. C 19. A
10. A 20. A




















101
Analisis Uji Taraf Kesukaran
No Soal B JS P =
JS
B
Keterangan
1. 33 36 0,92 Mudah
2. 8 36 0,22 Sukar
3. 27 36 0,75 Mudah
4. 13 36 0,36 Sedang
5. 27 36 0,75 Mudah
6. 6 36 0,17 Sukar
7. 23 36 0,64 Sedang
8. 2 36 0,05 Sukar
9. 25 36 0,70 Sedang
10. 25 36 0,70 Sedang
11. 29 36 0,80 Mudah
12. 27 36 0,75 Mudah
13. 14 36 0,40 Sedang
14. 20 36 0,55 Sedang
15. 25 36 0,70 Sedang
16. 26 36 0,72 Mudah
17. 4 36 0,11 Sukar
18. 26 36 0,72 Mudah
19. 15 36 0,42 Sedang
20. 15 36 0,42 Sedang

102
Lampiran 13

Perhitungan Nilai dan Daftar Distribusi Frekuensi

1. Perhitungan Mean
Mx =
N
fx


2. Perhitungan Median
Mdn = l +
( )
fi
fkb N
2
1


3. Perhitungan Modus
Mo = nilai yang sering muncul

4. Perhitungan Standar Deviasi
SD =
N
fx
2



5. Perhitungan Range
R = High Score (H) Lower Score (L) + 1

6. Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n

7. Interval Kelas
i =
K
R


103
Lampiran 14
Tabel 18.
Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Pre Test Kelompok Eksperimen (X)
X F FX Fkb x x
2
Fx
2

55 1 55 30 19,2 368,64 368,64
45 7 315 29 9,2 84,64 592,48
40 6 240 22 4,2 17,64 105,84
35 3 105 16 0,8 0,64 1,92
30 9 270 13 -5,8 33,64 302,76
25 2 50 4 -10,8 116,64 233,28
20 2 40 2 -15,8 249,64 499,28
n = 30 1075 2104,2

1. Mean
Mx = 8 , 35
30
1075
=

2. Median
Mdn = 34,5 +
( )
9
13 30
2
1


= 34,5 + 0,22
= 34,72

3. Modus
Mo = 30
4. Standar Deviasi
SD =
30
2 , 2104

= 14 , 70
= 8,37

104
5. Range
R = (H L) + 1
= 55 20 + 1
= 36

6. Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,78
= 5,78 dibulatkan menjadi 6
7. Interval Kelas
i =
K
R

= 83 , 6
6
41
= dibulatkan menjadi 6


Tabel 19
Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelompok Eksperimen
Frekuensi
No Interval
Nilai
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1. 20 25 22,5 19,5 25,5 4 13,33% 30 4
2. 26 31 28,5 25,5 31,5 9 30 % 26 13
3. 32 37 34,5 31,5 37,5 3 10 % 17 16
4. 38 43 40,5 37,5 43,5 6 20 % 14 22
5. 44 49 46,5 43,5 49,5 7 23,33% 8 29
6. 50 55 52,5 49,5 55,5 1 3,33 % 1 30
Jumlah N = 30 100 %




105
Lampiran 15
Tabel 20.
Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Post Test Kelompok Eksperimen (X)
X F FX Fkb x x
2
Fx
2

70 4 280 30 14 196 784
65 3 195 26 9 81 243
60 4 240 23 4 16 64
55 10 550 19 -1 1 10
50 3 150 9 -6 36 108
45 5 225 6 -11 121 605
40 1 40 1 -16 256 256
n = 30 1680 2070

1. Mean
Mx = 56
30
1680
= =

2. Median
Mdn = 59,5 +
( )
10
19 30
2
1


= 59,5 0,4
= 59,1

3. Modus
Mo = 55
1. Standar Deviasi
SD =
30
2070

= 69
= 8,30

106
2. Range
R = (H L) + 1
= 70 40 + 1
= 31

3. Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,78
= 5,78 dibulatkan menjadi 6
4. Interval Kelas
i =
K
R

= 16 , 5
6
31
= dibulatkan menjadi 6
Tabel 21.
Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelompok Eksperimen
Frekuensi
No Interval
Nilai
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1. 40 45 42,5 39,5 45,5 6 20 % 30 6
2. 46 51 48,5 45,5 51,5 3 16,66% 24 9
3. 52 57 54,5 51,5 57,5 10 30 % 21 19
4. 58 63 60,5 57,5 63,5 4 13,33% 11 23
5. 64 69 66,5 63,5 69,5 3 6,66% 7 26
6. 70 75 72,5 69,5 75,5 4 13,3 % 4 30
Jumlah N = 30 100 %





107
Lampiran 16
Tabel 22.
Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Pre Test Kelompok Kontrol (Y)
X F FX Fkb x x
2
Fx
2

55 2 110 30 16,67 277,89 555,78
50 5 250 28 11,67 136,19 680,95
45 3 135 23 6,67 44,49 133,47
40 6 240 20 1,67 2,79 16,74
35 5 175 14 -3,33 11,09 55,45
30 4 120 9 -8,33 69,39 277,56
25 4 100 5 -13,33 177,69 710,76
20 1 20 1 -18,33 335,99 335,99
n = 30 1150 2766,7

1. Mean
Mx = 33 , 38
30
1150
=
2. Median
Mdn = 44,5 +
( )
6
20 30
2
1


= 44,5 0,83
= 43,67
3. Modus
Mo = 40
4. Standar Deviasi
SD =
30
7 , 2766

= 23 , 92
= 9,60


108
5. Range
R = (H L) + 1
= 55 20 + 1
= 36

6. Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,78
= 5,78 dibulatkan menjadi 6
7. Interval Kelas
i =
K
R

= 6
6
36
=


Tabel 23
Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelompok Kontrol
Frekuensi
No Interval
Nilai
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1. 20 25 22,5 19,5 25,5 5 16,7 % 30 5
2. 26 31 28,5 25,5 31,5 4 13,3 % 25 9
3. 32 37 34,5 31,5 37,5 5 16,7 % 21 14
4. 38 43 40,5 37,5 43,5 6 20 % 16 20
5. 44 49 46,5 43,5 49,5 3 10 % 10 23
6. 50 55 52,5 49,5 55,5 7 23,3 % 7 30
Jumlah N = 30 100 %




109


Lampiran 17
Tabel 24.
Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi
Nilai Post Test Kelompok Kontrol (Y)
X F FX Fkb x x
2
Fx
2

75 2 150 30 19,5 380,25 760,25
70 5 350 28 14,5 210,25 1051,25
65 3 195 23 9,5 90,25 270,75
60 4 240 20 4,5 20,25 81
55 3 165 16 -0,5 0,25 0,75
50 4 200 13 -5,5 30,25 121
45 4 180 9 -10,5 110,25 441
40 2 80 5 -15,5 240,25 480,5
35 3 105 3 -20,5 420,25 1260,75
n = 30 1665 4467,5

1. Mean
Mx = 5 , 55
30
1665
=
2. Median
Mdn = 74,5 +
( )
5
28 30
2
1


= 74,5 2,6
= 71,9
3. Modus
Mo = 70
4. Standar Deviasi
SD =
30
5 , 4467


110
= 91 , 148
= 12,20
5. Range
R = (H L) + 1
= 75 35 + 1
= 41

6. Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,78
= 5,78 dibulatkan menjadi 6
7. Interval Kelas
i =
K
R

= 67 , 7
6
46
= dibulatkan menjadi 7

Tabel 25.
Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelompok Kontrol
Frekuensi
No Interval
Nilai
Tengah
Batas
Bawah
Batas
Atas Absolut Relatif
fka fkb
1. 35 41 38 34,5 41,5 5 16,67% 30 5
2. 42 48 45 41,5 48,5 4 13,33% 25 9
3. 49 55 52 48,5 55,5 7 23,33% 21 16
4. 56 62 59 55,5 62,5 4 13,33% 14 20
5. 63 69 66 62,5 69,5 3 10 % 10 23
6. 70 76 73 69,5 76,5 7 23,33% 7 30
Jumlah N = 30 100 %



111


Lampiran 18
Perhitungan Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors untuk menguji signifikansi
normalitas distribusi pada taraf signifikansi 5 %, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Kolom X
Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Kolom Zi
Zi =
SD
Xi X
, nilai Z dikonsultasikan pada daftar tabel f.
3. Kolom F(Zi)
Jika Z negatif, maka F(Z) = 0,5 Z
Jika Z positif, maka F(Z) = 0,5 + Z
4. Kolom S(Zi)
Merupakan nilai dari frekuensi kumulatif dibagi jumlah frekuensi.
5. Kolom [F(Zi) S(Zi)]
Merupakan harga mutlak dari selisih F(Z) dan S(Z).
6. Tentukan nilai Lo dengan harga terbesar dari harga mutlak selisih dan
dibandingkan dengan Ltabel dari tabel Lilliefors. Dengan kriteria:
Jika L
hitung
< L
tabel
, maka data berdistribusi normal.
Jika L
hitung
> L
tabel
, maka data berdistribusi tidak normal

112
Lampiran 19
Tabel 26.
Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok X
No X F Fkb Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]
1. 55 1 30 2,29 0,9890 1,0000 0,0110
2. 45 7 29 1,09 0,8621 0,9666 0,1045
3. 40 6 22 0,50 0,6915 0,7333 0,0418
4. 35 3 16 0,09 0,5359 0,5333 0,0026
5. 30 9 13 0,70 0,2730 0,4333 0,1603
6. 25 2 4 1,29 0,0985 0,1333 0,0348
7. 20 2 2 1,88 0,4699 0,0666 0,03565
N= 30

Dik : f = 30
fx = 1075
X = 8 , 35
30
1075
=
SD = 8,37

Dari hasil penelitian, didapat L
hitung
terbesar adalah 0,1603
dengan =0,05, n= 30 dan dari nilai kritis Lilliefors didapat L
tabel
sebesar 0,161.
karena L
hitung
< L
tabel
maka hipotesis nol diterima. Kesimpulannya data nilai Pre-
Test kelas eksperimen berdistribusi normal.


113
Lampiran 20

Tabel 27.
Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok X
No X F Fkb Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]
1. 70 4 30 1,68 0,9535 1,0000 0,0465
2. 65 3 26 1,08 0,8599 0,8666 0,0067
3. 60 4 23 0,48 0,6844 0,7666 0,0822
4. 55 10 19 0,12 0,4822 0,6333 0,1511
5. 50 3 9 0,73 0,2358 0,3000 0,0642
6. 45 5 6 1,32 0,0934 0,2000 0,1066
7. 40 1 1 1,33 0,0268 0,0333 0,0065
N= 30

Dik : f = 30
fx = 1680
X = 56
SD = 8,30

Dari hasil penelitian, didapat L
hitung
terbesar adalah 0,1511
dengan =0,05, n= 30 dan dari nilai kritis Lilliefors didapat L
tabel
sebesar 0,161.
karena L
hitung
< L
tabel
maka hipotesis nol diterima. Kesimpulannya data nilai Post -
Test kelas eksperimen berdistribusi normal.


114
Lampiran 21
Tabel 28
Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok Y
No X F Fkb Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]
1. 55 2 30 1,74 0,9591 1,000 0,0409
2. 50 5 28 1,21 0,8869 0,9333 0,0464
3. 45 3 23 0,69 0,7549 0,7667 0,0118
4. 40 6 20 0,17 0,5675 0,6667 0,0992
5. 35 5 14 -0,35 0,3632 0,4667 0,1035
6. 30 4 9 -0,87 0,1922 0,3000 0,1078
7. 25 4 5 -1,39 0,0823 0,1667 0,0844
8. 20 1 1 -1,91 0,0281 0,0333 0,0052
N= 30

Dik : f = 30
fx = 1150
X = 38,33
SD = 9,60

Dari hasil penelitian, didapat L
hitung
terbesar adalah 0,1078 dengan
=0,05, n= 30 dan dari nilai kritis Lilliefors didapat L
tabel
sebesar 0,161. karena
L
hitung
< L
tabel
maka hipotesis nol diterima. Kesimpulannya data nilai Pre Test
kelas kontrol berdistribusi normal.










115
Lampiran 22

Tabel 29.
Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok Y
No X F Fkb Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]
1. 75 2 30 2,62 0,9956 1,0000 0,0044
2. 70 5 28 1,95 0,9744 0,9333 0,0411
3. 65 3 23 1,27 0,8980 0,7666 0,1314
4. 60 4 20 0,60 0,7258 0,6666 0,0592
5. 55 3 16 0,07 0,4721 0,5333 0,0612
6. 50 4 13 0,74 0,2796 0,4333 0,1537
7. 45 4 9 1,40 0,1808 0,3000 0,1192
8. 40 2 5 2,08 0,0188 0,1666 0,1478
9. 35 3 3 2,75 0,0030 0,1000 0,0970
N= 30

Dik : f = 30
fx = 1655
X = 55,5
SD = 12,20

Dari hasil penelitian, didapat L
hitung
terbesar adalah 0,1537 dengan
=0,05, n= 30 dan dari nilai kritis Lilliefors didapat L
tabel
sebesar 0,161. karena
L
hitung
< L
tabel
maka hipotesis nol diterima. Kesimpulannya data nilai Post - Test
kelas kontrol berdistribusi normal.

116
Lampiran 23
Tabel 30.
Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen

1. Varians Nilai Pre Test
X F (x X ) (x X)
2
f(x X)
2

55 1 19,5 368,64 368,64
45 7 9,5 84,64 592,48
40 6 4,2 17,64 105,.84
35 3 0,8 0,64 1,92
30 9 -58 33,64 302,76
25 2 -10,8 116,64 233,28
20 2 -15,8 249,64 499,28
N = 30 2104,2

2. Varians Nilai Post Test
X F (x X ) (x X)
2
f(x X)
2

70 4 14 196 784
65 3 9 81 243
60 4 4 16 64
55 10 -1 1 10
50 3 -6 36 108
45 5 -11 121 605
40 1 -16 256 256
N = 30 2070

117
Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Eksperimen

1. Ho = variasi populasi homogen
Ha = variasi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel
n
1
= 30
n
2
= 30
3. Derajat kebebasan
Pembilang dk= n 1 = 30 1 = 29
Penyebut dk = n 1 = 30 1 = 29
4. F
hitung

Fh = 98 , 0
2 , 2104
2070
=

5. Dengan demikian Fh = 0,98 sedangkan untuk dk penyebut 29 dan dk pembilang
29 pada taraf signifikan = 0,05 dari table distribusi F tidak didapatkan maka
dilakukan interpolasi.
24 29 30


5 1
Dari table F diperoleh nilai F ( 0,05 ; dk = 24 ; 29 ) adalah 1,9 dan F ( 0,05 ; dk
= 30 ;29 ) adalah 1,85 ( lihat table distribusi F ), maka :
F
table
=
1 5
) 9 , 1 1 ( ) 85 , 1 5 (
+
+ x x

=
6
9 , 1 25 , 9 +

= 86 , 1
6
115
=

Diketahui harga Fh = 0,98 dan Ft = 1,86 karena Fh < Ft maka Ho diterima yang
berarti bahwa kelompok sampel mempunyai varian yang sama



118
Lampiran 24
Tabel 31.
Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol

1. Varians Nilai Pre Test
X F (x X ) (x X)
2
F(x X)
2

55 2 16,67 277,89 555,78
50 5 11,67 136,19 680,95
45 3 6,67 44,49 133,47
40 6 1,67 2,79 16,74
35 5 -3,33 11,09 55,45
30 4 -8,33 69,39 277,56
25 4 -13,33 177,69 710,76
20 1 -18,33 335,99 335,99
N= 30 2766,7

2. Varians Nilai Post Test
X F (x X ) (x X)
2
F(x X)
2

75 2 19,5 280,25 760,25
70 5 14,5 210,25 1051,25
65 3 9,5 90,25 270,75
60 4 4,5 20,25 81
55 3 -0,5 0,25 0,75
50 4 -5,5 30,25 121
45 4 -10,5 110,25 441
40 2 -15,5 240,25 480,5
35 3 -20,5 420,25 1260,75
N = 30 4467,5

119
Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol

1. Ho = variasi populasi homogen
Ha = variasi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel
n
1
= 30
n
2
= 30
3. Derajat kebebasan
Pembilang dk= n 1 = 30 1 = 29
Penyebut dk = n 1 = 30 1 = 29
4. F
hitung

Fh = 61 , 1
7 , 2766
5 , 4467
=
5. Dengan demikian Fh = 0,98 sedangkan untuk dk penyebut 29 dan dk
pembilang 29 pada taraf signifikan = 0,05 dari table distribusi F tidak
didapatkan maka dilakukan interpolasi.
24 29 30


5 1
Dari table F diperoleh nilai F ( 0,05 ; dk = 24 ; 29 ) adalah 1,9 dan F ( 0,05 ; dk =
30 ;29 ) adalah 1,85 ( lihat table distribusi F ), maka :
F
table
=
1 5
) 9 , 1 1 ( ) 85 , 1 5 (
+
+ x x

=
6
9 , 1 25 , 9 +

= 86 , 1
6
115
=

Diketahui harga Fh = 1,61 dan Ft = 1,86 karena Fh < Ft maka Ho diterima yang
berarti bahwa kelompok sample mempunyai varian yang sama



120
Lampiran 25.
Tabel 32. Perhitungan t-test pada Kelompok Eksperimen
Subject Pre-test Post-test Gain (d) ( Pre-test post test)
1 20 45 25
2 20 60 40
3 25 40 15
4 25 45 20
5 30 55 25
6 30 45 15
7 30 55 25
8 30 55 25
9 30 55 25
10 30 45 15
11 30 55 25
12 30 55 25
13 30 45 20
14 35 50 15
15 35 45 10
16 35 55 15
17 40 55 15
18 40 70 30
19 40 65 25
20 40 70 30
21 40 70 30
22 40 70 30
23 45 50 5
24 45 60 15
25 45 55 10
26 45 65 20
27 45 55 10
28 45 60 15
29 45 60 15
30 55 65 10
N= 30 1075
x = 35,83
1680
x = 56
D = 605

Md = 16 , 20
30
605
= =

N
d


121

Subjek Gain (d) ( Pre-test post test) Xd
( d Md )
X
2
d
1 25 4,84 23,4256
2 40 19,84 393,6256
3 15 -5,16 26,6256
4 20 -0,16 0,0256
5 25 4,84 23,4256
6 15 -5,16 26,6256
7 25 4,84 23,4256
8 25 4,84 23,4256
9 25 4,84 23,4256
10 15 -5,16 26,6256
11 25 4,84 23,4256
12 25 4,84 23,4256
13 20 -0,16 0,0256
14 15 -5,16 26,6256
15 10 -10,16 103,2256
16 20 -0,16 0,0256
17 15 -5,16 26,6256
18 30 9,84 96,8256
19 25 4,84 23,4256
20 30 9,84 96,8256
21 30 9,84 96,8256
22 30 9,84 96,8256
23 5 -15,16 229,8256
24 15 -5,16 26,6256
25 10 -10,16 103,2256
26 20 -0,16 0,0256
27 10 -10,16 103,2256
28 15 -5,16 26,6256
29 15 -5,16 26,6256
30 10 -10,16 103,2256
D = 605 x
2
= 1673,1888

122

t =
Md
N N
d x
) 1 (
2


=
16 , 20
) 1 30 ( 30
1888 , 1673


=
16 , 20
870
1888 , 1673

=
16 , 20
92320552 , 1
=
38679686 , 1
16 , 20

= 14,53

db = 30 1 =29
t 0,05 = 1,70

Karena t
hitung
> t
tabel
maka signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan
antara penguasaan konsep sistem respirasi pre-test dengan post-test signifikan.













123
Lampiran 26
Tabel 33. Perhitungan T-Test Pada Kelompok Kontrol
Subject Pre-test Post-test Gain (d) ( Pre-test post test)
1 20 35 15
2 25 50 25
3 25 45 20
4 25 35 25
5 30 60 10
6 30 35 30
7 30 35 5
8 30 50 20
9 30 65 35
10 35 75 40
11 35 60 25
12 35 65 30
13 35 40 5
14 35 50 15
15 40 45 5
16 40 40 0
17 40 60 20
18 40 45 5
19 40 75 30
20 40 70 30
21 45 70 25
22 45 60 15
23 45 45 0
24 50 55 5
25 50 75 25
26 50 65 15
27 50 70 20
28 50 70 20
29 50 55 0
30 55 55 0
N= 30 1150
x = 38,33
1665
x = 55,5
d = 515
Md =

16 , 17
30
515
= =
N
d


124
Subjek Gain (d) ( Pre-test post test) Xd
( d Md )
X
2
d
1 15 -2,16 4 ,6656
2 25 7,84 61,4656
3 20 2,84 8,0656
4 25 7,84 61,4656
5 10 -7,16 51,2656
6 30 12,84 164,8656
7 5 -12,16 147,8656
8 20 2,84 8,0656
9 35 17,84 318,2656
10 40 22,84 521,6656
11 25 7,84 61,4656
12 30 12,84 164,8656
13 5 -12,16 147,8656
14 15 -2,16 4 ,6656
15 5 -12,16 147,8656
16 0 -17,16 284,4656
17 20 2,84 8,0656
18 5 -12,16 147,8656
19 30 12,84 164,8656
20 30 12,84 164,8656
21 25 7,84 61,4656
22 15 -2,16 4 ,6656
23 0 -17,16 284,4656
24 5 -12,16 147,8656
25 25 7,84 61,4656
26 15 -2,16 4 ,6656
27 20 2,84 8,0656
28 20 2,84 8,0656
29 0 -17,16 284,4656
30 0 -17,16 284,4656
D = 515 x
2
= 2615,9776


125
t=
Md
N N
d x
) 1 (
2


=
16 , 17
) 1 30 ( 30
9776 , 2615


=
16 , 17
870
9776 , 2615

=
16 , 17
00687081 , 3
=
73403310 , 1
16 , 17

= 9,89

db = 30 1 =29
t 0,05 = 1,70

Karena t
hitung
> t
tabel
maka signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan
antara penguasaan konsep sistem respirasi pre-test dengan post-test signifikan.















126
Lampiran 27
Tabel 34.Uji Hipotesis
Eksperimen Kontrol
Subjek Pre-test
(x
1
)
Post-test
( x
2
)
Beda
(X)
X
2

Subjek Pre-test
(y
1
)
Post-test
( y
2
)
Beda
(Y)
Y2
1 20 45 25 625 1 20 35 15 225
2 20 60 40 1600 2 25 50 25 625
3 25 40 15 225 3 25 45 20 400
4 25 45 20 400 4 25 35 25 625
5 30 55 25 625 5 30 60 10 100
6 30 45 15 225 6 30 35 30 900
7 30 55 25 625 7 30 35 5 25
8 30 55 25 625 8 30 50 20 400
9 30 55 25 625 9 30 65 35 1225
10 30 45 15 225 10 35 75 40 1600
11 30 55 25 625 11 35 60 25 625
12 30 55 25 625 12 35 65 30 900
13 30 45 20 400 13 35 40 5 25
14 35 50 15 225 14 35 50 15 225
15 35 45 10 100 15 40 45 5 25
16 35 55 15 225 16 40 40 0 0
17 40 55 15 225 17 40 60 20 400
18 40 70 30 900 18 40 45 5 25
19 40 65 25 625 19 40 75 30 900
20 40 70 30 900 20 40 70 30 900
21 40 70 30 900 21 45 70 25 625
22 40 70 30 900 22 45 60 15 225
23 45 50 5 25 23 45 45 0 0
24 45 60 15 225 24 50 55 5 25
25 45 55 10 100 25 50 75 25 625
26 45 65 20 400 26 50 65 15 225
27 45 55 10 100 27 50 70 20 400
28 45 60 15 225 28 50 70 20 400
29 45 60 15 225 29 50 55 0 0
30 55 65 10 100 30 55 55 0 0
605 13.500 515 12.675

127
Lampiran 28
Perhitungan Uji-t

Mx = 16 , 20
30
605
= My = 16 , 17
30
515
=
x
2
= X
2
-
N
X

2
) (
y
2
= Y
2
-
N
Y

2
) (

= 13500 -
30
) 605 (
2
= 12675 -
30
) 515 (
2

= 13500 -
30
366025
= 12675 -
30
265225

= 13500 12200,83 = 12675 8840,83
= 1299,17 = 3834,75

t =

+
+


Y X Y X
Y X
N N N N
y x
M M
1 1
2
2 2

t =

+
+

30
1
30
1
2 30 30
17 , 3834 17 , 1299
16 , 17 16 , 20

t =


15
1
58
34 , 5133
16 , 17 16 , 20

t =
( )( ) 0666 , 0 50 , 88
3

= 24 , 1
42 , 2
3
=
Kesimpulan :
t
tabel
dengan db pada taraf signifikani = 0,05 adalah 2,68 karena harga t
h

= 1,24 dan harga t
t
= 2,01 maka t
hitung
< t
tabel
maka harga t
hitung
tidak signifikan.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa tidak ada perbedaan penguasaan
konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah pada siswa yang memanfaatkan
penggunaan metode problem solving dan metode ceramah.

128
Lampiran 29
Tabel 35.
Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah
No Aspek yang diamati
`1 2 3 4 5 Skor
1






2.








3.







4.



Penegetahuan
a. Menegetahui istilah umum
b. Mengetahui hal-hal yang terperinci
c. Mengetahui metode dan produser
d. Mengetahui konsep dasar
e. Mengetahui prinsip prinsip

Pemahaman
a. Memahami fakta dan prinip
b. Menginterprestasi secara lisan
c. Menguibah bahan tulisan kaa-kata menjad
rumus
d. Memperkirakan akibat-akibat yang akan
datang tercantum dalam data
e. Membenarkan metode dan prosedur

Penerapan
a. Mernerapkan konsep dan prinsip terhadap
situasi baru
b. Menerapakan hukum dan teori pada situasi
praktik
c. Mendemontrasikan penggunaan secara benar
metode / prosedur

Analisis
a. Mengenali anggapan yang tidak dinyatakan
b. Mengenali kesalahan logika dalam memberi
alasan


-

-
-




-






-







-
-






-


-




















-
-

-
-



-
-

-




-

-

-



-
-



-
-




-
-
-



-




-





-
-


-


-
-



-
-

-




-

-

-



-
-


60 %
40 %
80 %
40 %
20 %


60 %
40 %
20 %

60 %

80 %


40 %

40 %

60 %



20 %
20 %


129




5






6
c. Membedakan antara fakta dan
kesimpulan
d. Menganalisis stuktur organisasi suatu karya

Sintensis
a. Menuliskan suatu tema yang tersusun baik
b. Mengusulkan suatu rencana percobaan
c. Merumuskan suatu bagan untuk mengolong-
golongakan objek, kejadian-kejadian atau
pikiran

Evaluasi
a. Menimbang konsitensi yang logis dari bahan
tertulis
b. Menimbang seberapa jauh suatu kesimpulan
didukung oleh data


-




-















-





-




-

-


-
-
-






-
-

-


-

-






-

-

-


-
-
-




-

-

40 %

20 %


40 %
40 %
20 %




60 %

40 %


kriteria skor
100 % : jika kelima kelompok melakukan tahapan kegiatan
80 % : jika empat kelompok melakukan tahapan kegiatan
60 % : jika tiga kelompok melakukan tahapan kegiatan
40 % : jika dua kelompok melakukan tahapan kegiatan
20 % : jika satu kelompok melakukan tahapan kegiatan









130
Lampiran 30

Tabel 36. Analisis Penguasaan Konsep






























131

































132
Lampiran 31
Tabel 37. Analisis Pemecahan Masalah
Merumuskan Masalah Memecahkan Masalah Membuat Rencana Evaluasi
Aspek
subjek
Skor

Skor
Ket
(%)
Skor

Skor
Ket
(%)
Skor

Skor
Ket
(%)
Sko
r

Skor
Ket
(%)
1 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 2 4 50
2 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
3 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
4 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 2 4 50
5 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
6 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
7 3 4 75 2 4 50 2 3 66,67 3 4 75
8 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 2 4 50
9 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
10 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 1 4 25
11 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
12 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
13 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
14 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 2 4 50
15 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
16 2 4 50 2 4 50 2 3 66,67 3 4 75
17 2 4 50 2 4 50 2 3 66,67 3 4 75
18 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
19 2 4 50 2 4 50 1 3 33,33 3 4 75
20 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 1 4 25
21 2 4 50 2 4 50 2 3 66,67 2 4 50
22 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 2 4 50
23 3 4 75 3 4 75 2 3 66,67 3 4 75
24 3 4 75 3 4 75 2 3 66,67 3 4 75
25 3 4 75 2 4 50 2 3 66,67 3 4 75
26 3 4 75 3 4 75 2 3 66,67 3 4 75
27 1 4 25 1 4 25 1 3 33,33 2 4 50
28 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 2 4 50
29 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 2 4 50
30 2 4 50 1 4 25 1 3 33,33 2 4 50
Rata-rata 49,17 Rata-rata 39,17 Rata-rata 42,22 Rata-rata 46,67



133
Lampiran 32
Tabel 38. Model Pembelajaran Problem Solving































134

































135

































136
Lampiran 33
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KELAS EKSPERIMEN
SISTEM RESPIRASI

1. Mekanisme Pernapasan pada manusia
Pelajari : Buku Sains Biologi SMP Kelas VIII (oleh : Drs. Sumarwan, dkk)
Halaman 7 8 : Mekanisme pernapasan
Percobaan : Mengetahui macam-macam mekanisme pernapasan

Cara kerja :
Kelompok mencatat mekanisme pernapasan pada saat diam/ tenang dan pada saat
beraktifitas berdasarkan pengamatan langsung.

Table hasil pengamatan
kegiatan pernapasan Menarik Napas Menghembuskan Napas
pada saat diam/tenang


pada saat beraktifitas



Dengan membaca uraian mekanisme pernapasan di buku, Buatlah table pembeda
berikut ini :
Menarik napas
(Inspirasi)
Melepaskan napas
(Ekspirasi)
Otot diafragma
Diafragma
Tulang rusuk
Volume rongga dada
Tekanan di rongga dada
Aliran udara
Otot antar tulang rusuk luar
Otot antar tulang rusuk dalam


Pertanyaan
1) Berdasarkan tabel diatas, buatlah bagan proses pernapasan dada dan pernapasan
perut !
2) Mengapa jika selesai berolah raga, pernapasan kita menjadi lebih cepat dan
dalam ? Jelaskan !


137
LEMBAR KERJA SISWA
KELAS EKSPERIMEN
SISTEM RESPIRASI

2. Kapasitas total paru-paru.
Pelajari: buku Sains Biologi SMP Kelas VIII (oleh: Drs. Sumarwan, dkk) halaman 9 :
Kapasitas paru-paru

Percobaan : Memahami pengertian kapasitas vital paru-paru

Alat dan bahan
Baskom atau bak plastik
Botol atau bejana yang volumenya 5 Liter
Selang air ukuran sedang 2 meter

Cara kerja
a) Susunlah perangkat percobaan seperti gambar di samping ini!
b) Hiruplah udara sekuat-kuatnya melalui hidung, kemudian hembuskanlah sekuat-
kuatnya melalui selang seperti pada gambar.
c) Ukur atau takar sisa air dalam botol. Bila isi botol 5 Liter dan sisa air 1 Liter
maka volume udara yang dikeluarkan adalah 4 Liter.
d) Lakukanlah bergantian dengan teman-temanmu dan catat volumenya dalam table
berikut ini.

Tabel hasil pengamatan

No Nama Siswa Volume botol A Volume botol B Volume udara
yang dikeluarkan
1
2
3
4
5


Pertanyaan
1) Apakah yang terjadi pada botol seteleh kamu meniupkan udara pernapasan?
2) Samakah banyaknya udara yang kamu hirup sekuat-kuatnya dengan udara yang
yang ada dalam botol?
3) Jadi, apakah yang dimaksud dengan:
a. kapasitas vital paru-paru d. udara komplementer
b. kapasitas total paru-paru e. udara supkomplementer
c. udara tidal f. udara residu
4) Bandingkan hasil kegiatan yang kamu peroleh dengan hasil temanmu!
Bagaimana keadaannya? Apakah yang menyebabkannya?

Kesimpulan



138
LEMBAR KERJA SISWA
KELAS EKSPERIMEN
SISTEM RESPIRASI

3. kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan.
Pelajari: buku Sains Biologi SMP Kelas VIII (oleh: Drs. Sumarwan, dkk) halaman 14-
17 : Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan.

Percobaan: mengetahui adanya tar dalam rokok

Alat dan bahan
Botol plastik
Pipa kaca atau pipa karet
Kapas
Rokok putih, rokok kretek berfilter, dan rokok kretek tanpa filter

Cara kerja
a) Susunlah perangkat eksperimen seperti gambar berikut dan bakar (nyalakan)
rokoknya.
b) Tekanlah botol hingga kempes, kemudian pasangkan rokok pada pipa kemudian
lepaskan tekanan sehingga rokok terhisap. Lakukan beberapa kali kemudian
amati perubahan warna kapas dan catat pada tabel.
c) Lakukan kegiatan tersebut pada ketiga jenis rokok dan gantilah kapas untuk
masing-masing jenis rokok.

Tabel pengamatan

No Jenis rokok Warna cokelat pada kapas
1
2
3
Rokok putih
Rokok kretek berfilter
Rokok kretek tanpa filter

Keterangan: + = sedikit
++ = banyak
+++ = sangat banyak

Pertanyaan
1) Apakah semua kapas yang digunakan pada ketiga jenis rokok berwarna cokelat?
Warna cokelat pada kapas adalah tar yaitu bahan karsinogenik

2) Apakah orang yang merokok kretek berfilter aman dari tar? Jelaskan!
3) Dari ketiga contoh jenis rokok tersebut apakah ada rokok yang aman / bebas dari
tar?
4) Mengapa rokok dapat menimbulkan kecanduan pada penghisapnya?
5) Penyakit apa saja yang dapat timbul karena merokok?

Kesimpulan



139
LEMBAR KERJA SISWA
KELAS EKSPERIMEN
SISTEM RESPIRASI

4. Sistem pernapasan pada vetebrata.
Pelajari: buku Sains Biologi SMP Kelas VIII (oleh: Drs. Sumarwan, dkk) halaman 20-23 :
Sistem pernapasan vetebrata.

Percobaan: Mengamati mekanisme pernapasan pada vetebrata yang hidup di air

Alat dan bahan
1 ekor ikan mas
1 ekor ikan lele
1 ekor katak
Aquarium kecil atau toples plastik bening
Ember plastik

Cara kerja
a) Letakkan ikan di dalam aquarium kecil / toples plastik bening Amati pergerakan mulut
ikan dan tutup insang.
b) Letakan ikan lele dalam ember dengan sedikit air. Amati pergerakan ikan lele tersebut.
c) Letakan katak di dalam aquarium kecil. Amatilah pergerakan rongga mulut dan rahang
bawah katak. Kemudian letakkan katak di luar aquarium. Amatilah pergerakan katak
tersebut!
Catat hasil pengamatan kalian dalam tabel di bawah ini !

Table pengamatan

No Hewan vetebrata Permukaan
kulit
pergerakan rongga mulut
1


2



3
Ikan mas


Ikan lele



Katak


Pertanyaan
1) Apakah ada persamaan dan perbedaan alat respirasi pada ikan dan katak?
2) Apakah ada perbedaan gerakan ronnga mulut ikan mas, lele, dan katak? Jelasskan !
3) Mengapa ikan lele dapat hidup di tempat yang kurang mengandung oksigen (sedikit air)?
4) Mengapa katak dapat bernapas di dalam air dan di darat?

Kesimpulan





140
LEMBAR KERJA SISWA
KELAS EKSPERIMEN
SISTEM RESPIRASI

5. Sistem pernapasan pada vetebrata.
Pelajari: buku Sains Biologi SMP Kelas VIII (oleh: Drs. Sumarwan, dkk) halaman 20-
23 : Sistem pernapasan vetebrata.

Percobaan: Mengamati mekanisme pernapasan pada burung

Alat dan bahan
2 ekor burung dara / merpati

Cara kerja
a) Lepaskan burung dara / merpati di udara terbuka.
b) Amati pergerakan burung pada saat tidak terbang !
c) Amati pergerakan sayap burung pada saat terbang !
Catat hasil pengamatan kalian dalam tabel di bawah ini!

Tabel pengamatan

No Pergerakan burung keterangan
1



2

saat tidak terbang



saat terbang




Pertanyaan
1) Mengapa pada waktu-waktu tertentu burung melayang tanpa mengepakkan
sayapnya?
2) Burung memiliki alat Bantu pernapasan berupa pundi-pundi udara. Sebutkan
fungsi pundi-pundi udara? Sebutkan letak pundi-pundi udara tersebut?
3) Ayam termasuk dalam kelas Aves. Kenapa ayam tidak dapat terbang jauh?

Kesimpulan






141
Lampiran 34
Tabel 39. Model Pembelajaran Metode Ceramah


































142




































143




































144
Lampiran 35
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KELAS KONTROL
SISTEM RESPIRASI

1. Mekanisme pernapasan pada manusia
Pelajari : Buku SAINS Biologi SMP Kelas VIII
(oleh :Drs. Sumarwan,dkk)
Halaman 7-8 : Mekanisme Pernapasan.
Dengan membaca uraian mekanisme pernapasan pada manusia dari
buku Jawablah pertanyaan di bawah ini :
1) Proses pernapasan meliputi 2 hal. Sebutkan !
2) Sebutkan macam macam pernapasan ?
3) Jelaskan proses pernapasan pada gambar di bawah ini !

145
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KELAS KONTROL
SISTEM RESPIRASI
2. Kapasitas paru paru
Pelajari : Buku SAINS Biologi SMP Kelas VIII (Oleh : Dr. Sumarwan,
dkk)
Halaman 9 : Kapasitas paru paru
Kapasitas paru paru adalah kemampuan paru paru menampung
udara. Volume udara di dalam paru paru orang dewasa + 5 liter.
Setelah membaca sedikit uraian di atas dan selengkapnya dari buku.
Isilah tabel di bawah ini !
No Pengertian Volume udara
1.

2.

3.

4.

Udara Pernapasan
(UP)
Udara Komplemen
(UK)
Udara Suplemen
(US)
Udara Residu
(UR)

Volume total paru paru =
Kapasitas vital paru paru = UP + UK + US
= ..+....+..
=

Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan kapasitas vital paru paru ?
2. Apakah kapasitas vital paru paru setiap orang sama ?

146
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KELAS KONTROL
SISTEM RESPIRASI

3. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernapasan
Pelajari : Buku SAINS Biologi SMP Kelas VIII (oleh : Drs. Sumarwan,
dkk)
Halaman 14 17 : Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan disebabkan gangguan
pada alat alat pernapasan. Gejala umum adanya gangguan pada saluran
pernapasan ditandai dengan batuk.
Setelah membaca uraian dari buku. Isilah table kelainan dan penyakit
pada sistem transportasi berikut ini :
No Penyakit Penyebab Akibat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10








147
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KELAS KONTROL
SISTEM RESPIRASI

4. Pernapasan pada Vetebrata
Pelajari : Buku SAINS Biologi SMP Kelas VIII (oleh : Drs. Sumarwan,
dkk)
Halaman 20-23 : Sistem Pernapasan Vetebrata
Alat pernapasan pada vetebrata berbeda-beda tergantung dari tempat
hidupnya. Hewan darat biasanya bernapas dengan paru paru, sedangkan
hewan air bernapas dengan insang.
Setelah membaca uraian didalam buku. Isilah tabel dibawah ini :
No. Hewan
Vetebrata
Alat
Pernapasan
Proses
Penapasan
1.


2.




3.

4.


5.

Ikan
a. Ikan mas
b. Ikan lele
Amphibi
a. Berudu
b. Usia 2 bulan
c. Katak muda
d. Katak dewasa
Reptil

Burung
a. Pada saat istirahat
b. Pada saat terbang
Mamalia



Pertanyaan
1. Mengapa ikan lele dapat hidup di daerah yang kurang mengandung
oksigen?
2. Mengapa katak dapat bernapas di dalam air dan darat ?
3. Mengapa pada waktu waktu tertentu burung melayang tanpa
mengepakkan sayap ?


MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
SISTEM RESPIRASI

No konsep Keterampilan
Berpikir
Keterampilan
Proses
Indikator Deskripsi
Pembelajaran
No
soal
1 Mekanisme pernapasan
terdiri dari pernapasan
dada dan pernapasan
perut.
Analizing
argument:
indetifying
started reason
Menerapkan konsep 1. siswa dapat
menjelaskan
mekanisme
pernapasan pada
manusia

1. Guru mengingatkan
kembali tentang
inspirasi dan
ekspirasi pada
manusia dan
memberi contoh
tentang mekanisme
pernapasan dalam
kehidupan sehari-
hari.

LKS
1
2 Paru-paru orang dewasa
mampu menampung 5
liter udara. Kemampuan
paru-paru menampung
J udging
credibility of
source :
criteria :
menafsirkan
mengkomunikasi
kan
2. dari hasil percobaan
yang dilakukan,
siswa dapat
menyimpulkan
2. Guru menyiapkan
alat, bahan,
prosedur, dan LKS
percobaan kapasitas
LKS
2

udara disebut volume
paru-paru. Udara dalam
volume paru-paru
disebut kapasitas total
paru-paru.
ability to give volume paru-paru.

vital paru-paru.
Siswa melakukan
percobaan dan
menyimpulkan.

3 Penyakit yang
diakibatkan oleh
merokok berhubungan
dengan pe\aru-paru dan
jantung.
J udging
credibility of
source :
criteria :
ability to give
Mengamati
Menafsirkan
Menerapkan
konsep
Mengkomunikasi
kan
Menggunakan
alat dan bahan
3. siswa dapat melakukan
percobaan tentang
bahaya merokok dan
untuk mengetahui
bahan karsinogenik
dal;am rokok.

3. Guru menyiapkan
alat, bahan, prosedur
dan LKS percobaan
mengetahui adanya
tar dalam rokok.
Siswa melakukan
percobaan dan
menyimpulkannya.
LKS
3
4. Pada umumnya ikan
bernapas dengan
menggunakan insang.
Tetapi ikan yang hidup
di daerah bnerlumpur
mempunyai labirin
sebagai cadangan udara.
J udging
credibility of
source :
criteria :
ability to give
Mengamati
Menafsirkan
Menerapkan
konsep
Mengkomunikasi
kan

4. dari hasil pengamatan
yang dilakukan, siswa
dapat menyimpulkan
mekanisme pernapasan
ikan
4. Guru menyiapkan
alat, bahan, proses
dan LKS mengamati
mekanisme
pernapasan
Vetebrata yang
hidup di air.
LKS
4

Sehingga dapat bertahan
di daerah yang kurang
air. Katak pada fase
berudu bernapas dengan
menggunakan insang.
5. Burung mempunyai
pundit-pundi udara yang
membantunya saat
terbang.
J udging
credibility of
source :
criteria :
ability to give
Mengamati
Menafsirkan
Menerapkan
konsep
Mengkomunikasi
kan

5. Dari hasil pengamatan
yang dilakukan, siswa
dapat menyimpulkan
mekanisme pernapasan
burung.
5. Guru menyiapkan
alat, bahan, proses
dan LKS mengamati
LKS
5









MODEL PEMBELAJARAN METODE CERAMAH
SISTEM RESPIRASI

No konsep Keterampilan
Berpikir
Keterampilan
Proses
Indikator Deskripsi
Pembelajaran
No
soal
1 Mekanisme pernapasan
pada manusia terdiri dari
pernapasan dada dan
pernapasan perut.
Analizing
argument:
indetifying
started reason
Menerapkan konsep 1. siswa dapat
menjelaskan
mekanisme
pernapasan pada
manusia

1. Guru mengingatkan
kembali tentang
inspirasi dan
ekspirasi pada
manusia

LKS
1
2 Paru-paru orang dewasa
mampu menampung 5
liter udara. Kemampuan
paru-paru menampung
udara disebut volume
paru-paru. Udara dalam
volume paru-paru
disebut kapasitas total
paru-paru.
Analizing
argument:
indetifying
started reason
Menerapkan konsep 2. siswa dapat
menjelaskan
pengertian volume
paru-paru, kapasitas
total paru-par
kapasitas vital paru-
paru, dan udara
pernapasan.
u,
2. Guru mengingatkan
kemampuan paru-
paru menampung
udara.
LKS
2

3 Penyakit yang
berhubungan dengan
pernapasan meliputi alat-
alat pernapasan
Analizing
argument:
indetifying
started reason
Menerapkan konsep 3. siswa dapat
menjelaskan penyakit-
penyakit yang dapat
timbul di saluran
pernapasan.

3. Guru menjelaskan
penyakit-penyakit
yang dapat timbul di
saluran pernapasan
LKS
3
4. Pada umumnya ikan
bernapas dengan
menggunakan insang.
Tetapi ikan yang hidup
di daerah bnerlumpur
mempunyai labirin
sebagai cadangan udara.
Sehingga dapat bertahan
di daerah yang kurang
air. Katak pada fase
berudu bernapas dengan
menggunakan insang.
Analizing
argument:
indetifying
started reason
Menerapkan konsep 4. siswa dapat
menjelaskan perbedaan
alat pernapasan ikan
lele, ikan mas, dan
katak.
4. Guru menjelaskan alat
pernapasan pada
ikan mas, ikan yang
hidup di daerah
berlumpur ( kurang
air ) dan katak.
LKS
4
5. Burung mempunyai
pundit-pundi udara yang
Analizing
argument:
Menerapkan konsep 5. siswa dapat
menjelaskan perbedaan
5. guru menjelaskan
perbedaan
LKS
4

membantunya saat
terbang.
indetifying
started reason
mekanisme pernapasan
burung pada saat
terbang dan pada saat
istirahat.
mekanisme
pernapasan burung
pada saat terbang
dan pada saat
istirahat.

Anda mungkin juga menyukai